• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Hukum Kontrak Dalam Perspektif Is (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar Hukum Kontrak Dalam Perspektif Is (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Dasar Hukum Kontrak Dalam Perspektif Islam

Diajukan sebagai salah satu tugas pertemuan ke 14 mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu:

Zein Muttaqin, S.E.I., M.A

Disusun Oleh:

Mohamad Tamrin 14423007 Rigen Budi Santoso 14423044

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, berkah, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Hukum Kontrak Dalam Perspektif Islam. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah kali ini penulis dapat mengetahui tentang pengertian dan dasar hukum kontrak dalam islam. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Teman-teman satu kelompok, terimakasih atas kekompakan dalam penyelsaian tugas makalah ini.

2. Terkhusus untuk dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Bapak Zein Mutaqqin, S.E.I., M.A.

Penulis menyadari jika makalah yang disajikan ini belumlah sempurna. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 16 Desember 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Kontrak Dan Hukum Kontrak ... 3

1. Pengertian Kontrak atau Perjanjian ... 3

2. Hukum Kontrak Perpektif Islam ... 3

B. Asas-Asas Kontrak ... 3

C. Rukun Dan Syarat Kontrak ... 5

D. Hal-Hal Yang Merusak Kontrak ... 6

E. Berakhirnya Suatu Kontrak ... 7

F. Dasar Hukum ... 9

BAB III PENUTUP ... 10

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan tersebut dapat dilihat dengan adanya tuntunan dan tatanan hukum yang mengatur kehidupan manusia secara lengkap dan menyeluruh. Hubungan manusia dengan Sang Khaliq diatur dalam bidang ibadah, sementara hal-hal yang berhubungan dengan sesama manusia diatur dalam bidang muamalat. Cakupan hukum muamalat sangatlah luas dan bervariasi, baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat umum, seperti perkawinan, kontrak atau perikatan, hukum pidana, peradilan dan sebagainya. Kontrak atau perjanjian dalam Islam disebut dengan "akad", berasal dari bahasa Arab "al-Aqd” yang berarti perikatan, perjanjian, kontrak atau permufakatan (al-ittifaq), dan transaksi. Perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang mana berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu (Poerwadarminta, 2001, p.402).

Hukum Islam telah mengatur secara rinci berbagai aspek kehidupan manusia, baik mengenai hubungan manusia dengan Allah yang disebut dengan ibadah maupun hubungan manusia dengan manusia serta dengan makhluk lainnya yang disebut dengan muamalah. Muamalah dalam pengertian fikih adalah seperangkat aturan-aturan Allah yang wajib ditaati, mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya untuk memperoleh dan mengembangkan harta benda.

(5)

2

Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Pada saat itu sistem perbankan Islam memperoleh dasar hukum secara formal dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, sebagaimana yang telah direvisi dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 dan dilengkapi oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Yulianti, 2008, p.92).

Atas dasar inilah, makalah ini membahas mengenai pengertian, dasar hukum kontrak dalam islam sebagai pedoman dalam suatu lembaga maupun non lembaga

dalam bertransaksi, tema yang diangkat dalam makalah ini adalah “Dasar Hukum

Kontrak Dalam Perspektif Islam”. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di angkat dalam makalah ini adalah 1. Apa yang di maksud dengan kontrak?

2. Bagaimana dasar hukum kontrak dalam perspetif Islam?

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kontrak.

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kontrak Dan Hukum Kontrak

1. Pengertian Kontrak atau Perjanjian

Pengertian perjanjian atau kontrak diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi, perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (Salim, 2003, p.15). Sedangkan Menurut Poerwadarminta (2001), perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang mana berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu. Sementara menurut Wahbah al-Zuhaili dan Ibnu Abidin, bahwa yang dimaksud dengan kontrak (akad) secara terminologi adalah pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syari'ah (Allah dan Rasul-Nya) yang menimbulkan akibat hukum pada obyeknya (Yulianti, 2008, p.93).

2. Hukum Kontrak Perpektif Islam

Menurut Burhanuddin (2009), kata hukum (al-hukm) secara bahasa

bermakna “menetapkan” atau “memutuskan sesuatu”. Sedangkan pengertian

hukum secara terminologi berarti menetapkan hukum terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan manusia.

Asas-Asas Kontrak

Ada beberapa asas kontrak yang berlaku dalam Hukum Perdata Islam, asas-asas tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan kontrak yang dilaksanakan oleh para pihak yang berkepentingan. Menurut Djamil (2001, p.249), setidaknya ada 6 macam asas yang harus ada dalam suatu kontrak, sebagai berikut:

(7)

4

Pihak-pihak yang melakukan kontrak mempunyai kebebasan untuk melakukan suatu perjanjian, baik tentang obyek perjanjian maupun syarat-syaratnya, termasuk menetapkan cara-cara penyelesaian sengketa apabila terjadi dikemudian hari. Kebebasan menentukan syarat-syarat ini dibenarkan selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum Islam.

2. Persamaan dan Kesetaraan (Al-Musawah)

Asas ini memberikan landasan bahwa kedua belah pihak yang melakukan kontrak mempunyai kedudukan yang sama atau setara antara satu dengan yang lain.

3. Keadilan (Al-'Adalah)

Pelaksanaan asas ini dalam kontrak dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama dan memenuhi segala hak dan kewajiban, tidak saling menzalimi dan dilakukannya secara berimbang tanpa merugikan pihak lain yang teriibat dalam kontrak tersebut.

4. Kerelaan (Al-Ridha)

Asas ini menyatakan bahwa semua kontrak yang dilakukan oleh para pihak harus didasarkan kepada kerelaan semua pihak yang membuatnya. Kerelaan para pihak yang berkontrak adalah jiwa setiap kontrak yang Islami dan dianggap sebagai syarat terwujudnya semua transaksi.

5. Ash-Shidq (Kejujuran dan Kebenaran)

(8)

5 6. Tertulis (Al Kitabah)

Asas lain dalam melakukan kontrak adalah keharusan untuk melakukannya secara tertulis supaya tidak terjadi permasalahan dikemudian hari (al Baqarah, 282-283).

Rukun Dan Syarat Kontrak

Berikut adalah Rukun dan Syarat Kontrak yaitu sebagai berikut:

1. Ijab Qabul (Shigat Kontrak)

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu ijab dan qabul dipandang sah serta memiliki akibat hukum yakni pertama:

a) Jala'ul ma'na yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis kontrak yang dikehendaki. b) Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan qabul.

c) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan qabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ada keraguan sedikitpun, tidak berada dibawah tekanan dan tidak berada dalam keadaan terpaksa.

Menurut Wahbah Zuhaili (1997), Selain ketiga syarat tersebut juga seorang pelaku kontrak disyaratkan harus mukhallaf (aqil baligh, berakal sehat, dewasa dan cakap hukum). Jadi tidak sah kontrak apabila dilakukan oleh anak-anak dan orang gila serta orang-orang yang berada di bawah pengampuan. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa batasan umur pelaku kontrak diserahkan kepada 'urf (Adat) setempat dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara (Yulianti, 2008, p.93).

2. Mahal al 'Aqd (Obyek Kontrak)

Para ahli hukum Islam (Fuqaha) sepakat bahwa sesuatu obyek kontrak harus memenuhi empat syarat yakni

(9)

6

b) Dibenarkan oleh syara', jadi sesuatu yang tidak dapat menerima hukum kontrak tidak dapat menjadi obyek kontrak, harta yang diperoleh secara halal dan halal dimanfaatkan (mutaqawwam) adalah sah pula dijadikan obyek kontrak.

c) Kontrak harus dapat diserahkan ketika terjadi kontrak, namun tidak berarti harus diserahkan seketika, maksudnya dapat diserahkan pada saat yang telah ditentukan dalam kontrak.

d) Kontrak harus jelas atau dapat ditentukan (mu'ayyan) dan harus diketahui oleh kedua belah pihak yang membuat kontrak. Apabila tidak ada kejelasan tentang kontrak yang dibuatnya, maka akan menimbulkan perselisihan dikemudian hari.

3. Pihak-Pihak yang Melaksanakan Kontrak (al ‘Aqidain)

Pihak-pihak yang melaksanakan kontrak disebut dengan subyek hukum yang mengandung hak dan kewajiban.

4. Tujuan Kontrak (Maudhu'ul 'Aqd)

Tujuan kontrak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah kontrak yang dilaksanakan. Dalam hukum Islam yang dimaksud dengan maudhu'ul 'Aqd (tujuan kontrak) adalah untuk apa suatu kontrak dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dalam rangka melaksanakan suatu muamalah antara manusia, dan yang menentukan akibat hukum dari suatu kontrak adalah

al mysyarri’ (yang menetapkan syari'at) yakni Allah sendiri.

Hal-Hal Yang Merusak Kontrak

Suatu kontrak dipandang tidak sah atau sekurang-kurangnya dapat dibatalkan apabila terdapat hal-hal seperti tersebut dibawah ini:

1. Keterpaksaan

(10)

7

dalam kontrak. Jika suatu kontrak dilakukan tanpa unsur kerelaan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut, maka kontrak tersebut dianggap telah dibuat dengan cara terpaksa. Hal ini tidak dapat dibenarkan dan kontrak tersebut dianggap cacat hukum dan dapat dimintakan pembatalan kepada pengadilan.

2. Kekeliruan dalam Objek Kontrak (Ghalath)

Kekeliruan yang dimaksud disini adalah kekeliruan atau kesalahan orang yang melakukan kontrak tentang obyak kontrak, baik dari segi jenisnya (zatnya) maupun dari segi sifatnya. Misalnya seseorang membeli perhiasan yang diduga adalah emas, pada kenyataannya barang yang dibeli itu adalah tembaga. Kontrak seperti ini sama dengan kontrak pada sesuatu yang tidak ada obyeknya.Dengan demikian, status hukum jual beli tersebut batal karena obyek kontrak yang dikehendaki oleh pembeli tidak ada.

3. Penipuan (Tadlis) dan Tipu Muslihat (Taghir)

Menurut Mahmud al Ba'ly (1991), yang dimaksud dengan penipuan (tadlis) adalah suatu upaya untuk menyembunyikan cacat pada obyek kontrak dan menjelaskan dengan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataannya untuk menyesatkan pihak yang berkontrak dan berakibatkan merugikan salah satu pihak yang berkontrak tersebut (Yulianti, 2008, p.194).

Berakhirnya Suatu Kontrak

Suatu kontrak dikatakan berakhir jika hal-hal berikut terjadi, yaitu: 1. Terpenuhinya Tujuan Kontrak

(11)

8

Kontrak bisa dianggap berakhir jika telah berakhirnya masa kontrak, misalnya kontrak sewa menyewa sudah habis, kontak menjadi berakhir dengan sendirinya.

2. Berakhir karena Pembatalan (Fasakh)

Kontrak dapat dibatalkan karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syara', seperti yang disebutkan dalam kontrak yang rusak karena tidak memenuhi rukun dan syaratnya. Kontrak semacam ini harus difasakh, baik oleh para pihak itu sendiri maupun oleh hakim, kecuali terdapat hal-hal yang menyebabkan fasakh tidak dapat dilakukan seperti pihak pembeli sudah menjual barang yang dibelinya. Dalam kasus yang terakhir ini, pembeli wajib mengembalikan nilai barang yang dijualnya itu dengan nilai pada saat ia menerima barang, dan bukan mengembalikan harga yang disepakati.

3. Putus demi Hukum (Infisakh)

Berakhirnya kontrak karena putus dengan sendirinya atau putus demi hukum, karena disebabkan isi kontrak tidak mungkin untuk dilaksanakan (istihalah al tanfidz), misalnya adanya bencana alam (force majeure), atau sebab-sebab lain yang tidak mungkin dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan kontrak kalau dilaksanakan ia akan menderita rugi.

4. Karena Kematian (Wafat)

(12)

9

hal ini dapat dibatalkan apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal.

5. Tidak Ada Persetujuan ('Adam al Ijazah)

Kontrak dapat berakhir karena pihak yang memiliki kewenangan tidak memberikan persetujuannya terhadap pelaksanaan kontrak yang telah dibuatnya. Pada umumnya para pihak yang berwenang tidak memberikan persetujuannya karena kontrak tersebut pembuatannya menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan oleh hukum syara', atau tidak memenuhi syarat dan rukun kontrak yang telah ditetapkan oleh hukum Islam.

Dasar Hukum

(13)

10

BAB III

PENUTUP

Kontrak merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan kontrak hubungan antara manusia dalam mencari kehidupan akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Hukum kontrak dalam Islam telah diatur secara rinci dengan prinsip bahwa kontrak itu adalah pertalian antara ijab qabul yang dibenarkan oleh syara' yang menimbulkan akibat hukum terhadapnya. Ada tiga unsur dalam suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak yakni, adanya pertalian ijab qabul, dibenarkan oleh syara' dan mempunyai akibat hukum terhadap obyeknya.

(14)

11

DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, H.A,. 2010. Kaidah Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelsaikan Masalah-Masalah Yang Praktis. Jakarta: Kencana.

Susanto, Burhanuddin.2009. Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, PT. Citra Adtya Bakhti Bandung, 2001, hal. 249-251 (di kutip dari makalah Rahmani Timorita Yulianti yang

berjudul ”Kontrak Dalam Islam”).

Muhammad. 2009. Model-Model Akad Pembiayaan Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad / Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah). Yogyakarta: UII Press.

Yulianti, Rahmani Timorita. 2008. Asas-Asas Perjanjian (Akad) dalam Hukum

Kontrak Syari’ah. Journal La_Riba, Vol. II. No. 1 Tahun 2008; 91-107.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Etika Investasi terhadap Perilaku Investor dan Dampaknya terhadap Kepuasan Keuangan pada Investor Pasar Modal di Kota Makassar Kepuasan keuangan dipengaruhi oleh

Perabot jalan adalah objek yang dipasang di jalan untuk tujuan tertentu. Yang termasuk dalam elemen street furniture adalah kursi trotoar, kotak telepon, lampu jalan, lampu lalu

Perbincangan hasil dapatan kajian menerusi kertas kerja ini dipandu oleh tujuan utama kajian yang diaplikasi untuk membincangkan agen-agen sosialisasi pengetahuan komuniti Bajau-Laut

Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya tumbuh dan daya

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan im- plementasi teknologi solar dryer untuk pe- ngeringan dan penepungan jamur tiram bagi pembudidaya jamur tiram di Boyolali dan Su- koharjo,

Alhamdulillah, penulis panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa asing, tujuan yang ingin dicapai melalui pengembangan program pembelajaran berbasis kompetensi tersebut hanya

Bagi menjawab persoalan 1 iaitu adakah murid bermasalah pendengaran dapat menamakan nombor 1 hingga 9 selepas menggunakan permainan blok, sebanyak 3 kemahiran