• Tidak ada hasil yang ditemukan

jtptiain gdl fuzirahmaw 5827 1 072311034

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "jtptiain gdl fuzirahmaw 5827 1 072311034"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)

Di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

Skripsi

Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu syari’ah

Oleh :

FUZI RAHMAWATI 072311034

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus III) Telp/Fax : 024-7614454 Semarang 50185 PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi

A.n Sdri. Fuzi Rahmawati Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah Saudara:

Nama : Fuzi Rahmawati NIM : 072311034 Jurusan : Muamalah

Judul :TINJAUAN NORMATIF TERHADAP “PINJAMAN

BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan)

Dengan ini saya mohon kiranya naskah tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian harap menjadikan maklum adanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. A. Gunaryo, M. Soc. Sc Siti Mujibatun, M. Ag.

NIP. 19620810 199103 1 003 NIP. 1959013 198703 2 001

(3)
(4)

iv Bimillahirroahmanirrohim

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidakberisi satupun pemikiran-pemikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam refrensi yag dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 1 Januari 2012 Deklarator,

(5)

v

“Lebih baik dari kepala semut daripada menjadi ekor kuda”

سانل هعفني سانلا ريخ

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”









Artinya : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

1

(6)

vi

landasan norma dan moralitas umum yang berlaku di masyarakat. Demikian pula dengan pemerintahan yang mempunyai program penangulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Pelaksanaan PNPM MP bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan untuk menjadikan masyarakat mandiri dan mensejahterakan masyarakat. Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Wonopringgo Kabupaten

Pekalongan. Terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin.

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yaitu bagaimana pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan dan juga bagaimana tinjauan normatif terhadap “Pinjaman

Bergulir” dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten

Pekalongan.Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang menggunakan metode wawancara dan observasi. Sedangkan metode analisis menggunakan metode analisis deskripsis dan normatif guna menjawab permasalahan pertama dan permasalahan kedua.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Dalam

kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan “Pinjaman bergulir”, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa. Hanya saja kedua cara pinjaman yang berbeda antara desa Galang Pengampon dan desa Gondang tersebut, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya maupun dalam segi kemasyaraktannya. Kedua, Pada “Pinjaman

Bergulir” di Desa Galang Pengampon, penulis berpendapat bahwa kesepakatan tersebut menyerupai pinjaman yang dilakukan nabi pada masa lalu tentang kesediaanya untuk memberi kelebihan dalam pengembalian pinjaman unta. Hanya saja perbedaannya, pada

perjanjian “Pinjamam Bergulir” di Desa Galang Pengampon akad kelebihannya diucapkan sendiri oleh masyarakat diawal pinjamannya. Beberapa ulama berpendapat bahwa yang dinamakan riba adalah jika disyaratkan dalam akadnya. Tetapi, jika yang seorang menambah atau mengurangi penerimaannya dengan suka rela, maka tidak termasuk riba malahan dianjurkan demikian.Sedangkan didaerah Gondang, penulis melihat bahwa dalam pinjaman tersebut sama sekali tidak terdapat unsur untuk memperkaya diri atau pribadi. Bunga yang diserahkan kepada pihak pengelola

(7)

vii

Dengan segala kerendahan hati skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Almarhum Bapak Saeri dan almarhumah Ibu Zumroh atas cinta dan kasih sayang serta do’anya

dan atas segala dukungan yang diberikan, baik secara moril maupun materiil dengan tulus

ikhlas selama beliau hidup di dunia demi kesuksesan putri tercinta

Saudara-saudaraku tercinta mas fuad, mbak luk dan adek indah atas segala perhatian dan dukungan selama ini, tak lupa pula kakak iparku Agus yang selama ini membantu penulis

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini

Orang terdekatku saat ini yang terkasih dan tercinta Purwanto atas segala pengorbannya dan segala perhatiannya sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam hidup dan dalam penulisan

skripsi ini

Keluarga besar kost mbah halim piqoh, desi, offy, mbak butet, lia, siska, nafis, naula, mbak umy, anis, choris dan widya (walaupun kalian kadang sangat berisik) tetapi kalian sangat memberi

semangat dalam penulisan skripsi ini

(8)

viii

Bismillahirrahmanirrahiim. Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini yang berjudul: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP PERJANJIAN KEUNTUNGAN

ANTARA DEBITUR (MASYARAKAT) DAN KREDITUR DALAM

KERANGKA PNPM MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan) (Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan) sesuai dengan

waktu yang telah direncanakan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Allah SWT yang Maha Esa

2. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

3. Dekan Fakultas Syariah Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, serta pembantu dekan Fakultas Syariah dan para staf di IAIN Walisongo Semarang

(9)

ix

SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari. 6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada almarhum dan almarhumah kedua orang tua penulis yang tercinta dan terkasih, serta kakak dan adik penulis yang dengan segala pengorbanannya tidak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

7. Kawan-kawanku Mahasiswa IAIN Walisongo terutama teman-teman kost yang selalu membantu dan mensuport penulis

8. Seseorang terdekat dan terkasih Purwanto, yang selalu memberi bantuan dan dukungan setiap hari kepada penulis sehingga terjadi penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penelitian lanjutan di masa mendatang.

Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.

Semarang, 1 Januari 2012 Penulis,

Fuzi Rahmawati

(10)

x

dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987

Tertanggal 22 Januari 1988

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin N a m a

alif tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ba b -

ta t -

sa s s (dengan titik di atas)

jim j -

ha’ h h (dengan titik di bawah)

kha’ kh -

dal d -

zal ż z (dengan titik di atas)

(11)

xi

sin s -

syin sy -

sad s s (dengan titik di bawah)

dad d d (dengan titik di bawah)

ta t t (dengan titik di bawah)

za z z (dengan titik di bawah)

„ain „ koma terbalik ke atas

gain g -

fa f -

qaf q -

kaf k -

lam l -

(12)

xii

wawu w -

ha h -

hamzah apostrof

ya’ y

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. contoh : ditulis Ahmadiyyah

C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi Bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya. Contoh :

ditulis jama’ah

2. Bila dihidupkan ditulis t, contoh :

ditulis kara matul-auliya’ D. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u. E. Vokal Panjang

Panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī dan u panjang ditulis ū, masing-masing dengan tanda hubung (-) di atasnya.

F. Vokal Rangkap

(13)

xiii

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof )„( ditulis a’antum ditulis mu’annas

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah, contoh :

ditulis al-Qur’an ditulis al-Qiyas

2. Bila didikuti huruf Sya msiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.

ditulis a s-Sama ditulis asy-Syams I. Penulisan huruf kapital

Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam trasliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan itu seperti yang berlaku pada EYD, diantara huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri diawali dengan kata sandang maka yang ditulis menggunakan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandang.

J. Kata dalam rangkaian Frasa dan Kalimat 1. Ditulis kata per kata, contoh :

ditulis za wi al-furud

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucaspan dalam rangkaian tersebut, contoh:

ditulis ahl as-Sunnah

(14)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN... x

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Telaah Pustaka ... 4

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ... 11

1. Pengertian Pinjaman Dan Riba ... 11

a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau pinjaman ... 11

b. Pengertian Riba ... 12

2. Dasar Hukum Pinjaman Dan Riba ... 13

a. Dasar Hukum Pinjaman ... 13

(15)

xv

2. Jenis-jenis Riba ... 20

C. Pinjaman Yang Termasuk Riba dan Bukan Riba Dalam Islam ... 22

1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba dalam Islam ... 22

2. Pinjaman Yang Termasuk Riba dalam Islam ... ... ... 23

BAB III : “PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPAEN PEKALONGAN A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP.. 25

B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP... 32

C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP Kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan ... 43

1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di desa Galang Pengampon ... 44

2. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang ... 52

BAB IV : ANALISIS A. “Pinjaman Bergulir” dalam Kerangka PNPM MP di Desa Galang Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo... 64

B. “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP Menurut Islam.... 71

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 87

B. Saran-saran ... . 90

(16)

xvi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah satunya adalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999. Program ini sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memperdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu infrastruktur, sosial dan ekonomi yang dikenal dengan tridaya. Dalam kegiatan ekonomi,

diwujudkan dengan kegiatan “ Pinjaman Bergulir”, yaitu pinjaman dalam

(18)

ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk

pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun keputusan untuk

melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat,

Berbagai kesuksesan serta kegagalan kegiatan “Pinjaman

Bergulir” dimasa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi

kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

Pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM

Mandiri Perkotaan bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

(19)

PNPM adalah program yang bertujuan untuk menjadikan masyarakat mandiri dan mensejahterkan masyarakat miskin. Seperti halnya yang terjadi di dalam Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, terjadi “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Didalam pinjaman tersebut ada sebuah perjajian yang menyatakan kelebihan dalam pengembaliannya. Hal inilah yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh hukum dan kajian normatif yang terkandung dalam perjanjian keuntungan antara masyarakat dan PNPM MP. Oleh karena itu penulis juga akan

mengkaji lebih lanjut dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Tinjauan

Normatif Terhadap Perjanjian Keuntungan Antara Debitur

(Masyarakat) dan Kreditur PNPM MP, yang mengambil contoh di

(20)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan? 2. Bagaimanakah tinjauan normatif terhadap “Pinjaman Bergulir” dalam

kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penulis dalam penulisan sekripsi ini adalah untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan jasa pinjaman dalam kerangka PNPM MP yang terjadi di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. 2. Menganilisis secara normatif perjanjian keuntungan antara debitur

(masyarakat) dan kreditur dalam kerangka PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

D. Telaah Pustaka

Untuk menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap penelitian yang sama, serta menghindari anggapan adanya plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan kajian terhadap karya-karya yang pernah ada. Penelitian yang dilakukan penulis adalah tentang perjanjian keuntungan antar debitur (masyarakat) dan kreditur dalam kerangka PNPM MP.

(21)

mempunyai sedikit kaitan dengan pembahasan yang penulis ambil diantaranya:

Pada buku Asuransi dan Riba karangan Murtadha Mutahhari (1995). Dalam buku ini beliaua menjelaskan bahwa segala macam bunga dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk formulir ataupun lainnya adalah harm. Di dalam buku ini beliau menyatakan perumpamaan bahwa barang siapa menabung di bank atau menyimpan deposito, maka baginya bunga yang berjumlah tertentu adalah haram.

Dalam buku yang berjudul Fiqh Islam oleh Sulaiman Rasjid (1950), di dalamnya sedikit membahas tentang jasa pinjaman yang diberikan kepada orang lain baik pinjaman produktif maupun pinjaman konsumtif. Di dalamnya membahas tentang pengertian dan dasar hukum dari pinjaman. Namun belum membahas secara eksplisit seperti yang sesuai dengan pembahasan yang penulis kaji yaitu pinjaman yang produktif untuk masyarakat miskin.

Penulis juga menemukan pembahasan pembahasan dalam skripsi hasil penelitian mahasiswa S1 jurusan muamalah IAIN Walisongo yang

berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Simpan Pinjam di

Usaha Simpan Pinjam (USP) Mushola Pondok pesantren Al-Asyiah

Kalibeber Wonosobo” oleh Laila Nofita F, di dalamnya membahas tentang

(22)
(23)

Tinjauan normatif terhadap perjanjian yang terjadi diantara masyarakat miskin dalam kerangka PNPM MP. Sehingga penulis mengkaji secara lebih dalam tentang kesepakatan atau perjanjian keuntungan yang ada dalam masyarakat miskin dengan PNPM MP.

E. Metode Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung di Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Penulis mengambil dua contoh dari beberapa desa yang terdapat di kecamatan tersebut. Dua desa tersebut adalah desa Galang Pengampon dan desa Gondang.

(24)

Pemilihan penelitian observasi, karena peneliti ingin mendapatkan data yang akurat dalam kajian yang dialami langsung oleh seseorang ataupun sekelompok orang yang terjalin dalam masyarakat desa Galang Pengampon dan desa Gondang. Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengar apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam masyarakat yang dapat dilakukan secara berstruktur sesuai dengan pedoman observasi. Peneliti juga akan berterus terang kepada nara sumber bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.

b. Wawancara

(25)

serial atau berurutan. Pada penelitian ini dipandang ini yang dipandang sebagai informan pertama adalah : Asistan Urban Planing PNPM MP Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, Asisten Ekonomi PNPM MP, petugas UPK, serta beberapa tokoh masyarakat yang tergabung dalam BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) yang telah dipilih sebelumnya oleh masyarakat sendiri.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini maksimal akan dilakukan selama 5 bulan, bertempat di desa Galang Pengampon dan desa Gondang yang dijadikan contoh dan sekaligus membandingkan hasil kesejahteraan yang diperoleh dari dua contoh desa di Kecamatan Wonopringgo tersebut.

2. Metode Analisis

Ada dua model analisis yang penulis ambil dalam kajian ini yaitu deskripsi dan normatif. Analisis diskriptif digunakan untuk masalah yang pertama. Karena penulis akan menggambarkan keadaan

“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo. Bagaimana

pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” yang bertujuan untuk menyediakan

(26)

sisanya dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan.

Analisis normatif digunakan untuk menjawab masalah kedua. Karena penulis ingin memberikan informasi bersrta dengan tinjauan normatif yang terdapat dalam pinjaman tersebut. Bagaimana pelaksanaan dan bagaimana tinjauan normatifnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat di jelaskan sebagai berikut:

BAB I : Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : Dalam bab ini penulis membahas mengenai Tinjauan

Umum tentang Pinjaman dan Riba, tentang Pengertian, Dasar hukumnya, dan Pinjaman yang termasuk Riba dan Bukan Riba dalam Islam.

BAB III : Dalam bab ini penulis mendeskripsikan secara singkat tentang tinjauan umum “Pinjman Bergulir” dan prinsip

-prinsip “Pinjaman Bergulir”

BAB IV : bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan

“Pinjaman Bergulir” di Kecamatan Wonopringgo pada

(27)

Bergulir” PNPM MP di Kecamatan Wonopringgo

Kabupaten Pekalongan

(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PINJAMAN DAN RIBA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pinjaman dan Riba

1. Pengertian Pinjaman dan Riba

a. Pengertian Utang-piutang (Qardh) atau Pinjaman

Secara etimologis, qardh berarti pemotongan. Sedangkan

Utang )qardh( menurut syara’ adalah harta yang diberikan oleh

kreditur (pemberi utang) kepada debitur (pemilik utang), agar debitur mengembalikan yang serupa dengannya kepada kreditur ketika telah mampu2. Qardh juga diartikan utang-piutang atau menghutangkan barang dan dibayar dengan barang pula, dan disukai agama.3

Utang-piutang (qardh) dapat diartikan memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan yang dipinjamnya. Qardh juga diartikan perjanjian sesuatu kepada orang lain dalam bentuk pinjaman yang akan dibayar dengan nilai yang sama, misalnya pinjaman Rp. 1000,00 harus dibayar dengan Rp.1000,00 atau Misalnya mengutangkan beras 10 liter atau uang Rp.10,00 dan sebagainya yang mana tentunya beras atau uang tersebut menjadi milik orang yang berutang dimana sekehendaknya dia boleh memanfaatkannya, akan tetapi kelak dia wajib

2

Sayyid Sabiq, 2009, Fiqh Sunnah 4, Jakarta: Cempaka Putih Tengah, 2009, hlm. 115

(29)

menggantinya dengan barang serupa dengan pinjamnnya atau seharganya.4

Terdapat pengertian lain tentang pinjaman, yaitu pengalihan pemilikan dengan jaminan yaitu saya mengeluarkan uang dari pemilikan saya dan pihak lain menyatakan akan menjamin keutuhan bendanya jika berupa barang dan menjaga nilainya jika berupa nilai. Hal-hal yang sejenis yakni yang satu dengan yang lainnya sama,seperti uang, dan sebagainya.5

b. Pengertian Riba

Riba berasal dari bahasa arab “ar-riba” ) اَب ِّلا ) yang artinya tambahan. Yang dimaksud disisni adalah tambahan pokok harta. 6 Yang tersebut juga dalam al-qur’an “rabba” )اَبَّلا) yang artinya bertambah, berkembang, naik atau meninggi.7 Sedangkan menurut

syara’ artinya akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang

tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’

atau terlambat menerimanya.8

Para ulama telah sepakat menyatakan bahwa riba terdapat pada dua perkara, yakni pada jual beli dan pada penjualan ataun pinjaman

4

Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 152

5 Murtadha Mutahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba , Bandung: Pustaka Hidayah, 1995, hlm. 68

6 Sayyid Sabiq, op.cit, hlm. 103 7Abul A’la

al- Maududi, Riba, Jakarta: Gema Insani, 1970, hlm. 89

(30)

atau sebagainya yang berada dalam tanggungan. Riba dalam tanggungan terdiri dari dua jenis, yang salah satunya telah disepakati sebagai riba jahiliyyah yang dilarang.9

Pengarang Misbah al Munir sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di berkata, riba adalah kelebihan dan tambahan menurut pendapat yang mashur. Sesuatu menjadi riba jika bertambah. Imam Nawawi dalam Tahdzhib al-Asma’ wa al-Lughat sebagaimana dikutip oleh as-Sa’di menjelaskan, riba mengandung arti tambahan, sesuatu menjadi riba jika bertambah. Riba dalam pengertian ahli fiqih berbeda-beda tetapi satu sama lain saling mendekati. Diantara mereka ada yang mengatakan, riba adalah suatu akad untuk mengganti barang yang sudah ditentukan tanpa diketahui suatu yang menyamainya dalam

pandangan syara’, baik saat melakukan akad maupun dengan

diakhirkan keduanya atau salah satunya. Pendapat yang lain mengatakan, riba adalah penambahan terhadap sesuatu yang sudah ditentukan.10

2. Dasar Hukum Pinjaman dan Riba a. Dasar Hukum Pinjaman

Memberikan pinjaman kepada orang yang butuh termasuk akhlak yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan

9 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: S-Syifa, 1990, hlm. 9

(31)

kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong-menolong dalam kebaikan, yang dalilnya tercermin dalam berbagai ayat

al-qur’an dan hadits-hadits nabawi. Rasulallah SAW bersabda:

1)

Barangsiapa yang melepaskan kesusahan seorang mu’min dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di hari kiamat..(H.R. Muslim.11

“Nabi saw datang di Madinah dan penduduknya sudah biasa memberi pinjaman berupa buah-buahan dalam jagka waktu setahun atau dua tahun. Kemudian beliau bersabda, barangsiapa yang memberi pinjaman berupa buah-buahan hendaknya ia memberi dalam takaran, timbangan, dan waku tertentu.”12

11 Taufik Rahman, Hadits-hadits Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 131

(32)

3)

د عس با ع

,

اق س ا ي ع ها ص ي ا ا

:

ْ ا

ً ا تقد ك اك ا ا ْيت اًضْ ق اً ْس ض ْقي ْس

( ا ر

جا با )

Tiada seorang muslim pun yang memberikan pinjaman satu kali kepada muslim (lainnya), melainkan (nilainya) seperti dua kali shadaqah. (H.R. Ibnu Hibban dalam shahihnya).13

Berdasarkan dalil-dalil tersebut dapat di fahami bahwa memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang memerlukannya adalah dibolehkan atau dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang kepada sesamanya.

b. Dasar Hukum Riba

Salah satu topik yang terus menjadi bahan diskusi fuqaha dari dahulu hingga masa kini ialah masalah riba. Al qur’an memandang bahwa riba merupakan kezaliman. Kezaliman adalah mengambil sesuatu tanpa hak, yakni tanpa kebenaran yang semestinya atau tidak ilegal. Keadilan adalah memeberikan kepada setiap yang berhak apa

(33)

yang menjadi haknya dan kezaliman adalah perampasan hak-hak orang lain. Maka Riba dalam al-qur’an diharamkan.14

Larangan keras memakan riba, tegas dan jelas dikemukakan dalam al-qur’an dan hadits Nabi saw, dasar hukumnya yaitu:

1) Surat Al-Baqarah: 275 dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

(34)

2) Surat Ali-Imran: 130 memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

(35)

4) Surat An-Nisa’:161 Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. 5) Surat Ar-Rum: 39 mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

(36)

6) Hadits nabi antara lain :

با ع يا ع م اح با ي عي ي ج ا ثدح د ح ب يسح ا ثدح

اق ت ئا ا يسغ

ح ب هاد ع ع ي يبا

:

اق

ْعي

ج ا كْأيابر ْرد س ْي ع ص ها ْ سر

ْي ْيثا ث تس ْ دشا

.

Rasul Saw bersabda: dirham riba yang dimakan laki-laki dan tahu bahwa itu riba, maka dosanya lebih dari tiga puluh enam orang berzina.(H.R.Ahmad).19

اق را ْاْا ها دْع ْب باج ْ ع

:

س ْي ع ص ها ْ سر ع

اق ْيد اش تاك كْ اب ا كٓا

:

ءا س ْ

Dari Jabir bin Abdillah. Dia menceritakan, bahwa Rasul Saw mengutuk orang yang memakan riba dan yang menyuruh, memaknnya, penulisnya, dan kedua saksinya.20

B. Jenis-Jenis Pinjaman dan Riba

1. Jenis-Jenis Pinjaman

Para ulama mengatakan bahwa pinjaman itu ada dua macam, pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif. Pinjaman konsumtif adalah peminjam mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan pinjaman produktif adalah pinjaman yang diambil seseorang tidak untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan

(37)

untuk modal usaha, ia menanamkan dan mengembangkannya. Disini terdapat paksaan agar uang yang digunakan tidak sebagai kebutuhan hidupnya, melainkan harus digunakan senagai modal dan memperbesar keuntungan atau karena ia tidak memiliki modal untuk menjalankan usahanya.21

Penulis akan menitik beratkan pada pinjaman produktif ini, karena pembahasan yang penulis bahas berupa pinjaman produktif dari pihak PNPM MP untuk masyarakat sebagai modal usaha dan usaha-usaha yang menghasilkan lainnya.

2. Jenis-Jenis Riba

Riba terbagi menjadi dua macam: a) Riba Nasi’ah

Berasal dari kata (ءاسنلا) dengan dibaca panjang mengandung arti penangguhan.22 Bentuk riba ini menurut para ahli tafsir meraja lela di zaman jahiliyah, berupa kelebihan pembayaran yang dimestikan kepada orang yang berhutang sebagai imbalan daripada tenggang waktu yang diberikan.23 Riba Nasi’ah adalah adanya kelebihan pembayaran atas barang yang dibayarkan secara bertempo atau

21

Murtadha Mutahhari, op.cit , hlm. 45 22 Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 161

(38)

penambahan barang utang terhadap dua barang yang sama-sama ditakar atau sama-sama ditimbang apabila keduanya sama jenisnya.24

Riba Nasi’ah juga diartikan tambahan sebagai imbalan

pengunduran batas waktu.25

Yang sudah masyhur adalah riba terbagi menjadi dua. Sebagian ulama’ menambah lagi dengan riba qardhi yang di dalamnya disyaratkan adanya kemanfaatan (keuntungan). Riba qardhi pada hakikatnya sama dengan riba nasyi’ah, karena disyaratkan adanya keuntungan yang diambil oleh pemberi utang. Seolah-olah dia mengutangkan suatu barang untuk dikembalikan dengan adanya tambahan yang dapat menguntungkan dia. Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa riba qardhi adalah bagian yang tersendiri karena merupakan akad yang mandiri dan mempunyai hukum dan ketetapan yang sudah tertentu.26

Riba qardhi maksudnya adalah seorang meminjam sejumlah barang atau uang kepada orang lain, kemudian ia mengembalikannya dengan tambahan.27

24 Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151 25

(39)

b) Riba Fadhl

Riba Fadhl adalah penambahan jumlah suatu barang yang disyaratkan dalam suatu akad yang sesuai dengan kebutuhan syara’.28

Riba fadhl artinya tambahan atau kelebihan dari tukar menukar barang sejenis, syari’at telah menjelaskan keharamannya dalam enam barang, yaitu: emas, perak, gandum putih, gandum merah, kurma dan

garam. Para ulama’ setelah sepakat mengenai keharaman penambahan

barang-barang tersebut jika jenisnya sama.29

C. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dan Bukan Riba Dalam Islam

1. Pinjaman Yang Bukan Termasuk Riba Dalam Islam

Dalam kegiatan perdagangan, jual beli dan kegiatan pemenuhan ekonomi lainnya, adakalanya tidak dilakukan pembayaran secara tunai ataupun peminjaman uang untuk memenuhi kebutuhannya. Berhutang karena darurat untuk menutupi suatu hajat yang mendesak tentulah dapat dimaklumi, tetapi apabila sifat dan sikap suka berhutang atau meminjam ini dibiasakan, maka buruklah akibatnya. Demikian juga petunjuk agama yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk menutup kebutuhan hidupnya, dan jangan terbiasa menutup kebutuhan dengan jalan berhutang.30

28

Abdurrahman as-Sa’di, dkk, op.cit, hlm. 151 29 Ibid, hlm. 169

(40)

Memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan termasuk akhlaq yang mulia dan terpuji, karena berarti menolong melepaskan kesusahan orang lain. Islam mengajarkan prinsip tolong menolong dalam kebaikan.31

Menurut sebagian besar ulama pinjaman yang diperbolehkan adalah pinjaman yang mengandung unsur kasih sayang sesama manusia. Disebutkan bahwa sifat dasar pinjaman tidak sama dengan pengambilan keuntungan, melainkan keduanya saling bertolak belakang walaupun terdapat keuntungan dalam pinjaman. Akhirnya, seseorang hendaknya menjaga hartanya, dengan anggapan ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak mampu menjaganya, maka apabila terdapat kerusakan, kerusakan itu menjadi tanggung jawab peminjam. Karen itu sifat dasar pinjamn adalah tanpa bunga.32

2. Pinjaman Yang Termasuk Riba Dalam Islam

Salah satu diantara bentuk pertolongan melepaskan kesusahan dan kesulitan ialah memberikan pinjaman kepada sesama muslim yang terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena suatu keadaan darurat yang terdesak karena kebutuhan hidup sehari-hari atau karena suatu keadaan darurat yang bersifat insidentil. Pinjaman yang diberikan tersebut mampu memberi sedikit kemudahan bagi mereka yang sedang

(41)

kesusahan, terutama bagi warga miskin yang sangat membutuhkan bantuan dari sesama manusia.

Namun adakalnya pinjaman tersebut dimanfaatkan sebagian manusia yang hanya mencari untung semata. Pinjaman yang tidak diperbolehakan dalam islam yaitu apabila tujuan dari pemberian pinjaman hanya untuk mengambil keuntungan semata tanpa melihat hal yang dilakukan itu benar atau tidak, atau tanpa melihathal tersebut itu memberatkan bagi yang berhutang atau tidak. Beberapa ulama mengatakan bahwa pinjaman yang demikian itu diharamkan dan dilaknat oleh Allah karena hanya mengandung unsur keuntungan semata tanpa mengindahkan orang lain. Pinjaman seperti inilah yang dilarang keras dalam islam.33

(42)

BAB III

“PINJAMAN BERGULIR” DALAM KERANGKA PROGAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)

KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

A. Tinjauan Umum Tentang “Pinjaman bergulir” dalam PNPM MP

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kadang dapat dilakukan sendiri, namun seringkali harus diusahakan bersama sama. Dalam memenuhi kebutuhan secara bersama sama tersebut akhirnya mendorong manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat.

(43)

memperoleh laba untuk menunjang pencapaian tujuan yaitu program Pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan memberikan kepercayaan kepada Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) untuk mengelola salah satu program dalam pencapaian tujuannya. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non profit, namun LKM memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan memperoleh laba untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan dengan cara memberikan “Pinjaman Bergulir” yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam pengelolannya pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan. Program ini dinamakan

“Pinjaman jasa Bergulir” yaitu salah satu dari program kerja PNPM Mandiri

Perkotaan .

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah suatu program pemerintah yang beroperasi dalam penganggulangan kemiskinan yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat miskin. Penganggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan

(44)

bergulir”, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir”, namun keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat.

Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian

“Pinjaman Bergulir” di P2KP, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan

“Pinjaman Bergulir” di awal program kinerjanya sangat buruk. Namun

dengan pemberian panduan operasional serta petunjuk pembukuan untuk UPK, kinerja kegiatan “Pinjaman Bergulir” semakin membaik. Berbagai kesuksesan P2KP yaitu adanya unsur keswadayaan masyarakat. Sehingga proyeknya jadi lebih murah dan manfaatnya sangat dirasakan. Program ini menjadi sangat strategis karena didasari kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat .dengan serangkaian siklusnya harus dipahami dan dimaknai sebagai proses pembelajaran masyarakat untuk melakukan pemberdayaan lingkungannya, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi serta kegagalan yang berupa pandangan masyarakat tentang program P2KP masih melekat

bahwa P2KP hanyalah “program bagi-bagi duit gratis”. Kegagalan penarikan

(45)

telurur siapa yang menjadi tersangka. Dalam pengalaman tersebut, kegiatan

“Pinjaman Bergulir” di masa lalu dapat menjadi pembelajaran berharga bagi

kelanjutan kegiatan “Pinjaman Bergulir” melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

Beberapa pertimbangan dalam melanjutkan pelaksanaan kegiatan

“Pinjaman Bergulir” dalam PNPM Mandiri Perkotaan antara lain :

1. Tersedianya akses dan jasa layanan keuangan yang berkelanjutan telah terbukti merupakan salah satu alat efektif untuk membantu rumah tangga miskin meningkatkan pendapatan dan kekayaannya

2. Akses rumah tangga miskin ke jasa layanan keuangan formal masih sangat rendah. Sekitar 29 juta rumah tangga miskin masih belum mendapat akses ke jasa layanan keuangan formal. (sumber Johnston dan Holloch) (dalam pedoman teknis PNPM MP 2007, hlm. 2)

3. “Pinjaman Bergulir” PNPM Mandiri Perkotaan memiliki peluang dapat menjangkau sekitar 2,5 juta rumah tangga miskin yang sama sekali belum menerima akses ke lembaga keuangan

4. Permintaan “Pinjaman Bergulir” pada rencana pembangunan masyarakat masih tinggi.

(46)

rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

Meskipun demikian, PNPM bukanlah program keuangan mikro, dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro. Program keuangan mikro bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan.

PNPM Mandiri Perkotaan dijadikan momen untuk tahap konsolidasi kegiatan kuangan mikro. Oleh sebab itu, dalam tahap ini perlu diciptakan UPK yang kuat, sehat dan secara operasional terpisah dari LKM. Masyarakat sendiri harus terlibat dalam keputusan untuk menentukan masa depan UPK.

Sasaran utama pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah rumah tangga miskin (berpendapatan rendah) di wilayah kelurahan atau desa LKM/UPK berada, khususnya masyarakat miskin yang sudah diidentifikasi dalam daftar masyarakat miskin.

(47)

1. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang dialokasikan untuk kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah milik masyarakat kelurahan atau desa sasaran dan bukan milik perorangan;

2. Tujuan dipilihnya kegiatan “Pinjaman Bergulir” adalah dalam rangka membantu program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan

3. Pengelolaan “Pinjaman Bergulir” berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatan-kegiatan produktif lainnya;

4. Pengelolaan “Pinjaman Bergulir” dipisahkan antara LKM sebagai representasi dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai pengelola kegiatan “Pinjaman Bergulir” yang bertanggungjawab langsung kepada LKM;

5. Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian “Pinjaman Bergulir” standar yang ditetapkan

(48)

7. UPK telah mempunyai sistim pembukuan yang standar dan sistim pelaporan keuangan yang memadai;

UPK mendapat pengawasan baik oleh LKM melalui Pengawas UPK maupun Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) melalui tenaga ahli dan fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek.

Pedoman pelaksanaan kegiatan “Pinjaman Bergulir” ini adalah pedoman dasar yang menjadi pegangan fasilitator dan pihak-pihak terkait (pelaku PNPM Mandiri Perkotaan) dalam mengawal pelaksanaan kegiatan

“Pinjaman Bergulir” oleh UPK. Pedoman pelaksanaan ini hanya berisi pokok

-pokok kegiatan yang harus dipahami dalam memberikan pendampingan kepada LKM, UPK dan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sedangkan panduan kegiatan yang lebih rinci dapat dilihat dalam pedoman teknis terkait yang secara lengkap terdiri dari : (dilampirkan dibelakang)

(49)

B. Prinsip-prinsip “Pinjaman Bergulir” dalam PNPM MP

Di dalam pedoman teknis “Pinjaman bergulir” diatur mengenai bagaimana mengelola “Pinjaman Bergulir” di UPK. Aturan tersebut menyangkut mengenai kriteria pengelola dan penerima “Pinjaman Bergulir”, Skim “Pinjaman Bergulir”, tahapan pemberian pinjaman, pembukuan

“Pinjaman Bergulir”, monitoring “Pinjaman Bergulir”, penyelesaian pinjaman

yang bermasalah serta pelaporan “Pinjaman Bergulir”.

Secara singkat aturan pokok yang diatur dalam pedoman teknis

“Pinjaman Bergulir” antara lain :

1. Kelayakan Lembaga Pengelola “Pinjaman bergulir”

(50)

STRUKTUR ORGANISASI LKM

STRUKTUR ORGANISASI UPK

Manajer UPK

Pembuku Petugas

Pinjaman

Kasir

KSM/Masyarakat LKM

Pengawas

Unit Pengelola

Keuangan Unit Pengelola

Lingkungan

Unit Pengelola

(51)

Sebelum kegiatan “Pinjaman Bergulir” dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai, harus dilakukan pengujian kelayakan, baik untuk LKM/UPK, maupun untuk anggota dengan menggunakan instrumen

kriteria kelayakan yang sudah disiapkan. Kegiatan “Pinjaman Bergulir”

dapat dilaksanakan, hanya jika para pelaku tersebut telah memenuhi kriteria kelayakan seperti yang dijelaskan di bawah. KMW bertanggungjawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan LKM/UPK. Sedangkan fasilitator bersama relawan setempat bertanggungjawab atas pendampingan tercapainya kriteria kelayakan kelompok maupun anggotanya.

a. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)

LKM yang akan mengelola kegiatan “Pinjaman Bergulir” harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut :

1) LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan dan memiliki Anggaran Dasar (AD) yang di dalamnya antara lain menyatakan bahwa:

a) Kegiatan “Pinjaman Bergulir” akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya

b) Dana “Pinjaman Bergulir” hanya diperuntukkan untuk

(52)

c) Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan operasional UPK dan tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya LKM dan Pengawas.

2) LKM telah mengangkat Pengawas UPK (2–3 orang) dan petugas UPK (minimal 2 orang). Semua telah memperoleh pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan dan telah memiliki uraian tugas dan tanggungjawab.

3) LKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar

“Pinjaman Bergulir” yang memuat kriteria KSM dan anggotanya

yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM.

4) Untuk kelurahan atau desa lama (yang telah menjalankan P2KP) :

a) Kinerja “Pinjaman Bergulir” yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan; peminjam berisiko <10%, pinjaman berisiko <10%, ratio pendapatan biaya > 125% dan hasil investasi >10%.

b) Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain:

(53)

2) LKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan

3) Telah memiliki rekening atas nama LKM dengan kewenangan menandatangani 3 orang

b. Pengawas UPK

Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam mengelola “Pinjaman Bergulir” telah memenuhi kriteria minimal antara lain :

1) Telah diangkat oleh LKM dengan persetujuan masyarakat sebanyak 2-3 orang, memenuhi unsur laki-laki dan perempuan

2) Telah memiliki uraian tugas yang mencakup tugas dan tanggungjawab pengawas

3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan

c. Unit Pengelola Keuangan (UPK)

Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang akan mengelola dana

“Pinjaman Bergulir” telah memenuhi kriteria minimal sebagai berikut:

1) Telah diangkat oleh LKM sebanyak minimal 2 orang (ideal 4 orang)

(54)

3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan

4) Telah memahami aturan dasar “Pinjaman Bergulir”

5) Telah memiliki rekening atas nama UPK/LKM dengan kewenangan penandatangan 3 orang

6) Telah memiliki sistem pembukuan yang berlaku di PNPM Mandiri Perkotaan

7) Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP dan PNPM Mandiri Perkotaan):

a) Kinerja “Pinjaman Bergulir” yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan; peminjam berisiko <10%, pinjaman berisiko <10%, ratio pendapatan biaya > 125%, hasil investasi >10%.

b) Kinerja Pembukuan UPK minimal memadai 2. Kelayakan Penerima “Pinjaman Bergulir”

(55)

anggotanya yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM peminjam tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai calon peminjam.

a. Kriteria kelayakan KSM

1) KSM telah terbentuk dan anggotanya adalah warga miskin serta seluruh anggota telah memperoleh pembekalan tentang pembukuan KSM, “Pinjaman Bergulir” )persyaratan peminjam, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), kewirausahaan serta telah melakukan kegiatan menabung diantara anggota KSM.

2) KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin dan kekuatan modal sosial;

3) KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, transparan dan kesetaraan; 4) Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin sesuai kriteria

yang ditetapkan sendiri oleh LKM/Masyarakat. 5) Jumlah anggota KSM minimal 5 orang;

6) Jumlah anggota KSM minimal 30% perempuan

(56)

8) Semua anggota KSM menyetujui sistim tanggung renteng dan dituangkan secara tertulis dalam pernyataan kesanggupan tanggung renteng.

9) Semua anggota KSM telah memeproleh dari fasilitator dan LKM/UPK

b. Kriteria kelayakan anggota KSM

1) Anggota KSM adalah warga masyarakat dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) setempat

2) Termasuk dalam katagori keluarga miskin sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat; 3) Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain. 4) Semua anggota KSM telah mempunyai tabungan minimal 5 %

dari pinjaman yang diajukan dan bersedia menambah tabungannya

minimal 5 % selama jangka waktu pinjaman dan tidak akan

mengambil tabungan tersebut sebelum pinjamannya lunas (tidak

wajib).

5) Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula memiliki usaha mikro dan bermaksud untuk meningkatkan usaha, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya;

(57)

Skim “Pinjaman Bergulir”

Skim Pinjaman yang diatur dalam “Pinjaman Bergulir” antara lain :

1) Peminjam adalah KSM dan angotanya yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan

2) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha

3) Besar pinjaman pertama kali maksimal Rp 500.000,- namun disesuaikan dengan usaha peminjam. Pinjaman selanjutnya maksimal Rp. 2.000.000,- (diluar jumlah maksimal tersebut peminjam dapat diberikan pinjaman dengan pola channeling dengan lembaga keuangan atau bank lainnya), frekuensi peminjaman maksimal 4 kali.

4) Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan, tergantung dari perputaran usaha peminjam

(58)

6) Jasa pinjaman 1,5 s/d 3 % per bulan, dihitung dari pokok pinjaman semula. Jasa pinjaman minimal harus dapat menutup seluruh biaya operasional UPK.34

3. Tahapan Pemberian “Pinjaman Bergulir”

Dalam pemberian “Pinjaman Bergulir”, diatur kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap tahapan sebagai berikut:

1) Tahap Pengajuan Pinjaman

Calon peminjam mempersiapkan segala keperluan yang dipersyaratkan untuk memperoleh pinjaman, baik pelatihan, pembentukan simpanan, maupun kelengkapan dokumen dan pengisian blanko pengajuan pinjaman.

Pada tahap pengajuan, petugas UPK wajib menjelaskan ketentuan

“Pinjaman Bergulir” termasuk bahwa pinjaman ini sifatnya adalah

hutang yang harus dibayar kembali, bukan hibah

2) Tahap Pemeriksaan Pinjaman

Petugas pinjaman UPK memeriksa dokumen pengajuan pinjaman yang diajukan KSM beserta anggotanya baik secara administratif maupun kunjungan lapangan menganalisis dan membuat usulan atau

(59)

rekomendasi kepada Manajer UPK atas permohonan pinjaman dimaksud.

3) Tahap Putusan Pinjaman

Manajer UPK memberikan persetujuan atau penolakan atas pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh KSM didasarkan pada hasil analisis petugas pinjaman UPK.

4) Tahap Realisasi Pinjaman

Permohonan pinjaman KSM yang telah disetujui oleh manajer UPK disiapkan dokumen untuk pencairan, kemudian direalisasikan atau dicairkan pembayarannya kepada KSM dan anggotanya.

Pada tahap realisasi petugas UPK juga wajib kembali menegaskan

dan menjelaskan semua ketentuan “Pinjaman Bergulir” termasuk

ketentuan bahwa “Pinjaman Bergulir” adalah utang yang wajib dibayar kembali dan bukan hibah.

5) Tahap Pembinaan Pinjaman

(60)

Pada tahapan ini petugas juga wajib mengingatkan peminjam tentang kewajiban angsuran yang harus dilakukan dan juga mengingatkan kembali bahwa pinjaman ini adalah utang bukan hibah.

6) Tahap Pembayaran Kembali Pinjaman

Peminjam melakukan pembayaran kembali atas pinjamannya. Agar tidak sampai terjadi keterlambatan atau tunggakan, maka petugas UPK beberapa hari sebelum waktu pembayaran wajib mengingatkan peminjam atas kewajibannya. Dalam melaksanakan tugas ini petugas UPK dapat dibantu oleh relawan, aparat kelurahan/desa, tokoh masyarakat maupun pengawas UPK.35

C. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” Dalam Kerangka PNPM MP

Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan

Program PNPM MP dalam hal “Pinjaman Bergulir” dilaksanakan diberbagai kecamatan di Kabupaten Pekalongan. Namun penulis akan mengambil contoh di Kecamatan Wonopringgo yang mempunyai banyak desa-desa dan berbagai mata pencaharian. Akan tetapi penulis hanya akan mengambil dua contoh desa didalamnya yang akan penulis bahas dan perbandingkan hasilnya dalam hal kesejahteraan setelah adanya program PNPM Mandiri Perkotaan. Dua desa tersebut adalah Desa Galang

(61)

Pengampon dan Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan.

1. Pelaksanaan “Pinjaman Bergulir” di Desa Galang Pengampon 1) Sistem Kerja ”Pinjaman Bergulir”

Kemiskinan adalah masalah yang sangat besar diseluruh wilayah Indonesia dan tidak mudah untuk mengatasinya. Pemerintah lewat PNPM MP hadir untuk menangani masalah tersebut dengan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.dari menemukenali, merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi semua kegiatan.

Melihat Kondisi Kemiskinan di Desa Galang Pengampon yang masih banyak kondisinya sangat meprihatinkan maka perlu upaya untuk membuat mereka terlepas dari masalah kemiskinan. Untuk itulah PNPM membuat perencanaa jangka menengah bersama tokoh tokoh masyarakat dari perwakilan tiap-tiap RT dalam upaya memecahkan masalah tersebut.

(62)

sumber pendapatan tambahan bagi keluarga miskin yang ada di Desa Galang Pengampon, dengan cara mengoptimalkan potensi atau keahlian yang dimiliki oleh warga miskin dalam sebuah kegiatan yang bermanfaat dan menghasilkan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Desa Galang Penagampon adalah salah satu desa yang terdapat didalam kecamatan Wonopronggo Kabupaten Pekalongan, yang masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Karena bermatapencaharian sebagai petani, masyarakat Galang Pengampon hanya mengandalkan lahan sawah yang menjadi fondasi dalam kehidupannya. Apabila sawah yang diandalkan tersebut tidak mampu menghasilkan apa yang dituju oleh masyarakat, maka kehidupan perekonomian mereka dalam memenuhi kebutuhan akan terganggu.

(63)

mengembngkan hasil pertanian yang lebih baik. Masa-masa sekarang ini tedapat banyak lembaga-lembaga yang bertujuan untuk memenuhi modal usaha masyarakat namun tidak luput dari unsur laba didalmnya. Lembaga-lembaga profit yang hanya mencari keuntungan semata mungkin hanya akan menambah beban bagi masyarakat desa. Akan tetapi setelah adanya PNPM MP, masyarakat sangat antusias untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Program yang ditawarkan PNPM MP adalah

program “Pinjaman Jasa Bergulir”.

Visi

Menurunkan Angka Kemiskinan Sampai 2 % pertahun di Desa Galang Pengampon.

Misi

- Menciptakan kepedulian terhadap masyarakat miskin di Desa Galang Pengampon

- Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

- Membantu warga miskin dalam berwira usaha sesuai potensi yang ada, berwawasan luas dan lingkungan yang sehat.

(64)

kesepakatan antara kreditur PNPM MP dengan debitur yaitu masyarakat miskin dalam pengembaliannya. Dalam pengembaliannya terdapat kelebihan yang disyaratkan atau diucapkan sendiri oleh warga masyarakat tanpa adanya ketentuan berapa persen atau berapa nominal pengembaliannya. Masyarakat memberikan pengembalian tanpa adanya paksaan sedikitpun dari pihak PNPM MP. Kemudian hasil kelebihan dari masyarakat tersebut digunakan untuk biaya opersaional dan sisanya dikembalikan lagi pada masyarakat untuk kesejahteraan dalam bentuk pembangunan jalan, pembangunan jembatan dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah skim pinjaman jasa bergulir diDesa Galang Pengampon Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan:

Skim Pinjaman yang diatur dalam “Pinjaman Bergulir” (yang

dinamakan sistem “Sender Sawah”) oleh PNPM MP antara lain:

(65)

b) Tujuan penggunaan pinjaman adalah untuk membiayai kegiatan usaha produktif yang sudah ada maupun untuk menciptakan peluang usaha (tujuan untuk peningkatan ekonomi yang diiringi dengan penguatan melalui pelatihan pelatihan pengembangan ekonomi lokal)

c) Besar pinjaman diatur berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dengan persetujuan BKM melalui UPK/ UPS sesuai dengan kemampuan peminjam.

d) Jangka waktu pinjaman paling lama pada saat musim panen tiba sesuai dengan kondisi lapangan dan kesepakatan bersama.

e) Angsuran pinjaman maksimal bulanan, atau diberikan pada saat musim panen, minimal dengan modal awal yang dipinjam kembali utuh.

f) Jasa pinjaman diserahkan kepada pihak peminjam sesuai dengan hasil panen yang didapat.

g) Jenis jasa pinjaman yang digunakan adalah bebas tergantung besar kecilnya hasil yang didapat

(66)

i) Kalau dirasa masih belum cukup perlu disepakati bersama seluruh warga dengan tidak memberatkan warga khususnya peminjam.

Sistem pinjaman diatur secara bergilir (peminjam yang sudah lunas tidak diperkenankan meminjam lagi, dengan asumsi masih terdapat daftar tunggu, kecuali jika daftar tunggu telah habis) sesuai dengan kesepakatan BKM dan keseluruhan masyarakat serta tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun.

Keuntungan (Laba) minimal dapat menutup biaya operasional untuk membiayai kegiatan BKM dan lainnya , dan untuk pemupukan modal (disesuaikan dengan aturan yang ada dalam AD).

Dari hasil yang didapat pertahun dialokasikan sebagai berikut berdasarkan kesepakatan bersama

- Kegiatan social 10%

- Kegiatan lingkungan 50%

- Kegiatan ekonomi (Pemupukan modal) 25%

- BOP BKM 5%

(67)

Dasar pertimbangan diatas

- Bahwa kebutuhan masyarakat untuk porsi kegiatan lingkungan yaitu pembangunan infrastruktur cukup besar berdasarkan hasil perencanan yang tertuang dalam Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanagn Kemiskinan(PJM Pronangkis)

- Kegiatan sosial diberikan kepada orang miskin yang tidak mampu seperti anak yatim, beasiswa prestasi tapi kurang mampu, dan jompo sesuai kesepakatan bersama masyarakat. 2) Tujuan dilaksanakan “Pinjaman Bergulir” di Desa Galang

Pengampon

a) Secara umum tujuan yang ingin dicapai yaitu menciptakan desa yang mandiri dan tangguh dibidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sosial.

b) Tujuan khusus :

- Terwujudnya masyarakat yang bisa memenuhi kebutuhaanya sendiri terutama dalam bidang ekonomi.

- Memberikan pelayanan kesehatan bagi KK miskin dengan kualitas baik dan terjangkau.

(68)

- Menciptakan kerja sama dan kepercayaan antar warga. Kegiatan ekonomi untuk pemupukan modal sangat penting mengingat bahwa perguliran ekonomi ini merupakan roda utama dalam kegiatan pembangunan selanjutnya karena masayrakat diharapkan untuk bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari pihak lain.

Sehingga masyarakat diberi modal untuk dikembangkan secara mandiri dan berkelanjutan yang tujuan utamanya adalah untuk penanggulangan kemiskinan yang mana direncanakan dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri dan hasilnya adalah untuk masyarakat khususnya warga miskin melalui pembelajaran dan pemberdayaan secara mandiri. konsep awal sampai akhir program PNPM adalah pada koridor penangulangan kemiskinan yang bertujuan mewujudkan perubahan sosial masyarakat dan penataan lingkungan hunian yang sehat dan bertumpu pada hal sebagai berikut:

- Bermanfaat bagi warmis

- Memberikan peningkatan ekonomi

- Perubahan perilaku

- Lingkungan tertata

(69)

Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan BKM mampu secara sadar dapat mengontrol gerak, kesesuaian sumber daya, pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara para anggota dan unit pengelola serta sebagai proses pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan BKM kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap penanggulangan kemiskinan terutama masyarakat miskin. Tak kalah pentingnya mampu menumbuhkan semangat dan proses pembelajaran, memperkuat implementasi nilai-nilai keterbukaan, partisipasi dan pertanggungjawaban dan mendorong terjadinya kontrol sosial warga terhadap program-program pembangunan serta terwujudnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan khususnya di Desa Galang Pengampon.

2. Pelaksanaan ”Pinjaman Bergulir” di Desa Gondang 1) Sistem Kerja “Pinjaman Bergulir”

(70)

akhirnya mampu mempercepat proses penanggulangan kemiskinan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Mandiri Perkotaan (PNPM MP) adalah salah satu program yang menggunakan strategi pendekatan penguatan kelembagaan lokal dari masyarakat warga dan mendorong potensi masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok untuk mengatasi persoalan kemiskinan secara mandiri. Untuk itulah di bangunlah Badan Keswadayaan Masyarakat yang bersifat independen dan bercirikan sebagai paguyuban masyarakat yang berfungsi sebagi dewan pengambil kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan, maka untuk itulah disusunlah suatu Program Penanggulangan Kemiskinan dalam sebuah perencanaan partisipatif yang tertuang dan teraplikasi dalam Perencanaan Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis).

(71)

mengatasi permasalahan kemiskinan dan dikemudian hari dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun materiil.

Orientasi kebijakan nasional dalam upaya penanggulangan kemiskinan di berbagai wilayah indonesia yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) turut andil dan menjadi pijakan dalam penyusunan PJM pronangkis diseluruh wilayah, yang antara lain memiliki tujuan yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi hiv/aids, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan.

(72)

mencapai hasil yang diinginkan dan mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena perlu dilakukan review PJM Pronangkis yang ada baik program maupun renta tahun-tahun sesudahnya dengan tetap mempertimbangkan aspek tridaya.

Dengan adanya kegiatan review, diharapkan BKM secara sadar dapat mengontrol gerak, kesesuaian sumber daya, pilihan cara dan saling menjaga kinerja di antara para anggota dan unit pengelola serta sebagai proses pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan BKM kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap penanggulangan kemiskinan terutama masyarakat miskin. Tak kalah pentingnya mampu menumbuhkan semangat dan proses pembelajaran, memperkuat implementasi nilai-nilai keterbukaan, partisipasi dan pertanggungjawaban dan mendorong terjadinya kontrol sosial warga terhadap program-program pembangunan serta terwujudnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan khususnya di Desa Gondang.

(73)

terhadap BKM tentang kegiatan review partisipatif baik review kelembagaan, keuangan maupun PJM pronangkis. Khusus dalam kegiatan review PJM pronangkis di Desa Gondang dimulai dengan pembentukan tim review yang sebelumnya dilakukan penguatan terhadap tim tersebut tentang proses yang akan dilakukan. Tim review akan bertugas untuk mengadakan penggalian ususlan ditingkat basis baik RT yang kemudian dilakukan rekapitulasi tentang usulan yang ada. Setelah semua telah direkap dan ditabulasi kedalam format yang ada kemudian dilakukan lokakarya di tingkat desa untuk menyepakati program usulan baik mengenai program, perkiraan biaya dan kapan program tersebut akan dilaksanaan, dan hal ini jelas telah melalui proses skoring untuk menentukan skala prioritas usulan program. Dalam penggalian usulan tingkat basis juga dilakukan

reorientasi PS untuk mengupdate data KK miskin serta

Gambar

Tabel 1 : Proses Kegiatan Tahap Persiapan
Tabel 2 : Proses Kegiatan Tahap Pelaksanaan
Tabel 3. : Proses Kegiatan TAHAP Terminasi
Tabel 6 : Kerangka logis strategi pengembangan pinjaman bergulir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penghalusan pola difraksi sinar-x pada sampel tersebut menunjukkan bahwa perubahan jumlah fraksi massa masing-masing fasa relatif tidak signifikan

Tujuan yang diinginkan dari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis Pengaruh Perilaku Penyesuaian Diri Terhadap Kinerja Penjualan Pada Perusahaan Asuransi di Surabaya. a)

Dari bentuk dan bagian-bagian tubuh yang dianggap kurang memuaskan, sudah dapat tergambarkan bagaimana sebenarnya bentuk tubuh yang ideal menurut pandangan para

Dari hasil analisis data masterplan kawasan industri diatas hanya 23 industri yang menghasilkan limbah cair yaitu yang terdapat pada area eksisting dan area future

Kebanyakan remaja memulai tidur lebih larut malam dan bangun lebih pagi dengan tuntutan untuk pergi kesekolah akibatnya kualitas tidur remaja

Selain jarak yang jauh dan medan yang berliku-liku juga rusaknya jalur alternatif lewat Desa Lemukih, jarak antara daya tarik wisata yang satu dengan yang lain berjauhan

Analisis enzim restriksi (REA) dengan menggunakan enzim endonuklease Taq I telah dilakukan pula terhadap 21 isolat BHV-1 asal Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa

Kita klik menu di PC Hyper Terminal, kilik 2 x, selanjutnya setting port yang digunakan ,serta jangan lupa Bit per second nya biasanya menggunakan yang 9600 maka disana akan