• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengapa kaum Muslimin mundur dan kenapa kaum selain mereka maju? yang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengapa kaum Muslimin mundur dan kenapa kaum selain mereka maju? yang dalam"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENGAPA KAUM MUSLIMIN MUNDUR? Oleh: Imam Nasruddin1

Pendahuluan

Tulisan ini sebenarnya merupakan pengadopsian dari buku karya Al-Amier Syakieb Arsalan yang terkenal itu. Buku yang sudah terlalu tua dari segi umur, namun isinya tidaklah setua umur buku tersebut. Ia tetap masih segar dan up to date karena akan selalu menggugah motivasi dari hati yang paling dalam bagi kaum Muslimin untuk menginstropeksi diri baik secara pribadi terlebih secara sosial kemasyarakatan.

Buku tersebut dikemas dalam bahasa Arab dengan judul lengkapnya:

“Mengapa kaum Muslimin mundur dan kenapa kaum selain mereka maju?” yang dalam bahasa Indonesia telah dialih bahasakan oleh H. Moenawar Chalil yang diterbitkan oleh PT. Bulan Bintang Jakarta dengan cetakan pertama pada tahun 1954.

Al-Amier Syakieb Arsalan adalah seorang politikus muslim yang masyhur di segenap penjuru dunia Islam, intelektual Islam yang terkenal, seorang mujahid Islam yang ulung, dapat membela kepentingan Islam, dengan akal pikirannya yang cerdik, dan pengarang yang bijaksana.

Orang Islam yang selalu memperhatikan gerak-gerik dunia Islam pada abad XIV (abad ke XX Masehi) tentu kenal nama Al-Amier Syakieb Arsalan dengan perantara penanya atau tulisan-tulisannya yang tajam itu dalam surat-surat kabar bahasa Arab yang terbit di Mesir dan lainnya. Beliau termasuk salah seorang buangan politik dari pemerintah Perancis, dan beliau memilih tempat di Genewa. Dalam pada itu beliau diangkat oleh pemerintah di Syria sebagai ketua delegasi Syiria di Volkenbond. Jadi tempat pembuangan beliau adalah tempat Volkenbond (liga bangsa-bangsa) bersidang.

Dalam buku ini sebenarnya sangat lengkap digambarkan bagaimana umat Islam maju, umat Islam mulai kehilangan kemajuan tersebut, dan adanya penghianatan sebagian umat Islam kepada agama, bangsa, negara dan i’tidzar mereka yang keji serta jahat. Namun

(2)

2

dalam tulisan ini hanya diambilkan sebab-sebab yang menjadikan kaum Muslimin itu mundur. Dengan diketahuinya sebab-sebab kemunduran tersebut kiranya menjadi bahan instropeksi diri bagi kaum Muslimin sekarang terlebih masa yang mendatang.

Beberapa sebab terpenting kemunduran umat Islam

1. Kebodohan, yang menjadikan mereka itu tidak dapat menbedakan antara tuak dan cuka, lalu ia suka menerima perkataan kosong dan bohong, dan ia tidak mengerti akan penolakannya.

2. Kekurangan pengetahuan (canggung), yang dengan sebab ini sebenarnya lebih menghawatirkan daripada kebodohan yang biasa. Karena orang yang bodoh itu karena orang yang bodoh itu apabila oleh Allah telah diberi kepadanya seorang penuntun yang mengerti ia segera menurut tunduk kepada penuntun itu, dan tidak berputar balik akan menyangkal kepadanya. Adapun orang yang berpengatahuan kurang itu maka ia tidak akan mengerti, sebagaimana kata pepatah seorang pujangga:

“Kamu mendapatkan bahayanya penyakit gila itu lebih baik daripada kamu mendapatkan bahayanya penyakit setengah gila”.

Sebagai gambaran misalnya apa yang pernah dikatakan oleh Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si (2010), Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung bahwa kurang beruntungnya umat Islam sekarang ini diakibatkan oleh kurangnya kemampuan kaum Muslimin dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurangnya penguasaan pengetahuan tersebut banyak disebabkan oleh banyaknya orang di kalangan umat Islam yang masih punya anggapan bahwa penguasaan ilmu dan teknologi tidak begitu penting. Hal tersebut berlanjut kepada anggapan bahwa pendidikan ilmu dan teknologi adalah sesuatu yang diabaikan. Anggapan tersebut mungkin hanya berasal dari ajaran agama yang mereka pahami bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara sedangkan kehidupan akhirat itu abadi sehingga mereka lebih mementingkan persiapan menuju kematian (kehidupan akhirat) dan mengabaikan persiapan untuk kehidupan di dunia.

(3)

3

Pikiran atau paham tersebut memang betul kalau dilihat dari lamanya kehidupan seseorang atau pribadi, tetapi kalau kita melihat rentang waktu kehidupan masyarakat Islam yang sangat panjang bisa beratus, beribu tahun bahkan sampai akhir zaman. Mereka tidak menyadari bahwa keadaan kehidupan masyarakat dibangun oleh kehidupan individu (perseorangan). Kalau kehidupan perorangan memprihatinkan maka kehidupan masyarakat yang panjang itu juga akan memprihatinkan. Kalau kehidupan perorangan sekarang kurang memperhatikan kehidupan masyarakat jangka panjang maka kehidupan anak cucu dan keturunannya akan lebih memprihatinkan. Kesalahan mempersepsi dan mengambil keputusan hari ini akibatnya akan dirasakan oleh anak keturunan kita sampai beratus tahun kemudian. Orang yang mengabaikan kehidupan masyarakat masa depan adalah orang yang egois dan individualis, padahal banyak dalam ajaran Islam yang menganjurkan untuk memperhatikan nasib keturunan masa depan sebagaimana firman Allah : “Dan hendaklah kamu takut dengan keadaan anak keturunanmu yang lemah” atau sabda Nabi Muhammad SAW : “Walaupun kamu tahu besok hari akan terjadi kiamat sedangkan di tanganmu ada sebutir benih kurma maka tanamkanlah benih kurma itu”. Dua dalil naqli tersebut mengingatkan kita betapa kita harus menciptakan generasi yang akan datang dengan kondisi yang lebih baik dari kondisi sekarang.

3. Kerusakan budi pekerti, hilangnya perangai yang selalu diperintahkan oleh al-Qur’an. Budi pekerta yang baik itu memang sungguh besar gunanya, antara lain untuk membangun umat dan bangsa yang kepentingannya melebihi daripada kepentingan pengetahuan. Dalam hal ini, alangkah eloknya perkataan Syauqi Beik:

“Sesungguhnya umat-umat itu tidak lain melainkan budi pekerti, selama budi pekerti itu tetap ada pada suatu umat, maka umat itu akan tetap ada. Dan jika budi pekerti mereka lenyap, maka mereka itupun lenyap juga”.

4. Kebejatan moral dan kerusakan budi para pemimpin. Moral adalah sesuatu yang tidak terlihat (non-empirik). Sesuatu yang ada korelasinya dengan nilai keberagamaan. Sedang budi pekerti/etika adalah sesuatu yang empirik. Ia akan terlihat jelas ketika

(4)

4

dilakukan. Kita akan maklum, ketika yang terlihat itu rusak maka sebenarnya bermuara pada yang rusak/bejat juga.

Pemimpin yang dimaksud lebih kepada pemimpin umat Islam bukan pemimpin pemerintahan secara umum. Singkatnya para ulama yang idealnya selalu memberikan pencerahan agama kepada umat. Mereka sudah mulai memperlihatkan kebejatan moral dan kerusakan budi pekertinya. Intinya mereka sudah lebih mementingkan kesuksesan dunia ketimbang salehnya amal untuk ke akhirat. Tindakannya macam-macam, walaupun terkadang menggunakan dalih demi agama dan demi perjuangan agama. Contoh yang dapat kita lihat dalam kehidupan adalah para ulama yang berperangai suka mendekatkan diri kepada para pemuka pemerintahan atau kepada raja yang selalu mengedepankan kesenangan hidup untuk mendapatkan kemewahan dunia dengan melupakan akhirat. Termasuk juga ulama yang ketika diminta fatwa dengan seenaknya mengatakan mubah/boleh terhadap apa yang telah jelas-jelas dilarang Allah swt.

Kerusakan ini ternyata membawa dampak yang sangat signifikan terhadap umat Islam secara keseluruhan, karena mereka akan merasa kebingungan yang besar. Bingung dengan siapa akan mencontoh, istimewanya dalam keberagamaan. Akhirnya mereka tidak percaya lagi dengan para ulama itu. Ulama sesat dan menyesatkan, akhirnya umatpun tersesat. Inilah dampak yang mudah sekali dilihat ketika para ulama sudah bejat moral dan rusak budi pekertinya.

5. Sifat Penakut dan Pengecut. Padahal dahulunya umat Islam adalah umat yang terkenal pemberani dan tidak takut mati. Yakni sesudah seorang diantara mereka dapat mengalahkan musuh sepuluh orang, dan kadang-kadang sampai seratus orang dari selain golongan mereka. Sekarang, umat Islam sebagian besar takut akan ”kematian” sedang sebenarnya rasa takut itu tidak boleh dihimpun dalam hati setiap Muslim yang hanya satu.

Sebagai misal, bangsa Eropa yang memusuhi umat Islam, mereka tidak ada perasaan gentar menghadapi kehebatan umat Islam dalam menolak dan menangkis serangan umat Islam. Padahal umat Islam mengetahui ketinggian dan kemuliaan yang telah didapat oleh bangsa Eropa dan kemenangan yang telah dicapai oleh mereka, karena menganggap bahwa mati itu bukan apa-apa, perkara biasa, dan berani menempuh kerusakan dan penderitaan di jalan yang akan membawa ke arah kemuliaan bangsa dan

(5)

5

negara mereka. Umat Islam itu sebenarnya lebih tahu tentang itu, kenapa mereka tidak berani berkorban nyawa, padahal Allah jelas-jelas mengingatkan kepada kita bahwa:



















”Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (al-Quran, 4: 104), atau firman-Nya (3: 139) yang lain:





”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.

Sesungguhnya sifat pengecut dan takut telah menimpa sebagian umat Islam itu sudah berhimpun dengan sifat putus asa dan putus harapan dari rahmat Allah. Maka diantara umat Islam ada yang didalam jiwa mereka menghormati dan memuliakan orang Eropa dan menggap lebih tunggi dan lebih mulia. Selanjutnya tidak ada tidak ada jalan sedikitpun mengalahkan mereka.

Nabi saw sendiri sebagai pemimpin umat Islam sebenarnya telah mengajarkan doa kepada kita : yang artinya ”Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari ketakutan...”. Sabda Nabi : , “Sejelek-jelek perangai yang ada pada diri seseorang itu ialah kikir yang terlalu dan takut yang sangat”.

(6)

6

Penutup

Demikian beberapa sebab yang menjadikan umat Islam mengalami kemunduran dan jatuh dari jaman keemasan dan kejayaannya. Seperti kita maklumi bersama bahwa Islam memimpin dunia lebih kurang 7 abad lamanya, pada waktu Bani Abbasiyah, Bani Umayyah dan seterusnya. Ketika itu nama Islam berkibar kemana-mana tidak hanya didunia Islam akan tetapi juga ke dunia Eropa yang saat itu Eropa masih didalam masa kegelapan. Ternyata jaman itu tidak berlangsung selamanya. Eropa mulai bangkit ketika mulai mengetahui kelemahan umat Islam pada saat ini. Dengan belajar dan berjuang keras akhirnya bangsa Eropa dapat menguasai ”dunia”.

Sekarang, beranikah wahai pemuda Islam menghilangkan sebab-sebab yang menjadi kemunduran umat Islam dan mengembalikan/menghadirkan kembali jaman kejayaan umat Islam seperti waktu itu?. Umat Islam secara totalitas merindukan dan menantikannya. When and when…. (Jawabannya ada dilubuk hati kita masing-masing yang terdalam itu).

Referensi

Dokumen terkait

Kemunculan cerita Jimat Kalimasada telah memahamkan orang Jawa untuk menghubungkan kehidupan masa Hindu-Budha dengan kehidupan masa Islam, serta dimaknai sebagai perpindahan

Akhirnya dimulailah masa kenabian Muhammad Saw, dan memulai untuk mengajarkan ajaran Islam kepada orang-orang yang ada didekatnya kemudian karena aktivitas

• Sangat mayoritas komunitas Muslim yang menyatakan ajaran Islam tidak membolehkan terorisme, kekerasan, bersikap keras terhadap orang agama lain, atau bahkan memerangi

Fenomena perkawinan manyonduti , sebenarnya banyak terjadi di masyarakat batak, karena mereka menganggap dari pada menikah dengan orang lain, yang berbeda marga/keturunan,

Heibogor.com - Pertama , pertumbuhan kehidupan masyarakat Islam dengan adat, tradisi, budaya yang mengadaptasi unsur tradisi lama dengan ajaran Islam melalui pola budaya

Pendidikan agama Islam bagi masyarakat Banjar merupakan hal yang sangat penting karena ajaran Islam telah mengakar di dalam kehidupan mereka, Islam bagi masyarakat

Dalam hal ini, akan diperbandingkan antara ajaran yang dinamai Jatisunda ( Sunda Wiwitan ) yang dijadikan pedoman hidup orang Sunda masa pra-Islam dengan ajaran agama

Kaum Ansar adalah orang-orang yang merindukan kehadiran Rasulullah saw. Kaum Ansar menyadari bahwa Islam adalah agama yang benar. Mereka berusaha menerapkan ajaran Islam dalam