TUGAS
PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS
KELOMPOK 6
Devi Rahmadianti 04091041003
Nyimas Praptini Nurani 04091041009
Lutfia Rahmawati 04091041016
Dwi Yunia Meriska 04091041018
Dianita Risky Alamsyah 04091041035
Norawaty Ma’as 04091041051
Verga Kusumananda 04091041052
Ryan Cahyana 04091041058
I Made Bayu Wisnu Wardhana 04091041059
Radi Noorsyawal 04091041062
Aji Kusuma 04091401063
Alyssa Amelia Vania Utami 04091041069
Sivaneswary Muniappan 04091041075
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Kelompok 6
1. Ketua : Sivaneswary Muniappan 04091401075
2. Sekretaris : Ryan Cahyana 04091401058
Soal
Di pulau Gili-Gili jumlah penduduk 220.000 jiwa. Memiliki 6 Pustu dan 6 Puskesmas Induk. Setiap puskesmas mempunyai 4 posyandu. Di Pulau Gili-Gili mayoritas penduduk bekerja sebagai pengusaha dan nelayan. Sosial ekonomi termasuk memiliki strata tinggi. Disini ada beberapa pusat pengalengan seafood pribadi. Pulau Gili-Gili memiliki rumah sakit tipe D, yang menjadi pusat rujukan, 4 jenis praktek dokter : dokter mayor ( bedah, kebidanan, penyakit dalam dan anak ) ; 2 klinik bersalin swasta. Transportasi di pulau Gili-Gili ke provinsi memakai transportasi laut dan udara. Dinkes melaporkan angka kesakitan obesitas, filariasis dan HIV / AIDS tinggi.
Tugas: Bagaimana kita sebagai salah satu pimpinan puskesmas untuk
FILARIASIS
Filariasis atau Elephantiasis atau disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit ini telah menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada wanita maupun pria. Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian, tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. (Depkes RI, 2005)
A. Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu:
1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi
3. Brugia timori (Gandahusada, 1998)
B. Faktor Risiko Filariasis
1. Lingkungan
Lingkungan rumah warga meliputi lingkungan rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat, misalnya dinding rumah, pencahayaan, serta kelembapan.
Lingkungan di luar rumah warga seperti banyaknya air yang tergenang, rawa-rawa, semak-semak yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
2. Perilaku
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari
Kebiasaan tidak menggunakan kelambu saat tidur 3. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit filariasis
Kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
C. Vektor
Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis.
D. Hospes
A. Manusia
Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk infektif (mengandung larva stadium III). Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya pendatang baru ke daerah endemis (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumya laki-laki banyak terkena infeksi karena lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat (Gandahusada, 1998).
B. Hewan
Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis (hewan reservoir). Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan pada lutung (Presbytis criatatus), kera (Macaca fascicularis), dan kucing (Felis catus) (Depkes RI, 2005).
E. Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, keadaan geografis, stuktur geologi dan sebagainya. Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap pertumbuhan, masa hidup, dan keberadaan nyamuk. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan adanya hewan reservoir (kera, lutung, dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran Brugia malayi sub periodik nokturna dan non periodik.
2. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi dapat menjadi rantai penularan filariasis. Misalnya, adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia sp. Daerah endemis Brugia malayi adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air yang ditumbuhi tanaman air.
3. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya
Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan perilaku penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, keluar pada malam hari, dan kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki sering kontak dengan vektor pada saat bekerja (Depkes RI, 2005).
F. Cara Penularan
G. Gejala
Gejala-gejala yang terdapat pada penderita Filariasis meliputi gejala awal (akut) dan gejala lanjut (kronik). Gejala awal (akut) ditandai dengan demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-4 hari apabila bekerja berat, timbul benjolan yang terasa panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka di badan, dan teraba adanya tali urat seperti tali yang bewarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan. Gejala lanjut (kronis) ditandai dengan pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita sehingga menimbulkan cacat yang menetap (Depkes RI, 2005).
I. IDENTIFIKASI MASALAH
A. Diagnosis Sosial:
1. Banyak warga mengeluh mudah lelah , kaki, tangan, buah dada dan alat kelamin bengkak, kemerahan dan terasa panas
2. Lipatan paha dan ketiak bengkak, kemerahan, panas dan sakit 3. Warga mengalami demam berulang-ulang
4. Banyak nyamuk 5. Padat penduduk
6. Banyak air yang tergenang, banyak semak - semak
B. Diagnosis epidemiologis:
Terdapat 70% kasus filariasis di pulau Gili-Gili , 35 % kasus terdapat di wilayah kerja Puskesmas X
C. Diagnosis Perilaku
1. Banyak semak di sekitar rumah
2. Banyaknya tanaman air dan rawa/hutan 3. Banyaknya genangan air
4. Kurangnya kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat 5. Banyaknya bak penampungan air yang terbuka
6. Selokan yang tersumbat
7. Pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik
D. Diagnosis Pendidikan
1. Kurangnya pendidikan kesehatan
E. Diagnosis Administrasi/Kebijakan
1. Menkes No. 612/MENKES/VI/2004 kepada Gubernur, Bupati tentang eliminasi filariasis.
2. Di prakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan “The Global Goal of
Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai
bagian dari eliminasi filariasis global.
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 612/MENKES/VI/2004 tanggal 1 Juni 2004 Perihal Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Indonesia ,maka kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia melaksanakan pemetaan eliminasi filariasis gobal, pengobatan massal daerah endemis filariasis, dan tata laksana penderita filariasis di semua daerah. Program pelaksaan kasus filariasis ditetapkan sebagai salah satu wewenang wajib pemerintah daerah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
4. Kepmenkes RI No. 1582/Menkes/SK/2005 tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
5. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 443.43/875/SJ tanggal 24 April 2007 Perihal Pedoman Pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis Dalam Rangka Eliminasi Filariasis di Indonesia
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT FILARIASIS
1. Angka microfilaria rate yang tinggi di Pulau Gili – Gili ( > 1 % )
2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai penyakit filariasis.
3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai penyebaran, gejala klinis dan penularan penyakit filariasis.
5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
6. Adanya limbah dari pabrik pengalengan seafood yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
7. Kurangnya jumlah puskemas.
8. Rumah Sakit Tipe D yang fasilitasnya kurang memadai untuk mencakup seluruh pulau Gili-Gili.
9. Kurangnya praktek dokter swasta.
10. Sulitnya akses yang harus ditempuh untuk pergi ke pulau Gili-Gili.
II. PRIORITAS MASALAH
No. MASALAH U S G UXSXG PRIORITAS
1. Angka microfilaria rate yang tinggi
di Pulau Gili – Gili ( > 1 % ) 4 4 4 64 II
2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai mengenai
penyakit Filariasis
2 3 4 24 IV
3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai
penyebaran,gejala klinis dan penularan penyakit filariasis
4 5 5 100 I
4. Kurangnya kesadaran warga akan
pentingnya pengobatan filariasis 4 3 4 48 III
5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
3 2 4 24 V
6. Adanya limbah dari pabrik
pengalengan seafood yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
2 4 2 16 VI
8. Rumah Sakit Tipe D yang
fasilitasnya kurang memadai untuk mencakup seluruh pulau Gili-Gili
3 2 4 24 IV
9. Kurangnya praktek dokter swasta 2 4 3 24 IV
10. Sulitnya akses yang harus ditempuh
untuk pergi ke pulau Gili-Gili 4 4 2 32 III
III. AKAR PENYEBAB MASALAH
IV. IMPLEMENTASI PERENCANAAN KEGIATAN ELIMINASI FILARIASIS
Rencana Kegiatan Tujuan :
Tujuan Umum: Menurunkan angka kesakitan filariasis di wilayah kerja Puskesmas X Pulau Gili-gili
Tujuan khusus:
1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai gejala-gejala klinis dan penularan filariasis
3. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
Sasaran :
Seluruh masyarakat yang berdomisili di Pulau Gili-gili yang diwakili oleh perangkat desa dan sekolah, khususnya wilayah kerja Puskesmas X
Isi :
1. Memutuskan rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP )
2. Sosialisasi mengenai penyakit filariasis 3. Melaksanakan program puskesmas keliling 4. Pemberian kelambu gratis
5. Sosialisasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk ( 3M +) 6. Sosialisasi penggunaan kaos kaki
7. Sosialisasi tentang pengtingnya perilaku hidup bersih dan sehat 8. Gerakan penanaman tanaman pengusir nyamuk di pekarangan rumah
warga
9. Gerakan gotong royong untuk kebersihan lingkungan
Metode :
Membentuk tim yang bertugas dalam Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP ) di Pulau Gili - Gili
Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat , kepala desa, PKK, guru dan pusat pelayanan kesehatan
Membentuk tim yang bertugas dalam mengawasi kebersihan lingkungan Diadakannya gotong-royong membersihkan lingkungan minimal satu minggu sekali
Diadakannya sosialisasi untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( 3M + )
Membentuk perangkat kesehatan di sekolah-sekolah
Kegiatan Program Eliminasi Filariasis di Pulau Gili – Gili
No KEGIATAN
A.Program Akselerasi Eliminasi Filariasis , Ketersediaan dan Distribusi Obat
1 Pelaksanaan POMP filariasis untuk total penduduk 220.000 orang di Pulau Gili - Gili
2 Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat , kepala desa, PKK, guru dan pusat – pusat pelayanan kesehatan
3 Memastikan semua kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis ditangani sesuai pedoman
4 Memastikan ketersediaan dan distribusi obat filariasis dengan sasaran 220.000 penduduk Gili- Gili
B. Pengelolaan Program , Administrasi ,Advokasi dan Sosialisasi , serta Surveilans ( Money )
1 Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan di kabupaten / kota di Pulau Gili – Gili untuk pelaksanaan program POMP
2 Bekerjasama dengan para pemangku kepentingan (pak camat/ bupati) dalam menjaga kesinambungan komitmen pelaksanaan eliminasi filariasis
3 Memobilisasi dukungan dari sektor pemerintah /swasta dalam memberikan dukungan pendanaan eliminasi filariasis, contoh : para pengusaha di Pulau Gili – Gili
4 Meningkatkan manajemen SDM Merencanakan dan menyediakan SDM terlatih yang sesuai
dengan kebutuhan program
Melibatkan peran serta LSM, swasta , dan sektor terkait dalam pelaksanaan pengobatan missal filariasis
Bekerjasama dengan Dinkes dalam mengembangkan metode pelatihan bagi petugas dan tenaga kesehatan yang terakreditasi
5 Meningkatkan Komunikasi dan Diseminasi Informasi Koordinasi dengan Promkes dalam pembuatan ,
penggandaan dan distribusi bahan eliminasi filariasis ke masyarakat Gili – Gili
Bekerjasama lintas sektor ,swasta, dan LSM untuk membangun dan memperluas jaringan informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi
6 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan eliminasi filariasis
Meningkatkan sosialisasi eliminasi filariasis melalui promkes dengan melibatkan masyarakat
8 Memastikan pencatatan dan pelaporan efektif, efisien, lengkap dan tepat waktu
9 Meningkatkan kemampuan surveilans kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis
10 Melakukan monitoring dan evaluasi yang sistematis ,secara periodik 11 Melaksanakan evaluasi prevalensi mikrofilaria setelah pengobatan masal
filariasis
Promotif:
Panduan pemberian POMP :
Pengobatan massal menggunakan kombinasi Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan, Albendazol 400 mg (1 tablet) dan Paracetamol (sesuai takaran) yang diberikan sekali setahun selama 5 tahun pada penduduk yang berusia 2 tahun ke atas. Sebaiknya minum obat anti filariasis sesudah makan dan dalam keadaan istirahat/tidak bekerja. Upaya ini dimaksudkan untuk membunuh mikrofilaria dalam darah dan cacing dewasa.
Sasaran pengobatan massal adalah seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis, kecuali:
1. Anak-anak berusia < 2 tahun 2. Ibu hamil dan menyusui 3. Orang yang sedang sakit 4. Orang tua yang lemah 5. Penderita serangan epilepsi
Setiap orang yang ditemukan mikrofilaria dalam darahnya mendapat pengobatan yang memadai agar tidak menderita klinis filariasis dan tidak menjadi sumber penularan terhadap masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2005).
Pedoman pelaksanaan promosi kesehatan, strateginya adalah:
a. Pemberdayaan
Yaitu upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit filariasis.
Pemberdayaan tehadap individu
Pemberdayaan tehadap individu dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan puskesmas terhadap individu yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan individu yang menjadi sasaran kunjungan
seperti Posyandu, Pustu, UKS. Misalnya: Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekitar wilayah kerja puskesmas dan memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya.
Pemberdayaan Keluarga
Yaitu dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah yang berada di wilayah kerja puskesmas X. Misalnya: Memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya.
Pemberdayaan masyarakat
Memberikan penyuluhan kepada kader aktif di desa wilayah puskesmas X tentang penularan penyakit filariasis dan cara memberantas nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis kepada masyarakat pulau Gili-Gili. Hal ini juga dapat dilakukan pada para nelayan atau pengusaha di Pulau Gili – Gili.
Penyuluhan Pemberantasan nyamuk dewasa o Anopheles : residual indoor spraying o Aedes : aerial spraying
Pemberantasan jentik nyamuk o Anopheles : Abate
o Culex : minyak tanah
o Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air
Mencegah gigitan nyamuk
Dilakukannya Pemantauan Jentik berkala
Pemantauan jentik dilakukan secara langsung oleh petugas surveilens atau pun tidak langsung melalui anak sekolah yang sudah diajarkan cara memeriksa jentik oleh petugas puskesmas yang dating ke sekolah.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
o 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur)
o Membersihkan semak-semak, pembersihan tanaman air di rawa/sekitar rumah
o Membersihkan selokan yang tergenang di sekitar rumah
b. Bina suasana
Upaya menciptakan suasana lingkungan sosial yang mendorong setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam penyelenggaraan kesehatan. Khususnya untuk mengajak individu, keluarga dan masyarakat dari fase “tahu” ke fase “mau” memerlukan lingkungan yang mendukung, yaitu dengan cara pemasangan poster, pembagian leaflet atau pemutaran video yang berkaitan dengan penyakit filariasi
c. Advokasi
Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan. Misalnya dalam upaya menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis di wilayah puskesmas X, Puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk memberikan penghargaan kepada desa yang berhasil menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis.
V. RUK No. Upaya
Kesehatan Kegiatan Tujuan Sasaran Target
Kebutuhan Sumber Daya Indikator Keberhasilan
Sumber Dana
Dana Alat Tenaga
1. Promosi Kesehatan Penyuluhan tentang gejala penularan filariasis Pengetahuan masyarakat tentang penyakit Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 95% Rp. 10.000.000,00 Gedung untuk penyuluhan Stiker Pamflet Spanduk Dll. Dokter Kader aktif Perangkat desa Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan penularan filariasis Dinkes Pengajua n proposal ke pangusah a lokal 2. Kesehatan Lingkungan Kerja bakti membersihkan lingkungan rumah Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 90% Rp. 5.000.000,00 Alat-alat kebersihan Seluruh warga masyarakat di wilayah kerja puskesmas Lingkungan yang bersih 3. Pemberantasan Penyakit Menular Program POMP filariasis Pemantauan jentik Pemberantasan Menurunkan angka kesakitan filariasis Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 20% (70%-50%) Rp. 15.000.000,00 Kelambu gratis Alat fogging Pembagian lotion anti Dokter Kader aktif Perangkat Desa Menurunnya angka kesakitan filariasis
sarang nyamuk
Menghindari gigitan nyamuk
nyamuk
4. Pengobatan Pemberian obat gratis untuk mengobati penderita filariasis yaitu dietil carbamazine Mengobati pasien yang menderita filariasis Seluruh pasien filariasis di wilayah kerja puskesmas Gili-Gili 90% Rp. 5.000.000,00 Obat Sarana transpotrasi Dokter, kader aktif dan perangkat desa Menurunnya angka kesakitan filariasis
VI. RPK
No Upaya
Kesehatan Kegiatan Sasaran Target
Volume
Kegiatan Rincian Pelaksanaan
Lokasi Pelaksanaan
Tenaga
Pelaksana Jadwal Biaya
1 Promosi Kesehatan Penyuluhan tentang gejala penularan filariasis Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 95% 2 X sebulan - Penyuluhan dilaksanakan - Mengajarkan tentang: gejala filariasis Penularan, pencegahan Aula setempat 2X sebulan Jan - Des Dinkes Pengajuan proposal ke pangusaha lokal 2 Kesehatan Lingkungan Kerja bakti membersihkan lingkungan rumah Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 90% 4 X sebulan (Setiap Minggu)
- kerja bakti yang di bagi tiap RT u/membersihkan lingkungan sekitar rumah seperti : selokan - Lingkungan sekitar tempat warga Setiap minggu 3 Pemberantasan Penyakit Menular Pemantauan jentik Pemberantasan sarang nyamuk Menghindari gigitan nyamuk Seluruh warga masyarakat pulau Gili-Gili 20% (70%-50%) 2 X sebulan - Pemantauan jentik berkala - Pemberantasan sarang nyamuk - Menghindari gigitan nyamuk - Sekitar lingkungan tempat tinggal warga mulai: januari- desember 2X sebulan
gratis untuk mengobati penderita filariasis yaitu dietil carbamazine pasien filariasis di wilayah kerja puskesmas Gili-Gili sebulan sebulan