• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RAWAN BANJIR KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RAWAN BANJIR KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Rute Jalur Evakuasi Bencana Banjir Rob

Wilayah Pesisir Kota Semarang

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis (TKP350)

Dosen Pengampu:

Widjonarko, ST, MT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7B

Yeti Ulfah Tuzyahroya

(21040113120042)

Hafidz Aliyudin

(21040113120046)

Novi Yanti

(21040113120048)

Bayu Rizqi

(21040113120050)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

(2)

i DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... ii DAFTAR GAMBAR ... ii BAB I PENGANTAR ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Permasalahan ... 2

1.3. Tujuan dan Sasaran ... 2

1.1.1. Tujuan ... 2

1.1.2. Sasaran ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 2

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.4.2. Ruang Lingkup Materi ... 3

1.5. Kerangka Pikir... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KERANGKA TEORITIK ... 6

2.1 Kota Semarang ... 6

BAB III METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 8

3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 8

3.2. Penetapan Data dan Variabel ... 8

3.3. Teknik Analisis ... 9

3.3.1. Teknik Analisis Weighted Overlay ... 10

3.3.2. Teknik Analisis Route Analyst ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 12

4.1. Flow Chart Analisis Data ... 12

4.2. Deskripsi Variabel Rawan Bencana Banjir Rob ... 12

4.3. Lokasi Rawan Banjir Rob ... 19

4.4. Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob ... 23

4.5. Rute Terdekat Lokasi Rawan Banjir Rob ke Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob ... 23

(3)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Tahun 2011 ... 1

Tabel III.1 Pembagian Kelas Berdasarkan Tingkat Kelerengan ... 10

Tabel III.2 Pembobotan Menurut Laju Penurunan Muka Tanah ... 10

Tabel III.3 Pembagian Kelas Berdasarkan Curah Hujan... 10

Tabel III.4 Pembobotan Berdasarkan Jenis Tanah ... 11

Tabel III.5 Pembobotan Berdasarkan Tata Guna Lahan ... 11

Tabel VI.1 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob ... 23

Tabel VI.2 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh ... 24

Tabel V.1 Pengembangan Rute Evakuasi Bencana Banjir Rob Kota Semarang ... ... 25

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Semarang ... 3

Gambar 1.2 Kerangka Pikir ... 4

Gambar 4.1 Flow Chart Analisis Data ... 13

Gambar 4.2 Peta Topografi Kota Semarang ... 14

Gambar 4.3 Peta Land Subsidence Kota Semarang ... 15

Gambar 4.4 Peta Klimatologi Kota Semarang ... 16

Gambar 4.5 Peta Litologi Kota Semarang ... 17

Gambar 4.6 Peta Tataguna Lahan Kota Semarang ... 18

Gambar 4.6 Peta Kerawanan Banjir Kota Semarang ... 20

Gambar 4.7 Peta Sampel Lokasi Banjir dan Lokasi Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang ... 21

(4)

1

BAB I PENGANTAR

1.1. Latar Belakang

Secara geografis, Indonesia berada pada kawasan rawan bencana mulai rawan gempa, rawan letusan gunung berapi, rawan tsunami, rawan banjir rob, dan sebagainya. Dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa penataan ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Maka dari itu, dalam penataan ruang diperlukan basis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan (Mayona, 2009).

Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat ancaman yang cukup tinggi yaitu salah satunya adalah banjir pasang-surut atau banjir rob (Arief dkk, 2013). Rob merupakan banjir yang terjadi akibat pasang air laut yang menggenangi kawasan yang mempunyai ketinggian lebih rendah dari permukaan air laut pada pasang tertinggi (Kurniawan, 2003). Banjir rob di Kota semarang tersebar di sepanjang pesisir Kota Semarang yang berbatasan dengan Laut Jawa. Pada Tabel I.1 dipaparkan luas wilayah sebaran banjir rob di Kota Semarang berdasarkan jurnal penelitian Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Tahun oleh Ramadani dkk (2011).

Tabel I.1 Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Tahun 2011 No. Lokasi Kecamatan Luas

(Ha)

Sebaran (Kelurahan)

1 Kecamatan Tugu 257,20 Mangunharjo, Mangkang Wetan, Randugarut, Karanganyar dan Tugurejo

2 Kecamatan Semarang Barat 237,19 Tambakharjo, Tawangsari, dan Tawangmas

3 Kecamatan Semarang Tengah 22,95 Kauman, Kranggan, dan Jagalan

4 Kecamatan Semarang Utara 508,28 Panggung Lor, Bandarharjo, dan Tanjung Emas

5 Kecamatan Semarang Timur 44,15 Kemijen

6 Kecamatan Genuk 377,68 Terboyo Kulon, Trimulyo, dan Terboyo

7 Kecamatan Gayamsari 73,23 Tambakrejo, Kaligawe, dan Sawah Besar

8 Kecamatan Semarang Selatan 18,12 Pleburan, Bulustalan

Sumber: Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang, 2011

Menurut Wirastriya (2005) bencana banjir rob bukan hanya disebabkan oleh air pasang di Laut Jawa namun juga karena kenaikan muka laut akibat global warming. Sedangkan menurut Gumelar, dkk. (2009) bencana banjir rob juga disebabkan oleh adanya penurunan permukaan tanah (land subsidence). Ketika banjir rob tersebut tidak ditanggulangi maka akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Semarang. Apalagi ketika banjir rob tersebut tersebut menimbulkan kerugian baik dalam sektor rill maupun sektor non rill. Dalam laporan ini akan membahas tentang mitigasi bencana berupa kerawanan banjir rob yang adaa di pesisir wilayah Kota Semarang. Mitigasi bencana yang akan dikaji dilakukan dengan melakukan pemetaan. Pemetaan

(5)

2 tersebut dilakukan sebagai sarana pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis.

1.2. Rumusan Permasalahan

Jurnal Pemetaan Resiko Bencana Banjir Rob Kota Semarang (Arief dkk, 2012) memprediksi ancaman banjr rob Kota Semarang pada tahun 2015 tersebar pada 9 kecamatan dan 73 kelurahan dengan luas genangan sebesar 8.339,31 hektar atau 22,32% dari luas total wilayah Kota Semarang yang luasnya 37.360,49 hektar berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang 2010-2030. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian jurnal yang dilakukan Tahun 2011 yang menyatakan bahwa lokasi rawan banjir rob tersebar di 8 kecamatan dengan 23 kelurahan. Maka dari kedua hasil penelitian tersebut dalam kurun waktu 4 tahun dari 2011-2015 lokasi rawan bencana banjir rob semakin bertambah luas. Salah satu usaha preventif dalam menghadapi bencana banjir rob tersebut adalah berupa mitigasi bencana yaitu pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob menggunakan aplikasi SIG.

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.

1.1.1. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk pengembangkan rute jalur evakuasi bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis.

1.1.2. Sasaran

Berikut adalah sasaran yang dilakukan guna mencapai tujuan penulisan laporan ini. a. Menentukan wilayah studi dan permasalahan yang akan dikaji.

b. Menentukan variabel dan data yang dibutuhkan. c. Menentukan teknik pengumpulan data.

d. Menentukan teknik analisis GIS yang akan digunakan. e. Melakukan analisis menggunakan aplikasi GIS.

f. Melakukan interpretasi dari hasil analisis untuk menentukan rute jalur evakuasi bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang

g. Menentukan simpulan dari hasil analisis.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang dibahas pada laporan ini terbagi atas dua bagian yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

(6)

3

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah studi dalam laporan ini adalah Kota Semarang yang secara administratif masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 373,70 km2. Kota Semarang terletak antara garis

6°50’ – 7°10’ Lintang Selatan dan garis 109°35’ – 110°50’ Bujur Timur dengan batas administrasi sebagai berikut.

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang Sebelah Barat : Kabupaten Kendal Sebelah Timur : Kabupaten Demak

Sumber : Bappeda Kota Semarang,2011

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Semarang 1.4.2. Ruang Lingkup Materi

Laporan ini membahas mengenai proses pemetaan dalam upaya pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hal-hal yang akan dibahas antara lain, pembahasan mengenai kondisi fisik wilayah pesisir Kota Semarang yang rawan bencana banjir rob. Selain itu pembahasan mengenai wilayah bebas banjir terdekat layak huni yang dapat menjadi lokasi evakuasi korban bencana dan identifikasi akses rute jalan terdekat dari daerah rawan bencana banjir rob menuju daerah bebas bencana banjir rob.

(7)

4

1.5. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada laporan ini adalah sebagai berikut.

Sumber : Analisis Kelompok 7B, 2015

Gambar 1.2 Kerangka Pikir

Spatial Overlay Network Analyst Penentuan Wilayah Studi

“Kota Semarang”

Penentuan Tema Kasus dan Judul “Pengembangan Jalur Mitigasi Bencana Rob”

Perumusan Masalah dan Tujuan Laporan

Route Analyst Weighted Overlay Analisis Daerah Rawan Banjir Rob Analisis Daerah Bebas Banjir Rob Analisis Tata Guna Lahan Analisis Rute Jalan Terdekat (Aksesibilitas) Pembobotan (Scoring)

Peta Rute Jalur Evakuasi Akibat Bencana Banjir Rob Wilayah Pesisir Kota Semarang

Analisis Output dan Kesimpulan Penentuan Variabel dan Data yang

Dibutuhkan

Penentuan Metode Penyelesaian Masalah

Analisis Variabel dan Data Pengumpulan Data Data Sekunder: BPS, Bappeda, DPU, BMKG, Kajian Literatur Data Primer: Observasi OUTPUT PROSES INPUT

(8)

5

1.6. Sistematika Penulisan

Berikut ini merupakan sistematika penulisan dalam laporan ini. BAB I PENGANTAR

Bab ini berisi tentang urgensi permasalahan yang akan dikaji yang tertuang dalam latar belakang dan rumusan masalah. Selain itu, bab ini juga berisi tentang tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah dan materi, kerangka pikir, dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORITIK

Bab ini berisi tentang kajian permasalahan secara kontekstual. Dalam Bab Kerangka Teoritik ini dibahas mengenai Kota Semarang, bencana banjir, dan mitigasi bencana.

BAB III METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang metodologi yang diambil dalam penyelesaian masalah berupa teknik pengumpulan data, penetapan data dan variabel, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil dari pengolahan dan analisis data. Selain itu juga berisi tentang pembahasan hasil tersebut.

BAB V SIMPULAN

Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang masalah yang dikaji berupa rute jalur evakuasi bencana rob di wilayah pesisir Kota Semarang.

(9)

6

BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Kota Semarang

Kota Semarang merupakan salah satu kota pesisir di Indonesia. Berdasarkan kondisi eksisting, Kota Semarang sangat sering dilanda banjir rob. Hampir setiap hari menjelang malam, genangan air selalu terjadi di beberapa daerah sebagai akibat dari banjir rob, bahkan sampai saat ini belum ada upaya penanganan yang sesuai untuk permasalahan ini dan beban pembangunan yang merambah wilayah pesisir juga semakin besar sehingga penurunan muka tanah di darat juga ikut berpengaruh terhadap terjadinya banjir rob (Kodoatie, 2003).

Daerah yang beresiko terhadap banjir rob yaitu wilayah pesisir Kota Semarang yang meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Tugu, Semarang Barat, Semarang Utara, Gayamsari, Semarang Timur, Genuk dengan prediksi dan asumsi kenaikan air laut pada tahun 2050 nanti dan penurunan muka tanah sebesar 2-3 cm tiap tahun (Muhrozi, 2004).

Akan tetapi, daerah yang beresiko banjir rob di Kota Semarang mengalami perluasan seingga pada tahun 2011 daerah beresiko banjir rob menjadi delapan kecamatan. Perluasan daerah yang beresiko banjir rob di Kota Semarang akan terjadi jika tidak ada upaya dalam mitigasi bencana banjir rob tersebut. Selain itu, adanya banjir rob tersebut mempengaruhi perkembangan Kota Semarang itu sendiri misalnya membuat adanya kawasan tidak sehat di Semarang bagian Utara.

2.2 Bencana Rob

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (PP No.21 Tahun 2008).

Sedangkan menurut Nick Carter (1991) mengatakan bahwa bencana (disaster) adalah “an event, natural or man-made, sudden or progressive, which impact with such severity that affected community has to respond by taking expeptional measures”.

Banjir rob merupakan bencana yang muncul berkaitan dengan siklus gerak bulan. Dengan demikian banjir ini berulang secara bulanan. Daerah yang terkena bencana ini adalah dataran pantai di daerah pesisir yang rendah atau daerah rawa-rawa pantai. Genangan banjir ini dapat diperkuat dengan banjir karena curah hujan. Jadi, banjir ini dapat terjadi lebih hebat di saat musim hujan (Kodoatie, 2003).

Rob merupakan banjir yang terjadi akibat pasang air laut yang menggenangi kawasan yang mempunyai ketinggian lebih rendah dari permukaan air laut pada pasang tertinggi. Lama genangan dapat berlangsung berhari-hari bahkan sepanjang tahun tergantung pada jenuh tidak nyata. Beberapa

(10)

7 penyebab yang secara langsung dapat memperparah terjadinya rob antara lain: penurunan tanah akibat ground water pumping dan beban di atas muka tanah, bertambahnya tinggi permukaan air laut, tingginya sedimentasi dan sampah, sistem drainase yang tidak tepat, curah hujan dan fenomena alam lain.

2.3 Mitigasi Bencana

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No.21 Tahun 2008). Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.

Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih bersifat non fisik, contohnya kerangka hukum/perundangan, insentif-desinsentif, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesadaran masyarakat, Rencana Tata ruang, pengembangan kelembagaan, dan lain-lain. Sedangkan mitigasi aktif merupakan upaya yang bersifat fisik, seperti pembuatan bangunan waduk tanggul, perkuat struktur bangunan, dan lain-lain. Mitigasi bencana dikatakan dalam konteks penataan ruang sebagai alat untuk mencegah/ menghindari/ menghilangkan bahaya, mengurangi tingkat kerentanan dan meningkatkan ketahanan dari suatu wilayah/ kawasan tertentu (Mayona, 2009)

Tahun 1990an akan menjadi satu dekade upaya besar untuk mendorong teknik-teknik mitigasi bencana alam proyek-proyek pembangunan di seluruh dunia. Perserikatan bangsa-bangsa telah mengadopsi bahwa dekade tahun 1990an sebagai Dekade Internasional untuk pengurangan bencana alam. Tujuannya adalah untuk mencapai pengurangan yang signifikan dalam hal kematian dan kerusakan materi yang disebabkan oleh bencana-bencana pada akhir dekade. DHA dan UNDP memainkan peran sentral di dalam mendorong pemerintah-pemerintah nasional dan badan-badan non-pererintah untuk menangani isu-isu yang terkait dengan bencana lewat proyek-proyek yang dipusatkan secara langsung pada pengurangan dampak-dampak bahaya dan lewat penggabungan resiko kesadaran sebagai bagian dari operasi-operasi normal dari proyek-proyek pembangunan.

(11)

8

BAB III

METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

3.1. Teknik Pengumpulan Data

Laporan ini bersifat analisis deskriptif yang menjelaskan sebaran potensi rob, penyebab terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang berdasarkan aspek-aspek geologi lingkungan yang kemudian dijelaskan pula mengenai usulan mitigasi bencana berupa alternatif rute evakuasi untuk korban banjir rob di kawasan tersebut. Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini perlu dilakukan penggalian informasi dan pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder :

a. Telaah dokumen merupakan upaya untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang sudah tertuang dalam pencatatan terhadap dokumen. Berkaitan dengan penelitian ini, telaah dokumen dapat didapatkan dari Kota Semarang dalam Angka 2014, RTRW Kota Semarang Tahun 2010-2030, Bappeda Kota Semarang, Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang dan dokumen Pasang Surut Pelindo III Tanjung Emas Kota Semarang Tahun 2014.

b. Observasi merupakan upaya untuk penggalian data dan informasi dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, melalui dokumentasi, pemetaan, dan wawancara. Berkaitan dengan penyusunan laporan ini, observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi terkait aspek geologi lingkungan, area-area rawan rob, kondisi pra rob, kondisi saat terjadi rob, kondisi pasca rob, serta jalur mitigasi yang sudah ada untuk dilakukan peninjauan lebih lanjut.

3.2. Penetapan Data dan Variabel

Data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Data Pasang Surut Pelindo III Tanjung Mas Semarang Tahun 2010-2014

b. Peta Eksisting kota Semarang dalam dokumen RTRW Kota Semarang 2010-2030 c. Data percepatan penurunan permukaan tanah (land subsidence) tahun 2010-2014 d. Data Curah Hujan dari BMKG Kota Semarang

e. Peta aspek-aspek geologi dari Bappeda Kota Semarang f. Citra QuickBird tahun terbaru

Ancaman terjadinya bencana rob di pesisir Kota Semarang ditentukan oleh beberapa variabel, diantaranya :

a. Topografi (kelerengan)

Topografi merupakan tingkat kelerengan permukaan bumi. Semakin datar permukaan tanah, maka resiko ancaman banjir rob semakin tinggi. Sementara topografi di wilayah pesisir secara umum memang datar yaitu 2-15%. Hal ini menyebabkan area ini berpotensi untuk dilanda banjir rob.

(12)

9 b. Jenis Tanah

Setiap jenis tanah mempunyai tingkat infiltrasi atau penyerapan air yang berbeda. Semakin padat partikel tanah tersebut, maka semakin sulit untuk melakukan infiltrasi air.

c. Curah hujan

Secara umum, penguapan air di wilayah pesisir terjadi sangat cepat. Hal ini pun berimplikasi terhadap curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut. Semakin tinggi curah hujan, maka ketinggian muka air laut bisa meningkat dan bisa menimbulkan ancaman rob.

d. Jenis Tutupan Lahan

Jenis tutupan lahan akan mempengaruhi tingkat permeabilitas tanah untuk melepaskan air ke dalam tanah. Semakin banyak daerah yang terbangun, maka air akan semakin sulit meresap ke dalam tanah. Hal ini pun bisa menyebabkan rob sulit untuk dihindari

e. Land Subsidence

Dari tahun ke tahun, fenomena penurunan permukaan tanah di Kota Semarang terus terjadi dengan percepatan yang cukup tinggi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh eksploitasi air tanah untuk keperluan penunjang perkotaan yang tidak memperhatikan konservasi air tanah. Semakin tinggi land subsidence maka ancaman rob semakin besar pula.

Selanjutnya, untuk menentukan alternatif rute evakuasi korban bencana rob Kota Semarang yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat aksesibilitas jalan.Variabel yang sangat penting sebagai pengusulan atas rute evakuasi bencana rob di wilayah pesisir Kota Semarang ini adalah jaringan jalan. Jalan yang nantinya akan ditetapkan menjadi rute alternatif ini hendaknya mempunyai jarak dan waktu tempuh yang kecil, aksesibilitasnya tinggi, serta mempunyai impedasi kecil. Jalan yang dipilih sebaiknya :

a. Jalur yang dipilih merupakan jalan nasional, jalan propinsi dan jalan by pass sehingga akan memudahkan proses evakuasi.

b. Jalur evakuasi mempunyai kelerengan kurang dari 4%. c. Jalur evakuasi dirancang menjauhi aliran sungai.

d. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintangi sungai atau jembatan. e. Supaya tidak terjadi penumpukan masa, dibuat jalur evakuasi paralel.

f. Untuk daerah berpenduduk padat, dirancang jalur evakuasi berupa sistem blok, dimana pergerakan masa setiap blok tidak tercampur dengan blok lainnya untuk menghindari kemacetan.

3.3. Teknik Analisis

Untuk melakukan analisis daerah rawan banjir berikut dengan pengembangan rute evakuasi sebagai mitigasi bencana rob wilayah pesisir Kota Semarang dilakukan teknik analisis Weighted

(13)

10 Overlay (salah satu tools dari Spatial Analyst) dan Route Analyst (salah satu tools dari Network Analyst).

3.3.1. Teknik Analisis Weighted Overlay

Weighted Overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Analisis memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan dalam sebuah proses pengambilan keputusan khususnya untuk masalah keruangan. Dalam penyusunan laporan ini, analisis Weighted Overlay digunakan untuk membuat peta kerawanan bencana rob di wilayah pesisir Kota Semarang dengan pertimbangan beberapa variabel yang diberi pembobotan, yaitu topografi, jenis tanah, curah hujan, jenis tutupan lahan dan laju penurunan permukaan tanah. Pemberian bobot pada masing-masing parameter atau variabel bervariasi dan tergantung dari seberapa besar pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap terjadinya banjir. Semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecil.

Tabel III.1 Pembagian Kelas Berdasarkan Tingkat Kelerengan

Kelas Kelerengan (%) Deskripsi Bobot Nilai Kelas

I 0-2% Datar 25% 5 II 2-15% Landai 4 III 15-25% Bergelombang 3 IV 25-40% Curam 2 V >40% Sangat Curam 1

Sumber : Chow, 1984 dengan Modifikasi Penulis

Tabel III.2 Pembobotan Menurut Laju Penurunan Muka Tanah

Laju Penurunan Permukaan Tanah (cm/tahun) Bobot Nilai Kelas <0,3 25% 1 0-3 2 3-6 3 6-9 4 9-12 5

Sumber : Asumsi kelompok 7B, 2015

Tabel III.3 Pembagian Kelas Berdasarkan Curah Hujan Kelas Curah Hujan

(mm/tahun) Deskripsi Bobot Nilai Kelas

I < 13,6 Sangat rendah 20% 5 II 13,6-20,7 Rendah 4 III 20,7-27,7 Sedang 3 IV 27,7-34,8 Tinggi 2 V >34,8 Sangat Tinggi 1

(14)

11

Tabel III.4 Pembobotan Berdasarkan Jenis Tanah

Jenis Tanah Tekstur Laju

Infiltrasi Bobot

Nilai Kelas

Regosol Pasir, pasir geluhan Cepat

15% 1

Alluvial Geluh lempung pasiran, geluh pasiran Agak cepat 2

Andosol Geluh pasiran Sedang 3

Latosol Geluh lempungan, geluh lempungan debuan Agak lambat 4

Litosol

Mediteran Lempung pasiran, lempung geluhan Lambat 5

Grumosol Lempung berat, lempung ringan, lempung, lempung

debuan Sangat lambat 6

Sumber : Dulbahri, 1992 dengan Modifikasi Penulis

Tabel III.5 Pembobotan Berdasarkan Tata Guna Lahan

Penggunaan Lahan Bobot Nilai Kelas

Lahan terbuka, sungai, waduk

15%

5 Permukiman, kebun campuran, tanaman pekarangan 4

Pertanian, sawah, tegalan 3

Perkebunan, semak 2

Hutan 1

Sumber : Meijerink, 1970 dengan Modifikasi Penulis

3.3.2. Teknik Analisis Route Analyst

Network Analyst secara umum adalah pemodelan transportasi makroskopis untuk melihat hubungan antar obyek yang dihubungkan oleh jaringan transportasi. Dalam kaitannya dengan pengembangan alternatif rute evakuasi bencana rob, tools yang dapat digunakan adalah route analyst. Dengan bantuan route analyst dapat ditentukan rute optimal evakuasi korban bencana rob wilayah pesisir Kota Semarang. Penentuan rute ini bisa berdasarkan jarak tempuh ataupun waktu tempuh terkecil dan pengaturan-pengaturan user sesuai yang diinginkan. Untuk melakukan route analyst ini variabel utamanya adalah jaringan jalan yang menurut wilayah studi adalah jalan Kota Semarang dengan atribut lengkap, mulai dari arteri, kolektor maupun lokal.

(15)

12

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Flow Chart Analisis Data

Untuk mengembangkan model rute jalur evakuasi bencana banjir rob di kawasan pesisir Kota Semarang, maka dibuatlah diagram alir/ flow chart dalam menggunakan data yang ada sehingga dibentuklah suatu model menggunakan Arc.GIS. Berikut ini merupakan permodelan analisis dari laporan ini. Flow chart dapat dilihat pada Gambar 4.2 Flow Chart Analisis Data.

4.2. Deskripsi Variabel Rawan Bencana Banjir Rob

4.2.1. Kelerengan

Pada pada Gambar 4.3 Peta Topografi Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Semarang bagian utara memiliki kelerengan 0-2%. Kelerengan di wilayah pesisir Kota Semarang tergolong datar. Kelerengan sangat berpengaruh terhadap terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan.

4.2.2. Land Subsidence

Pada Gambar 4.4 Peta Land Subsidence Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Semarang bagian utara memiliki laju penurunan permukaan tanah yang cukup tinggi. Laju penurunan permukaan tanah yang terjadi di Kota Semarang sekitar 0-13 cm/tahun. Laju penurunan tanah yang terjadi setiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, kondisi geologi serta aktivitas manusia dinilai menjadi faktor penyebab penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah memiliki karakteristik yang bervariasi secara spasial maupun temporal diakibatkan oleh faktor penyebab yang berbeda.

4.2.3. Curah Hujan

Pada Gambar 4.5 Peta Klimatologi Kota Semarangdapat diketahui bahwa seluruh wilayah Kota Semarang memikili curah hujan tinggi. Curah hujan tinggi memiliki rata-rata intensitas hujan sekitar 27,7-34,8 mm/hari. Dengan curah hujan yang tinggi tentu berpengaruh dalam dalam terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, curah hujan tinggi juga sebagai pemicu longsoran yang mana hujan yang mempunyai curah tertentu dan berlangsung selama periode waktu tertentu, sehingga air yang dicurahkannya dapat meresap ke dalam lereng dan mendorong massa tanah untuk longsor.

(16)

13

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

(17)

14

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

(18)

15

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

(19)

16

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

(20)

17

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

(21)

18

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

(22)

19 4.2.4. Jenis Tanah

Pada Gambar 4.6 Peta Litologi Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Semarang bagian utara memikili jenis tanah aluvial (Aluvial dan Asosisasi Aluvial Kelabu). Jenis tanah Aluvial memiliki tekstur geluh lempung pasiran dan geluh pasiran yang laju infiltrasinya agak cepat sehingga cukup berpengaruh dalam terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, tanah aluvial umumnya terdapat di daerah dataran banjir (flood plainis) dan delta yang terdapat di sekitar sungai. Jenis tanah aluvial sangat cocok digunakan sebagai pertanian, pertambakan, dan permukiman.

4.2.5. Tataguna Lahan

Pada Gambar 4.7 Peta Tataguna Lahan Kota Semarang dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Semarang bagian utara digunakan sebagai lahan permukiman dan pertambakan. Berdasarkan hasil overlay curah hujan, kelerengan dan jenis tanah akan dihasilkan kesesuaian lahan, dan penggunaan lahan di pesisir Kota Semarang sudah sesuai. Bobot penggunaan lahan cukup berpengaruh terhadap terjadinya banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang. Selain itu, penggunaan lahan di Kota Semarang dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang mengarah dari pertanian menjadi non pertanian, ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota.

4.3. Lokasi Rawan Banjir Rob

Penentuan titik lokasi rob dilakukan berdasarkan kondisi ketinggian wilayah yang tergambarkan oleh garis kontur pada peta. Garis kontur merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik ketinggian yang sama dari permukaan laut. Sifat-sifat garis kontur yaitu satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu, rangkaian garis kontur yang rapat dapat menandakan permukaan bumi yang curam/ terjal, sebaliknya rangkaian yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai. Permukaan landai di daerah Kota Semarang bagian utara menunjukkan bahwa topografi datar. Dipilih daerah dengan topografi datar karena Kota Semarang bagian utara dan beberapa daerah dataran rendah telah mengalami peningkatan populasi dan urbanisasi dengan cepat. Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah bangunan akibat pertumbuhan penduduk yang akan menyebabkan peningkatan beban bangunan sehingga terjadilah amblesan. Daerah yang perlu adanya evakuasi, merupakan daerah rawan banjir dan sangat rawan banjir berdasarkan pada peta kerawanan banjirGambar 4.8 Peta Kerawanan Banjir Kota Semarang. Lokasi pada setiap kecamatan sebagai penentuan awal lokasi rawan banjir rob diambil 1 sampel Kecamatan Tugu di Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Semarang Barat di Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Tengah di Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Timur di Kelurahan Mlabaru, Kecamatan Genuk di Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Gayamsari di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Pedurungan di Kelurahan Muktiharjo Kidul dan Semarang Utara di Kelurahan Bandarharjo.

(23)

20

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

(24)

21

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

(25)

22

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

(26)

23

4.4. Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob

Penentuan titik evakuasi didasari oleh lokasi yang memiliki tingkat topografi landai hingga agak curam. Dimana topografi tersebut dapat diketahui pula dari tingkat kerapatan antargaris kontur. Lokasi dengan garis kontur yang rapat dan bebas dari kerawanan banjir rob merupakan lokasi yang tepat untuk melakukan evakuasi. Pada laporan ini, terdapat dua titik lokasi evakuasi yaitu di Kelurahan Tambakaji Kecamatan Ngaliyan dan Kelurahan Candi di Kecamatan Candisari. Tiga lokasi tersebut merupakan lokasi paling dekat yang tidak rawan banjir rob sehingga diambil sebagai lokasi evakuasi supaya kegiatan evakuasi dapat dilakukan secara lebih mudah dan cepat. Peta dapat dilihat pada Gambar 4.9 Peta Sampel Lokasi Banjir dan Lokasi Evakuasi Bencana Rob Kota Semarang.

4.5. Rute Terdekat Lokasi Rawan Banjir Rob ke Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob

Dari hasil analisis dengan Weighted Overlay didapat peta rawan banjir Kota Semarang. Dari peta tersebut dipilih sampel yaitu 8 titik lokasi rawan banjir rob dengan 2 titik lokasi evakuasi yang dapat dilihat pada Tabel VI.2 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob

Tabel VI.2 Lokasi Rawan Banjir Rob dan Lokasi Evakuasi Bencana Banjir Rob Kecamatan Rawan Banjir Rob Lokasi Evakuasi Nama Jalur

Evakuasi

Kecamatan Tugu Kecamatan Ngalian Jalur Evakuasi 1 Kecamatan Semarang Barat Kecamatan Ngalian Jalur Evakuasi 2 Kecamatan Semarang Utara Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 3 Kecamatan Semarang Tengah Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 4 Kecamatan Semarang Timur Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 5 Kecamatan Gayamsari Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 6 Kecamatan Genuk Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 7 Kecamatan Pedurungan Kecamatan Candisari Jalur Evakuasi 8

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

Rute jalur evakuasi dan waktu yang ditempuh dalam proses evakuasi banjir rob dapat dilihat pada Tabel VI.3 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh dengan menggunakan tools network analyst. Dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa jalan yang dipilih sesuai atribut pada jalan yaitu bahwa jalur jalan yang dipilih adalah jalan yang diutamakan memiliki kondisi jalan yang baik. Kemudian, diasumsikan juga bahwa jalan tersebut tidak terjadi kemacetan. Rute tersebut dipilih sesuai dengan prinsip jarak yang terdekat dari origin ke destination.

(27)

24

Tabel VI.3 Rute Jalur Evakuasi dan Waktu Tempuh Nama Jalur

Evakuasi Rute Jalur Evakuasi

Waktu Tempuh

(menit) Jalur Evakuasi 1 Jalan Hanoman Raya Krapyak – Jalan Jembawan

Raya – Jalan Pantura – Jalan Sunan Giri 8.5

Jalur Evakuasi 2 Jalan Re. Martadinata – Jalan Pantura – Jalan Sunan

Giri 4 8.3

Jalur Evakuasi 3 Jalan Re-Martadinata – Jalan Cumi-Cumi Raya – Jalan Bandarharjo Selatan – Jalan Empu Tantular – Jalan Pekojan – Jalan Mangunsarkoro – Jalan Erlangga Timur – Jalan Singosari 2A – Jalan Singosari (Kawasan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah) – Jalan Jomblang

11.3

Jalur Evakuasi 4 Jalan Pemuda – Jalan Gajahmada – Simpang Lima – Jalan Pahlawan – Jalan Sriwijaya – Jalan Jomblang

7.2

Jalur Evakuasi 5 Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah –

Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng 6.7

Jalur Evakuasi 6 Jalan Tanggungrejo 2 – Jalan Tanggungrejo Raya – Jalan Kaligawe – Jalan Indragiri – Jalan Kartini – Jalan Dr. Cipto – Jalan Sriwijaya – Jalan Jomblang

9.7

Jalur Evakuasi 7 Jalan Terboyo Industri 1 – Jalan Kaligawe – Jalan Tanjung Mas – Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng

14.1

Jalur Evakuasi 8 Jalan Karanginas – Jalan Tanjung Mas - Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng

8.6

(28)

25

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan maka dapat disimpulkan pengembangan rute jalur evakuasi bencana banjir rob di wilayah pesisir Kota Semarang adalah sebagai berikut.

Tabel V.1 Pengembangan Rute Evakuasi Bencana Banjir Rob Kota Semarang Nama

Jalur Evakuasi

Sampel Titik Rawan Banjir Rob

Sampel Titik

Lokasi Evakuasi Rute Jalur Evakuasi

Waktu Tempuh (menit) Jalur Evakuasi 1 Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngalian

Jalan Hanoman Raya Krapyak – Jalan Jembawan Raya – Jalan Pantura – Jalan Sunan Giri 8.5 Jalur Evakuasi 2 Kelurahan Tambakharjo, Kecamatan Semarang Barat Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngalian

Jalan Re. Martadinata – Jalan Pantura –

Jalan Sunan Giri 4 8.3

Jalur Evakuasi 3 Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Re-Martadinata – Jalan Cumi-Cumi Raya – Jalan Bandarharjo Selatan – Jalan Empu Tantular – Jalan Pekojan – Jalan Mangunsarkoro – Jalan Erlangga Timur – Jalan Singosari 2A – Jalan Singosari (Kawasan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah) – Jalan Jomblang 11.3 Jalur Evakuasi 4 Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Pemuda – Jalan Gajahmada – Simpang Lima – Jalan Pahlawan – Jalan Sriwijaya – Jalan Jomblang

7.2 Jalur Evakuasi 5 Kelurahan Mlbabaru, Kecamatan Semarang Timur Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng 6.7 Jalur Evakuasi 6 Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Tanggungrejo 2 – Jalan

Tanggungrejo Raya – Jalan Kaligawe – Jalan Indragiri – Jalan Kartini – Jalan Dr. Cipto – Jalan Sriwijaya – Jalan Jomblang 9.7 Jalur Evakuasi 7 Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Terboyo Industri 1 – Jalan Kaligawe – Jalan Tanjung Mas – Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng 14.1 Jalur Evakuasi 8 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari

Jalan Karanginas – Jalan Tanjung Mas - Jalan Brijen S. Sudiarto – Jalan Lamper Tengah – Jalan Tentara Pelajar – Jalan Jomblanng

8.6

(29)

26

DAFTAR PUSTAKA

Apriliawan Setiya Ramadhany, A. A. (2012). Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang. Journal of Marine Reserch, Volume 1, Nomor 2.

Arief L.N, P. B. (2011). Pemetaan Resiko Bencana Banjir Rob di Kota Semarang. The Frist Conference on Geospatial Information Science and Engineering. Semarang: The Frist Conference on Geospatial Information Science and Engineering.

BPS dan Bappeda Kota Semarang. (2012). Semarang Dalam Angka. Kota Semarang: BPS Kota Semarang.

Chow, V. (1984). Hand Book of Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill International Book Company.

Dulbahri. (1992). Kemampuan Teknik Pengindraan Jauh Untuk Kajian dan Pemetaan Air Tanah di Daerah Aliran Sungai Progo. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Kurniawan, L. (2003). Kajian Banjir Rob di Kota Semarang Kasus: Dadapsari. Alami, Volume 8 Nomor 2.

Mayona, E. L. (2009). Arahan Pengembangan Kota Berbasis Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Kota Garut, Jawa Barat). Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota ITS. Surabaya: Perencanaan Wilayah dan Kota ITS.

Meijerink, A. M. (1970). Photo-Interpretation in Hydrology A Geomorphological Approach. Netherland: ITCEnshede.

Simanjuntak, S. F. (2011). Pola Ketahanan Aktivitas Ekonomi pada Kawasan Rawan Bencana Rob dan Banjir Tahunan di Kota Lama Semarang. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, FT, Undip.

(1984). Patent No. SSK Mentan No. 837/KPTS/UM/1 1/1980 danNo. 683/KPTS/UM/8/1982. (2007). Patent No. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Gambar

Tabel I.1 Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang Tahun 2011  No.  Lokasi Kecamatan  Luas
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Semarang
Gambar 1.2 Kerangka Pikir
Tabel III.2 Pembobotan Menurut Laju Penurunan Muka Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PREDIKSI DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA SEMARANG ”. 1.2

Dari beberapa faktor penyebab banjir rob tersebut penurunan muka tanah dan pasang air laut diambil sebagai faktor yang berpengaruh terhadap banjir rob di kecamatan Semarang

Berdasarkan letak geografis wilayah Kota Pekanbaru merupakan salah satu daerah yang termasuk ke dalam daerah rawan banjir bahkan dikatakan Kota Pekanbaru

Metode yang digunakan dalam penentuan daerah rawan banjir adalah metode overlay (tumpang susun peta) dengan pembobotan dan skoring terhadap parameter penyebab

Tingkat rawan banjir yang mendominasi Kota Bandar Lampung adalah tingkat kerawanan banjir sedang seluas 104,74 km 2 (57,28%), Daerah yang memiliki potensi rawan

Kondisi ini di perparah dengan adanya penurunan tanah / land subsidence dan fenomena Rob (banjir pasang surut). Selain itu, adanya kenaikan debit air yang terjadi ketika

Pada halaman ini terdapat beberapa kriteria filter yang dapat digunakan untuk melakukan pencarian pada lokasi banjir yang terdiri dari : searchbox cari alamat, menu

Berdasarkan peta tersebut, wilayah yang mempunyai batuan pembentuk tanah jenis endapan alluvial (Tugu, Semarang Barat, Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur,