• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIAGNOSIS LABORATORIUM INFEKSI HIV.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIAGNOSIS LABORATORIUM INFEKSI HIV.pdf"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSIS LABORATORIUM

INFEKSI HIV

(2)

Infeksi HIV

(2-3 minggu)

Sindroma

retroviral akut

(2-3 minggu)

Gejala

menghilang dan

timbul

serokonversi

Infeksi kronis HIV asimptomatik

(rerata berlangsung 8 tahun, di

negara berkembang lebih pendek)

HIV/AIDS

simptomatik

Kematian

(3)

PROSES SEROKONVERSI INFEKSI HIV

Merupakan perubahan dari tidak ada antibodi

(antibodi negatif) menjadi terdapatnya antibodi

(antibodi positif).

Antibodi HIV mulai dapat dideteksi pada minggu ke-4

hingga ke-7infeksi dan bertahan seumur hidup

Masa antara masuknya infeksi HIV dengan timbulnya

antibodi dalam tubuh disebut ‘

WINDOW PERIOD

E’

Pada masa

window periode

antibodi HIV negatif

sedangkan virus sudah ada dalam darah

Untuk deteksi pada masa ini dapat digunakan

pemeriksaan antigen p24

1. Rubbert A, Behrens G, Ostrowski M. HIV medicine 2006. In: Hoffmann C, Rockstroh JK, Kamps BS, editors.: Flying Publisher; 2006.

(4)
(5)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS HIV/AIDS

Untuk diagnosis infeksi HIV dapat dilakukan dengan

mendeteksi:

1. Antibodi terhadap HIV

2. Antigen p24 HIV

3. Asam nukleat HIV (RNA atau DNA)  PCR

(6)

DETEKSI ANTIBODI HIV

3 Sasaran Utama Pemeriksaan Antibodi anti HIV :

1.

Untuk tujuan pengamanan darah transfusi atau

pencangkokan organ

Ujing saring darah

Uji saring produk darah dan serum dari donor darah

Uji saring jaringan tubuh, organ tubuh, sperma, dan

ovum

2. Untuk surveilans

Memantau prevalensi dan kecenderungan infeksi HIV

secara berkala dan berkesinambungan

Pemeriksaan sukarela dalam suatu penelitian

3. Untuk diagnosis infeksi

(7)

DETEKSI ANTIBODI HIV

Antibodi HIV muncul 4-8 minggu setelah terpapar (serokonversi)

Untuk pelaksanaan tes berdasarkan strategi WHO.

Strategi ini terdiri dari 3 berdasarkan obyek tes dan prevalensi

HIV/AIDS

(8)

DETEKSI ANTIBODI HIV

(9)
(10)
(11)

DETEKSI ANTIGEN HIV p24

Untuk mendeteksi antigen p24 di inti HIV

Positif pada stadium awal penyakit (1-2 minggu

pertama sejak onset penyakit) dan sebelum antibodi

anti p24 muncul dalam serum

Bila antibodi anti p24 sudah terbentuk maka antigen

p24 tidak akan terdeteksi lagi

Pada pasien yang sudah masuk stadium akhir atau

AIDS  antibodi anti p24 menurun  antigen p24

muncul kembali

(12)

METODE UJI KONFIRMASI HIV

WESTERN BLOT

Merupakan tes konfirmasi untuk menegakkan

diagnosis HIV

Mendeteksi antibodi terhadap antigen campuran dari

HIV

Lebih sensitif untuk mendeteksi anti p24 dibandingkan

(13)

• POSITIF

: hasil WB mengandung 2 atau 3 pita utama untuk diagnosis

yaitu anti gp 160/120, anti gp41, dan anti p24

• NEGATIF

: hasil tes WB tidak menunjukkan adanya pita spesifik HIV-1

• INDETERMINATE: hasil tes WB menunjukkan 1 atau lebih pita spesifik virus tapi

bukan yang menunjukkan hasil positif. Hasil indeterminate

harus diulang lagi bila tetap menunjukkan hasil yang sama

maka tes diulang 2-3 bulan kemudian

(14)

KLASIFIKASI INFEKSI HIV PADA DEWASA MUDA DAN

DEWASA BERDASARKAN CDC

Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus (HIV):AIDS and related disorders. In: Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, editors. Harrison's principle of internal medicine. New York: MacGraw Hill Inc; 2001.

(15)

Category A: Consists of one or more of the conditions listed below in an adolescent or adult (>13 years) with documented HIV infection. Conditions listed in categories B and C must not have occurred.

Asymptomatic HIV infection

Persistent generalized lymphadenopathy

Acute (primary) HIV infection with accompanying illness or history of acute HIV infection

Category B: Consists of symptomatic conditions in an HIV-infected adolescent or adult that are not included among conditions listed in clinical category C and that meet at least one of the following criteria: (1) The conditions are attributed to HIV infection or are indicative of a defect in cell-mediated immunity; or (2) the conditions are considered by physicians to have a clinical course or to require management that is complicated by HIV infection. Examples include, but are not limited to, the following:

Bacillary angiomatosis

Candidiasis, oropharyngeal (thrush)

Candidiasis, vulvovaginal; persistent, frequent, or poorly responsive to therapy

Cervical dysplasia (moderate or severe)/cervical carcinoma in situ Constitutional symptoms, such as fever (38.5∞C) or diarrhea lasting >1 month

Hairy leukoplakia, oral

Herpes zoster (shingles), involving at least two distinct episodes or more than one dermatome Idiopathic thrombocytopenic purpura

Listeriosis

Pelvic inflammatory disease, particularly if complicated by tuboovarian abscess Peripheral neuropathy

a Added in the 1993 expansion of the AIDS surveillance case definition. SOURCE: MMWR 42(No. RR-17), December 18, 1992.

(16)

Category C: Conditions listed in the AIDS surveillance case definition. Candidiasis of bronchi, trachea, or lungs

Candidiasis, esophageal Cervical cancer, invasivea

Coccidioidomycosis, disseminated or extrapulmonary Cryptococcosis, extrapulmonary

Cryptosporidiosis, chronic intestinal (>1 month's duration) Cytomegalovirus disease (other than liver, spleen, or nodes) Cytomegalovirus retinitis (with loss of vision)

Encephalopathy, HIV-related

Herpes simplex: chronic ulcer(s) (>1 month's duration); or bronchitis, pneumonia, or esophagitis Histoplasmosis, disseminated or extrapulmonary

Isosporiasis, chronic intestinal (>1 month's duration) Kaposi's sarcoma

Lymphoma, Burkitt's (or equivalent term) Lymphoma, primary, of brain

Mycobacterium avium complex or M. kansasii, disseminated or extrapulmonary Mycobacterium tuberculosis, any site (pulmonarya or extrapulmonary)

Mycobacterium, other species or unidentified species, disseminated or extrapulmonary Pneumocystis carinii pneumonia

Pneumonia, recurrenta

Progressive multifocal leukoencephalopathy Salmonella septicemia, recurrent

Toxoplasmosis of brain

Wasting syndrome due to HIV

a Added in the 1993 expansion of the AIDS surveillance case definition. SOURCE: MMWR 42(No. RR-17), December 18, 1992.

(17)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT HIV/AIDS

Pemeriksaan laboratorium tidak hanya untuk mendiagnosis

HIV/AIDS tapi juga untuk melihat penyulit atau penyakit

penyerta pada HIV/AIDS dan memantau perjalanan

penyakit

Pemeriksaan tersebut antara lain:

1.

Pemeriksaan darah lengkap biasanya onset AIDS

ditandai dengan penurunan Hb, peningkatan LED,

leukopeni dengan limfopenia. Neutropenia dan

trombositopeni bisa terjadi. Anemia terjadi karena infeksi

kronis atau inflamasi

2.

Pemeriksaan kimia

Albumin  biasanya hipoalbuminemia

Pemeriksaan fungsi hati  untuk melihat gangguan

hati

(18)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT HIV/AIDS

Pemeriksaan tersebut antara lain:

3.

Pemeriksaan urinalisis

4.

Pemeriksaan feses lengkap  diare kronik

5.

Pemeriksaan cairan otak  infeksi cryptococcus

6.

Pemeriksaan CD4  pemantauan terapi dan

(19)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK INISIASI TERAPI ARV

Tujuan terapi ARV adalah untuk menurunkan viral load dan

meningkatkan kemampuan imun tubuh

Rekomendasi WHO untuk dimulainya terapi ARV :

(20)

STADIUM

GAMBARAN KLINIS

SKALA AKTIFITAS

I

1. Asimptomatik

2. Limfadenopati generalisata

II

1. BB menurun < 10%

2. Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti

dermatitis

seboroik,prurigo,onikomikosis,ulkus

oral

rekuren, kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

4. Infeksi saluran nafas bagian atas seperti

sinusitis bakterialis

Catatan:

 HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan

diare kronis > 1 bulan atau demam > 1bulan yang tidak disebabkan oleh

penyakit lainnya

 Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi

motorik yang mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan bertambah

buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh

penyakit penyerta lain selain HIV

(21)

STADIUM

GAMBARAN KLINIS

SKALA

AKTIFITAS

III

1. BB menurun > 10%

2. Diare kronis > 1 bulan

3. Demam berkepanjangan > 1 bulan

4. Kandidiasis orofaringeal

5. Oral hairy leukoplaki

6. TB paru dalam tahun terakhir

7. Infeksi bacterial berat seperti pneumonia,

piomiositis

Catatan:

 HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan

diare kronis > 1 bulan atau demam > 1bulan yang tidak disebabkan oleh

penyakit lainnya

 Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi

motorik yang mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan bertambah

buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh

penyakit penyerta lain selain HIV

(22)

STADIUM

GAMBARAN KLINIS

SKALA

AKTIFITAS

IV

1. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh

CDC

2. Pneumoia Pneumocystis carinii

3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis > 1 bulan

5. Retinitis CMV

6. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan

7. Kriptokokosis ekstrapulmonar

8. Leukoensefalopati multifokal progresif

9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis

10. Kondidiasis esofagus, trakea, bronkus, dan paru

11. Mikobakteriosis atipikal diseminata

12. Septisemia salmonelosis non tifoid

13. TBC ekstrapulmonar

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi

16. Encefalopati HIV

Catatan:

 HIV wasting syndrome adalah penurunan BB > 10% ditambah dengan diare kronis > 1 bulan atau demam

> 1bulan yang tidak disebabkan oleh penyakit lainnya

 Encefalopati HIV merupakan gangguan kognitif dan atau disfungsi motorik yang mengganggu aktifitas

hidup sehari-hari dan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan yang tidak disertai oleh penyakit penyerta lain selain HIV

(23)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MONITORING

TERAPI ARV

Tujuan terapi ARV adalah untuk menurunkan viral

load dan meningkatkan kemampuan imun tubuh

Referensi

Dokumen terkait