4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gula Pasir
Menurut Suhasnan (2012 : 20) Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut (dalam air). rasa manis yang biasa dijumpai pada tanaman terutama disebabkan oleh tiga jenis gula, yaitu sakarosa, fruktosa dan glukosa. Gula-gula ini berada secara sendiri-sendiri ataupun dalam bentuk campuran satu dengan yang lain. Madu merupakan larutan yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sakarosa dalam air, dengan komposisi sekitar 80% gula dan 20% air. Komposisi sesungguhnya sangat tergantung pada asal tanaman. Dalam pembuatan bir, pati (karbohidrat berukuran besar yang tidak manis) dari biji-bijian terpecah menjadi karbohidrat yang berukuran lebih kecil, salah satunya adalah gula malt (maltosa) yang memiliki sedikit rasa manis.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. (Suhasnan, 2010 : 27)
5 B. Strategi Pengembangan
Menurut Saladin (2004 : 1) strategi adalah sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Menurut David, (2011 : 5) strategi dapat didefinisiksan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevalusai keputusan-keputasan lintas fungsioanal yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran keungan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasinya. Proses manajemen strategi terdiri atas 3 (tiga) tahapan yakni : perumusan startegi, penilaian strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Keputusan perumusan strategi mendorong suatu organisasi untuk komit terhadap produk, pasar, sumber daya dan tekhnologi yang spesifik selama kurun waktu yang lama. Manajer yang baik memilki persfektif yang tepat untuk memahami sepenuhnya konsekuensi dari keputusan perusumusan strategi, mereka mempunyai otoritas untuk mengarahkan sumberdaya yang perlu bagi implementasi atau penerapannya. Penerapan startegi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi dan pengaitan konpensasi karyawan dengan kinerja organisasi.
6
1. Unsur-unsur manajemen Strategi
Menurut Jatmiko (2003 : 24), unsur-unsur dari manajemen strategi, yaitu : i. Analisis Lingkungan
Proses manajemen stratejik dimulai dari analisis lingkungan atau biasa disebut dengan analisis SWOT, yaitu proses monitoring lingkungan organisasi, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Analisis lingkungan menghasilkan identifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman masa kini dan masa akan datang dari lingkungan eksternal. Disamping itu juga analisis menghasilkan identifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan lingkungan internal perusahaan/organisasi.
ii. Perumusan misi dan sasaran strategi
Tahap kedua dalam tahap formulasi strategi adalah menetapkan arah organisasi dimasa depan. Setelah mengetahui peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan organisasi. Indikator arah organisasi dapat dilihat pada visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Misi organisasi adalah tujuan keberadaan perusahaan, atau alasan mengapa perusahaan itu ada. Sasaran adalah target tertentu yang akan dicapai atau dipilih oleh perusahaan/organisasi.
iii. Analisis dan pemilihan strategi
Tahap ketiga dari proses manajemen stratejik adalah analisis dan pemilihan strategi. Fokus utama strategi organisasi adalah bagaimana menentukan cara terbaik dalam menghadapi persaingan. Apabila lingkungan telah dianalisis dan arah organisasi telah ditetapkan, manajemen dapat memilih alternatif cara terbaik untuk melaksanakan tindakan dalam usaha untuk mencapai keberhasilan organisasi.
iv. Implementasi strategi
Tahap implementasi strategi mencakup pelaksanaan tindakan atau aktifitas dari strategi yang dikembangkan dalam proses formulasi strategi. Tahapan implementasi strategi yang efektif, organisasi perusahaan tidak akan mampu memperoleh manfaat dari formulasi strategi (analisis lingkungan dan penentuan arah organisasi).
7 v. Pengendalian dan evaluasi strategi
Pengendalian strategi merupakan jenis pengendalian organisasi yang memfokuskan pada monitoring dan evaluasi proses manajemen stratejik sehingga terjadi kesesuaian antara saat formulasi strategi dan implementasi strategi, serta untuk menjamin agar implementasi strategi dapat berjalan dengan tepat.
2. Tipe-tipe strategi
Menurut Rangkuti (1998 : 7) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi, dan strategi bisnis.
i. Strategi manajemen, meliputi strategi yang dapat dilakuakan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapkan harga, strategi akuisisi, strategi peengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.. ii. Strategi investasi, strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diversifikasi, dan sebagainya.
iii. Strategi bisnis, strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
C. Faktor Internal Perusahaan
Selain mengetahui peluang yang menarik dalam lingkungan, perusahaan juga perlu memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk bersaing dalam peluang tersebut. Untuk itu setiap perusahaan harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya secara periodik. Menurut Kotler (1997 : 45), pengedentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Ada dua bagian yang dapat menentukan posisi perusahaan, yaitu faktor kekuatan dan kelemahan.
8 Perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari faktor eksternal melalui kekuatan yang dimilikinya dari faktor internal. Sedangkan kelemahannya dari faktor internal dapat diminimalkan dengan melihat peluang dari faktor eksternalnya.
Aspek yang ditinjau untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, yaitu profil perusahaan yang meliputi misi dan tujuan perusahaan, sumberdaya produksi, manusia, keuangan, dan pemasaran. Aspek-aspek ini saling mempengaruhi satu sama lain dan saling mendukung dengan aktifitas perusahaan.
1. Misi dan Tujuan Perusahaan
Setiap unit usaha perlu mendefinisikan misi spesifiknya dalam lingkup misi perusahaan yang lebih luas. Pada pendirian suatu perusahaan, selain menentukan misi perusahaan juga harus menentukan lokasi perusahaan dan struktur organisasi. Dengan adanya penjenjangan manajemen, maka pembagian wewenang dan kekuasaan tidak saling tumpang tindih antara satu jabatan dengan jabatan lainnya (Kotler, 1997 : 56).
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan visi, dan misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan visi dan misi yang baik seharusnya mampu mendorong seseorang untuk mewujudkan, artinya mempunyai daya tarik sehingga tidak ada keinginan untuk tidak berhenti berjuang mewujudkannya, harus realistis artinya ada kemungkinan untuk dicapai serta mempunyai daya antisipasi terhadap perubahan masa.
2. Sumberdaya Produksi
Perusahaan harus mengetahui tentang pengadaan produksi, metode produksi yang digunakan, jumlah produksi. Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan komoditas pertanian memproduksi produknya sesuai dengan permintaan dari pelanggan. Selain itu perusahaan juga harus menyesuaikan pemenuhan kebutuhan pasar dengan peluang pasar yang dimilikinya (Kotler, 1997 : 43).
Sumberdaya produksi merupakan sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Untuk menghasilkan barang dan jasa
9 usaha memerlukan sumber daya produksi. Sumber daya tersebut terdiri dari sumber-sumber alam (tanah, air, hutan, bahan-bahan tambang, dan sebagainya), sumber daya nara atau manusia (pengusaha, modal, dan segala macam alat buatan manusia yang membantu dalam proses produksi). Sumber daya ini disebut faktor-faktor produksi karena diperlukan dalam proses produksi yang menghasilkan barang dan jasa.
1. Sumberdaya Manusia
Manusia merupakan sumberdaya yang berperan penting dalam usaha organisasi demi mencapai keberhasilan dalam suatu kegiatan usahanya. Sumberdaya manusia degan kaya, bakat, kreatifitas, dan dorongan. Betapapun sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa manusia sulit kiranya tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai. Sumberdaya manusia merupakan aset yang tidak sangat bernilai namun hasilnya dapat dinikmati perusahaan. Kajian mengenai sumberdaya ini pada suatu perusahaan dengan sistem manajemen, hubungan staf dengan karyawan, dan tingkat produktifitas tenaga kerja (Kotler, 1997 : 32).
Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:
a). Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal.
b). Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman.
c). Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
2. Pemasaran
Perusahaan melakukan teknik penjualan dengan tujuan agar dapat menjual seluruh hasil produksinya kepada pelanggan, sehingga dapat mendatangkan keuntungan. Teknik penjualan ini harus didukung dengan teknik pemasaran atau strategi pemasaran yang baik. Sebelum memasarkan seluruh hasil produksinya,
10 perusahaan haruslah mengetahui terlebih dahulu mengenai pangsa pasar, tingkat penjualan atau tingkat harga yang berlaku, kualitas produk, media promosi, tingkat produktifitas penjualan, dan saluran distribusi penjualan (Kotler, 1997 : 37).
D. Faktor Eksternal Perusahaan
Perumusan strategi pemasaran didasarkan analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama maupun yang datang dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi dari perubahan faktor eksternal tersebut juga menghasilkan perubahan faktor internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2001 : 23).
Setiap unit usaha memiliki misinya masing-masing. Untuk mencapai misi dan tujuannya, maka perusahaan harus memperhatikan bagian-bagian lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi unit usaha tersebut. Umumnya, pengamatan faktor eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan lingkungan makro, pelaku lingkungan mikro, dan kekuatan lingkungan industri yang dapat perusahaan dalam bersaing (Kotler dan Kevin, 2007 : 35).
1. Ekonomi
Aspek ekonomi lebih berfokus pada kegiatan jual beli dalam suatu pasar. Kekuatan jual beli tidak terlepas dari kemampuan daya beli. Daya beli yang tersedia dari suatu perekonomian tergantung pada penghasilan, harga, tabungan, utang, dan ketersedian kredit terkini. Oleh karena itu para pemasar harus memperhatikan dengan cermat tren utama yang mempengaruhi pembelian tren-tren itu bisa berdampak pada bisnis, khususnya perusahaan-perusahaan yang produknya diangkat kekonsumen yang peka terhadap harga dan pendapatan tinggi (Kotler dan Kevin, 2007).
Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah adalah siklus bisnis, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi,
11 ketersedian kredit perbankan, inflasi, suku bunga, investasi, angka penganguran, defisit anggaran pemerintah, neraca pembayaran, harga produk dan jasa, produktivitas, serta tenaga kerja dengan segala peraturan perburuhannya (Umar, 2003 : 15).
2. Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi aktifitas pemasaran karena teknologi memungkinkan adanya perubahan cara hidup dan pola konsumsi manusia. Teknologi baru menciptakan konsekuensi jangka panjang yang tidak selalu dapat diduga. Teknologi baru yang memberikan nilai terunggul dalam memuaskan kebutuhan akan mengrangsang kebutuhan dan ekonomi. Teknologi baru merupakan kekuatan yang sangat membatu perkembangan perusahaan pertanian. Perusahaan dapat menciptakan inovasi baru, seperti menciptakan produk baru, maupun penyempurnaan dalam teknik produksi jika didukung dengan menggunakan teknologi yang modern, sehingga produk pertanian yang dihasilkan lebih baik (Kotler dan Kevin, 2007 : 27).
Menurut Kotler dan Kevin (2007 : 45), agar perusahaan selaku pemasar dapat terus eksis, maka harus mengamati tren teknologi : yaitu, percepatan perubahan, peluang inovasi, anggaran penelitian, dan pengembangan (litbang) yang beragam, dan peraturan perundang-undangan yang meningkat.
3. Sosial/ Budaya
Aspek sosial budaya selalu mengalami perubahan sebagai akibat upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Masyarakat membentuk keyakinan, nilai, dan norma kita. Manusia menyerap, hampir secara tidak sadar, pandangan dunia yang mengrumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan organisasi, dengan masyarakat, dengan alam sekitar, dan dengan alam semesta (Kotler dan Kevin, 2007).
Faktor sosial dan budaya yang berkaitan dengan masalah kependudukan antara lain perubahan tingkat pertumbuhan penduduk, distribusi umur dan bauran etnis, tingkat pendidikan, pola rumah tangga maupun kerakteristik dan pola pergerakan regional. Lingkungan budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan lain
12 yang mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan dan tingkah laku yang dianut masyarakat. Hal ini perlu pemasar memperhatikan sosial budaya dimana perusahaan akan memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau kecenderungan yang terjadi dengan perubahan dalam pola konsumsi (Kotler, 1997).
E. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi
Menurut Rangkuti (2003 : 45) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
Intern Strengths dan Weaknesses serta lingkungan ekstern Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancamanan (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses). Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah bentuk matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Matrik dapat dilihat pada Tabel 1.
13
Tabel 1. Matriks SWOT INTERNAL
EXTERNAL
STRENGTHS (S)
-10 faktor-faktor kekuatan internal.
WEAKNESSES (W)
-10 faktor-faktor kelemahan internal.
OPPORTUNIES (O) -10 faktor peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
TREATHS (T)
-10 faktor ancaman eksternal.
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Sumber, Rangkuti (1997 : 31)
Keterangan: a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
14 F. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikir Strategi Pengembangan Usaha Gula Pasir di PT P.G Gorontalo.
PT P.G Gorontalo
Gula Pasir
Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan) bgtbgbtgrfgbgbgbgbggkelem ahankKelemahan)
Lingkungan Eksternal (Peluang dan ancaman)
Analisi SWOT
Strategi Pengembangan Usaha Gula Pasir
15 Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat diuraikan bahwa PT P.G Gorontalo merupakan perusahaan yang memproduksi gula pasir, dalam menjalankan sebuah usaha PT PG Gorontalo tidak terlebas dari hambatan yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi aktifitas produksi PT PG Gorontalo.
PT PG Gorontalo dapat mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal usaha dengan menggunakan analisis SWOT sebagai salah satu alat analisis yang dapat membantu untuk merumuskan strategi dalam mengembangkan usaha gula pasir.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya oleh Yunus (2012), dengan judul “ Strategi
Pengembangan pemasaran Kripik Pisang di UKM Flamboyan Kota Gorontalo”.
Jenis penelitian ini menggunakan metode survei, dimana metode survei ini terdapat 2 jenis penelitian untuk mengumpulkan data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik analisis data menggunakan analisis SWOT, Hasil penelitian menunjukan , strategi yang dapat dimanfaatkan UKM Flamboyan adalah strategi (S-O) : 1. mempertahankan kualitas produk kripik pisang, 2. Memperluas wilayah pemasaran. Strategi (W-O) : 1. Perlu memperbaiki sistem manajemen usaha. Strategi (S-T) : 1. Melakukan diferensiasi produk dan meningkatkan kualitas produk dan citra usaha untuk menciptakan keunggulan diantara pesaing. 2. Melakukan promosi tentang keunggulan dan kualitas produk. Strategi (W-T) : 1. Melakukan pengembangan agar produk yang dijual tidak ketinggalan dari pesaing.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2006), tentang “Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseni di Bandar
Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan
kuisioner, teknik analisis data menggunakan analisis matriks IFE (Internal Factor
Evalution), dan EFE (eksternal factor evalution). Hasil penelitian menunjukan
bahwa karakteristik konsumen keripik pisang berdasarkan jenis kelamin wanita, usia antara 26-35 tahun, pendidikan terakhir sarjana, pekerjaan swasta dan
16 berpendapatan antara 1,5 – 2 juta. Hasil analisis evaluasi, sikap konsumen menunjukan bahwa atribut kerenyahan merupakan atribut yang paling penting bagi responden dalam mempertimbangkan pembelian krripik pisang. Berdasarkan matriks IFE diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis, perusahaan adalah pioner dan pemimpin pasar. Sedangkan berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah kripik pisang merupakan suatu produk unggulan daerah, tingkat konsumsi kripik pisang yang terus meningkat, jumlah penduduk indonesia yang terus meningkat, adanya perkembangan teknologi pada proses produksi.
Penelitian Arliana (2002), dengan judul Analisis Pemasaran Tahu Pada Perusahaan Yun Yi, Bogor Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kasus, analisis data menggunakan analisis IFE (Internal
Factor Evalution) dan EFE (eksternal factor evalution) Hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa strategi alternatif terbaik dalam bauran pemasaran adalah, strategi produk, yaitu harus mempertahankan kualitas produk bahkan mengembangkannya dengan maksud lebih mendekatkan dengan keinginan konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan pengontrolan secara priodik terhadap produk yang dihasilkan disetiap supermarket, swalayan, toko, dan restoran serta seluruh tempat-tempat pedagang perantara perusahaan, strategi harga dilakukan pemberian potongan harga kepada para kosumen lokal atau yang bekerjasama dengan perusahaan. Strategi distribusi, perusahaan dapat melakukan ekspansi secara horizontal ke wilayah-wilayah lain yang sedang berkembang, bekerjasama yang baik dengan masing-masing pedagang perantara, pemasok dan kosumen.
Fitrina (2007), melakukan penelitian tentang “Analisis Efesiensi Saluran
Pemasaran Manisan Buah Pala di Desa Taman Sari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor”. Penelitian menggunakan metode studi kasus, wawancara, dan
kuisioner, analisis data menggunakan analisi kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa 27 orang petani responden (83,33 persen) akan menjual hasil produksinya dalam bentuk biji basah, 3 orang (10 persen) menjual dalam bentuk buah pala seutuhnya, 2 orang (6,67 persen) menjual dalam bentuk
17 biji basah juga mengola daging buah menjadi manisan pala. Berdasarkan analisis efesiensi pemasaran, margin dan Bagian harga yang diterima petani pada saluran pemasaran dalam bentuk buah pala seutuhnya adalah sebesar Rp 3.362,16 dan 59, 79 persen untuk rasio keuntungan dan biaya pada penjualan dalam bentuk buah pala seutuhnya, dari sisi petani terjadi pada kedua tingkat harga Rp 5.000, sedangkan dari sisi pedagang, PPD lebih efesien bila dibandingkan dengan lembaga pemasran lainnya karena rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh PPD jauh lebih besar yaitu sebesar 18. Margin dan bagian harga yang diterima petani pada saluran pemasaran dalam bentuk biji basah adalah sebesar Rp 1.662,16 dan 80,12 persen (sluran I) dan Rp 1.462,16 dan 82,5 persen (saluran II). Margin yang terdapat pada saluran II lebih kecil dibandingkan dengan saluran I. Oleh karena itu saluran II lebih efisien dibandingkan dengan saluran I. Untuk rasio keuntungan dan biaya pada penjualan dalam bentuk biji basah, dari sisi petani terjadi pada saluran II dengan tingkat harga Rp 6.900. sedangkan dari sisi pedagang, tengkulak lebih efisien bila dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya dengan rasio keuntungan dan biaya sebesar 9,57.
Muhaeming (2009), melakukan penelitian tentang “Strategi Pemasaran Jagung di Kabupaten Bantaeng”. Metode penelitian yaitu : (1) menganalisis kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam mewujudkan tindakan prioritas untuk mendukung strategi pemasaran jagung , (2) merumuskan arah pemasaran jagung dan program jangka menengah yang dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng adalah adanya jaminan harga dasar pembelian, perbaikkan prasarana jalan desa, pengadaan resi gudang, penyediaan sarana teknologi pengolahan hasil, penyediaan kredit perbankan, penerapan teknologi budidaya dan pascapanen, pencanangan sentra produksi jagung. Pemasaran jagung diarahkan untuk mewujudkan Kabupaten Bantaeng sebagai sentra produksi dan terminal pemasaran jagung bertaraf dunia yang berbasis desa mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut Pemerintah Kabupaten Bantaeng membuat program peningkatan kualitias sumberdaya petani,
18 pengembangan kelembagaan ditingkat petani dan penciptaan iklim yang kondusif untuk menciptakan daya tarik calon investor untuk berinvestasi di Kabupaten Bantaeng.