• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2

Dari gambar 4.27, terlihat bahwa nilai throughput IIX ke Gateway 2 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-3 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-2 paket per detik.

(2)

Gambar 4.28 Perbandingan throughput rata-rata Gateway 2 ke Internasional

Dari gambar 4.28, terlihat bahwa nilai throughput Gateway 2 ke Internasional pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0-4 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-2 paket per detik.

(3)

Gambar 4.29 Perbandingan throughput rata-rata Internasional ke Gateway 2

Dari gambar 4.29, terlihat bahwa nilai throughput Internasional ke Gateway 2 skenario router reflector BGP berkisar antara 0-4 paket per detik, sedangkan pada skenario static routing nilai throughput hanya berkisar antara 0-2 paket per detik.

(4)

Gambar 4.30 Delay pada Gateway 2 skenario static routing

Dari gambar 4.30, terlihat bahwa delay pada Gateway 2 pada skenario static routing berkisar antara 0.00002 detik.

Gambar 4.31 Delay pada Gateway 2 skenario router reflector BGP

Dari gambar 4.31, terlihat bahwa delay pada Gateway 2 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0.00005-0.00025 detik.

(5)

Gambar 4.32 Delay pada Gateway 1 skenario static routing

Dari gambar 4.32, terlihat bahwa delay pada Gateway 1 pada skenario static routing berkisar antara 0.00002 detik.

Gambar 4.33 Delay pada Gateway 1 skenario router reflector BGP

Dari gambar 4.33, terlihat bahwa delay pada Gateway 1 pada skenario router reflector BGP berkisar antara 0.00002-0.000025 detik.

(6)

4.3.2 Evaluasi Dynamips

Berikut hasil simulasi jaringan dengan menggunakan Dynamips :

Perintah “Show running configuration” berfungsi untuk mengecek perintah-perintah yang sedang berjalan terkonfigurasi pada setiap router. Kami menggunakan perintah ini sebagai acuan untuk mengecek konfigurasi yang telah kami lakukan. Perintah ini juga bisa melacak apabila terjadi kesalahan-kesalahan konfigurasi.

Pada kelima gambar perintah “show running-configuration” berikut menjelaskan bahwa setiap router pada topologi ini dikonfigurasi dengan perintah dasar BGP yang sesuai dengan topologi. Konfigurasi yang nantinya akan terdapat dalam gambar-gambar “show running-configuration” ini lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Gambar 4.34 Konfigurasi yang sedang berjalan pada Gateway 1

Pada gambar 4.34, perintah neighbor baris ke 7 dan 9 menyatakan hubungan antara neighbor 192.0.1.2 yaitu interface Gateway 2 menuju Gateway 1, dan

(7)

192.0.3.2 yaitu interface Gateway 3 menuju Gateway 1 sebagai hubungan router reflector client terhadap Gateway 1.

Gambar 4.35 Konfigurasi yang sedang berjalan pada Gateway 2

Pada gambar 4.35, perintah neighbor baris 1 sampai 6 menunjukkan konfigurasi pendaftaran neighbor grup yang bernama “internal” dan mengkonfigurasi update-source dan next-hop-self pada setiap alamat yang menjadi anggota grup internal. Perintah-perintah selanjutnya pada gambar “show running-configuration” mempunyai konsep yang sama dengan gambar yang telah dijelaskan di bagian awal.

(8)

Gambar 4.36 Konfigurasi yang sedang berjalan pada Gateway 3

(9)

Gambar 4.38 Konfigurasi yang sedang berjalan pada IIX

Perintah “show ip bgp summary” digunakan untuk mengecek daftar ketetanggaan sebuah router dengan tetangganya melalui alamat IP dan nomor AS tetangganya tersebut. Pada gambar 4.39, router Gateway 1 mempunyai neighbor adjacency ke network 10.0.2.1, 10.0.3.1, 192.0.1.2, dan 192.0.3.2 dimana alamat-alamat ini berada pada AS 100. Berikut tampilan hubungan neighborship antar router BGP selanjutnya.

(10)

Pada gambar 4.40 dapat kita lihat bahwa router Gateway 2 sudah membentuk hubungan ketetanggaan dengan router AS 100, A S 111 yang beralamat 192.0.4.1 dan AS 222 yang beralamat 192.0.5.1.

Gambar 4.40 BGP neighbor pada Gateway 2

Gambar 4.41 BGP neighbor pada Gateway 3

Pada gambar 4.42 terlihat router International hanya membentuk hubungan dengan 1 tetangga yaitu alamat Gateway 2. Hal ini karena status hubungan ketetanggan antara International dengan Gateway 2 menggunakan EBGP dimana neighbor adjacency harus dijalin antar router yang saling terhubung langsung. Hal yang sama terjadi pada Router IIX pada gambar 4.42.

(11)

Gambar 4.42 BGP neighbor pada Internasional

Gambar 4.43 BGP neighbor pada IIX

Perintah “show ip bgp” berfungsi untuk melihat daftar jaringan yang dapat dijangkau melalui sudut pandang router tersebut. Perintah ini juga dapat digunakan untuk mengetahui arah next-hop untuk paket tersebut ditujukan supaya dapat terkirim sampai ke tujuannya. Pada gambar 4.44, 10.0.1.0/24 mempunyai next hop 0.0.0.0, yang artinya paket yang lewat ke jaringan ini dikirimkan melalui interface yang terhubung langsung dengannya. Kemudian pada baris kedua, paket yang bertujuan pada jaringan 10.0.2.0/24 dapat melewati 10.0.2.1 atau 192.0.3.2.

(12)

Berikut daftar jalur rute BGP ke setiap jaringan yang dikonfigurasi. Untuk gambar selanjutnya pada konfigurasi “show ip bgp”, konsep dan cara membaca tabelnya sama dengan yang telah dijelaskan pada gambar 4.44.

Gambar 4.44 BGP path pada Gateway 1

(13)

Gambar 4.46 BGP path pada Gateway 3

Gambar 4.47 BGP path pada Internasional

(14)

Perintah “show ip route” menampilkan isi dari routing table setiap router. Dengan melihat isi routing table, kami dapat melacak network mana saja yang dapat dijangkau oleh router tersebut. Hal penentuan jalur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melewati next-hop ip address atau dengan nomor port interface yang menuju ke network tersebut.

Pada gambar 4.49, untuk menuju rute 192.0.4.0/24 harus melalui jalur 192.0.3.2. M aksudnya, bagi paket yang menuju ke jaringan 192.0.4.0 dapat melewati next-hop ip address yaitu 192.0.3.2. Pada daftar rute baris ke 7 dan 8, alamat 192.0.1.0 dan 192.0.3.0 dapat dijangkau melalui nomor port serial 1/1. Kode B di sebelah kiri menunjukkan bahwa rute tersebut terdaftar dengan menerima informasi routing BGP. Sedangkan kode C berarti jaringan tersebut terhubung langsung.

Berikut tampilan setiap isi dari routing table setiap router. Untuk gambar selanjutnya pada konfigurasi “show ip route”, konsep dan cara membaca tabelnya sama dengan yang telah dijelaskan pada gambar 4.49.

(15)

Gambar 4.50 Routing table pada Gateway 2

Gambar 4.51 Routing table pada Gateway 3

(16)

Gambar 4.53 Routing table pada IIX

Perintah “ping <ip address>” digunakan untuk mengecek kelancaran koneksi antar node jaringan. Disini kami hanya mengecek setiap ujung node, karena apabila setiap ujung node sukses melakukan ping, maka seluruh jalur di routing table setiap router sudah konvergen, yang artinya setiap jalur dari ujung ke ujung node sudah terdaftar satu sama lain di setiap router. Ujung node yang dimaksud adalah Gateway 3, Internasional dan IIX. Tanda “!!!!!” berarti bahwa ping proses berhasil 100%, sedangkan tanda “...” berarti bahwa proses ping gagal.

Berikut hasil tes koneksi untuk Gateway 3, Internasional dan IIX :

(17)

Gambar 4.55 Tes koneksi dari Gateway 3 ke IIX

Gambar 4.56 Tes koneksi dari Internasional ke Gateway 3

Gambar 4.57 Tes koneksi dari Internasional ke IIX

Gambar 4.58 Tes koneksi dari IIX ke Gateway 3

Gambar

Gambar 4.27 Perbandingan throughput rata-rata IIX ke Gateway 2
Gambar 4.28 Perbandingan throughput rata-rata Gateway 2 ke Internasional
Gambar 4.29 Perbandingan throughput rata-rata Internasional ke Gateway 2
Gambar 4.31 Delay pada Gateway 2 skenario router reflector BGP
+7

Referensi

Dokumen terkait