• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kalimat Interogatif pada Novel Garuda Putih Karya Suparto Brata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kalimat Interogatif pada Novel Garuda Putih Karya Suparto Brata"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 32

Analisis Kalimat Interogatif pada Novel Garuda Putih

Karya Suparto Brata

Oleh: Aprilliyanti

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aprilliyanti92@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) jenis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata; (2) fungsi kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Data penelitian ini meliputi kutipan-kutipan langsung dan tidak langsung novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik observasi, dan teknik catat. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) dibantu dengan kartu data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis). Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata terdiri atas; (1) kalimat interogatif keniscayaan; (2) kalimat interogatif alternatif; (3) kalimat interogatif informatif. Fungsi kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata meliputi (1) metapesan ketidaksetujuan; (2) metapesan keragu-raguan; (3) metapesan keterkejutan; (4) metapesan ketidaksenangan; (5) metapesan ketidapercayaan; (6) metapesan kemarahan; (7) metapesan fatis; (8) metapesan kekhawatiran; (9) metapesan ajakan; (10) metapesan perintah; (11) metapesan membujuk; (12) metapesan penawaran; (13) metapesan meyakinkan; (14) metapesan menuduh; (15) metepesan kesombongan; (16) metapesan keheranan; (17) metapesan sindiran; (18) metapesan mengejek; (19) metapesan kegembiraan; (20) metapesan keyakinan; (21) metapesan ketakutan; (22) metapesan kesedihan, (23) metapesan mengelak atau berkilah; (24) metapesan kekaguman; (25) metapesan pengalihan pembicaraan.

Kata kunci: kalimat interogatif, novel Garuda Putih

Pendahuluan

Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi bagi setiap penggunanya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dan berinteraksi antarpenggunanya bila diperhatikan dengan seksama, terdapat banyak variasi bahasa yang dipergunakan. Perbedaan bentuk penggunaan bahasa tersebut terdapat pada bunyi atau lafalnya, pilihan katanya atau bahkan pada struktur kalimatnya. Untuk itu, setiap pengguna bahasa perlu memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar.

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 33 Kalimat interogatif memiliki perbedaan dengan kalimat lain, yang membedakannya yaitu pada akhir kalimat interogatif ditandai dengan tanda tanya (?). Selain itu, kalimat interogatif biasanya terdapat kata tanya seperti, apa ‘apa’, sapa ‘siapa’, kapan ‘kapan’, ning endi ‘dimana’, ngapa ‘mengapa’, kepriye ‘bagaimana’. Intonasi kalimat interogatif juga berbeda dengan kalimat lain. Pentingnya kata tanya dan intonasi tanya dalam kalimat interogatif juga diungkapkan oleh Kridalaksana, dkk. (2001: 40), menurutnya kalimat interogatif dibentuk dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan kata tanya dan intonasi tanya.

Peneliti tertarik untuk melakukan analisis seputar kalimat interogatif karena jika diperhatikan secara lebih seksama, sebenarnya manusia dalam proses berkomunikasinya sering sekali menggunakan bentuk-bentuk keinterogatifan. Bertumpu pada hal tersebut, maka peneliti merasa penting sekali untuk melakukan analisis kalimat interogtaif yang bertujuan untuk meneliti dan memahami lebih lanjut tentang jenis-jenis dan fungsi dari kalimat interogatif, di mana hal tersebut baru dapat diketahui apabila sudah diketahui konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut.

Adapun analisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata menarik untuk dilakukan, karena cerita novel tersebut mempunyai kekhasan tersendiri. Novel Garuda Putih karya Suparto Brata menceritakan tentang detektif yang menyelidiki suatu kasus. Kasus-kasus yang diselidiki mengandung pertanyaan-pertanyaan yang menurut detektif tersebut perlu dipertanyakan.

Kalimat interogatif yang ditemukan pada novel Garuda Putih bervariasi secara jenis kalimat interogatif, fungsi atau pesan kalimat interogatif, wujud kata tanya pada kalimat interogatif. Selain itu, analisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih perlu dikaji dan disampaikan kepada khalayak umum agar maksud dan tujuan tuturan kalimat interogatif di dalam novel tersebut diketahui secara jelas. Ditambah lagi novel Garuda Putih sepengetahuan penulis belum pernah dikaji ataupun dianalisis kalimat interogatifnya. Hal tersebutlah yang menjadi

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 34 alasan peneliti tertarik untuk manganalisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata.

Kalimat interogatif yang ditemukan pada novel Garuda Putih bervariasi secara jenis kalimat interogatif, fungsi atau pesan kalimat interogatif, wujud kata tanya pada kalimat interogatif. Selain itu, analisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih perlu dikaji dan disampaikan kepada khalayak umum agar maksud dan tujuan tuturan kalimat interogatif di dalam novel tersebut diketahui secara jelas. Ditambah lagi novel Garuda Putih sepengetahuan penulis belum pernah dikaji ataupun dianalisis kalimat interogatifnya. Hal tersebut yang menjadi alasan peneliti tertarik untuk manganalisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dalam penulisan penelitian ini, sumber data berupa novel Garuda Putih karya Suparto Brata.Data dalam penelitian ini meliputi kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung yang termasuk kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik pustaka, teknik observasi dan teksik catat. Instrumen penelitian ini adalah manusia (human instrument) dan kartu data. Teknik keabsahan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Penelitian yang penulis lakukan terhadap novel Garuda Putih karya Suparto Brata merupakan penelitian kualitatif dengan teknik content analysis atau analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penyajian informal.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Jenis Kalimat Interogatif pada Novel Garuda Putih Karya Suparto Brata a. Kalimat Interogatif Keniscayaan

Menurut Sukesti (1997: 30) kalimat interogatif keniscayaan adalah kalimat yang digunakan untuk menanyakan sutu kepastian informasi dengan jawaban. Kalimat interogatif keniscayaan ditandai dengan intonasi

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 35 dan partikel. Kalimat interogatif keniscayaan terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Kalimat Interogatif Keniscayaan Ketidaktahuan

Kalimat interogatif keniscayaan ketidaktahuan adalah kalimat interogatif yang menunjukkan bahwa si penanya tidak yakin dengan informasi yang ia tanyakan, kalimat tersebut ditandai oleh intonasi (sebagai penanda dari seluruh jenis kalimat tanya), dan tanpa ditandai oleh partikel apa, ya, atau to.

Konteks:

Rara Suwarni menanyakan kebenaran tentang penemuan mayat di hotel kepada Paklik Suhud.

Jare Paklik nemu wong mati neng hotel kene?”

‘Katanya Paklik menemukan orang mati di hotel sini?’ (GP/42/XII) Tuturan “Jare Paklik nemu wong mati neng hotel kene?” ‘Katanya Paklik menemukan orang mati di hotel sini?’ merupakan KIK ketidaktahuan yang berisi ketidakyakinan atau ketidakpercayaan dari Rara Suwarni dengan informasi yang menyebutkan bahwa Pakliknya menemukan orang mati di hotel. KIK ketidaktahuan pada tuturan di atas ditandai oleh intonasi yang terletak pada seluruh kalimat, dan juga dalam tuturan tersebut tidak terdapat partikel penanda pa, ya, atau ta maupun kata tanya.

2) Kalimat Interogatif Keniscayaan Keragu-Raguan

Kalimat interogatif keniscayaan keragu-raguan adalah ungkapan untuk menanyakan suatu informasi itu benar atau salah. Jadi, kalimat tanya keniscayaan keragu-raguan diutarakan karena si penanya merasa ragu-ragu akan kepastian atau kebenaran dari informasi. Selain menggunakan informasi tanya, kalimat interogatif keniscayaan keragu-raguan juga ditandai dengan partikel apa, pa, ya, dan ta.

Konteks:

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 36 Warung niku napa sadean sega pecel, nggih?”

“Warung itu apa jual nasi pecal, ya? (GP/14/III)

Tuturan di atas merupakan kalimat interogatif keragu-raguan, yang perpenanda partikel nggih/ ya pada akhir kalimat. Kalimat tersebut merupakan informasi yang diragukan kebenarannya sehingga ditanyakan. Penutur merasa ragu-ragu apakah warung yang ia maksudkan jualan nasi pecel atau tidak.

3) Kalimat Interogatif Keniscayaan Pengesahan

Kalimat interogatif keniscayaan pengesahan adalah ungkapan yang menanyakan kebenaran suatu informasi meskipun si penanya sudah yakin bahwa informasi yang ditanyakan itu benar.

Konteks:

Detektif Handaka menyapa akrab para polisi yang menangani kasus pembunuhan Abisuna.

Liwat pendhapa hotel, Handaka merlokake ngurmat marang para polisi kanthi panyapa grapyak, “Sajake kok ibut? Pindhah kantor, ta?”

Lewat pendhapa hotel, handaka memerlukan hormat pada para polisi dengan menyapa akrab, “Sepertinya kok hiruk-pikuk? Pindah kantor, ta?” (GP/108/XXIII)

Tuturan di atas merupakan KIK pengesahan, kalimat tersebut memiliki informasi pindhah kantor dengan intonasi berita. Informasi tersebut sudah diketahui oleh penutur/ penanya dan diyakini bahwa itu benar. Kalimat tersebut memiliki partikel penanda ta dengan intonasi tanya bernada turun.

b. Kalimat Interogatif Alternatif

Menurut Sukesti (1997: 48) kalimat interogatif alternatif adalah kalimat untuk menanyakan suatu pilihan, dan pilihan itu sudah tersedia di dalam pertanyaan. Kalimat interogatif alternatif ditandai oleh tiga penanda, yaitu partikel apa, kata utawa, dan kata tanya sing endi. Kalimat interogatif alternatif tidak dipentingkan mengenai intonasi. Pada novel Garuda Putih hanya terdapat kalimat interogatif alternatif berpenanda partikel apa.

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 37 Konteks:

Kapten Muhajir meminta penjelasan dari Serma Afin tentang Rahmatadi, tamu hotel yang tadi pagi check out.

“Ha, kuwi wigati! Priye, priye? Dadi, Rahmatadi ngadeg neng teras hotel, neng kono mesthine bengi-bengi, diparani wong lanang, takon apa Abisuna nginep neng kana? Kuwi kedadean tenan apa mung imajiner karangan si pembantu Bupati anggone arep ngaling utawa mukir?

‘Ha, itu penting! Gimana, gimana? Jadi, rahmatadi berdiri di teras hotel, di sana pastiny malam-malam, dihampiri laki-laki, tanya apa Abisuna menginap di sana? Itu kejadian betulan apa hanya imajinasi karangan si pembantu bupati dalam berpaling atau menghindar?’ (GP/74/XVIII)

Tuturan di atas merupakan KIA berpenanda partikel apa, adanya partikel apa di dalam kalimat tersebut diharapkan lawan tutur memilih alternatif dari jawaban yang ditawarkan dalam kalimat itu, dimana penutur memberi penawaran ataupun pilihan imajiner atau tenan.

c. Kalimat Interogatif Informatif

Menurut Sukesti (1997: 52) kalimat interogatif informatif adalah kalimat tanya yang bersifat memberikan informasi atau yang bersifat menerangkan. Kalimat interogatif informatif ditandai dengan kata tanya apa, sapa, ngapa, (kenapa, merga apa, sebabe, apa, geneya, dan ya gene), kapan, pira, sepira, priye/ kepriye, endi dan ngendi.

Berdasarkan acuan pertanyaan, kalimat tanya informatif dapat meliputi, (1) kalimat interogatif informatif identif; (2) kalimat interogatif informatif kausatif; (3) kalimat interogatif informatif temporal; (4) kalimat interogatif informatif statif; (5) kalimat interogatif informatif aktif; (6) kalimat interogatif informatif pasif; (7) kalimat interogatif informatif lokatif; (8) kalimat interogatif informatif agentif; (9) kalimat interogatif informatif kuantitatif; (10) kalimat interogatif informatif benefaktif; (11) kalimat interogatif informatif instrumental; (12) kalimat interogatif informatif objektif; (13) kalimat interogatif informatif prosesif; (14) kalimat interogatif informatif respirokal; (15) kalimat interogatif informatif komplemen; (16) kalimat interogatif informatif refleksif; dan (17) kalimat interogatif

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 38 informatif kualitatif. Pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata hanya terdapat 8 jenis kalimat interogatif informatif, yaitu sebagai berikut.

1) Kalimat Interogatif Informatif Identif

Kalimat interogatif informatif identif adalah kalimat tanya yang mengacu pada penentu atau penetapan identitas seseorang yang umumnya digunakan kata tanya apa atau sapa. Yang mana kalimat tanya informatif identif digunakan untuk menanyakan sesuatu beridentitas apa maupun sapa.

Konteks:

Kapten Muhajir menanyakan nama tamu yang baru saja check in kepada Letnan Maduwan.

Sapa ta, jenenge? Wong saka ngendi?”

‘Siapa ta, namanya? Orang dari mana?’ (GP/44/XII)

Tuturan di atas merupakan KII identif berpenanda sapa yang digunakan untuk menanyakan identitas seseorang. Dalam kalimat sapa ta, jenenge? terlihat jelas bahwa penutur menanyakan identitas atau nama tamu hotel yang baru saja check in.

2) Kalimat Interogatif Informatif Kausatif

Kalimat tanya yang mengacu pada sebab-sebab terjadinya suatu tindakan. Kalimat tanya informatif kausatif ditandai oleh kata tanya ngapa ‘mengapa’, kenapa ‘kenapa’, merga apa ‘sebab apa’, sebabe apa ‘sebabnya apa’, dan geneya ‘kena apa’.

Konteks:

Bagus Pramutih kaget kenapa Sudud menyuruh Maridi memanggil polisi.

Polisi? Enten napa?” seng mangan sega pecel kaget. “Polisi? Ada apa?” yang makan nasi pecel kaget. (GP/28/VIII)

Tuturan di atas merupakan KII kausatif berpenanda enten napa yang digunakan untuk menanyakan sebab dari suatu kejadian tertentu. Pada

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39 kalimat Polisi? Enten napa? terlihat bahwa penutur menanyakan pada lawan tuturnya sebab, alasan atau keadaan harus memanggil polisi. 3) Kalimat Interogatif Informatif Temporal

Kalimat interogatif informatif temporal adalah kalimat tanya yang berhubungan dengan waktu atau mengenai waktu. Kalimat interogatif informatif temporal meliputi dua, yaitu kalimat interogatif informatif temporal bersyarat dan kalimat interogatif informatif temporal tak bersyarat. Kalimat tanya informatif temporal bersyarat ditandai dengan kata tanya apa ‘apa’, dan pira ‘berapa’ denga syarat didahului oleh kata dina ‘hari’, wulan ‘bulan’, taun ‘tahun’ dan jam ‘jam’. Sedangkan kalimat tanya informatif temporal tak bersyarat ditandai dengan kata tanya kapan ‘kapan’.

Konteks:

Suhud kaget ketika Serma Afin bertanya tentang tamu hotel semalam, karena ia tidak merasa menarima tamu.

“Kula?! Dalu-dalu? Lo, mboten niku? Wau dalu, jam pinten?

‘Saya?! Malam-malam? Lo, tidak itu? Tadi malam, jam berapa?’ (GP/76/XVIII)

Tuturan di atas merupakan KII temporal bersyarat berpenanda tanya pinten yang didahului oleh kata jam, dan digunakan untuk menanyakan waktu suatu kejadian tertentu. Pada kalimat wau dalu, jam pinten? terlihat bahwa penutur menanyakan kepada lawan tuturnya waktu yang menunjukkan bahwa penutur menerima tamu pada malam hari.

4) Kalimat Interogatif Informatif Statif

Kalimat interogatif informatif statif adalah kalimat tanya yang mengacu kepada keadaan seseorang atau sesuatu hal. Kalimat tanya informatif statif ditandai dengan kata tanya piye ‘bagaimana’.

Konteks:

Detektif Handaka menanyakan kepada Kapten Muhajir bagaimana Abisuna ijin pergi ke isterinya.

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 40 “Nanging, tetep kita kudu nggoleki, sapa sing nggeret Abisuna nganti pas bengi iki nginep kene, pas kaya uleman sing disebar dening Garuda Putih, yakuwi para polisi lan detektip, lan calon kurban wis padha teka ing hotel kene. Pamite priye Abisuna marang garwane? ‘Tetapi, tetap kita harus mencari, siapa yang menyeret Abisuna sampai saat malam ini menginap sini, pas dengan undangan yang disebar oleh Garuda Putih, yaitu para polisi dan detektif, dan calon korban sudah pada dateng di hotel sini. Pamitnya bagaimana Abisuna dengan istrinya?’ (GP/60/XVI)

Tuturan di atas merupakan KII statif berpenanda tanya priye yang digunakan untuk menanyakan keadaan ataupun cara. Pada kalimat pamite priye Abisuna marang garwane? terlihat bahwa penutur menanyakan cara Abisuna pamit kepada isterinya ketika hendak pergi ke Tretes.

5) Kalimat Interogatif Informatif Pasif

Kalimat interogatif informatif pasif adalah kalimat tanya informatif yang mengacu pada tindakan pasif dan mementingkan peristiwa. Kalimat tanya informatif pasif ditandai dengan kata tanya diapakake “diapakan’, kok apakake ‘kamu apakan’.

Konteks:

Kapten Harsalim heran Nyonya Abisuna sudah tahu bab Garuda Putih.. Dinapakake kalih Garuda Putih?? Harsalim dadi gumun! Wong wadon iki wis ngerti bab Garuda Putih!

“Diapakan oleh Garuda Putih?” Harsalim jadi heran! Perempuan ini sudah tahu bab Garuda Putih! (GP/45/XIII)

Tuturan di atas merupakan KII pasif berpenanda tanya dinapakake yang dipergunakan untuk menanyakan objek sasaran dilakukan bagaimana oleh pelaku. Pada kalimat dinapakake kalih Garuda Putih? terlihat bahwa penutur menanyakan tindakan yang dilakukan pelaku yaitu Garuda Putih terhadap objek sasarannya.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41 6) Kalimat Interogatif Informatif Lokatif

Kalimat interogatif informatif lokatif adalah kalimat tanya yang mengacu tempat. Kalimat interogatif informatif lokatif ditandai dengan kata tanya ngendi ‘dimana’, endi ‘mana’, apa ‘apa’.

Konteks:

Suhud menanyakan pada Wicaksana dimana lokasi ditemukannya orang meninggal.

Ah, tiyang pejah? Teng ara-ara pundi?

‘Ah, orang mati? Di padang ilalang mana?’ (GP/28/VIII)

Tuturan di atas merupakan KII lokatif berpenanda tanya pundi yang dipergunakan untuk menanyakan tempat yang dituju atau diinginkan. Pada kalimat teng ara-ara pundi? terlihat bahwa penutur menanyakan lokasi ditemukannya orang mati kepada lawan tuturnya.

7) Kalimat Interogatif Informatif Agentif

Kalimat interogatif informatif agentif adalah kalimat tanya yang mengacu pada pelaku. Kalimat tanya informatif agentif ditandai dengan kata tanya apa ‘apa’, dan sapa ‘siapa’ yang dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat tanya informatif agentif berpenanda sapa dan apa tak bersyarat dan kalimat tanya informatif agentif sapa dan apa bersyarat. Konteks:

Detektif Handaka menyuruh Bagus Pramutih untuk mengaku siapa yang menyuruhnya datang ke Tretes.

Sinten sing ngengken sampeyan nusul teng hotel mriki?”

‘Siapa yang menyuruh anda menyusul ke hotel sini?’ (GP/82/XIX) Tuturan di atas merupakan KII agentif bersyarat karena terdapat kata sing yang mengacu pada pelaku, kalimat tersebut berpenanda tanya sinten yang dipergunakan untuk menanyakan pelaku yang melakukan tindakan.

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42 8) Kalimat Interogatif Informatif Kuantitatif

Kalimat tanya informatif kuantitatif merupakan kalimat tanya yang digunakan untuk menanyakan jumlah, ukuran, harga, waktu. Kalimat tanya informatif kuantitatif ditandai dengan kata tanya pira ‘berapa’, sepira ‘seberapa’, dan ping pira/ kaping pira ‘berap kali.’

Konteks:

Emi menanyakan jumlah toilet hotel kepada Maridi.

“Heh, bung! Bung Jongos! Jambane hotel kene ki pira?His! Edan, ki! Ditakoni kok mlengeh thok! Aku ki takon tenan, jambane hotel kene ki pira?

‘Heh, bung! Bung Jongos! Toilet hotel sini itu berapa? His! Gila, ni! Ditanya kok senyum saja! Aku ini tanya sungguhan, toilet hotel sini ini ada berapa?’ (GP/17/VI)

Tuturan di atas merupakan KII kuantitatif untuk menanyakan jumlah, kalimat tersebut berpenanda tanya pira yang dipergunakan untuk menanyakan jumlah kamar mandi yang terdapat di hotel.

2. Fungsi (Metapesan) Kalimat Interogatif pada Novel Garuda Putih Karya Suparto Brata

Menurut Wijana dalam Sukesti (1997: 1) fungsi ataupun metapesan adalah maksud yang sebenarnya hendak disampaikan kepada lawan tutur. Namun, cara penyampaiannya itu digunakan media lain, misalnya kalimat berita atau kalimat tanya. Metapesan yang dapat melalui kalimat tanya antara lain perintah, keterkejutan, keheranan, kesombongan, kemarahan, kegembiraan.

Fungsi ataupun metapesan yang terdapat pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata adalah metapesan ketidaksetujuan, metapesan keragu-raguan, metapesan keter kejutan, metapesan ketidaksenangan, metapesan ketidapercayaan, metapesan kemarahan, metapesan fatis, metapesan kekhawatiran, metapesan ajakan, metapesan perintah, metapesan membujuk, metapesan penawaran, metapesan meyakinkan, metapesan menuduh, metepesan kesombongan, metapesan keheranan, metapesan sindiran, metapesan mengejek, metapesan kegembiraan, metapesan keyakinan,

(12)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43 metapesan ketakutan, metapesan kesedihan, metapesan mengelak atau berkilah, metapesan kekaguman, metapesan pengalihan pembicaraan.

Simpulan

Bersadarkan analisis kalimat interogatif pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata dapat disimpulkan bahwa pada novel Garuda Putih terdapat banyak variasi jenis kalimat interogatif, jenis kalimat interogatif tersebut meliputi kalimat interogatif keniscayaan ketidaktahuan, kalimat interogatif keniscayaan keragu-raguan, dan kalimat interogatif keniscayaan pengesahan, kalimat interogatif informatif berpenanda partikel apa, kalimat interogatif informatif (KII) identif, KII kausatif, KII temporal, KII statif, KII pasif, KII lokatif, KII agentif, KII kuantitatif. Selain jenis kalimat interogatif, banyak juga variasi fungsi ataupun metapesan yang terdapat pada novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Metapesan tersebut meliputi metapesan ketidaksetujuan, metapesan keragu-raguan, metapesan keter kejutan, metapesan ketidaksenangan, metapesan ketidapercayaan, metapesan kemarahan, metapesan Fatis, metapesan kekhawatiran, metapesan ajakan, metapesan perintah, metapesan membujuk, metapesan penawaran, metapesan meyakinkan, metapesan menuduh, metepesan kesombongan, metapesan keheranan, metapesan sindiran, metapesan mengejek, metapesan kegembiraan, metapesan keyakinan, metapesan ketakutan, metapesan kesedihan, metapesan mengelak atau berkilah, metapesan kekaguman, metapesan pengalihan pembicaraan. Dari dua puluh lima jenis metapesan yang ditemukan dalam novel Garuda Putih karya Suparto Brata, metapesan keheranan yang paling banyak ditemukan.

Daftar Pustaka

Kridalaksana, Harimurti, dkk. 2001. Wiwara: Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sukesti, Restu, dkk. 1997. Kalimat Tanya dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Depdikbud Bagian Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah

Referensi

Dokumen terkait

Selain masyarakat sudah menganut kepercayaan/agama masing-masing dan masyarakatnya juga telah mengenal hukum, ada beberapa informan dengan pendapat dan penjesan yang sama,

Data 5) shows a conversation between a Javanese speaker buyer with Sundanese speaker seller. It can be seen that the buyer controls the code used in the conversation. The buyer uses

 Packet Loss / Error : ukuran error rate dari transmisi packet data yang diukur dalam persen.  Packet hilang (bit loss) yang biasanya dikarenakan buffer yang terbatas, urutan

However, only the new IOP from the in-situ self calibration were not able to model the inaccuracies of the direct measurements of the position and orientation of

In this case, a Gricean Cooperative Principle had been tried out for analyzing how it is realized in the utterance context and how implicature is generated in the conversation in

Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, yang berguna sebagai sumber listrik. Listrik tidak serta merta

Artinya jika setiap karyawan memiliki sikap komitmen, memiliki motivasi kerja dan mendapatkan kompensasi yang layak maka ia akan merasa senang sebagai karyawan, senang

Karakteristik pasien pada simpul ini adalah pasien kanker serviks yang penyakit kanker serviks yang dideritanya merupakan penyakit penyerta, tidak memiliki