• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI INDONESIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI INDONESIA

Oleh:

Abdi Dharma Saragih

Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

disampaikan pada acara “Launching Modular Small Hydropower SmartT”

Hotel Shangri-la Ballroom, Jakarta, 4 Mei 2017

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

(2)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

2

DAFTAR ISI

KOMITMEN TERHADAP LINGKUNGAN

POTENSI EBT

CAPAIAN RASIO ELEKTRIFIKASI 2016

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DAN TARGET

PEMBANGKIT

REGULASI BIDANG EBT

(3)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

1.

Pergeseran subsidi BBM

ke sektor produktif

2010-2014: US$ 98 miliar

2015-2019: US$ 52 miliar

2.

23% EBT

pada tahun 2025

Penurunan emisi 29% dari BAU pada

tahun 2030 dan 41% dengan bantuan

international

Terkait dengan energi:

3

KOMITMEN INDONESIA DALAM PERUBAHAN IKLIM

(4)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN

Energi Fosil

Cadangan terbukti:

• Minyak Bumi : 3,6 miliar barel • Gas Bumi : 100,3 TSCF • Batubara : 7,2 miliar ton

Produksi:

• Minyak Bumi : 288 Juta barel • Gas Bumi : 2,97 TSCF • Batubara : 434 juta ton

Diperkirakan akan habis:

• Minyak Bumi : 13 tahun • Gas Bumi : 34 tahun • Batubara : 16 tahun

Energi Laut

17,9 GW

PLTA 5,124 GW

PLTMH 0,162 GW (7,07%)

0,085 GWp (0,04%)

1,64 GW (5,6%)

1,1 MW (0,002%)

1,78 GW (5,5%)

0,0 MW (0,000%)

443,2 GW

(2% terhadap potensi)

8,80 GW

4

Panas Bumi

Sumber Daya : 12,3 GW

Reserve : 17,2 GW

Surya

207,8 GWp

PLTA, PLTM/H

75 GW

Angin

60,6 GW

Bioenergi

32,6 GW

BBN

200 Ribu

Bph

(5)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

(6)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

CAPAIAN RASIO ELEKTRIFIKASI 2016

Capaian rasio elektrikasi nasional tahun 2016 adalah 91.16%.

Rasio elektrikasi di Provinsi NTT dan Papua masih di bawah

70%.

Capaian rasio elektrikasi Indonesia masih rendah (91.16%) jika

dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Tahun 2019 target capaian rasio elektrifikasi adalah 97.35%

(RPJM) and 100% pada tahun 2024 (RUKN)

ELECTRIFICATION RATIO IN ASEAN COUNTRIES

NATIONAL ELECTRIFICATION RATIO IN 2016 (%)

Pe

rs

e

n (%)

(7)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

New and Renewable Energy

Oil

Gas

Coal

23%

25%

30%

22%

5%

46%

31%

18%

194

MTOE

MTOE

~ 400

2013

2025

Power Plant

51 GW

115 GW

Energy Consumption 0,8 TOE/capita

1,4 TOE/capita

Electricity

Consumption

KWh/capita

776

2.500 KWh/capita

2013

2025

Gas

Coal

NRE

Oil

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

(PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 79/2014)

(8)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

2025

Panas Bumi

7.2

GW

Air

21

GW

Bioenergi

5.5

GW

Surya

6.5

GW

Angin

1.8

GW

EBT Lainnya

3.1

GW

Totall

45 GW

8,66 10,80 11,73 12,94 15,81 18,48 24,66 29,28 35,74 41,01 45,04

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

PLTP PLT Bioenergi PLTA Mini Hidro PLTS PLT Bayu PLT Laut Total

8

TARGET 2025 : PEMBANGKIT EBT

2015

2025

Total Installed Capacity

55 GW

135 GW

(9)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

9

INDIKASI RENCANA PENGEMBANGAN PLTA PER

PROVINSI 2015-2025 SESUAI RUEN

Pengembangan pembangkit listrik tenaga air di proyeksikan sebesar 17,986 GW

(18 GW) pada tahun 2025.

(10)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

10

INDIKASI RENCANA PENGEMBANGAN PLTM/H PER

PROVINSI 2015-2025 SESUAI RUEN

Pengembangan pembangkit listrik tenaga minihidro dan mikrohidro di

proyeksikan sebesar 3 GW pada tahun 2025.

(11)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

KEBIJAKAN INVESTASI

Perpres

36 tahun

2010

Perpres

39 tahun

2014

Perpres

44 Tahun

2016

Kemitraan

11

Grand Father

Clause

Portofolio

Kawasan Ekonomi Khusus

Sektor

Bisnis KBLI Kondisi

PLTMH < 1

MW 35101 Modal dalam negeri: 100% PLTM (1-10

MW) 35101 Modal asing: Max. 49%

Sektor

Bisnis KBLI Kondisi

PLTMH < 1

MW 35101 Modal dalam negeri: 100% PLTM (1-10

MW) 35101 Modal asing: Max. 49%

Sektor

Bisnis KBLI Kondisi

PLTMH < 1

MW 35101UMKM PLTM (1-10

(12)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

Keputusan Menteri ESDM No. 1122 K/30/MEM/2002 tentang Pedoman

Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (<1 MW).

Peraturan Menteri ESDM No. 31/2009 tentang Harga Pembelian Tenaga

Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang

Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau

Kelebihan Tenaga Listrik.

Peraturan Menteri ESDM No. 12/2014 dan 22/2014 tentang Pembelian

Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air oleh PT PLN (Persero) (PLTA <

10 MW)

Peraturan Menteri ESDM No. 04/2012 tentang Harga Pembelian Tenaga

Listrik oleh PT PLN (Persero) dari Pembangkit Tenaga Listrik yang

Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau

Kelebihan Tenaga Listrik.

2002

2009

2012

2014

Peraturan Menteri ESDM No. 19/2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari

Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan Kapasitas sampai dengan 10 MW

oleh PT PLN (Persero) (PLTA < 10 MWPeningkatan Feed In Tariff)

2015

PERKEMBANGAN FEED IN TARIFF UNTUK PLTM/H

12

Peraturan Menteri ESDM No. 2/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit

Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah.

(13)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

PERKEMBANGAN SKEMA INVESTASI PLTM/H

Feed in Tarif

Aliran Air dan

Terjunan Air

BOO

Feed in Tariff

Aliran air, Terjunan

Air, Saluran Irigasi,

eksisting Dam

BOO

Harga Patokan

atau Pemilihan

Langsung

Faktor Kapasitas

BOO-BOOT

13

(14)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 12 TAHUN 2017

TENTANG PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

UNTUK PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

(15)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

No. Jenis Energi

Terbarukan Pelaksanaan Pembelian

Tarif BPP sistem setempat >

BPP nasional

BPP sistem setempat ≤ BPP nasional

1. PLTS Fotovoltaik Pelelangan berdasarkan kuota kapasitas yang ditawarkan Maximum 85% x BPP

sistem setempat 100% x BPP setempat

2. PLTB Pelelangan berdasarkan kuota kapasitas yang ditawarkan Maximum 85% x BPP

sistem setempat 100% x BPP setempat

3. PLTA

Harga Patokan Maximum 85% x BPP

sistem setempat 100% x BPP setempat Pemilihan Langsung Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung a. Tenaga Air ≤ 10 MW: Capacity Factor paling sedikit 65%

b. Tenaga Air > 10 MW: Capacity Factor tergantung kebutuhan sistem

4. PLTBm

Harga Patokan (Kapasitas ≤ 10 MW) Maximum 85% x BPP sistem setempat 100% x BPP setempat Pemilihan Langsung (Kapasitas > 10 MW) Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung

5. PLTBg

Harga Patokan (Kapasitas ≤ 10 MW) Maximum 85% x BPP sistem setempat 100% x BPP setempat Pemilihan Langsung (Kapasitas > 10 MW) Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung

6. PLTSa Harga Patokan Maximum 100% BPP

sistem setempat

Kesepakatan para pihak

7. PLTP Harga Patokan Maximum 100% BPP

sistem setempat

Kesepakatan para pihak

BPP Pembangkitan sistem setempat dan rata – rata BPP Pembangkitan nasional merupakan BPP Pembangkitan nasional pada tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan PT PLN (Persero).

(16)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

16

PERATURAN MENTERI ESDM NO. 12 TAHUN 2017

HAL - HAL LAIN YANG DIATUR

(1)

Untuk PLTA, PLTP, dan Biomasa pola kerja sama membangun, memiliki, mengoperasikan dan mengalihkan (Build, Own, Operate,

and Transfer/BOOT).

(2)

Pembangunan jaringan tenaga listrik untuk evakuasi daya dari PLTA, PLTBm, PLTBg, PLTP ke titik sambung PT PLN (Persero)

dapat dilakukan oleh PPL berdasarkan mekanisme yang saling menguntungkan (Business to Business).

(3)

PT PLN (Persero) wajib melakukan uji tuntas (due diligence) atas kemampuan teknis dan finansial dari PPL.

(4)

Uji tuntas (due diligence) dapat dilakukan oleh pihak procurement agent yang ditunjuk oleh PT PLN (Persero).

(5)

Usulan pengembangan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan dari PPL kepada PT PLN

(Persero) harus dilengkapi dengan kajian kelayakan penyambungan sistem ketenagalistrikan.

(6)

Mengutamakan penggunaan TKDN.

(7)

Komponen dalam negeri yang digunakan dalam sistem pembangkit tenaga listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia di

bidang ketenagalistrikan; Standar Internasional; atau Standar negara lain yang tidak bertentangan dengan ISO atau IEC.

(8)

Konstruksi pembangkit tenaga listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia di bidang ketenagalistrikan; Standar

Internasional; Standar negara lain yang tidak bertentangan dengan ISO atau IEC; atau Standar PLN.

(9)

PTPLN (Persero) wajib:

a. menginformasikan secara terbuka kondisi sistem ketenagalistrikan setempat yang siap menerima pembangkit tenaga listrik yang

memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan.

b. menginformasikan secara terbatas rata-rata BPP Pembangkitan pada sistem ketenagalistrikan setempat kepada PPL yang

berminat mengembangkan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan.

(10) PT PLN (Persero) wajib menyusun dan mempublikasikan:

a. standar dokumen pengadaan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan; dan

b. standar PJBL untuk masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan.

Pokok-pokok PJBL mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017).

(11) a. Dalam hal PPL terlambat dalam menyelesaikan pembangunan pembangkit tenaga listrik PPL dikenakan sanksi dan/atau penalti.

b. Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 tentang PJBL, diatur pemberian penalti apabila PPL terlambat

menyelesaikan pembangunan; dan diberi reward apabila PPL menyelesaikan pembangunan lebih cepat (atas permintaan PLN).

c. Sanksi dan/atau penalti dituangkan dalam PJBL.

(17)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

Rata-rata Nasional

7,39

Keterangan:

Realisasi Kurs 2016 Rp. 13.307/USD

6.51 6.51 6.51 6.52 6.54 6.62 7.77 7.86 8.07 8.10 9.04 9.28 10.14 10.20 10.39 12.17 12.43 12.75 13.54 13,66 13.68 17.32 17.52

(USD Cents per kWh)

17

KEPMEN ESDM No. 1404 K/20/MEM/2017

(18)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) BPP (₵USD/kWh) BPP

A SUMATERA

1.194 8,98

1 SUMATERA BAGIAN UTARA

a Aceh

1.383 10,39

a.1 Pulau Weh

1.733 13,02

a.2 Pulau Simeuleu

1.817 13,65

b

SUMUT

1.235 9,28

b.1 Nias

2.049 15,40

2 SUMATERA BAGIAN TENGAH DAN SELATAN

a SUMBAR

1.074 8,07

a.1 Kepulauan Mentawai

2.096 15,75

b RIAU & KEP RIAU

1.349 10,14

b.1 Bintan

1.583 11,90

b.2 Tanjung Balai Karimun

1.706 12,82

b.3 Natuna

2.089 15,70

b.4 Anambas

2.149 16,15

c S2JB (SUMSEL, JAMBI, BENGKULU)

1.046 7,86

c.1 Pulau Enggano

2.322 17,45

d LAMPUNG

1.034 7,77

3 BANGKA

1.817 13,66

4 BELITUNG

1.619 12,17

5 SUB SISTEM KEPULAUAN KECIL LAINNYA

2.096 15,75

NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) BPP (₵USD/kWh) BPP

B JAWA BALI

868

6,52

1 DKI

867

6,51

a Kepulauan Seribu (Non Koneksi Kabel Laut Jawa

Bali)

2.332 17,52

2 BANTEN

866

6,51

a Pulau Panjang

2.332 17,52

3 JABAR

866

6,51

4 JATENG

868

6,52

a Karimun Jawa

2.332 17,52

5 JATIM

870

6,54

a Madura Isolated

2.332 17,52

b Bawean

1.964 14,76

c Gili Ketapang

2.332 17,52

6 BALI

881

6,62

a Sistem 3 Nusa (Nusa Penida, Nusa Lembongan,

Nusa Ceningan)

1.745 13,11

7 SUB SISTEM KECIL LAINNYA

2.332 17,52

C KALIMANTAN

1.373 10,31

1 KALBAR

1.655 12,43

2 KALSELTENG

1.203 9,04

3 KALTIMRA

1.357 10,20

4 SUB SISTEM KECIL LAINNYA

2.332 17,52

KEPMEN ESDM No. 1404 K/20/MEM/2017

BPP PEMBANGKITAN 2016 PER SUBSISTEM (2)

Keterangan:

Realisasi Kurs 2016 Rp. 13.307/USD

(19)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) BPP (₵USD/kWh) BPP

D SULAWESI & NUSA TENGGARA

1.421 10,68

1 SULUTTENGGO

1.696 12,74

a Sulawesi Bagian Utara (Manado, Gorontalo,

Kotamobagu)

1.669 12,54

b Toli - Toli

2.026 15,22

c Tahuna

2.332 17,52

d Palu

1.016 7,63

e Luwuk

1.759 13,22

2 SULSELRABAR

1.078 8,10

a Sulawesi Bagian Selatan (Makassar, Mamuju,

Palopo, Pinrang, Watampone, Pare-Pare)

1.016 7,63

b Kendari

1.801 13,53

c Bau - Bau

2.137 16,06

d Selayar

2.114 15,88

3 NTB

1.821 13,68

a Bima

1.880 14,12

b Lombok

1.629 12,24

c Sumbawa

1.978 14,87

4 NTT

2.332 17,52

a Sumba

1.887 14,18

b Timor

2.226 16,73

c Flores Bagian Barat

1.751 13,16

d Flores Bagian Timur

2.070 15,55

5 SUB SISTEM KECIL LAINNYA

2.332 17,52

NO WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB SISTEM (Rp. /kWh) BPP (₵USD/kWh) BPP

E MALUKU & PAPUA 2.008 15,09

1 MALUKU & MALUKU UTARA 2.305 17,32

a Ambon 1.680 12,62 b Seram 2.330 17,51 c Saparua 1.626 12,22 d Buru 1.728 12,98 e Ternate - Tidore 1.971 14,81 f Sanana 1.811 13,61 g Bacan 1.811 13,61

h Halmahera (Tobelo, Malifut, Jailolo, Sofifi, Maba) 1.685 12,67

i Daruba 1.587 11,93

j Tual 1.657 12,45

k Dobo 2.063 15,50

l Saumlaki 1.686 12,67

2 PAPUA & PAPUA BARAT 1.802 13,54

a Jayapura 1.959 14,72 b Sarmi 2.332 17,52 c Biak 1.753 13,17 d Serui 1.778 13,36 e Nabire 1.604 12,06 f Wamena 2.332 17,52 g Timika 1.786 13,42 h Merauke 1.704 12,80 i Tanah Merah 1.704 12,80 j Manokwari 1.760 13,23 k Sorong 1.305 9,81 l Teminabuan 2.332 17,52 m Fak Fak 2.332 17,52 n Kaimana 2.332 17,52 o Bintuni 2.332 17,52 p Raja Ampat 2.332 17,52

3 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.332 17,52

RATA - RATA 983 7 39

Keterangan:

Realisasi Kurs 2016 Rp. 13.307/USD

19

KEPMEN ESDM No. 1404 K/20/MEM/2017

(20)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

INSENTIF

FINANSIAL

• Memberikan bunga pinjaman yang rendah

INSENTIF

FISKAL

• Tax Holiday

• Tax Allowance

• Bea masuk impor dan PPN

(21)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

INSENTIF UNTUK SEKTOR LISTRIK

21

TAX ALLOWANCE

 Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 9/2016, Peraturan Menteri Keuangan No. 89/PMK.010/2015 dan Peraturan Kepala BKPM No. 18/2015, dimana energi air untuk tenaga listrik, berhak mendapatkan fasilitas pajak Pengurangan laba bersih hingga 30% dari jumlah yang diinvestasikan, diproyeksikan sebesar 5% selama enam tahun sejak produksi komersial, dengan syarat aset yang diinvestasikan tidak dipindahtangankan dalam waktu enam tahun.

 Implementasi tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kriteria dan/atau persyaratan dalam pemanfaatan fasilitas pajak penghailan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertertu dan/atau di daerah-daerah tertentu pada sektor energi dan sumber daya mineral.

 Kriteria untuk Pembangkitan tenaga litsrik termasuk tenaga air dan terjunan air adalah sebagai berikut: 1. Nilai investasi paling sedikit Rp30.000.000.000,- (30 miliar);atau

2. Tenaga kerja paling sedikit 100 orang.

Dengan prioritas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

 Saat ini terdapat 3 pengembang PLTM/H yang telah mendapatkan fasilitas tax allowance

Bebas Bea Masuk

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 66 / PMK.010 / 2015, Atas impor Barang Modal yang dilakukan oleh Badan Usaha dapat diberikan fasilitas pembebasan bea masuk.

Pembebasan bea masuk diberikan terhadap Barang Modal yang nyata-nyata dipergunakan untuk industri pembangkitan tenaga listrik dengan ketentuan sebagai berikut:

a. belum diproduksi di dalam negeri;

b. sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau c. sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya beluin mencukupi kebutuhan industri.

(22)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

Pada umumnya, lokasi pembangkit listrik tenaga air jauh dari

demand;

Pada umumnya, pembangkit listrik tenaga air terletak di

hutan lindung;

Isu sosial dan lingkungan (pembebasan lahan);

Kurangnya

dana

lokal,

industri

lokal,

konsultan

pengembangan tenaga air di Indonesia.

TANTANGAN PENGEMBANGAN PLTM/H DI INDONESIA

(23)

KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

www.ebtke.esdm.go.id

Jalan Pegangsaan Timur No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10320; Telp/Faks : 021-31924540

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Referensi

Dokumen terkait

Seorang investor ingin meminimalkan ketidakpastian dan memaksimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan, maka investor dapat menganalisis hal tersebut dengan

Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba setelah pajak atas pengelolaan modal.. ROE didapat dengan cara membagi laba

Jika anda menyelesaikan gelar anda dalam rentang waktu yang diharapkan dan mendapatkan tawaran kerja yang berhubungan dengan studi anda, anda dapat memperoleh visa kerja untuk dua

12 a) Tepi daun bergerigi membentuk struktur mirip duri, bentuk daun lanset, percabangan batang berseling, rhizoid bercabang dua, pleurokarpus, seta

Tentu masih banyak hal baik lainnya yang berkaitan dengan serangga, meskipun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian kecil serangga merupakan hama tanaman,

Setiap individu dalam ekosistem masyarakat harus melakukan hak dan kewajibannya agar interaksi yang terjadi di dalam masyarakat tersebut dapat berjalan dengan baik.. Jika ada

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,