• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-386

BAB IX

ASPEK PEMBIAYAAN

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antaraPemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

DaerahKabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karyamerupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, PemerintahKabupaten Karangasemterus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasaranaCipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di sampingmembangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikananggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yangtelah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki

keterbatasan fiskaldalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.

Pemerintah daerahcenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahamibahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagaistimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatifpembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untukmendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

(2)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-387

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam

melaksanakanpembangunan bidang Cipta Karya

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat

dansektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang

CiptaKarya

9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalamperaturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah:

Pemerintahdaerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajibandaerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan

urusanpemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

pemerintahan yangmenjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan,keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

AntaraPemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomidaerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputiPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, sertaPenerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untukmendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan:

DanaPerimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan DanaAlokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yangditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanaikegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteriakhusus, dan kriteria teknis.

(3)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-388

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, DanPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untukKabupaten Karangasemmerupakan urusan yang berskala Kabupaten

Karangasemmeliputi 26urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

Penyelenggaraan urusanpemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayananminimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusanwajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepadadaerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah:

Sumberpinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, LembagaKeuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidakdapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskanmelalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajibmemenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%

penerimaanAPBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah

untukmengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang

bersumberdari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib

mendapatkanpersetujuan DPRD

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintahdengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahanPerpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapatbekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenisinfrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usahaadalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman danprasarana persampahan.

(4)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-389

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang

PedomanPengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 danPermendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah,

DanaPerimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan

PembiayaanPengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk TeknisPenggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PUmenyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya,

Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistempenyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir danpermukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untukprogram percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan: - Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (airlimbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan

kepadamasyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang

diselenggarakanmelalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhisasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman

PelaksanaanKegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan KewenananganPemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan

(5)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-390

kegiatan yangdibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa SatkerTetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non VertikalTertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan SatuanKerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telahdisepakati.GubernursebagaiwakilPemerintah

mengkoordinasikanpenyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalamrangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkupsumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada

SatuanKerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khususbidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dandana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk

pembangunaninfrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan

bersama(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untukpembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah

danswasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

9.2.Profil APBD Kabupaten Karangasem

Kembali pembahasan mengenai keuangan daerah ini melihat keuangan daerah dengan adanya sistem desentralisasi fiskal. Yang menjadi ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi adalah kemampuan keuangan daerah, dalam hal ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber-sumber pendapatan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Karena itu kemampuan suatu

(6)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-391

daerah untuk dapat menggali sumber-sumber keuangan menjadi hal yang sangat penting dan saat ini masih menjadi polemik dan kontroversi di tataran pemerintah daerah. Maksudnya polemik disini adalah setiap daerah daerah berusaha menggali sebanyak-banyaknya sumber-sumber keuangan yang menjadi kewenangan daerah tersebut, dan daerah lain pun demikian sehingga terjadi fenomena kompetisi antar daerah dan tidak jarang ditemui adanya perebutan sesuatu sumberdaya yang letaknya di perbatasan suatu daerah dengan daerah lainnya.

Dengan adanya sistem baru yaitu desentralisasi fiskal ini mengakibatkan banyak daerah belum terbiasa dengan pola desentralisasi fiskal yang diterapkan. Tingginya ketergantungan kepada dana yang diberikan oleh pusat, disebabkan lemahnya kemampuan PAD, akan menghambat pelaksanaan otonomi daerah secara nyata. Misalnya masih ada daerah yang perbandingan PAD dan dana dari pusatnya adalah 1 berbanding 4.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menyatakan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Penjelasan mengenai sumber penerimaan daerah tersebut adalah:

a. Pendapatan Daerah bersumber dari:

 Pendapatan Asli Daerah;

 Dana Perimbangan; dan

 Lain-lain Pendapatan.

b. Pembiayaan bersumber dari:

 Sisa lebih perhitungan anggaran daerah;

 Penerimaan Pinjaman Daerah;

 Dana Cadangan Daerah; dan

 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

A. Pendapatan Asli Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari:

- Pajak Daerah;

- Retribusi Daerah;

- Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan

- Lain-lain PAD yang sah.

(7)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-392

- Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;

- Jasa giro;

- Pendapatan bunga;

- Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan

- Komisi, potongan, atau pun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

B. Dana Perimbangan

1. Dana Bagi Hasil:

- Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam;

- Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan,

pertambangan serta kehutanan;

b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sektor perdesaan,

perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kehutanan; dan

c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

- Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:

a. Penerimaan kehutanan yang berasal dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan

(IHPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan;

b. Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari penerimaan iuran tetap

(landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty) yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan;

c. Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dari

penerimaan pungutan pengusahaan perikanan dan pungutan hasil perikanan;

d. Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah yang

bersangkutan;

e. Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah

yang bersangkutan; dan

f. Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari penerimaan setoran

bagian Pemerintah, Iuran tetap dan iuran produksi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan.

(8)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-393

2. Dana Alokasi Umum

- Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam

persen) dari pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN;

- DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang

menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan penghitungan DAU-nya ditetapkan sesuai Undang-Undang.

3. Dana Alokasi Khusus

- Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN;

- DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus

yang merupakan urusan daerah;

- Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN;

- Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping

sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari alokasi DAK;

- Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD;

- Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana

Pendamping.

4. Lain-lain Pendapatan

- Pendapatan Hibah;

- Dana Darurat.

C. Lain-lain Pendapatan

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah

1. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari

Pemerintah, masyarakat dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri;

2. Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah dari APBN kepada

pemerintah daerah untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat ditangulangi APBD.

D. Pinjaman Daerah

(9)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-394

- Pemerintah;

- Pemerintah Daerah lain;

- Lembaga keuangan bank;

- Lembaga keuangan bukan bank;

- Masyarakat.

2. Pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri

Keuangan.

3. Pinjaman daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah

diterbitkan melalui pasar modal.

4. Jenis pinjaman terdiri atas:

- Pinjaman Jangka Pendek;

- Pinjaman Jangka Menengah; dan

- Pinjaman Jangka Panjang.

Mengenai Realisasi Penerimaan Daerah Otonom Kabupaten Karangasem Tahun Anggan 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 9.1.

9.2.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karangasem terdiri atas beberapa pos, yaitu: (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah, (3) Bagian Laba Badan Usaha Daerah, dan (4) Pendapatan Lain-lain. Dari waktu ke waktu PAD Kabupaten Karangasem sebagian besar bersumber dari Pajak Daerah kemudian disusul berturut-turut oleh retribusi Daerah, Penerimaan lain-lain dan Laba Badan Usaha Daerah atau (BUD).

A. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Didalam era otonomi daerah, yaitu dengan berlakunya UU nomor 25 tahun 1999 dan UU nomor 22 tahun 1999 yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, maka undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah mendapat penyesuaian melalui UU no 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi daerah, dengan pedoman pelaksanaannya yaitu PP nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah dan PP nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah.

Didalam salah satu ketentuannya dicantumkan bahwa jenis pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari;

(10)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-395

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Pengambilan Bahan galian Golongan C

7. Pajak Parkir

Pertumbuhan penerimaan asli daerah dari pos pajak daerah yang terdiri atas pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian C, pajak pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan dan pajak parkir. Target pajak yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Karangasem dari tahun ke tahun ditargetkan meningkat.

B. Retribusi daerah

Retribusi daerah merupakan bentuk penarikan dana dari masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan langsung yang diberikan oleh pemerintah daerah. Sedangkan definisi retribusi menurut UU nomor 34 tahun 2000, ialah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Pada UU Nomor 34 tahun 2000 disebutkan bahwa objek dari retribusi ialah jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu. Penetapan retribusi diserahkan sepenuhnya kepada daerah untuk penentuan dan penarikannya, selama tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

C. Laba BUMD

Laba BUMD merupakan salah satu pos penerimaan pendapatan asli daerah yang dapat dikembangkan secara optimal dalam rangka menambah PAD. Laba BUMD berasal dari penerimaan atas keuntungan yang didapatkan dari badan usaha milik daerah yang berada pada suatu wilayah administratif.

D. Pendapatan Lain-lain

Pos pendapatan lain-lain merupakan pos penerimaan yang masuk ke Kabupaten Karangasem yang tidak termasuk pajak, retribusi dan laba BUMD. Sumber-sumber penerimaannya datang dari Jasa giro, angsuran cicilan kendaraan bermotor, pemasukan

(11)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-396

dari tiap dinas, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, hasil penjualan barang milik daerah dan penerimaan lainnya

PAD sebagai sumber indikator kondisi keuangan suatu daerah memiliki peran yang signifikan terhadap penilaian kemandirian suatu daerah. Sebuah daerah harus meningkatkan kemampuan PAD sehingga dana perimbangan dan pinjaman menjadi alternatif terakhir dalam anggaran pembiayaan daerah. Hal ini akan mengurangi ketergantungan daerah kepada pusat. Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari kontribusi PAD terhadap nilai APBD murni yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

9.2.2 Dana Perimbangan

Dalam UU no. 33 tahun 2000 disebutkan sumber-sumber dana perimbangan yang masuk ke daerah , ialah :

1. Dana bagi hasil pajak

2. Dana bagi hasil bukan pajak

3. Dana Alokasi Umum

4. Dana Alokasi Khusus

5. Dana Penerimaan dari Provinsi

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah general purpose grant dimana daerah

berhak menentukan sendiri penggunaan alokasi dana yang mereka terima dari pemerintah pusat tersebut. Alokasi DAU ke semua Kabupaten Karangasemdan provinsi sudah ditentukan dengan PP 104/2000 dan keputusan Presiden yang menjelaskan secara rinci alokasi per daerah. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah specific purpose grant dimana daerah hanya boleh menggunakan dana tersebut untuk keperluan tertentu yang sudah disepakati dengan pemerintah pusat. DAK ini juga bersifat matching grant karena daerah harus menyediakan minimum 10% dana pendamping dari total dana yang dibutuhkan.

Sebelum UU no. 25 tahun 1999 diterapkan, maka dana perimbangan yang berasal dari pusat ke daerah merupakan dana yang diberikan atas permintaan daerah. Setelah UU no. 25 tahun 1999 sistem dana perimbangan merupakan hak penuh dari pemerintah dengan pertimbangan proporsi dan kebutuhan masing-masing daerah.

Setelah otonomi diterapkan, dapat dilihat bahwa dana perimbangan yang berupa DAU atau sumbangan lainnya yang masuk ke Kabupaten Karangasem proporsinya semakin besar. Dana alokasi khusus setelah UU no. 25 tahun 1999 tidak mendapat

(12)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-397

alokasi khusus dalam APBD. Karena DAK didapatkan apabila, pemerintah daerah ingin melaksanakan pembangunan dengan persetujuan dari pusat. Jadi besarnya dan pemberiannya dari pusat tidak dapat diprediksikan dengan tepat.

Tabel 9.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PENDAPATAN DAERAH

Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Pendapatan Asli Daerah 42.467.808.880,81 55.185.440.129,00 121.584.529.303,00 124.305.929.989,69 140.991.227.771,00 Pajak Daerah 23.785.000.000,00 4,02 29.209.100.000,00 4,41 77.153.711.703,00 9,48 77.627.801.000,00 9,27 86.292.000.000,00 9,01 Retribusi Daerah 6.742.900.000,00 1,14 6.753.432.000,00 1,02 6.902.345.000,00 0,85 7.247.980.000,00 0,87 9.050.205.000,00 0,95 Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan

6.600.712.880,81 1,12 7.460.386.350,00 1,13 8.747.794.464,00 1,07 11.097.107.887,69 1,32 12.250.300.000,00 1,28

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah

5.339.196.000,00 0,90 11.762.521.779,00 1,78 28.780.678.136,00 3,53 28.333.041.102,00 3,38 33.398.722.771,00 3,49 Dana Perimbangan 436.327.763.185,00 456.202.906.676,00 473.831.909.005,00 576.383.960.822,00 641.839.137.845,02 Dana Bagi Hasil 23.814.280.185,00 4,03 25.331.042.676,00 3,82 22.289.894.005,00 2,74 26.590.370.822,00 3,17 26.647.712.845,02 2,78 Dana Alokasi Umum 356.681.483.000,00 60,32 374.537.064.000,00 56,53 409.812.715.000,00 50,33 503.028.930.000,00 60,04 563.981.785.000,00 58,91 Dana Alokasi Khusus 55.832.000.000,00 9,44 56.334.800.000,00 8,50 41.729.300.000,00 5,12 46.764.660.000,00 5,58 51.209.640.000,00 5,35 Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang sah

112.496.349.000,00 151.192.188.131,03 218.856.395.800,47 137.069.435.083,30 174.465.047.002,17 Pendapatan Hibah 0,00 1.024.468.000,00 0,15 388.000.000,00 0,05 420.000.000,00 0,05 420.000.000,00 0,04

Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

DBH Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya

44.776.243.000,00 7,57 46.196.513.695,78 6,97 66.483.193.624,52 8,16 55.313.093.214,50 6,60 60.209.968.402,17 6,29

Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus

49.152.228.000,00 8,31 81.768.028.694,00 12,34 128.545.575.360,00 15,79 54.485.573.360,00 6,50 79.110.834.000,00 8,26 Bantuan Keuangan

Provinsi/Pemda Lainnya

18.567.878.000,00 3,14 22.203.177.741,25 3,35 23.439.626.815,95 2,88 26.840.768.508,80 3,20 34.724.244.600,00 3,63 Sumbangan Pihak Ketiga 0,00 0,00 0,00 10.000.000,00 0,00 0,00 Total Pendapatan 591.291.921.065,81 100,00 662.580.534.936,03 100,00 814.272.834.108,47 100,00 837.759.325.894,99 100,00 957.295.412.618,19 100,00

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

9.2.3. Belanja Daerah Kabupaten Karangasem

Selain berbicara tentang struktur pendapatan seperti telah dijelaskan sebelumnya, penting juga melihat struktur pengeluaran Kabupaten Karangasem untuk melihat lebih lanjut mengenai belanja wilayah, antara lain tentang besaran jumlah, prioritas pembelanjaan, perkembangan pembiayaan per-tahun, bahkan tentang efisiensi detail pembelanjaan. Dari analisis ini diharapkan dapat terlihat kondisi kesehatan keuangan secara lebih jelas.

APBD Kabupaten Karangasem untuk anggaran pengeluaran terdiri dari dua bagian, yaitu belanja aparatur dan belanja pelayanan publik. Belanja aparatur adalah pengeluaran untuk kegiatan operasional yang dilakukan terus menerus setiap tahunnya oleh pemerintah daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan belanja pelayanan publik

(13)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-398

adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pembiayaan proses pembangunan, sebagai kegiatan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sejak tahun 2003 terjadi perubahan format penyusunan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Tidak seperti format Pada APBD tahun-tahun sebelumnya, sejak tahun 2003 hingga sekarang anggaran belanja daerah terdiri dari :

 Belanja Aparatur Daerah

Adalah bagian belanja berupa : Belanja administrasi umum, belanja operasional dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan yang dialokasikan pada atau digunaka untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

 Belanja Pelayanan Publik

Adalah bagian belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal/pembangunan yang dialokasikan pada atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

 Belanja Administrasi Umum

Adalah belanja tidak langsung yang dialokasikan pada kegiatan non-investasi (tidak menambah aset).

 Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Adalah belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan non-investasi (tidak menambah aset).

 Belanja Modal Pembangunan

Adalah belanja langsung yang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi. Tampak pada periode anggaran APBD tahun 2000-2006, pengeluaran terbesar untuk Kabupaten Karangasem adalah pengeluaran rutin. Sesuai dengan format APBD maka pengeluaran rutin ini merupakan belanja yang dilakukan untuk belanja aparatur, belanja administrasi umum, serta belanja operasi dan pemeliharaan. Sedangkan untuk belanja modal belum cukup besar. Hal ini mengartikan bahwa Kabupaten Karangasem

(14)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-399

belum memprioritaskan pembangunan sebagai prioritas pembiayaan utama. Dari hal tersebut, maka pembiayaan APBD Kabupaten Karangasem belum efisien dan efektif, karena prioritas pembiayaan dilakukan untuk pembangunan yang belum dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat.

Tabel 9.2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PEMBIAYAAN DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Belanj a Daerah 693.063.457.791,89 100 718.752.289.917,47 100 885.457.665.219,91 100 984.323.383.475,46 100 1.049.658.680.050,88 100 Belanja Tidak Langsung 413.592.638.602,89 516.603.082.869,47 571.276.142.384,91 603.562.760.203,46 681.484.820.124,86 Belanja Pegawai 355.647.804.213,01 51,32 442.864.540.769,10 61,62 488.875.468.857,96 55,21 522.732.626.450,34 53,11 581.596.338.627,83 55,41 Belanja Bunga 177.500.000,00 0,03 165.000.000,00 0,02 915.000.000,00 0,10 1.165.000.000,00 0,12 8.165.000.000,00 0,78 Belanja Subsidi 0,00 282.189.408,00 0,04 0,00 - 0,00 - 0,00 Belanja Hibah 5.435.063.000,00 0,78 17.376.247.060 2,42 9.672.771.500,00 1,09 29.627.784.200,00 3,01 27.187.500.000,00 2,59 Belanja Bantuan Ssosial 21.524.639.000,00 3,11 16.544.400.000,00 2,30 26.837.000.000,00 3,03 195.000.000,00 0,02 2.955.000.000,00 0,28 Belanja Bagi Hasil

kepada Provinsi/Kabupaten dan Pemerintahan Desa 7.402.875.694,90 1,07 6.958.640.883,39 0,97 12.292.837.277,83 1,39 11.386.770.100,00 1,16 13.154.302.500,00 1,25 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten dan Pemerintahan Desa 21.779.756.694,98 3,14 30.712.064.748,98 4,27 30.533.064.749,12 3,45 35.755.579.453,12 3,63 45.226.678.997,03 4,31

Belanja Tak Teduga 1.625.000.000 0,23 1.700.000.000,00 0,24 2.150.000.000,00 0,24 2.700.000.000,00 0,27 3.200.000.000,00 0,30 Belanj a Langsung 279.470.819.189,00 202.149.207.048,00 314.181.522.835,00 380.760.623.272,00 368.173.859.926,02

Belanja Pegawai 22.729.980.965,00 3,28 7.651.843.360,00 1,06 14.993.623.750,00 1,69 14.377.492.910,00 1,46 19.921.986.245,00 1,90 Belanja Barang &

Jasa

102.345.117.355,00 14,77 75.196.422.628,50 10,46 143.711.984.780,00 16,23 138.501.985.237,00 14,07 173.168.855.050,02 16,50 Belanja Modal 154.395.720.869,00 22,28 119.300.941.059,50 16,60 155.475.914.305,00 17,56 227.881.145.125,00 23,15 175.083.018.631,00 16,68

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Tabel 9.3

Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PEMBIAYAAN DAERAH Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Penerimaan Pembiayaan 104.022.269.711,17 65.599.673.584,82 77.505.423.883,36 151.525.017.891,08 111.863.267.432,69 Penggunaan SILPA 104.022.269.711,17 100 65.599.673.584,82 100 71.968.219.705,36 92,8557 48.167.684.891,08 31,79 46.045.844.242,69 41,16 Pencairan Dana Cadangan 0 0 5.537.204.178,00 7,14428 5.357.333.000,00 3,54 0 0 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 0 0 0 0 0,00 0 0 Penerimaan Pinjaman aerah dan Obligasi Daerah 0 0 0 98.000.000.000,00 64,68 65.817.423.190,00 58,84 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 0 0 0 0 0,00 0 0 Penerimaan Piutang Daerah 0 0 0 0,00 0 Pengeluaran Pembiayaan 3.126.732.985,09 9.427.918.603,38 6.320.592.771,92 4.960.960.310,61 19.500.000.000,00 Pembentukan Dana Cadangan 1.244.267.169,00 39,79 0,00 4.255.732.831,00 67,33 312.979.502,00 6,31 - 0,00 Penyertaan Modal/ Investasi Pemerintah 1.014.000.000,00 32,43 175.000.000,00 1,86 1.500.000.000,00 23,73 3.847.107.887,69 77,55 5.000.000.000,00 25,64 Pembayaran Pokok Utang 868.465.816,09 27,78 9.252.918.603,38 98,14 564.859.940,92 8,94 800.872.920,92 16,14 14.500.000.000,00 74,36 Pemberian Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0 0,00 - 0,00 Total Pembiayaan 100.895.536.726,08 56.171.754.981,44 71.184.831.111,44 146.564.057.580,47 92.363.267.432,69

(15)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-400

Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi untukmelihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama limatahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010)seperti Diagram yang ditampilkan dibawah ini. Apabila ada kenaikan atau penurunan komponen pendapatan danbelanja yang signifikan atau terkait dengan bidang Cipta Karya, perlu dianalisis secaradeskriptif dan ditulis penjelasan rincinya.

Diagram 9.1

Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Diagram 9.2

Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

7.18 8.33 14.93 14.84 14.73 73.8 68.85 58.2 68.8 67.05 19.03 22.82 26.88 16.36 18.22 0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 2012 2013 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah

73.28 77.92 77.36 71.79 77.45 22.28 16.6 17.56 23.15 16.68 4.21 5.24 4.84 4.79 5.56 0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 2012 2013 Transfer ke desa Belanja Modal Belanja Tak Teduga Belanja Operasi

(16)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-401 9.3.Profil Investasi Pebangunan Bidang Cipta Karya

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasipembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhiryang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

dalam 5 Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda,Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulankepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkunganDitjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal(SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Datadana yang dialokasikan pada suatu Kabupaten Karangasemperlu dianalisis untuk melihat trendalokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Tabel 9.4

APBN Cipta Karya di Kabupaten KarangasemTahun 2009 – 2013 (x 1000) Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Pengembangan Air Minum 91.209.272 15.819.869 37.272.727 11.900.000 Pengembangan PLP 1.600.000 1.892.000 2.366.000 1.400.000 Pengembangan Permukiman 1.600.000 5.420.000 2.627.500

Penataan Bangunan & Lingkungan

3.400.000 3.050.000 1.500.000 2.750.000

Total 97.809.272 26.181.869 41.138.727 18.677.500

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melaluipenganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikanke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusandaerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan airminum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanansistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasankumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman

(17)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-402

nelayan.Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (airlimbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakatberpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui prosespemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuanganberdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perludilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.5

Perkembangan DAK Infrastrutur Cipta Karya di Kabupaten Karangasem Tahun 2009 – 2013 (x1000)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

DAK Air Minum 2.513.000 633.500 834.900 1.184.760 1.068.340

DAK Sanitasi - 721.700 804.200 1.130.400 1.701.880

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD

dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah KabupatenKarangasem memiliki tugas untuk membangun prasarana permukimandi daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakanpembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunanCipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanjaCipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaaninfrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 9.6

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Karangasem Tahun 2009 – 2013

Sektor

2009 2010 2011 2012 2013

Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %

Pengembangan Air Minum 34,732,845,100 5.87 8,513,123,089 1.18 3,072,253,000 0.34 7,321,919,400 0.70 10,782,580,900 0.91 Pengembangan PPLP 5,571,108,600 0.94 5,030,797,850 0.70 6,486,356,500 0.73 9,667,772,360 0.92 12,139,510,715 1.03 Pengembangan Permukiman 2,273,903,000 0.38 1,036,460,000 0.12 2,672,960,000 0.25 4,621,869,000 0.39 Penataan Bang dan

Ling.

Total Belanja APBD

Bid. CK 42,577,856,700

7.19 13,543,920,939 1.88 10,595,069,500 1.19 19,662,651,760 1.88 27,543,960,615 2.34 Total Belanja APBD 592,167,921,065 718,752,289,917 891,778,257,991 1,048,355,370,620 1,179,462,404,055

(18)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-403

Setelah didapatkan proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur bidang CiptaKarya maka dapat dihasilkan grafik seperti gambar 9.2.

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untukUrusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN dikabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalammelakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaranDDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintahdaerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 9.7.

Tabel 9.7

Perkembangan DDUB di Kabupaten Karangasem Tahun 2009 – 2013

Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB

Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total

Sektor

2009 2010 2011 2012 2013

9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5

Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untukmenyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligusuntuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatanpemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerakdalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahandan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahamiuntuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dankualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapatmenjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang CiptaKarya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan

(19)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-404

aspeksumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP- SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehatatau sakit.Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatanpembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakanoleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.

9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur CiptaKarya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yangberpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatannon-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha DalamPenyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang PanduanUmum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam PenyediaanInfrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalamUU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007tentang Penanaman Modal. Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untukmenunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi kegiatan-kegiatan eksistingperlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.

Tabel 9.8

Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya di Kabupaten KarangasemTahun 2009 – 2013

Kegiatan Tahun Komponen

KPS

Satuan Volume Nilai

(Rp)

Skema *)

Ket Pengembangan Air Minum

Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan &

Lingkungan Total

(20)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-405 9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun kedepan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut:

1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan

Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y0 - Y-1 Y-1 - Y-2

% pertumbuhan = 100 % + 100 %

Y-1 Y-2

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan

Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

Yn = Y0 (1+r) n

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun nr = % pertumbuhan

(21)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-406

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas

daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung totalpendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan totalbelanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya

terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 9.6) maka dapat

diketahuiproyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang CiptaKarya dalam lima tahun ke depan.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam table 9.9 Tabel 9.9

Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun kedepan

Komponen APBD

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Pendapatan Asli Daerah 121.584.529.303,00 124.305.929.989,69 140.991.227.771,00 0,08 152.431.179.760,17 163.936.448.593,73 176.773.531.307,45 190.615.824.845,32 205.542.042.480,71 Pajak Daerah 77.153.711.703,00 77.627.801.000,00 86.292.000.000,00 0,06 91.372.734.900,82 96.752.615.343,90 102.449.254.540,16 108.481.302.738,20 114.868.508.283,42 Retribusi Daerah 6.902.345.000,00 7.247.980.000,00 9.050.205.000,00 0,15 10.401.975.516,08 11.955.651.240,72 13.741.389.447,50 15.793.851.806,65 18.152.877.177,62 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 8.747.794.464,00 11.097.107.887,69 12.250.300.000,00 0,19 14.531.789.218,27 17.238.181.749,37 20.448.611.355,48 24.256.949.627,70 28.774.550.751,25 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 28.780.678.136,00 28.333.041.102,00 33.398.722.771,00 0,08 36.124.680.125,00 39.073.126.331,24 42.262.220.620,77 45.711.604.355,81 49.442.521.999,31 Dana Perimbangan 473.831.909.005,00 576.383.960.822,00 641.839.137.845,02 0,16 747.740.365.540,37 871.114.927.855,10 1.014.845.864.290,88 1.182.291.905.850,14 1.377.365.962.480,88 Dana Bagi Hasil 22.289.894.005,00 26.590.370.822,00 26.647.712.845,02 0,10 29.247.069.648,27 32.099.981.262,39 35.231.180.745,21 38.667.813.745,91 42.439.673.841,82 Dana Alokasi Umum 409.812.715.000,00 503.028.930.000,00 563.981.785.000,00 0,17 662.292.888.328,13 777.741.199.443,20 913.314.009.513,66 1.072.519.342.643,93 1.259.476.728.007,16 Dana Alokasi Khusus 41.729.300.000,00 46.764.660.000,00 51.209.640.000,00 0,11 56.733.040.922,74 62.852.188.227,48 69.631.338.294,78 77.141.678.109,49 85.462.072.786,19 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah 218.856.395.800,47 137.069.435.083,30 174.465.047.002,17 -0,05 165.665.109.399,85 157.309.036.646,88 149.374.440.402,18 141.840.061.582,43 134.685.713.402,76 Pendapatan Hibah 388.000.000,00 420.000.000,00 420.000.000,00 0,04 437.319.587,63 455.353.385,06 474.130.844,23 493.682.631,63 514.040.678,29 Dana Darurat

DBH Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya 66.483.193.624,52 55.313.093.214,50 60.209.968.402,17 -0,04 57.817.110.789,53 55.519.349.847,87 53.312.906.256,26 51.194.150.891,12 49.159.598.857,07 Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus 128.545.575.360,00 54.485.573.360,00 79.110.834.000,00 -0,06 74.198.889.566,85 69.591.924.829,84 65.271.003.781,78 61.218.366.140,87 57.417.354.350,60 Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda Lainnya 23.439.626.815,95 26.840.768.508,80 34.724.244.600,00 0,22 42.343.003.736,16 51.633.375.644,42 62.962.124.677,07 76.776.486.030,10 93.621.821.648,55

Sumbangan Pihak Ketiga 10.000.000,00

Total Pendapatan 814.272.834.108,47 837.759.325.894,99 957.295.412.618,19 0,09 1.039.397.370.524,43 1.128.540.761.412,79 1.225.329.490.229,09 1.330.419.255.522,04 1.444.521.991.495,44 Realisasi Persentase

Pertumbuhan

Proyeksi

Sumber : Hasil Analisis

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah denganmetode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

(22)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-407

Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaandaerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan katalain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. BesarnyaNPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untukmelihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya.

Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut: Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku

- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan

lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untukmenutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. PinjamanDaerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuanganbank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhipersyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik

tidakmelebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga

wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah

(23)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-408

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuankeuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt ServiceCost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligusmemberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPI2-JM dengan rumus sebagai berikut:

DSCR = (PAD + DAU + DBH + DBHDR) – Belanja Wajib . Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum

DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 Tahun ke depan

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidangpelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan.Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam limatahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untukmengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidangCipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPI2-JM.

9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlumenyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasamapemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dankegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari programtersebut. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkumdalam tabel di bawah ini.

(24)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-409

9.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis

tingkatketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karyayang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah,

sertadunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi

peningkataninvestasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatanpendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1. Analisis Kemampuan keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dankegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telahdilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsitrend

historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada

bagian 9.4.1

c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis pada bagian 9.4.2

d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama

Pemerintah dan Swasta berdasarkan bagian 9.4.3.

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untukmemenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang adadalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untukmeningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karenaitu pada bagian ini, Satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkataninvestasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapaaspek antara lain:

(25)

Satgas Randal Kab. Karangasem IX-410

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan bidang Cipta Karya;

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada;

Referensi

Dokumen terkait

Rasulullah SAW bersabda, “(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan

CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY , GOOD CORPORATE GOVERNANCE , KINERJA KEUANGAN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (STUDI PADA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, dapat diambil kesimpulan bahwa komposisi massa batang pisang dan tempurung kelapa berpengaruh pada sifat fisis dan

Dan inilah saatnya perpustakaan umum seharusnya dapat mengambil peranan yang lebih besar untuk lebih memberdayakan warga masyarakat dengan menyediakan berbagai informasi yang

Transparansi konkurensi dimiliki oleh DDBMS jika hasil dari semua transaksi konkuren ( didistribusi ataupun yang tidak didistribusi ) di laksanakan secara

Hal ini berarti bahwa kebanyakan pasien CKD untuk mempertahankan kualitas hidup di RSUD Pandan Arang sebelum diberikan pendidikan kesehatan mempunyai kepatuhan

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi model warna dapat menghasilkan filter berdasarkan warna yang lebih akurat daripada hanya menggunakan

Persaingan pasar sepatu kulit Korea Selatan didominasi oleh tiga ekspotir utama dimana Cina menduduki posisi pertama dengan nilai impor sebesar US$ 262.739