• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI

DAN PENDIDIKAN BIOLOGI

Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi

Salatiga, 26 Januari 2019

Penerbit:

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(3)

ii

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

EDITOR

Agna Sulis Krave, Ph.D Desy Fajar Priyayi, M.Pd Rully Adi Nugroho, Ph.D Dr.V. Irene Meitiniarti, M.P

Dr. Sri Kasmiyati., M.Si

Dr. Elizabeth Betty Elok Kristiani, M.Si Drs. Sucahyo., M.Sc

Risya Pramana Situmorang, M.Pd Slamet Basuki

Ruth Gabriella

ISBN: 978-602-61913-2-8

Penerbit:

Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Redaksi:

Gedung C Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Indonesia Telp/ Fax: (0298) 321212 ext: 323; (0298) 321433

Website: http://biologi.uksw.edu

Cetakan pertama, Maret 2019

Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin tertulis dari penerbit

(4)

iii

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

KATA PENGANTAR

Salam damai sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga Prosiding Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi UKSW 2019 dapat terbit sesuai dengan tenggang waktu yang telah ditentukan oleh Panitia. Seluruh makalah yang terdapat di dalam prosiding ini merupakan kumpulan makalah yang telah lolos seleksi oleh tim reviewer dan telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019, yang diselenggarakan Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta seminar yang telah mempresentasikan hasil penelitian dan memberikan informasi tentang berbagai strategi inovatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran biologi di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.

Seminar Nasional Biologi Dan Pendidikan Biologi 2019 ini mengangkat tema “Inovasi dalam Penelitian dan Pembelajaran Biologi”. Panitia menghadirkan Prof. I Gusti Putu Suryadarma, Bapak Kilala Tilaar, dan Dr. Budi Setiadi Daryono sebagai pemakalah utama yang akan menyampaikan materi tentang pembelajaran kreatif, inovasi dalam pemanfaatan sumberdaya hayati asli indonesia untuk pengembangan produk jamu, kosmetika dan nutraseutika, serta discovery dan inovasi dalam teknik rekayasa genetika pada melon. Peserta seminar nasional yang mempresentasikan hasil penelitiannya ini berasal dari Salatiga, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Surabaya, Lubuklinggau, dan Kupang. Selain itu, seminar ini juga diikuti oleh beberapa mahasiswa yang berasal dari universitas dan lembaga pendidikan di pulau Jawa.

Seminar nasional ini dapat terselenggara berkat kerjasama yang baik dari seluruh panitia seminar dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara seminar nasional ini. Oleh karena itu, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya kegiatan. Kami menyadari bahwa penyelenggaraan seminar ini mungkin masih ada kekurangan baik dalam penyajian acara, pelayanan administrasi dan keterbatasan fasilitas. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, sebagai bentuk akhir dari proses pertanggungjawaban seminar, maka prosiding ini diterbitkan. Semoga prosiding ini dapat ikut berperan dalam penyebaran hasil kajian dan penelitian di bidang biologi dan pendidikan biologi dan mendukung atmosfir penelitian yang baik dan budaya riset yang kuat, berkelanjutan dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi biologi. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan prosiding ini sehingga masukan dan saran sangat kami harapkan. Terimakasih.

Salatiga, 20 April 2019 Ketua Panitia,

(5)

iv

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS BIOLOGI

Puji syukur kepada Tuhan bahwa seminar nasional Biologi dan Pendidikan Biologi, Fakultas Biologi yang ke dua tahun 2019 ini telah berlangsung dengan baik. Pada Seminar Nasional tahun 2019 ini bertema INOVASI DALAM PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN

BIOLOGI. Tema ini dibuat dengan sengaja untuk memotivasi bagi pemerhati, pengamat dan

pemran dalam bidang Biologi serta Pendidikan Biologi untuk lebih berinovasi dan kreatif. Dalam menghadapi pasar bebas Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), diperlukan perubahan yang mendasar dalam penelitian dan pembelajaran khususnya bidang Biologi. Persaingan yang ketat akan semakin tampak, oleh sebab itu dalam mempersiapkan peserta didik dibutuhkan kreatif dan inovatif.

Bagaimana dunia pendidikan dan pembelajaran kita beradaptasi dengan kondisi tersebut? Ajang forum ilmiah seminar nasional ini dibutuhkan sebagai ajang komunikasi bersama, dengan saling tukar ilmu dan pengalaman untuk mengembangkan bidang Biologi dan Pendidikan Biologi bersama-sama. Semoga hasil dari forum ilmiah/diskusi ini dapat memantik ide-ide baru dan mengembangkan daya cipta.

Semoga prosiding ini bermanfaat bagi kalangan akademis, pemerintah dan industri untuk melihat peluang-peluang kerjasama dengan berbagai pihak. Salam Inovasi.

Salatiga, 20 April 2019 Dekan Fakultas Biologi,

(6)

v

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

DAFTAR ISI

Halaman Cover ………. i

Editor ……….………...………. ii

Kata Pengantar………..……… iii

Sambutan Dekan Fakultas Biologi ………..………..………. iv

Daftar Isi ……….……….………. v

Materi Pembicara Utama 1 ……….………..………. 1

Materi Pembicara Utama 2 ………..………..……… 12

BIOLOGI ERA CAHAYA Oleh Anggara Mahardika, AB Susanto, Bibin Bintang Andriana, Hidetoshi Sato ……… 25

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI TEKSTIL KOTA CIMAHI (STUDI KASUS AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN MELONG, KECAMATAN CIMAHI SELATAN, KOTA CIMAHI) Oleh Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi ……….………. 35

DEKOLORISASI PEWARNA TOSCA MENGGUNAKAN KOAGULAN FERRO SULFAT DAN LUMPUR AKTIF DARI PABRIK TEKSIL DI SALATIGA PADA KONDISI AEROB Oleh Agustien Sri Noerwahju, V. Irene Meitiniarti, Sri Kasmiyati ……….. 48

EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN KARDUS TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) Oleh Suparti dan Agustina Ratnaningrum ……….……… 59

KONSENTRASI KLOROFIL PADA BERBAGAI VARIASI SUHU PENGERINGAN DENGAN VACUUM DRYING PADA SUP KRIM DARI RUMPUT LAUT (Caulerpa sp.) Oleh Dhanang Puspita, Windu Merdekawati, Arisia Putri Sandy Mahendra………. 66

EFEKTIVITAS MEDIA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SABUT KELAPA TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Oleh Supartidan Utami Anggriyatno ……….……….. 72

PENGARUH GENOTIPE TERHADAP PEMBENTUKAN SPOROFIT DADI MASSA PROTALUS PAKIS EMAS (Cibotium barometz (L.) J. Sm.) SECARA IN VITRO Oleh Yupi Isnaini dan Titien Ngatinem Praptosuwiryo ……….……… 79

ISOLASI DAN KARAKTERISASI DUA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT DARI TANAH PERTANIAN DI KABUPATEN SEMARANG, INDONESIA Oleh Chrisseptina Damayanti, V. Irene Meitiniarti, Rully Adi Nugroho ………. 86

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT YANG MEMPUNYAI AKTIVITAS AMILOLITIK PADA UMBI TALAS (Colocasia esculenta L.) Oleh Destik Wulandari, Desi Purwaningsih ……….………..……….. 93

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PENGHASIL SELULASE DAN XILANASE DARI TAMAN NASIONAL LORE LINDU Oleh Luciasih Agustini dan Lisna Efiyanti ……….……….. 97

BIODIVERSITAS MIKROORGANISME YANG DIISOLASI DARI PROSES PEMBUATAN MINUMAN BERALKOHOL ‘CIU’ DI JAWA TENGAH Oleh Luciasih Agustini ……….………. 109

INTROGRESI SEKUENS DNA PENYANDI CRISPR: Cas9:sgRNA KE DALAM GENOM PADI (Oryza sativa Linn.) DENGAN GEN TARGET OsSWEET11 Oleh Ivan Tjahja Pranata ……….……….………. 118

POTENSI PENGEMBANGAN KEANEKARAGAMAN ANGGREK SPESIES GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN, YOGYAKARTA SERTA USAHA KONSERVASINYA Oleh Amru Rizal Basri, Alim El Hakim, Fauzana Putri, Nureni Dhuha Mustika, Endang Semiarti ………. 128

KINERJA RUMAH KACA KONTRUKSI BAMBU PADA PENGERINGAN TEMBAKAU MOLE SUMEDANG (Nicotiana tobaccum L.) Oleh Lala Romlah ……….……….………. 136

(7)

vi

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

KONSERVASI EX-SITU Artocarpus spp. DI KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI SARANA EDUKASI BUAH KHAS INDONESIA

Oleh Popi Aprilianti ……….……….………. 145

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROFAUNA BENTIK DI PANTAI PRAPAT AGUNG, PANTAI KARANG SEWU GILIMANUK, DAN PANTAI CEKIK, BALI BARAT

Oleh Putri Afin Nurhayati, Jordan Oktavio Marcelino, Aulia Umi Rohmatika, Moch. Affandi ……….. 154 PEMODELAN MATEMATIKA PENGOLAHAN LEACHATE

Oleh William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmodjo ……… 162

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) EDUECOTOURISM BERBASIS POTENSI LOKAL

Oleh Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma ……… 170

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS KEARIFAN LOKAL DATARAN TINGGI DIENG DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

Oleh Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma ……… 179

MEMPROMOSIKAN KONSERVASI MANGROVE MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP TEMATIK, DI KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh Hendra Gunawan, Sugiarti, Diah Zuhriana, Suherna ………. 187

(8)

145

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

KONSERVASI EX-SITU Artocarpus spp. DI KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI SARANA EDUKASI BUAH KHAS INDONESIA

Popi Aprilianti

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Email: poppy.amb@gmail.com

Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas tertinggi di dunia. Berbagai jenis buah-buahan asli Indonesia telah diinventaris dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk salah satunya dari Artocarpus spp. Artocarpus adalah marga nangka-nangkaan yang termasuk dalam suku Moraceae dan banyak dimanfaatkan buahnya sebagai konsumsi segar maupun produk olahan makanan. Berbagai jenis Artocarpus spp. masih belum terkoleksi dari hutan-hutan di Indonesia. Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai lembaga konservasi ex-situ telah mengkoleksi berbagai jenis Artocarpus spp. dari berbagai tempat di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendata secara lengkap koleksi

Artocarpus spp. yang ada di Kebun Raya Bogor (KRB) dan memaparkan pentingnya edukasi

masyarakat tentang buah asli Indonesia, khususnya dari marga Artocarpus spp dan program edukasi yang dapat dilakukan. Dari pendataan di Sub bidang Registrasi dan Pembibitan, telah terdata adanya 17 jenis Artocarpus yang telah teridentifikasi dengan baik dan 17 jenis belum teridentifikasi.

Artocarpus odoratissimus memiliki status hampir punah di alam dan A. tamarin berstatus

rawan/genting berdasarkan IUCN Redlist. Masyarakat secara umum belum memahami arti penting buah asli Indonesia dan masih banyak yang menganggap bahwa buah asli Indonesia tidak potensial untuk dikembangkan. Peran edukasi untuk buah asli Indonesia akan dipaparkan lebih lanjut.

Kata kunci: nangka-nangkaan, konservasi, edukasi, buah asli Indonesia PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi dan salah satunya adalah tumbuhan buah. Berbagai marga tumbuhan buah asli Indonesia tersebar di hutan-hutan dan sebagian besar telah dibudidayakan secara terbatas oleh penduduk lokal.

Artocarpus adalah salah satu marga dalam suku Moraceae yang dikenal sebagai kerabat

nangka-nangkaan. Di dunia, terdapat ± 45 jenis Artocarpus spp. yang tersebar dari Sri Lanka ke Cina Selatan dan melalui Malesia sampai ke Kepulauan Solomon dan Australia. Di Malesia sendiri terdapat 32 jenis Artocarpus liar yang terdapat di hutan tropis pada ketinggian <1000 m di bawah permukaan laut (dpl) (Berg et al. 2006).

Marga ini dikenal secara luas, karena secara umum menghasilkan buah yang dapat dimakan, seperti nangka atau cempedak. Dua jenis tersebut telah banyak dibudidayakan dan dikomersialisasikan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. Dan jenis-jenis lainnya masih dipanen dari hutan atau kebun atau wanatani dan dijual di pasar tradisional sesuai dengan musim berbuahnya. Hal tersebut memperlihatkan sumber daya genetik buah-buahan khas Indonesia sangat besar dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut (Uji 2004). Keanekaragaman yang tinggi dari buah nangka-nangkaan merupakan modal dalam program domestikasi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas unggul baru buah nangka khas Indonesia. Selain sebagai buah konsumsi, kayu dari beberapa jenis

Artocarpus dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan perkakas rumah tangga. Beberapa

jenisnya juga menghasilkan getah yang digunakan sebagai bahan baku farmasi (Berg et al. 2006).

(9)

146

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Laju kerusakan hutan akibat kebakaran hutan dan konversi lahan hutan menjadi kebun sawit dan pemukiman menjadikan berbagai jenis tumbuhan di hutan terancam keberadaannya (Siregar 2006). Hal tersebut mengarah kepada erosi sumber daya genetik yang dapat menyebabkan kepunahan untuk jenis-jenis tumbuhan yang belum dikonservasi. Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit KTKR-LIPI) atau yang lebih dikenal dengan Kebun Raya Bogor merupakan lembaga konservasi ex-situ yang berperan dalam kegiatan konservasi tumbuhan asli Indonesia, salah satunya dari marga Artocarpus spp. Dalam berbagai programnya, Puslit KTKR-LIPI telah melakukan pengkoleksian berbagai jenis tumbuhan termasuk Artocarpus spp. dari hutan di seluruh Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melengkapi informasi tentang jenis-jenis Artocarpus yang dikoleksi di Kebun Raya Bogor. Selain itu, akan dijabarkan pula asal koleksi, penggalian informasi tentang status jenis berdasarkan

International Union for Conservation of Nature (IUCN) Redlist, potensi dan manfaat yang

diberikan oleh beberapa jenis Artocarpus tersebut, serta metode edukasi yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan buah khas Indonesia, khususnya Artocarpus spp. kepada masyarakat secara umum.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode inventarisasi data koleksi Artocarpus spp. yang terdapat di Kebun Raya Bogor. Data didapatkan dari Subbidang Registrasi dan Pembibitan berupa asal koleksi dan tahun penanaman. Penelusuran pustaka berupa potensi dan manfaat dari masing-masing jenis Artocarpus yang ada serta status kelangkaan berdasarkan IUCN Redlist of Threatened Species (https://www.iucnredlist.org) dilakukan untuk melengkapi informasi terkait Artocarpus spp koleksi Kebun Raya Bogor.

Penelusuran studi juga dilakukan untuk menentukan metode edukasi yang tepat dalam rangka memasyarakatkan buah khas Indonesia, sehingga mampu menjaga keberlangsungan sumber daya genetik buah-buah lokal khas Indonesia dan dalam pemanfaatannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat lokal penghasil buah Artocarpus spp. Selain itu, akan dikaitkan pula metode edukasi tersebut dengan program Prioritas Nasional Indonesia yang salah satu isinya adalah pembangunan Kebun Raya Daerah dalam rangka konservasi tumbuhan asli Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koleksi Artocarpus spp. di Kebun Raya Bogor

Penelusuran data dari Sub Bidang Registrasi dan Pembibitan memperlihatkan bahwa Kebun Raya Bogor telah mengkoleksi 17 jenis yang telah diidentifikasi dengan baik dan 17 jenis yang belum dapat ditentukan jenisnya karena belum menghasilkan buah. Tabel 1 memperlihatkan jenis Artocarpus yang telah dikoleksi di Kebun Raya Bogor (KRB) serta asal material pohon, jumlah pohon dan status tumbuhan berdasarkan IUCN Redlist.

Tabel 1 Jenis-jenis Artocarpus spp. yang dikoleksi di Kebun Raya Bogor.

Jenis Nama lokal Asal koleksi Jumlah

koleksi Status berdasarkan IUCN Redlist Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Frosberg

Sukun Maluku, Jawa 6

(10)

147

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Jenis Nama lokal Asal koleksi Jumlah

koleksi

Status berdasarkan IUCN Redlist

(Miq.) J.J. Sm. (Type specimen)

Artocarpus elasticus

Reinw. ex. Blume

Benda, Jomok Jambi, Sulawesi (Utara, Tengah), Papua dan Papua

Barat

11 Beresiko rendah

Artocarpus fretessii

Teijsm. & Binn. Ex Hassk. Maumbi, kelembi Sumatra, Sulawesi, Maluku 4 Artocarpus glaucus Blume Tampang, sembir

Jawa 2 Beresiko rendah

Artocarpus gomezianus Wall. Ex Trecul Sampang, tampang Jawa 3 Artocarpus heterophyllus Lam.

Nangka Jawa, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat 5 Artocarpus integer (Thunb.) Merr. Cempedak Kalimantan Tengah 3 Artocarpus kemando Miq. Bundun, kemando Sumatrea, Kalimantan Tengah 5 Artocarpus lacucha Buch. Ham Sumatra Barat 3 Artocarpus lakoocha Roxb. 2 Artocarpus nitidus Trecul Tampang 2 Artocarpus odoratissimus Blanco

Tarap/ marang Kalimantan Tengah 3 mendekati terancam punah, endemik Kalimantan Artocarpus reticulatus Miq. Lampung, Sulawesi Utara 2 Artocarpus rigidus Blume Tiwadak banyuk, monkey jackfruit Koleksi spontan di kebun 4 Artocarpus tamaran Becc. Timbangan, Elephant Jack Kalimantan (Barat, Tmur, dan

Utara) 5 Rawan/genting, endemik Kalimantan Artocarpus teysmannii Miq.

Tipulu Sulawesi 9 Beresiko rendah

Dari 32 jenis Artocarpus spp. yang ada di Malesia, baru 53.12% yang dikoleksi di KRB (Tabel 1). Koleksi Artocarpus spp. yang dimiliki oleh KRB sebagian merupakan hasil dari kegiatan eksplorasi di hutan di Indonesia yang rutin dilakukan setiap tahun. Salah satunya melalui program Pemanfaatan dan Pengembangan Tumbuhan Berpotensi Buah dari

(11)

148

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Kalimantan. Program tersebut adalah kegiatan eksplorasi untuk pengkayaan koleksi tumbuhan di Kebun Raya Bogor yang dilakukan pada tahun anggaran 2007-2010. Lokasi yang didatangi adalah Kalimantan Barat, Tengah dan Utara. Program tersebut bertujuan untuk mendapatkan berbagai material koleksi tumbuhan buah Kalimantan termasuk

Artocarpus spp untuk dikonservasikan secara ex-situ di Kebun Raya Bogor. Selain itu, koleksi

juga berasal dari sumbangan bibit dari luar negeri, salah satunya dari Jepang.

Beberapa pohon merupakan koleksi tumbuhan yang sudah tua. Catatan di Sub Bidang Registrasi PKT KR menunjukkan bahwa A. reticulatus adalah pohon Artocarpus tertua yang ditanam di KRB, yaitu pada tahun 1844 (berumur 174 tahun), yang materialnya berasal dari Lampung. Koleksi-koleksi Artocarpus tersebut ditanam pada rentang waktu 1844-2016.

Artocarpus merupakan salah satu marga yang paling banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat. Menurut Kurniawati et al. (2015), masyarakat Desa Setiajaya, Kecamatan Teriak, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat paling banyak memanfaatkan tumbuhan buah dari marga Artocarpus, yaitu A. anisophyllus, A. champeden, A. heterophyllus, dan A.

rigidus. Selain sebagai buah konsumsi segar, buah tersebut juga dijadikan sebagai sayur

untuk buah muda dan kripik dengan memanfaatkan bagian daging buah dan biji. Artocarpus banyak dikonsumsi karena relatif mudah ditemukan di hutan, wanatani atau pekarangan rumah dengan jumlah individu pohon yang banyak, rasa buahnya yang manis dan enak dengan musim buah yang tidak berbatas, sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat.

Jenis yang sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah A. heterophyllus, A.

integer dan A. altilis. Ketiga jenis tersebut juga diperjualbelikan di pasar tradisional dan juga

pasar modern. Artocarpus heterophyllus atau yang biasa dikenal dengan nangka, merupakan jenis yang paling populer dan telah banyak dimanfaatkan sebagai makanan olahan berupa selai, kue, lempok, emping, dan kripik nangka (Adikhairani 2012). Jenis ini menurut Berg et al. (2006) kemungkinan berasal dari India bagian barat dan ditanam di wilayah tropis termasuk Malesia. Menurut Hettiaratchi et al. (2011), kandungan gizi (dalam 100 g) daging buah nangka adalah karbohidrat 10 g, protein 0.9 g, lemak 0.8 g, dan amilosa 29 g. Kandungan gizi pada bagian biji lebih tinggi bila dibandingkan dengan daging buah, sehingga dianggap berpotensi sebagai sumber pangan alternatif (Adikhairani 2012). Besarnya kandungan gizi dari buah yang berbuah sepanjang tahun tersebut, tidak menjadikan buah nangka sebagai salah satu primadona buah lokal Indonesia. Hal ini menurut Sulassih et al. (2015) disebabkan oleh komoditas nangka belum menjadi 10 prioritas komoditas unggulan seperti pisang, mangga, manggis, jeruk, durian, rambutan, salak, semangka, nenas, dan melon. Budidaya nangka juga masih dilakukan secara terbatas pada pekarangan rumah, kebun buah campuran, atau tumpang sari tanpa ada pendekatan agribisnis. Serangan hama dan penyakit serta mudahnya buah menjadi busuk, dan ukuran buah yang besar serta wangi yang menyengat menjadikan buah sulit untuk diekspor. Berdasarkan hal tersebut, masih dibutuhkan teknologi penanganan pasca panen yang dapat mengatasi permasalahan yang ada.

Artocarpus integer atau biasa disebut sebagai cempedak memiliki penampakan buah yang mirip dengan nangka, namun ukurannya lebih kecil dengan aroma yang lebih tajam. Pemanfaatannya selain sebagai buah segar yang langsung dimakan, juga dijadikan sebagai makanan kecil yang diolah dengan cara digoreng, jus buah, atau dikeringkan menjadi kripik, dan krim untuk bahan kue. Buah cempedak yang matang tidak bisa bertahan lama, maksimal penyimpanan buah tidak lebih dari 1 minggu (Nauw et al. 2016). Kandungan gizi daging buah cempedak dari 100 g bagian yang dimakan adalah 3.0 g protein, 0.4 g lemak, dan 28.6 g karbohidrat (Subhadrabandhu 2001) dengan kadar kemanisan sekitar

(12)

149

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

34°Brix (Pui et al. 2018). Aroma daging buah cempedak dianggap sebagai perpaduan mangga dan durian dan merupakan salah satu buah yang memiliki aroma yang kuat selain durian (Subhadrabandhu 2001) serta peringkat kedua buah yang diminati oleh masyarakat di kawasan Asia Tenggara setelah durian (Muchlis 2017).

Artocarpus altilis atau disebut sebagai sukun merupakan buah yang sangat dikenal di

masyarakat yang berasal dari Kepulauan Pasifik dan Asia tropis. Sekitar 70% dari bagian buahnya bersifat edible dan setiap 100 g bagian buahnya mengandung protein 1.2-2.4 g, lemak 0.2-0.5 g dan karbohidrat 21.5-31.7 g (Subhadrabandhu 2001). Pemanfaatannya lebih mengarah kepada bentuk produk turunan seperti keripik dan cemilan yang pengolahannya dengan cara digoreng.

Salah satu koleksi Artocarpus yang langka adalah A. odoratissimus dan memiliki status mendekati terancam punah (near threatened) berdasarkan IUCN Redlist. Ancaman terjadi karena adanya konversi hutan, sehingga populasi di alam berkurang secara drastis. Buah ini umumnya dikenal sebagai buah tarap atau marang dan merupakan jenis endemik Kalimantan, yang kemudian diintroduksikan ke Filipina, dan Thailand (Chadburn 2018a). Buahnya dikonsumsi segar dengan kulit buah yang mudah terkelupas. Daging buah berwarna putih dengan aroma yang manis serta harum menjadikan buah ini potensial untuk dikembangkan. Kadar kemanisan daging buah sekitar 27.7°B (Aprilianti dan Sari 2011; Subhadrabandhu 2001). Pohon akan menghasilkan buah setelah 4-6 tahun dan musim berbuah di Kalimantan adalah pada bulan Oktober-Januari. Daging buahnya mengandung 0.8-1.47 g protein, 0.2-0.3 g lemak, 32.4 g karbohidrat (De la Cruz 2016). Koleksi A.

odoratissimus yang tertua yang dimiliki oleh KRB ditanam pada tahun 1917. Sebelumnya

koleksi tersebut telah 2 kali dianggap tumbang/ mati. Namun, pada tahun 2009 pohon tersebut kembali tumbuh.

Artocarpus tamaran merupakan jenis endemik Kalimantan dan dikategorikan jenis

yang langka dengan status rawan/ genting berdasarkan IUCN Redlist. Jumlah pohon di habitat aslinya semakin menurun karena jenis ini termasuk yang dieksploitasi dalam kegiatan pembalakan. Kayunya potensial untuk bahan bangunan. Buah dikonsumsi segar dan biji direbus untuk kemudian dimakan. Kulit kayu dimanfaatkan untuk bahan tekstil dan topi (Chadburn 2018b). Koleksi pohon A. tamaran di KRB berasal dari Kalimantan Utara, Timur, dan Barat dengan koleksi tertua yang ditanam pada tahun 1996 yang berasal dari Kutai, Kalimantan Timur.

Edukasi Masyarakat Tentang Buah Lokal

Beragamnya buah lokal khas Indonesia merupakan faktor keunggulan tersendiri, salah satunya bagi peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Potensi pengembangan buah lokal dari marga Artocarpus khususnya masih sangat luas, sehingga dirasa mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Ancaman yang terjadi pada buah-buah lokal Indonesia salah satunya adalah kegiatan konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit maupun pemukiman, besar kemungkinan jenis asli di hutan akan semakin habis. Ancaman lainnya adalah pola pemanenan buah terutama di hutan yang cenderung memotong langsung pohonnya, dengan tujuan mempermudah pengambilan buahnya tanpa harus memanjat, sehingga pohon buah-buahan tidak lagi melimpah jumlahnya pada tempat yang mudah dijangkau (Sheil et al. 2004). Hal tersebut semakin mengancam keberadaan buah lokal Indonesia, termasuk Artocarpus spp.

Dalam perkembangan budidaya buah lokal, banyak petani buah yang beralih profesi karena pengembangan buah lokal khas Indonesia masih tergantung pada musim buah dan

(13)

150

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

belum mampu sepenuhnya menghasilkan buah sepanjang tahun untuk menjamin ketersediaan pasokan buah yang kontinu. Masuknya buah impor secara besar-besaran menjadikan buah lokal semakin terdesak keberadaannya. Pentingnya edukasi terhadap masyarakat akan menjamin keberadaan buah asli Indonesia, khususnya dari marga

Artocarpus spp. Pengembangan produk turunan dari buah tersebut dapat meningkatkan

kesintasan berbagai jenis Artocarpus spp., karena dibudidayakan secara luas oleh masyarakat untuk menjamin pasokan buah. Peran pemerintah terhadap unit kegiatan masyarakat tentunya sangat diharapkan bagi pengembangan produk buah lokal Indonesia.

Pemanfaatan dan pengembangan marga Artocarpus masih sangat potensial untuk dilakukan. Masih banyak jenis-jenis Artocarpus yang belum popular di kalangan masyarakat dan memiliki penampakan buah yang menarik dengan ukuran yang relatif tidak terlalu besar seperti cempedak dan nangka. Contoh jenis yang potensial adalah A. lanceifolius yang dikenal dengan nama keledang. Buah berdiameter 6-7 cm dengan daging buah berwarna jingga dan keharuman buah yang tidak terlalu menyengat. Dengan ukuran buah yang tidak terlalu besar dan rasa yang manis, menjadikan buah ini dapat dikembangkan secara komersial di perkebunan masyarakat. Pengenalan dan promosi yang tepat dapat dilakukan dengan beberapa cara yang tentunya melibatkan pemerintah daerah dan kelompok tani setempat.

Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi tumbuhan telah melakukan program edukasi bagi masyarakat melalui beberapa program, terutama untuk tumbuhan buah lokal yang ada di Kalimantan. Diawali dengan program Pemanfaatan dan Pengembangan Tumbuhan Berpotensi Buah dari Kalimantan melalui kegiatan eksplorasi untuk mengambil tumbuhan buah dengan tujuan pengkayaan koleksi tumbuhan di Kebun Raya Bogor pada tahun anggaran 2007-2010. Program tersebut bertujuan untuk mendapatkan berbagai material koleksi tumbuhan buah Kalimantan, termasuk Artocarpus spp. untuk dikonservasikan secara ex-situ di Kebun Raya Bogor. Selain itu, dilakukan penggalian informasi etnobotani tentang pemanfaatan tanaman tersebut oleh masyarakat lokal. Program tersebut secara keseluruhan dibantu oleh Dinas Pertanian Kabupaten, dalam hal ini daerah yang dikunjungi diantaranya Kabupaten Barito Timur, Selatan, dan Utara, Kabupaten Katingan dan Kota Palangkaraya yang terletak di Kalimantan Tengah dan Kabupaten Malinau yang merupakan bagian dari Kalimantan Utara (sebelumnya masuk ke wilayah administrasi Kalimantan Timur). Pengambilan material tumbuhan dilakukan di hutan lindung, hutan adat, kebun, ladang, pekarangan milik masyarakat lokal dan pasar tradisional (Lestari et al. 2007; Sari dan Aprilianti 2011). Antara tim eksplorasi dari Kebun Raya Bogor, pemerintah daerah setempat khususnya Dinas Pertanian dan Perkebunan serta masyarakat lokal saling berbagi informasi tentang nama latin yang diakui secara internasional dari jenis-jenis tumbuhan buah yang ditemukan, jenis-jenis tumbuhan lokal yang belum diketahui secara luas dan juga yang berpotensi untuk dikembangkan, serta kendala-kendala selama kegiatan pembudidayaan.

Program lain yang dapat dilakukan dalam rangka edukasi tumbuhan buah asli Indonesia kepada masyarakat adalah kegiatan pelatihan perbanyakan tumbuhan buah. Pada tahun 2012, Kebun Raya Bogor bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek, saat ini Kemenristekdikti) melakukan pelatihan teknik perbanyakan vegetatif untuk 2 jenis tumbuhan buah pada 2 lokasi yang berbeda, yaitu jenis Baccaurea reticulata (suku Euphorbiaceae) atau dikenal dengan nama tampoi di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat dan Willughbeia angustifolia (suku Apocynaceae) atau dikenal dengan tenguhan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan melibatkan Dinas Pertanian

(14)

151

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

setempat dan juga kelompok tani yang ada serta menyiapkan lahan khusus untuk pembuatan demonstration plot (demplot). Pemilihan jenis tanaman buah disesuaikan dengan potensi buah lokal yang potensial untuk dikembangkan. Buah tampoi yang ada di Kabupaten Bengkayang berbeda dengan yang ditemukan di tempat lain di Kalimantan. Daging buah berwarna jingga, sementara di daerah lain daging buah berwarna putih, sehingga jenis ini berpotensi untuk dibudidayakan secara khusus.

Tujuan pembuatan demplot adalah sebagai tempat penanaman hasil perbanyakan, sehingga masyarakat dapat melakukan penanaman tumpang sari bersama dengan tanaman perkebunan lainnya yang semusim. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa menanam tanaman buah-buahan tersebut penting untuk menjaga keberlangsungan plasma nutfah tumbuhan buah asli Indonesia dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat melalui industri rumah tangga untuk produk turunan buah selain buah konsumsi segar.

Kegiatan lain sebagai lanjutan dari program tersebut adalah monitoring terhadap tanaman yang ditanam dengan menerapkan pola pohon asuh untuk pemeliharaan jenis buah yang ditanam oleh masing-masing orang. Dengan kegiatan pohon asuh ini diharapkan peran serta masyarakat dalam menyelamatkan flora tumbuhan buah Indonesia dapat berimplikasi positif terhadap perkembangan program perkebunan daerah. Peran serta masyarakat dengan program pohon asuh tersebut tentunya dapat memperkuat program konservasi tumbuhan buah lokal Indonesia.

Program lain yang sangat penting untuk dilakukan sebagai sarana edukasi masyarakat adalah pembangunan kebun raya daerah (KRD). Pembangunan KRD merupakan salah satu program prioritas nasional untuk mengkonservasikan jenis-jenis tumbuhan terancam kepunahan di daerah setempat (Purnomo et al. 2015). Kebun Raya Katingan (KRK) yang terletak di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah adalah salah satu KRD yang pembangunannya diinisiasi sejak tahun 2006. Dengan luas lahan 127 hektar dan topografi dataran rendah dengan ketinggian 40-70 m di atas permukaan laut (dpl), pembangunan KRK tersebut bertujuan untuk mempertahankan eksistensi keanekaragaman buah-buahan asli Kalimantan dengan mengoleksi semua jenis tumbuhan buah lokal, terutama yang berasal dari Kalimantan dan Indonesia. Oleh karena itu, Kebun Raya Katingan memiliki tema Tumbuhan Buah Indonesia (Lestari et al. 2017). Kebun Raya Katingan telah memiliki taman tematik buah yang berisikan tanaman buah dengan 3 zonasi taman, yaitu tanaman buah yang berasal dari Kalimantan, Indonesia dan dunia. Berbagai jenis tanaman buah ditanam di taman tematik tersebut, selain itu juga dibuat papan interpretasi yang menjelaskan tentang tanaman koleksi yang dilengkapi dengan gambar, deskripsi tanaman dan kegunaan. Hal ini dapat menjadi pengetahuan lebih kepada masyarakat tentang koleksi tumbuhan buah yang ditanam.

KESIMPULAN

Nilai penting marga Artocarpus spp. menjadi tinggi disaat tumbuhan yang ada di habitat aslinya sudah semakin sedikit jumlahnya. Koleksi yang masih terbatas di Kebun Raya Bogor dan Katingan memperlihatkan bahwa upaya pengkoleksian masih perlu terus dilakukan untuk jenis-jenis yang belum terkoleksi untuk dikonservasikan secara ex-situ. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah edukasi terhadap masyarakat untuk turut memelihara keragaman tumbuhan buah Indonesia, khususnya Artocarpus spp. dengan mengadakan pelatihan perbanyakan, program pohon asuh, pengembangan produk turunan buah menjadi makanan dan minuman dengan bekerja sama dengan pihak pemerintah

(15)

152

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

daerah dan kelompok tani setempat. Hal tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian tumbuhan buah dan keragaman genetik tumbuhan buah Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Sub Bidang Registrasi dan Pembibitan untuk data yang diberikan dan juga kepada tim PKPP Buah Kalimantan untuk kerja sama yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adikhairani. (2012). Pemanfaatan limbah nangka (biji: Artocarpus heterophyllus, LMK, dan dami nangka) untuk pembuatan berbagai jenis pangan dalam rangka penganekaragaman penyediaan pangan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Fakultas Teknik Unimed, 14(1), 8-15.

Aprilianti, P., dan Sari, R. (2011). Keragaman tumbuhan buah di Kabupaten Malinau – Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional Biologi Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Hayati Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, September, pp. 799-809

Berg, C.C., Corner, E. J. H., Jarret, F. M. (2006). Moraceae-genera other than Ficus. Flora

Malesiana, 17(1), 152.

Chadburn, H. (2018, Artocarpus odoratissimus, The IUCN Redlist of Threatened Species 2018: e.T86530097A86530116. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T86530097A86530116.en

Chadburn, H. ( 2018b). Artocarpus tamaran, The IUCN Red List of Threatened Species 2018: e.T86533435A86533443.

http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T86533435A86533443.en

De la Cruz, F.S. (2016). Artocarpus odoratissimus. Available at:

http://uses.plantnetproject.org/en/Artocarpus_ odoratissimus_(PROSEA).

Hettiaratchi, U., Welihinda, J., Ekayanake, S., 2011, Nutritional assessment of a jackfruit (Artocarpus heterophyllus) meal. Ceylon Medical Journal, 56, 54-58.

Kurniawati, T. E., Turnip, M., Lovadi, I. (2015). Kajian pemanfaatan buah edible Suku Dayak Banyadu di hutan Tembawang Desa Setiajaya Kecamatan Teriak Kabupaten Bengkayang. Protobiont, 4(1), 10-16.

Lestari, R., Sari, R., Ruspandi, Ngatari, Syamsudin, Rukimat, R. (2007). Laporan perjalanan eksplorasi:Pemanfaatan dan pengembangan tumbuhan berpotensi buah dari Kalimantan. PKT Kebun Raya – LIPI, Bogor.

Lestari, R., Solihah, S. M., Aprilianti, P., Hartini, S., Wawangningrum, H., Agustin, E. K., Sahromi, Wibowo, A. R. U., Munawaroh, S., Permatasari, P. A. (2017). Koleksi tumbuhan buah Kebun Raya Katingan. LIPI Press, Jakarta.

Muchlis, Chikmawati, T., Sobir. (2017). Keanekaragaman cempedak [Artocarpus integer (Thunb.) Merr.] di pulau Bengkalis dan pulau Padang, Riau. Floribunda, 5(7), 239-251.

Nauw, A. J. R., Fatem, S. M., Husido, S. B., Sagrim, M. (2016). Pemanfaatan tumbuhan cempedak (Artocarpus champeden) oleh masyarakat Kampung Sabun Distrik Aitinyo Tengah, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Jurnal Ilmu Kehutanan, 10(1), 46-56. Purnomo, D. W., Magandhi, M., Kuswantoro, F., Risna, R. A., Witono, J. R. (2015).

Pengembangan koleksi tumbuhan kebun raya daerah dalam kerangka strategi konservasi tumbuhan Indonesia. Buletin Kebun Raya, 18 (2), 111-124.

(16)

153

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Pui, L. P., Karim, R., Yusof, W. A., Wong, C. W., Ghazali, H. M. (2018). Physiochemical and sensory properties of selected ‘cempedak’ (Artocarpus integer L.) fruit varieties.

International Food Research Journal, 25(2), 861-869.

Sari R, Aprilianti P. (2011). Laporan eksplorasi buah-buahan di Malinau (Kalimantan Timur). PKT Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.

Siregar, M. (2006). Review: Species diversity of local fruit trees in Kalimantan: Problems of conservation and its development. Biodiversitas, 7 (1), 94-99.

Sheil, D. R. K., Puri, I., Basuki, M., Van Heist, Wan, M., Liswanti, N., Rukmiyari, Sardjono, M. A., Samsoedin, I., Sidiyasa, K., Chrisandini, Permana, E., Angi, E. M., Gatzweiler, F., Johnson, B., Wijaya, A. (2004). Mengeksplorasi keanekaragaman hayati, lingkungan

dan pandangan masyarakat lokal mengenai berbagai lanskap hutan: metode-metode penilaian lanskap secara multidisipliner. (Bogor: CIFOR).

Subhadrabandhu, S. (2001). Under-utilized tropical fruits of Thailand. Bangkok. (Thailand: Food and Agriculture Organization of the United Nation).

Sulassih, Sobir, Santosa, E., Tirtawinata, M. R. (2015). Studi keragaman genetik nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) berdasarkan marka morfologi. Prosiding Seminas Nasional Buah Tropika Nusantara II, Bukittinggi, Indonesia, 417-424.

Uji, T., (2004). Keanekaragaman jenis, plasma nutfah, dan potensi buah-buahan asli Kalimantan. Biosmart, 6(2), 117-125.

(17)

203

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

LAMPIRAN NOTULENSI

A. SIDANG UTAMA Narasumber: Kilala Tilaar

1. Staff Ilmu Kelautan UNDIP Pertanyaan

- Jarang bahan alam yang digunakan dari laut, produk Martha Tilaar yang menggunakan sumber daya laut yang digunakan apa?

- Apa ada potensi dari mikroba laut untuk produk kosmetik? Jawaban

- Laut itu kaya, baru pakai ganggang merah dan ganggang coklat, baru mulai bekerjasama dengan Menteri Susi untuk menggunakan sea cucumber untuk sabun dan sumber collagen. Martha Tilaar di NTB ada pembudidayaan ganggang coklat dan sea cucumber untuk penggunaan bahan dari laut

- Kemungkinan bisa untuk packaging, untuk penggunaan mikroba masih memikirkan bagaimana penggunaannya untuk ke kulit, distribusinya ke konsumen dan ijin dari BPOM

2. Isnaeni (Pusat Penelitian dan Konservasi Tumbuhan) Pertanyaan

- Mohon deskripsikan pemanfaatan dari tanaman anggrek, bagian apa dan untuk apa kegunaannya?

- No animal tested, lalu bagaimana testnya supaya tahu itu aman? Jawaban

- Masih menunggu hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman anggrek, tetapi jika dilihat hasil-hasil penelitian dari luar negeri menunjukan bagian yang dapat digunakan untuk bahan kosmetik yaitu dari akarnya, pemanfaatan bisa dilihat dari kandungan bioaktifnya dari akar, bunga, batang. Belum ada produknya dari Martha Tilaar

- Menggunakan relawan , apakah ada reaksi alergi, menggunakan telur umur 9 hari, menggunakan telur khusus, apakah ada pendarahan di telur atau tidak, artificial kulit manusia dengan uji sel kanker.

3. Anwar (Biologi UNDIP) Pertanyaan

- Side effect dari bahan yang digunakan? Jawaban

- Ada uji toxic, uji logam berat, menggunakan artificial kulit manusia apakah ada reaksi dengan sel-sel kanker atau tidak

4. Dr. Budi Setiadi (UGM) Pertanyaan

- Saran untuk mahasiswa meskipun banyak hasil riset supaya tidak useless? Jawaban

- Mencari celah di market, dosen bisa bantu untuk mencari celah market dan penggunaannya, bias ditanamkan ke mahasiswa, supaya karya bias digunakan ke masyarakat, mencari solusi dari permasalahan disekitar

(18)

204

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Narasumber: Prof. I Gusti Putu Suryadarma

1. Andreas (UKSW) Pertanyaan

- Bagaimana cara yang tepat supaya masyarakat paham dengan biodiversity dan supaya tahu manfaatnya?

Jawaban

- Biodiversitas disesuaikan dengan jaman sekarang, contohnya dengan metode pendekatan terbalik, pikirkan hilirnya dulu seperti manfaat dan fungsinya, baru ke hulunya. Pemahaman akan lebih mudah dengan adanya “kasus” dan kombinasi dengan semua objek biologi serta penerapan dengan teknologi. Guru hanya mengarahkan bukan lagi mengajarkan informasi dan murid yang akan membuka “web” dan menyelesaikan sendiri. Produk disesuaikan dengan objek biologi, objek psikologi dan objek spiritual. Edukasi bisa dilakukan dengan media seperti sosial media dan ecowisata

Narasumber: Dr. Budi Setiadi

1. Peserta dari FMIPA UNNES Pertanyaan

- Apakah diawali dengan menyediakan bibit unggul dulu, dipilih dulu, pemilihan secara fenotif untuk mengawinkan sampai berapa generasi? Sampai dapat melon dengan ukuran kecil?

Jawaban

- Punya koleksi, mengumpulkannya dengan jalan-jalan atau bekerjasama dengan kolega

- Seleksi, tergantung dengan keinginan diri sendiri, dan peluangnya “high risk, high cost, high profit”

- Menggunakan tenaga molekuler

- Skill, tahu arahnya kemana, belajar, mau menunggu dan tidak instan - Branding, berani untuk ekspos, publikasi, original

B. SIDANG PARALEL

Nama Pemakalah: Anggara Mahardika 1. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta)

Pertanyaan

- Apa realisasi dan penggunaan pada masa mendatang dari Raman Spektroskopi? Apakah dapat digunakan pada bidang lain seperti di lingkungan?

Jawaban

- Bisa, seperti yang sudah dilakukan oleh rekan saya

2. Emma Sharon A.K (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Mengapa Diatom dapat memproduksi asam lemak saat ada cekaman lingkungan, dan bukan kekurangan asam lemak?

Jawaban

- Diatom dapat menyimpan cadangan makanan sebagai bentuk usaha mempertahankan diri saat ada cekaman lingkungan

(19)

205

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

Nama Pemakalah: Shinta Atilia Diatara, Chay Asdak, Edy Suryadi

1. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin University) Pertanyaan

- Standar kualitas air yang baik dan buruk yang dimaksud untuk apa?

- Apakah dilakukan penelitian mengenai dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pengaruh air sumur dan air sungai di kawasan industri tekstil tersebut?

Jawaban

- Standar untuk air minum

- Belum ada, penelitian yang dilakukan hanya mengenai kualitas air sumur dan air sungai di kawasan tersebut

2. Peni (IAIN, Salatiga) Pertanyaan

- Mengapa melakukan penelitian ini di kawasan industri tekstil yang jelas tercemar?

Jawaban

- Penelitian dilakukan di kawasan tersebut karena pada daerah tersebut terdapat instalasi pengolahan air limbah, tetapi data terkesan ditutup-tutupi oleh pabrik atau industri tekstil disana

3. Dhira Satwika (UKDW, Yogyakarta) Pertanyaan

- Jarak antar lokasi sumur tidak terlalu jauh tetapi hasil nilai krom total antara sungai dan sumur hasilnya sama

- Metode apa yang dilakukan dalam pengukuran krom total? Jawaban

- Pada awalnya sampel direncanakan diambil pada saat kemarau tetapi pada saat penelitian ini berlangsung sudah musim penghujan sehingga dugaan awal berbeda dengan hasil yang didapatkan karena air hujan membuat kualitas air menjadi lebih baik karena terjadi pengenceran

- Dengan metode kimiawi Saran

- Untuk penelitian seperti ini metodologi lebih diperhatikan untuk memperhitungkan adanya faktor-faktor lain

Nama Pemakalah : William Wijaya, Dhira Satwika, Suhardi Djojoatmojo

1. Abigayle Jenne (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Perbedaan permodelan penelitian ini dengan permodelan matematika biasa? Jawaban

- Tidak ada perbedaan, ini hanya pengolahan biasa hanya dengan pengukuran permodelan matematika, dari hasil yang mengikuti pola tertentu, permodelan ini untuk membangun peramalan hasilnya sehingga mungkin dapat lebih baik

2. Anggara Mahardika (Kwansei Gakuin Univesity) Pertanyaan

- Jika di lapangan, misalnya pada fosfat. Apa yang menyebabkan terjadinya fluktuasi?

(20)

206

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Perbedaan valensi fosfat yang menyebabkan perbedaan kelarutannya dalam air. Oksidasi dan reduksi jufa mempengaruhi.

3. Rully Adi Nugroho (UKSW, Salatiga) Pertanyaan

- Penjelasan grafik BOD pada powerpoint dan model penyajiannya, lalu apa saja faktor yang diperhatikan dari pengukuran air lindi?

Jawaban

- Aktifitas lain yang belum teramati misalnya laju fotosintesis, pada penelitian ini hanya melakukan pengamatan pada pertumbuhan kana (Canna Sp.) selain itu agen biologi lain juga belum diperhatikan.

-

Nama Pemakalah : Suparti dan Agustina Padmaningrum

1. Yupi (LIPI Kebun Raya Bogor). Pertanyaan

- Apakah media yang digunakan ini mudah dicari sehingga diteliti? - Berapa efektifkah kita menggunakan media alternatif ini?

Jawaban

- Lahan pertanian sedikit dan merang juga jarang dijumpai, saya mencoba meneliti karna kardus merupakan salah satu limbah dan digunakan juga ampas tebu karena ampas tebu ini hanya dibuang begitu saja dan kedua media ini menjadi ramah lingkungan jika dimanfaatkan.

- Belum ada pengaruh yang signifikan karena belum saya teliti, untuk lebih baik nanti saya akan teliti lebih lanjut.

2. Kas (UKSW) Pertanyaan

- Kontrol atau media pada merang ada atau tidak?

- Kardus yang mana yang harus digunakan untuk membuatnya dan treatment apa yang dilakukan?

Jawaban: - Tidak ada.

- Kardus box yang besar yang tulisannya harus dihilangkan terlebih dahulu dengan cara merendam dan dikelupasi.

Nama Pemakalah: Dhanang P, Windu Merdeka Wati, Arisia Putri S.M

1. Intan Pertanyaan

- Cara untuk mengkonsumsinya kan dengan diseduh dengan air panas, apakah nantinya klorofil yang ada akan berkurang dengan ditambahnya air panas dan proses pengeringan?

Jawaban

- Tidak, mungkin akan berangsur-angsur hilang tapi dalam kurun waktu yang lama karena dari bahan sintetis.

- Untuk tahan lamanya sendiri belum diteliti , karna saya meneliti hanya sampai tahap akhir saja.

2. Dewi (Mahasiswa UKSW) Pertanyaan

(21)

207

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Berapa nilai absorbansinya ? Jawaban:

- Perbandingannya dengan 2 sendok teh dan untuk perbandingan airnya sendiri belum di uji.

- Semakin tinggi suhu nilai absorbansinya menurun sehingga paling tepat pada suhu 600C.

3. Kas (UKSW) Pertanyaan

- Pada proses pengeringannya itu sebelum dicampur atau sesudah dicampur? Jawaban

- Karena rumput laut ini memiliki potensi, dan dimasukan kedalam vakum sehingga didapatkan bubuk.

Nama Pemakalah: Suparti dan Utami Anggriyatno

1. Yupi(LIPI kebun Raya Bogor). Pertanyaan

- Kira-kira jamur yang dihasilkan ini memiliki perbandingan tidak atau dari segi positifnya dengan hasil dari petani yang lain?

Jawaban:

- Hal positifnya ada dengan menggunakan plastik 1 kg sedangkan para petani menggunakan plastik yang agak besar, dan lebih cepat miseliumnya tumbuh memenuhi baclog. Untuk diameter jamurnya sendiri dibandingkan dengan petani jamur badan buahnya lebih lebar tetapi sedikit jumlah jamurnya dibandingkan dengan petani jamur lainnya.=

Nama Pemakalah : Yupi Isnaini(LIPI Kebun Raya Bogor)

1. Agustina(UNS) Pertanyaan:

- Mengapa dengan kondisi yang sedikit sporofitnya malah banyak? Jawaban:

- Awalnya dilihat dari kondisi nutrisi yang dihutan, saat mengkulturkan banyak studi literatur dan mencari tau media apa yang dipakai dan yang bagus adalah ¼ MS dari ½, ¼. Setelah itu dicari kelebihan dan kekurangan dariunsur haranya. 2. Intan

Pertanyaan:

- Waktu panen yang dihasilkan sampai tumbuh bulu-bulu pada tubuhan paku itu berapa lama?

- Tekstur tanahnya seperti apa? Jawaban:

- Belum tahu, karena belum mencoba menanam di hutan dan yang jelas ini tahunan.

- Untuk tanahnya sendiri agak basah dan ternaungi tidak terlalu pasir tetapi tanah. 3. Kas (UKSW)

Pertanyaan:

- Sejauh mana yang sudah dieksplor ke LIPI? Jawaban:

(22)

208

SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI UKSW 2019

- Mencoba penyebaran sporofit secara alami tetapi memang lebih enak dikontrol di lab.

Nama Pemakalah: Hafidhah Hasanah, I.G.P. Suryadarma

1. Agus (UKSW) Pertanyaan

- masalah apa yang dihadapi selama penelitian? Jawaban

- Menuju lokasi belum ada akses jalan, belum mendapat perhatian dari pemerintah untuk mengelolah sekolah.

2. Ita (UKSW) Pertanyaan

- LKPD itu kegiaatannya seperti apa? Berapa lama pengembangannya? - Materi apa yang dikembangkan?

Jawaban

- LKPD berisi kegiatan aktivitas di luar ruangan dengan memanfaatkan obyek wisata Batu Ondo. Pengembangan 1 tahun. Penerapan 1-4 kali dalam satu kelas. - Materi Ekosistem biotik abiotic.

3. Desy (UKSW) Pertanyaan

- Bagaimana cara mengukur berpikir kritis?

- Potensi lokal apa saja yag termuat di obyek wisata? Jawaban

- Pretest, posttest, jenis soal pilihan gandaa 10 soal beralasan

- Indikator dari mengobservasi jenis-jenis biota dana biota yang ada disana.

Nama Pemakalah: Laras Auliantika Hapsari, I.G.P. Suryadarma

1. Desy (UKSW) Pertanyaan:

- Apa batasan dari kearifan lokal?Apa saja kearifan lokal yang ada di Dieng? Jawaban:

- Pola perilaku yang ada di lingkungan. Dieng merupakan dataran tinggi yang kebanyakan bertani. Teknik bertani agroforestry, tanaman yang dibudidayakan kentang dan karika. Petani memanfaatkan kotoran ternak yang dijadikan pupuk dan sisa sisa dari tumbuhan yang digunakan bahan pakan ternak.

Gambar

Tabel 1   Jenis-jenis Artocarpus spp. yang dikoleksi di Kebun Raya Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Batuan ini pada awalnya mengalami proses terombakan kemudian tererosi menjadi suatu material sedimen yang lepas lalu tertransportkan dengan jarak

Entity Relationship Diagram adalah pendekatan top-down untuk mendesain basis data yang dimulai dengan identifikasi data yang penting, yang disebut sebagai entities (entitas)

Tesis ini membahas salah satu varian VRP dasar dengan karakteristik fleet mix vehicle, multiple trips, split delivery, multiple products dan multiple compartments dengan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa interpretasi parameter dalam model regresi logistik untuk variabel bebas dikotomus dapat

solanacearum, skrining extensive plasma nutfah kacang tanah untuk mendapat- kan sumber ketahanan yang lebih tinggi dengan karakteristik agronomi yang lebih baik, studi

Penanggung Jawab Buku I, II dan III Dalam Pasal 23, dikoordinasikan oleh D.IV dan hal ini hanya berlaku untuk Draft Rancangan Awal dan Rancangan Interim, akan tetapi pada

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap subyek yang memenuhi kriteria penelitian.

R.D Kandou Manado, mengenai gambaran fungsi ginjal pada anak dengan terapi leukemia limfoblastik akut, dapat disimpulkan bahwa fungsi ginjal anak usia 2-12 tahun pada