• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Ca Lidah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Ca Lidah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN CA LIDAH

I. PENGERTIAN

Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut, kadang-kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde, 1999).

Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.

II. ETIOLOGI

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:

1. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.

2. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan efeknya sinergis dengan merokok.

3. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV) khususnya HPV 16 dan HPV 18.

4. Oral hygiene yang jelek.

5. Sunburn: iritasi sinar matahari dan iritasi kronis lainnya. 6. Gaya hidup: kebiasaan mengunyah sirih.

Sumber lain menyebutkan beberapa etioogi atau penyebab kanker lidah yaitu Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:

1. Predisposisi genetic 2. Efek hormonal

(2)

3. Lesi prakanker

4. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi 5. Kegagalan fungsi sistem imun 6. Terapi obat

7. Faktor lingkungan (Radiasi pengion, Pemajanan sinar matahar,i Efek radon dan medan electromagnet, Polusi kimia, Polusi udara)

8. Kebiasaan pola hidup (Rokok dan tembakau, Nutrisi, Konsumsi alcohol, Praktik seksual)

9. Virus

10. Faktor-faktor psikososial (Sifat kepribadian dan sikap; Sistem pendukung social) (Baradero Mary, dkk.2007.Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker.Jakarta:EGC) III. PATOFISIOLOGI

Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu Faktor luar, faktor heriditer dan faktor non heriditer. Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.

Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai pelindung.

Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis hingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase ke colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan metastase pada kelenjar limfe submental dan submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi operasi glosektomi dan diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.

(3)

IV. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).

2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto).

3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman Diane C, 2000).

V. KLASIFIKASI

Klasifikasi ca lidah terdiri dari : a. Tumor primer

1) TIS adalah karsinoma in situ

2) T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.

3) T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan infiltrasi dangkal. 4) T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi dalam.

5) T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor tersebut sudah sudah meluas disekelilingnya.

b. Pembesaran kelenjar limfe

1) N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.

2) N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta holmolateral. 3) N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta heterolateral/bilateral. 4) N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau bilateral. c. Metastase

1) M0 = Metastase jauh tidak ada. 2) M1 = Metase jauh sudah ada.

(4)

VI. KOMPLIKASI

1. Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah :

a. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.

b. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik berupa kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans. Infeksi kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima radioterapi.

c. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana salah satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.

d. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva dan volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.

2. Komplikasi kronis adalah:

a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima radioterapi. Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut dengan karies radiasi adalah bentuk yang paling destruktif dari karies gigi, dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat. Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan setelah terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi pada periode 3-5 tahun.

b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak struktur tulang. c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi adalah

nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak. Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya kekambuhan. Timbulnya nekrose pada

(5)

jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun dan bersifat irreversibel.

VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor primer. 2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.

3. Biopsi

a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.

b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm)

c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno, 2010). Pemeriksaan penunjang

1. Biopsi

a. Incisional biopsy

 Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang sehat, sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya adalah pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah penyebaran dari carcinoma tersebut, sedangkan keuntunganya dapat mengetahui batas dari carcinoma guna terapi selanjutnya ( Penyinaran ).

 Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil dengan atau tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus ( maksudnya adalah untuk cukup bersih ). Dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar preparat tidak melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak bersih dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas atau bukan. b. Brush biopsy

 Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan melakukan tindakan fiksasi sebelum

(6)

membawa jaringan tersebut ke laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.

c. Teknik cahaya khemoluminesen

 Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat gambaran opak ‘acetowhite’ pada jaringan yang terkena kanker atau jaringan yang abnormal.

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan farmakologi

Typhonium Plus - Alternatif Kanker Pengobatan ( Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak ) Sebagai suplemen alami dapat membantu untuk memerangi kanker / tumor dan merangsang tubuh anti.

Kanker bukan merupakan salah satu spesifik penyakit . Ini adalah proses yang dapat mempengaruhi setiap organ tubuh. Tubuh manusia yang sehat terdiri dari sel-sel yang tumbuh normal yang melaksanakan proses kehidupan secara normal dan teratur. Sebuah sel hidup normal dapat, karena alasan berbagai disayangkan, gilirannya yang abnormal atau kanker. Ini mengalikan dalam tubuh cepat dan berlebihan, membentuk sekelompok sel pertumbuhan yang tidak terkendali mengakibatkan pembengkakan. Kemudian sel-sel abnormal pecah dan menyerang jaringan sekitar dan organ dan menghancurkan mereka. Dengan setiap pertumbuhan sel sibuk, tidak terkendali dan teratur, energi tubuh yang disalahgunakan dan terbuang. Jika ini terus berlanjut dicentang, kematian dapat terjadi.

Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus adalah tanaman herbal yang tumbuh di Asia Timur sebagai obat tradisional untuk memerangi kanker .

Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem darah. Typhonium Plus mengandung ribosom dalam bertindak protein (RIP), anti oksidan, dan anti kurkumin. Sel bersama-sama dipicu pada gilirannya menghasilkan mediator yang merangsang dan memperkuat sel-sel lain dari

(7)

sistem kekebalan tubuh untuk memerangi sel-sel kanker. Sejak pertumbuhan sel kanker adalah reversibel diberikan stimulus kimia yang benar dan lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada.

Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang dalam karya sinergi Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi Tikus. Typhonium Plus Terdaftar POM TR 043 330 391 Departemen Kesehatan Indonesia

Penggunaan yang disarankan:

Stadium I - II, ambil 1 kapsul 2 kali sehari sebelum makan. Stadium III di atas, ambil 2 kapsul 2 kali sehari sebelum makan, atau seperti diarahkan oleh praktisi kesehatan.

Komposisi:

Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus 80%, 10% Andrographis paniculata, Curcuma zedoaria 10% (dalam ekstrak bentuk)

Penyimpanan: . Simpan pada suhu kamar & jauh dari anak Packing size: Packing dengan 20 kapsul.

Perhatian:

o Dua hari setelah mengkonsumsi Typhonium Ditambah , Anda mungkin merasa masalah perut, diare sedikit, feses berubah menjadi hitam dan tubuh merasa kelelahan. o Kadang-kadang pasien dapat muntah setelah konsumsi, jika ini terjadi gejala berhenti

minum kapsul, ketika Anda merasa lebih baik, Anda dapat melanjutkan mengambil kapsul tetapi mengurangi dosis atau berkonsultasi dengan praktisi medis Anda.

o Wanita hamil tidak harus mengambil kapsul ini

b. Penatalaksanaan non farmakologi 1) Radio Therapy

Radio therapy dilakukan bila :

Tumor Inoperable, T3 atau lebih, N3, M0 – M1 a) External X ray

dengan memasukkan jarum radium sel-sel carcinoma ikut masuk kedalam. Dapat digunakan dengan cara lain yaitu : Penderita dinarcose, kemudian memasukkan polyethtylene catherter dan melalui charteter ini dimasukkan benang yang diikat dengan radium maka radium ini akan tersebar secara merata, bila sudah selesai benang ditarik keluar cara ini disebut application.

(8)

b) Radon seeds

Dengan biji-biji radon yang diletakkan sekitar cartinoma o Cytostatica theraphy :

Metotrexate (Mtx) dapat Mendepresi sum-sum tulang, ini dapat diatasi denganleokoporin. Mempunyai akumulasi baik. Dapat dipakai untuk merubah T3 menjadi T2-T1.

o Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy)

Dilakukan pengangkatan pada bagian yang diindikasi terkena carcinoma atau hemiglosectomy atau total glossectomy apabila tumor cukup besar dan sudah bermetastase ke daerah leher.

Pada metastasenya dilakukan :

Pada N1 dan N2, dilakukan RND (Radical Neck Disection) yang diangkat a. Kelenjar leher

b. Kelenjar sub madibula. c. V. Jugularis interna.

(9)

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.

II. RIWAYAT KESEHATAN

1) Keluhan utama: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.

2) Riwayat penyakit sekarang: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.

3) Riwayat penyakit dahulu

a. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.

b. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan efeknya sinergis dengan merokok.

c. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV) khususnya HPV 16 dan HPV 18.

d. Oral hygiene yang jelek. III. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan Umum

- Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital (TTV)

- Pemeriksaan Head to Toe (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi) - Pemeriksaan B1-B6 :

1. B1 (Breathing)

Sesak napas, RR meningkat, penggunaan otot bantu pernafasaan. 2. B2 (Blood)

Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat). 3. B3 (Brain)

Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf XII (gerakan lidah terganggu).

(10)

Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urine, perubahan bising usus, distensi abdomen.

5. B5 (Bowel)

Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan berat badan. 6. B6 (Bone)

Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor primer.

2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh. 3. Biopsi

a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.

b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm).

(11)

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau

mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

NOC

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan Nutritional Status

adekuat dengan kriteria hasil :

□ Intake nutrisi baik

□1 □2 □3 □4 □5

□ Intake makanan baik

□1 □2 □3 □4 □5

□ Asupan cairan cukup

□1 □2 □3 □4 □5

□ Peristaltic usus normal

□1 □2 □3 □4 □5

□ Berat badan meningkat

□1 □2 □3 □4 □5

Pengelolaan nutrisi (Nutrion Management ) :

□Monitor catatan masukan kandungan nutrisi dan kalori. □Anjurkan masukan kalori yang tepat sesui dengan tipe tubuh

dan gaya hidup.

□Berikan makanan pilihan.

□Anjurkan penyiapan dan penyajian makanan dengan teknik yang aman.

□Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara memperolehnya

□Kaji adanya alergi makanan

□Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

□Yakinkan diet yang dimakan mengandungtinggi serat untuk mencegah konstipasi

□Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian □M o n i t o r a d a n y a p e n u r u n a n B B d a n g u l a darah □Monitor lingkungan selama makan

□Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidakselama jam makan □Monitor turgor kulit

□Monitor kekeringan, rambut kusam, totalprotein, Hb dan kadar Ht

□Monitor mual dan muntah

□Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

(12)

□Monitor intake nuntrisi Nutrition Monitoring

□BB pasien dalam batas normal

□Monitor adanya penurunan berat badan

□Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

□Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

□Monitor lingkungan selama makan

□Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

□Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

□Monitor turgor kulit

□Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

□Monitor mual dan muntah

□Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

□Monitor makanan kesukaan

□Monitor pertumbuhan dan perkembangan

□Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

□Monitor kalori dan intake nuntrisi

□Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

□Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

Weight Management

□Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB

□Diskusikan bersama pasien mengani kondisi medis yang dapat mempengaruhi BB

□Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter yang dapat mempengaruhi BB

□Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan BB □Dorong pasien untuk merubah kebiasaan makan □Perkirakan BB badan ideal pasien

(13)

KETERANGAN PENILAIAN NOC:

Score Keterangan

1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan 2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/

jarang menunjukkan

3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan

4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan

5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT

(14)

2. Risiko Infeksi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Resiko Infeksi Dengan faktor-faktor resiko : - Prosedur Infasif - Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen - Trauma - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Ruptur membran amnion - Agen farmasi (imunosupresan) - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Ketidakadekuatan imum buatan - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) NOC

Setelah dilakukan tindakan

keperawatn risiko infeksi

terkontrol dengan kriteria hasil :

 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 1  2  3  4  5  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 1  2  3  4  5  Jumlah leukosit dalam batas normal 1  2  3  4  5  Menunjukkan perilaku hidup sehat 1  2  3  4  5 NIC :

Infection Control (Kontrol infeksi)

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

 Pertahankan teknik isolasi

 Batasi pengunjung bila perlu

 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan

setelah berkunjung meninggalkan pasien

 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan

 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

 Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk

umum

 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

 Tingktkan intake nutrisi

 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

 Monitor hitung granulosit, WBC

 Monitor kerentanan terhadap infeksi

 Batasi pengunjung

 Saring pengunjung terhadap penyakit menular

(15)

- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)

- Penyakit kronik

 Pertahankan teknik isolasi k/p

 Berikan perawatan kuliat pada area epidema

 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

 Dorong masukkan nutrisi yang cukup

 Dorong masukan cairan

 Dorong istirahat

 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

 Ajarkan cara menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan infeksi

 Laporkan kultur positif

KETERANGAN PENILAIAN NOC:

Score Keterangan

1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan 2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/

jarang menunjukkan

3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan

4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan

5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT

(16)

3. Nyeri Akut

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cedera biologis

NOC :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan Pain Control

dengan kriteria hasil :

 Mengenali faktor penyebab

1  2  3  4  5

 Mengenali onset (lamanya

sakit) 1  2  3  4  5  Menggunakan metode pencegahan untuk mengurangi nyeri 1  2  3  4  5  Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri 1  2  3  4  5

 Mengunakan analgesik sesuai

dengan kebutuhan

1  2  3  4  5

 Mencari bantuan tenaga

kesehatan

1  2  3  4  5

 Melaporkan gejala pada

petugas kesehatan

1  2  3  4  5

 Mengenali gejala gejala nyeri

1  2  3  4  5

Manajemen nyeri (Pain Management) :

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

 Kaji nyeri secara komprehensif meliputi (lokasi, karakteristik, dan onset,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri)

 Kaji skala nyeri

 Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri

 Kaji factor yang dapat menyebabkan nyeri timbul

 Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat

 Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

 Monitor tanda tanda vital

 Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk mengurangi

nyeri

 Jelaskan factor factor yang dapat mempengaruhi nyeri

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Analgesic Administration

 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi

 Cek riwayat alergi

 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu

 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

(17)

 Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

1  2  3  4  5

KETERANGAN PENILAIAN NOC:

Score Keterangan

1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan 2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/

jarang menunjukkan

3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan

4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan

5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT

(18)

4. Hipertermi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

4. Hipertermi

berhubungan dengan penyakit

NOC

Setelah dilakukan tindakan

keperawatanThermoregulatio

n dalam batas normal

dengan kriteria hasil :

 Tidak menggigil 1  2  3  4  5  Nadi dbn ( 60-100 x/ menit) 1  2  3  4  5   RR dbn ( 16-24 x/ menit) 1  2  3  4  5  Suhu dbn (36-37°C) 1  2  3  4  5 NIC : Fever treatment

 Monitor suhu sesering mungkin

 Monitor IWL

 Monitor warna dan suhu kulit

 Monitor tekanan darah, nadi dan RR

 Monitor penurunan tingkat kesadaran

 Monitor WBC, Hb, dan Hct

 Monitor intake dan output

 Berikan anti piretik

 Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

 Selimuti pasien

 Lakukan tapid sponge

 Kolaborasipemberian cairan intravena

 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

 Tingkatkan sirkulasi udara

 Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

 Monitor suhu minimal tiap 2 jam

 Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

 Monitor TD, nadi, dan RR

 Monitor warna dan suhu kulit

 Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

(19)

 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Catat adanya fluktuasi tekanan darah

 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

 Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

 Monitor kualitas dari nadi

 Monitor frekuensi dan irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola pernapasan abnormal

 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

(20)

KETERANGAN PENILAIAN NOC:

Score Keterangan

1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan 2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/

jarang menunjukkan

3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan

4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan

5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT

(21)

5. Kurang Pengetahuan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

5. Kurang pengetahuan b/d

- keterbatasan

kognitif

- interpretasi terhadap

informasi yang salah

- kurangnya keinginan untuk mencari informasi - tidak mengetahui sumber-sumber informasi. NOC :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan klien mengetahui

tentang proses penyakitnya :

 Klien familier dengan nama penyakitnya 1  2  3  4  5  Klien dapat mendeskripsikan proses penyakitnya 1  2  3  4  5  Klien dapat mendeskripsikan faktor penyebab dari penyakitnya 1  2  3  4  5  Klien dapat mendeskripsikan faktor risiko 1  2  3  4  5  Klien dapat mendeskripsikan efek samping dari penyakitnya 1  2  3  4  5

 Klien dapat

Mengajarkan proses penyakitnya :

 Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

 Jelaskan patofisiologi penyakitnya dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologinya

 Deskripsikan tanda dan gejala dari penyakitnya

 Jelaskan pada pasien bagaimana mengelola gejala ytang timbul

 Deskripsikan proses penyakitnya

 Identifikasi faktor penyebab penyakitnya

 Jelaskan tentang kondisi penyakit pasien saat ini

 Diskusikan gaya hidup yang harus dirubah untuk mencegah komplikasi atau kekambuhan penyakitnya

 Diskusikan rencana terapi yang akan dijalani pasien

 Jelaskan komplikasi yang bisa muncul

 Anjurkan pasien untuk mengontrol risiko

 Anjurkan pasien segera ke pelayanan kesehatan ketika muncul gejala yang sama

(22)

mendeskripsikan tanda dan gejala

1  2  3  4  5

 Klien dapat

mendeskripsikankomplik asi mungkin terjadi 1  2  3  4  5

 Klien dapat

mendeskripsikan cara pencegahan komplikasi

 1  2  3  4  5

KETERANGAN PENILAIAN NOC:

Score Keterangan

1 sangat membahayakan sekali/ kondisi sangat berat/ tidak menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan 2 banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/

jarang menunjukkan

3 cukup membahayakan/ kondisi cukup atau sedang dalam menunjukkan perbaikan/ perubahan taraf sedang/ cukup adekuat/kadang-kadang menunjukkan

4 membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/ banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan

5 kondisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Lauren Vedder (1989).”Pathology Surgical”,7th edition, The C.V.Mosby company.Washington DC.

Baradero Mary, dkk. 2007. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta. Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Roezin Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Roezin, Averdi. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Referensi

Dokumen terkait