• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL. Judul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL. Judul"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(L K P P)

_____________________________________________________________

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Judul

PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI

SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI

oleh:

DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc.

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

ii

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(L K P P)

Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasnuddin

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN

PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008

Judul: PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN DAN

BENTUK ADAPTASI IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI

a. Nama : Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc. b. N I P : 132 102 308

c. Pangkat/ Golongan : Penata/ III.c d. Jurusan : Ilmu Kelautan

e. Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan / Univ. Hasanuddin f. Biaya : Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah)

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008

Makassar, 04 Februari 2008 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan UNHAS Pembuat Modul

(Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, MP) NIP. 131 860 849

(Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc.) NIP. 132 102 308

(3)

iii KATA PENGANTAR

Universitas Hasanuddin dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan sebagai tujuan utamanya memiliki tahapan agenda dalam rangka mencapai Visi dan Misi Citra Unhas 2010, yaitu memiliki sistem pendidikan yang handal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran berbasis pada pendekatan

learning.

Peningkatan kapasitas belajar mahasiswa sangat ditentukan oleh keaktifan dan kemampuan untuk memanfaatkan literaratur dari berbagai sumber, termasuk literatur yang mudah diperoleh berupa modul setiap mata ajaran. Berdasarkan hasil evaluasi diri jurusan Ilmu Kelautan menunjukkan proses pembelajaran (mahasiswa dituntut aktif) belum optimal karena salah satunya adalah belum terlaksananya penyusunan bahan/modul kuliah sebagai salah satu bentuk proses pendekatan metode learning.

Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib yang menjelaskan tentang ikan dan segala aspek kehidupannya. Dalam penyajian mata kuliah ini memerlukan penjelasan yang lebih atraktif, detail, jelas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, sistem pembelajaran matakuliah Ikhtiologi dengan pendekatan SCL ini memungkinkan mahasiswa lebih aktif berdiskusi, lebih atraktif dan reflektif dalam penyajian, cepat dan jelas dalam mengakses materi dan literatur perkuliahan, sehingga proses pembelajaran dengan metode learning dapat tercapai.

Penyediaan bahan atau modul kuliah Ikhtiologi bagi mahasiswa mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran yang optimal. Perubahan dan pembaruan materi pembelajaran akan menjamin keberlanjutan minat dan motivasi mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan untuk terus memperluas wawasannya dengan cara lebih aktif.

(4)

iv RINGKASAN

Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib untuk diprogramkan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan. Mata kuliah ini menjelaskan tentang ikan dan segala aspek kehidupannya.

Dalam garis besarnya modul pembelajaran mata kuliah Ikhtiologi ini terbagi atas 10 modul. Modul pertama berupa pendahuluan yang menjelaskan tentang ruang lingkup ikhtiologi, ikan dan kanekaragaman habitatnya, perkembangan ikhtiologi dan pentingnya ilmu ikhtiologi, dan sistem penamaan ikan serta peristiwa penyebaran atau distribusi ikan.

Modul ke dua membahas tentang sistem integumen yaitu suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik. Pada sistem sistem ini juga termasuk di dalamnya organ cahaya, pewarnaan kulit dan kelenjar beracun. Pada bab ini mahasiwa diharapkan mampu menjelaskan tentang integumen ikan dan dapat membedakan jenis-jenis sisik pada ikan, menjelaskan mekanisme terbentuknya lendir beserta fungsi secara fisiologis lendir pada kehidupan ikan. Bab ini juga mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hubungan antara pewarnaan tubuh pada ikan dengan jenis habitat mereka ditemukan. Selain dari itu, mahasiswa juga diharapkan mampu menjelaskan proses sistem pewarnaan pada tubuh ikan beracun.

Modul ke tiga menjelaskan tentang sistem urat daging yang pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Sasaran pembelajaran pada bab ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi sistem otot, hubungannya dengan pergerakan tubuh ikan.

Modul ke empat menjelaskan tentang sistem rangka yaitu suatu system yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi. Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya

(5)

v berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Sasaran pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan sedikitnya lima macam bentuk tubuh ikan hubungannya dengan sistem rangka dan dapat menjelaskan fungsi rangka dan derivat-derivatnya.

Modul ke lima menjelaskan tentang sistem pencernaan pada ikan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Dari bab ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan organ-organ pencernaan makaan secara berturut-turut, menguraikan perbedaan secara anatomis ikan-ikan herbivor, karnivor dan omnivor. Pada bagian ini mahasiswa juga diharapkan mampu menguraikan alat-alat pencernaan yang mengalami modifikasi beserta fungsinya.

Modul ke enam menjelaskan tentang system peredaran darah dengan organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Mekanisme kerja sistem peredaran darah tersebut menjadi sasaran pembelajaran bagi mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan ini.

Modul ke tujuh menjelaskan tentang Sistem urogenital yaitu sistem yang dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang sistem eksresi serta hal-hal yang berhubungan dengan sistem osmoregulasi.

Modul ke delapan tentang Sistem saraf yang mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan. Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai

(6)

vi reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. Sasaran pembelajaran pada bab ini yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme organ sensori pada ikan.

Modul ke sembilan menjelaskan tentang Kelenjar endokrin yaitu suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya yang biasa disebut kelenjar buntu. Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel, jaringan dan alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang serasi. Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme. Mekanisme tersebut menjadi sasaran pembelajaran bagi peserta mata kuliah ini khususnya pada bab tentang sistemhormon.

Modul ke sepuluh mejelaskan tentang sistem reproduksi. Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Yang menjadi sasaran pembelajaran pada materi ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada ikan.

(7)

vii

PETA KEDUDUKAN MODUL

PENDAHULUAN

SISTEM INTEGUMEN

SISTEM URAT DAGING

SISTEM RANGKA

SISTEM PENCERNAAN

SISTEM PERNAPASAN

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM OROGENITALIA

SISTEM SARAF

SISTEM HORMON

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………..

ii

KATA PENGANTAR ………..

iii

RINGKASAN ………..

iv

PETA KEDUDUKAN MODUL ……….

vi

DAFTAR ISI ………..

vii

MODUL I PENDAHULUAN ………….………

1

MODUL II SISTEM INTEGUMEN.………..

11

MODUL III SISTEM URAT DAGING ………

22

MODUL IV SISTEM RANGKA………..

30

MODUL V SISTEM PENCERNAAN ………..

38

MODUL VI SISTEM PEREDARAN DARAH………

51

MODUL VII SISTEM UROGENITALIA.……….

61

MODUL VIII SISTEM SARAF………..

69

MODUL IX SISTEM HORMON………

77

MODUL X SISTEM REPRODUKSI………..

84

LAMPIRAN

(9)

ix

MODUL I

JUDUL : P E N D A H U L U A N

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Istilah ini berasal dari Ichthyologia (bahasa Latin: Yunani) dimana perkataan Ichthys artinya ikan dan logos artinya ajaran. Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu. Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif.

B. Ruang Lingkup Isi - Pengertian ikan - Pengelompokan ikan

- Ikan dan keanekaragaman habitatnya - Ikan dan perkembangan studinya - Pentingya mempelajari ikhtiologi - Ikhtiologi sistematika

- Nomencltural - Distribusi ikan

(10)

x C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul pertama sebagai pengantar menuju modul-moudul berikutnya. Materi yang dibahas pada modul ini adalah pengertian ikhtiologi, sejarah serta kedudukan ikan dalam dunia hewan, pengelompokan ikan serta pentingnya mempelajari ilmu tentang ikan dan segala aspek kehidupannya, serta system penamaan pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian ikan

2. Menjelaskan mengenai pengelompokan ikan

3. Menjelaskan tentang ikan dan keanekaragaman habitatnya 4. Menjelaskan tentang ikan dan perkembangan studinya 5. Menjelaskan tentang pentingya mempelajari ikhtiologi

6. Menjelaskan secara umum tentang Ikhtiologi sistematika dan sistem penamaan pada ikan

7. Menjelaskan teori, arti, tipe distribusi ikan

BAB II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IKAN

Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.

Dalam keluarga hewan bertulang belakang/ vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih

(11)

xi besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.

Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni 9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi 3500 spesies. Mereka bukan hanya dibedakan oleh jumlah spesies yang beragam, tetapi juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari ikan yang berukuran kecil yang disebut Percid dari Amerika (Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual pada ukuran 27 mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pacifik (Eviota) yang bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang berukuran raksasa seperti Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter dengan berat 25 ton atau lebih. Kebanyakan ikan berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat dan bentuk lainnya.

B. PENGELOMPOKAN IKAN

Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang berarti susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidang bidang lain seperti ekologi,

fisiologi dan Genetika. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu 1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola pewarnaan, 5) kariotipe, dan 6) elektroforesis.

C. IKAN DAN KEANEKARAGAMAN HABITATNYA

Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses

(12)

xii pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, reproduksi dan hal-hal lainnya.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa 70 persen dari permukaan bumi ini tertutupi oleh air, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, serta habitat pada ikan. Ikan-ikan ditemukan di berbagai tempat dan habitat yang berbeda. Mereka ditemukan di danau tertinggi dunia dari permukaan laut yaitu danau Titicaca, Amerika Selatan (3812 meter), dan pada daerah kedalaman 7000 m di bawah permukaan laut. Beberapa jenis ditemukan pada air tawar dengan salinitas 0.01 ‰ (umumnya danau, 0.05 s/d 1‰) hingga pada salinitas yang sangat tinggi, 100‰ (umumnya 35‰ pada laut terbuka).

Mereka juga dapat ditemui pada gua yang sangat gelap seperti ditemukan di Tibet, China, dan India hingga pada daerah yang berarus kuat. Di Afrika ditemukan jenis ikan

Tilapia yang hidup di sungai dengan temperature 44°C, sedangkan di Antartika

ditemukan hidup pada suhu –2°C. Banyak jenis yang ditemukan memiliki organ pernapasan udara tambahan dan hidup di rawa-rawa pada daerah tropic. Penyebaran secara vertical pun dapat melampaui kemampuan jenis vertebata lainnya (sekitar 5 km diatas permukaan laut sampai 11 km dibawahnya.

Spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu biasa disebut eurythermal sedangkan sebaliknya, yang memiliki teloransi yang sempit terhadap suhu disebut stenothermal. Istilah yang diberikan kepada spesies yang memiliki tingkat toleransi yang luas terhadapap salinitas yaitu euryhaline dan stenohaline terhadap spesies yang memiliki kisaran sempit terhadap salinitas.

Ikan telah mampu bertahan seiring dengan perkembangan variasi dari tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang bersalinitas lebih tinggi daripada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di air dalam sunyi dan gelap yang tidak dihuni oleh vertebrata lainnya. Bagi ikan, air adalah media komunikasi, tempat beranak, tempat tidur, tempat bermain, toilet sekaligus sebagai kuburan. Di dalam airlah ikan melakukan respon terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat mempertahankan hidup dan berkembangbiak seperti, respon terhadap jumlah oksigen terlarut, penetrasi cahaya, suhu, zat beracun, konsentrasi organisme pembawa penyakit ikan dan, kesempatan untuk lepas dari musuh.

(13)

xiii Beberapa ikan mampu bernapas dengan menghirup oksigen secara langsung dari udara melalui paru-paru, walaupun kebanyakan ikan tetap bergantung pada insang yang berperan dalam mengekstrak oksigen dari air. Ikan dapat bertahan lama pada habitat yang kurang oksigen atau yang tidak mencukupi.

Rumput atau tumbuhan mikroskopik, diatom dan alga (phytoplankton) yang tumbuh di laut, danau dan aliran sungai memberikan suplai oksigen kepada ikan, dan ini bergantung dari penetrasi cahaya ke dalam air. Phytoplankton berperan penting dalam permulaan rantai makanan yang mendorong laju produksi ikan pada umumnya. Mereka menggunakan sinar matahari dalam mengubah CO2 menjadi bahan organik dan menjadi makanan bagi ikan. Selain dari itu, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap pola reproduksi, pertumbuhan dan perilaku, termasuk dalam kebiasaan makan.

Material yang tidak dikehendaki yang bersifat racun diproduksi secara alami dan polusi dari aktifitas manusia manjadi ancaman besar dan serius bagi keberadaan ikan-ikan dan tentunya juga bagi manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun ikan dapat mendeteksi zat-zat kimia berbahaya, tetapi kebanyakan dari mereka tidak dapat menghindar dari kontaminasi.

D. IKAN DAN PERKEMBANGAN STUDINYA

Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata.

Sejak berabad-abad sebelum masehi bangsa China telah berusaha untuk mengetahui tentang ikan dan cukup sukses menyebarluaskannya, begitu juga dengan Mesir kuno, Yunani dan Romawi berhasil merekam variasi, kebiasaan, serta kualitas dari berbagai jenis ikan.

Menurut Lagler et. al (1977), sejak abad 18 studi tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi dan genetika, Natural history dan Ekologi, Fisiologi dan Biokimia, Konservasi/Pelestarian

Lingkup kerja di atas dilaksanakan oleh organisasi international, petugas pemerintah, museum, universitas, dan dunia Industri. Food and Agriculture Organization

(14)

xiv (FAO) sebagai organisaasi bentukan PBB yang menangani persoalan makanan dan pertanian mempunyai divisi perikanan yang bergerak secara aktif. Banyak negara yang mempunyai Unit Perikanan yang dibentuk secara terpusat, yang juga berfungsi sebagai pelayanan perikanan dan binatang liar (Fish and Wildlife Service) dan Pusat Pelayanan Kelautan dan Perikanan (National Marine and Fisheries Service) di Amerika Serikat, (di Indonesia dikenal dengan badan pengelola taman nasional seperti BKSDA dan DKP). Museum dan perguruan tinggi dimana dikembangkan secara scientific biasanya mempunyai divisi perikanan seperti British Museum (Natural History), Museum National Amerika, dan Museum Zoology Universitas Michigan USA.

E. PENTINGYA MEMPELAJARI IKHTIOLOGI

Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, pemuka agama, dokter, nelayan dan para penggemar hewan air. Keuntungan dalam penelitian juga tidak terhingga dimana aspek tentang ikan , lebih banyak yang belum diketahui dari pada yang sudah diketahui.

Tidak banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ikhtiologi ini, mereka yang terjun di bidang ini adalah orang yang memiliki rasa tanggungjawab untuk belajar dan mengajar tentang ikan. Di bidang ilmu ini peluang untuk bekerja mengembangkan kepedulian terhadap ikan serta belajar dari koleksi museum-museum cukup besar. Tugas-tugas orang yang bekerja di museum meliputi, pengembangan ilmu pengetahuan, studi sejarah, pengadaan koleksi baru, pengawasan terhadap koleksi museum, penerbitan karya ilmiah dan lain-lain.

F. IKHTIOLOGI SISTEMATIKA

Istilah “Sistematika” berasal dari perkataan Latin, asal mulanya perkataan Junani yaitu systema yang dipergunakan untuk system klasifikasi yang disusun oleh para ahli pengetahuan alam pada zaman silam, terutama oleh Linnaeus pada tahun 1735 yang dikenal dengan Systema naturae. Istilah sistematika mirip artinya dengan istilah

(15)

xv pengaturan, dan Nomos berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan. Dalam penggunaannya dewasa ini, kedua istilah ini dipakai berganti-ganti dalam bidang pengklasifikasian tumbuh-tumbuhan dan hewan. Jadi Sistematika atau Taxonomi adalah suatu yang digunakan untuk mengklasifikasikan jasad.

G. NOMENKLATUR

Istilah nomenklatur berasal dari bahasa Latin yaitu Nomenklatural yang berarti tatanama atau penamaan. Pengertian nomenklatur sering disamakan artinya dengan

Klasifikasi. Nomenklatur adalah penamaan yang merupakan alat untuk melakukan

komunikasi antara para ahli biologi, sedangkan Klasifikasi adalah suatu hal yang berhubungan dengan materi biologi. Agar nomenklatur dapat dipakai secara meluas, maka penerapan harus pula secara luas, oleh sebab itu nomenklatur (utamanya nama ilmiah) harus mempunyai kata-kata dan arti yang sama atau hakekatnya stabil dan seragam.

Pada umumnya system penamaan terdapat tiga macam yang sering digunakan adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common name atau Common name;Vernacular name atau Local common name.

H. Distribusi Ikan

Arti dan Teori Distribusi Ikan

Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu. Ikan

Ostracoderms yang ditemukan pertama kali pada zaman Palaezoic, periode Ordovician

maupun binatang lainnya tersebar dan terdapat hampir di seluruh pelosok dunia. Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. Sehubungan dengan ini Jordan vide Axelord dan Schultz (1955) mengemukakan hukum-hukum tentang penyebaran (distribusi) ikan yaitu setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali hal-hal sebagai berikut:

(16)

xvi a. Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya,

dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier. b. Individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak

mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru).

c. Jika seandainya species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda.

Teori tentang kemungkinan terjadinya distribusi ikan menurut Axelrod dan Schults (1955 ) dapat dibagi ke dalam:

a. Secara pasif ikan-ikan pelagis dibawah oleh arus laut dari suatu perairan tertentu ke perairan lainnya.

b. Secara pasif ikan-ikan dibawa oleh manusia dari suatu perairan tertentu ke perairan yang lainnya.

c. Angin dan badai dapat pula memindahkan ikan-ikan dari suatu perairan ke perairan yang lainnya. (mis, Looding).

d. Perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan bumi seperti adanya tanah-tanah daratan (land masses) yang teggelam dan atau timbulnya. Misalnya Terusan Panama (Isthmus of Panama), Terusan Suez (Isthmus of Suez), dan penghubung antara Alaska dengan Siberia, dan begitu pula mungkin terjadinya penghubung antara Eropah dan Amerika Utara. Sehingga hal demikian dapat dilalui oleh ikan untuk mencapai daerah lainnya.

e. Adanya perubahan dari aliran air, arus, sungai seperti Great Lakes di amerika dimana pada zaman Glacier (zaman es) mendapat aliran air dari sungai Mississipi sedangkan sekarang tidak, melainkan dari “Chicago Sewage Canal”. Demikian pula halnya dengan “Two Ocean Pass” suatu perairan di dekat Yellowstone National Park (di Amerika serikat), dimana didapatkan ikan-ikan dari species yang berasal dari Samudera Atlantik maupun dari Samudera Pasifik, karena dibukanya terusan-terusan baru.

f. Disebabkan kemungkinan lain, misalnya terjadinya “Continental drift” (hanyutan benua) akibat adanya gaya-gaya yang berasal dari dalam lapisan bumi.

(17)

xvii Tipe Distribusi Ikan

Berdasarkan unsur Tempat dan Waktu distribusi organisme/binatang dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Distribusi Geografis (Geographical range) b. Distribusi Ekologis (Ecological range) c. Distribusi Geologis (Geological range)

Faktor Penghalang Distribusi Ikan (Barrier)

Barrier adalah faktor-faktor penghalang atau penghambat bagi distribusi species organisme-organisme. Berdasarkan sifat barrier dapat dibagi atas 3 golongan besar yaitu: a. Barrier fisik (physical barriers): Dalam golongan ini misalnya tanah (bagi ikan dan

hewan air lainnya), iklim, suhu, kedalaman air, cahaya, arus laut (bagi species ikan tertentu).

b. Barrier Kimiawi (chemical barriers): dalam golongan ini termasuk misalnya kadar garam, sifat kimiawi perairan, lainnya (bagi jenis-jenis ikan tertentu).

c. Barrier biologis (Biological barriers): Dalam golongan ini termasuk misalnya faktor-faktor makanan, persaingan, predator, penyakit, dan kepadatan populasi (terutama ikan yang biasa schooling).

Pada umumnya ketiga macam barrier tersebut diatas (fisik, kimiawi dan biologis) sering disebut dengan istilah “ faktor ekologis ” dan biasanya sangat kompleks dan tidak mudah dipelajari.

Teori Kemusnahan Species Ikan

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa spesies ikan dapat musnah dari tempat perairan tertentu, hal ini berarti secara teoritis ada beberapa kemungkinan yaitu:

(18)

xviii

a. Kemusnahan yang disebabkan oleh kejadian evolusi lebih lanjut berlangsung, sehingga specimen ikan-ikan tersebut dimana organ-organ tubuhnya mengalami modifikasi menjadi bentuk yang lebih maju tingkatan evolusinya.

b. Specimen suatu species tidak dapat mengadaptasikan dirinya dengan keadaan lingkungan, oleh karena lingkungan mengalami perubahan yang jauh lebih cepat daripada kemampuan beradaptasi.

c. Kemusnahan yang disebabkan berbagai persaingan yang dialami oleh specimen dalam lingkungan hidupnya.

d. Specialisasi yang sangat ekstrim dari suatu species, dimana hanya dapat hidup pada lingkungan yang sangat terbatas pula.

e. Populasi suatu species memang sudah benar-benar tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup terus.

Dari kelima teori tesebut di atas dapat dikatakan bahwa kemusnahan (kepunahan) suatu species pada suatu tempat atau perairan tertentu, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan organisme beradaptasi terhadap perubahan- perubahan yang terjadi di dalam lingkungan hidupnya.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

BAB III. PENUTUP

Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Studi tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang sejak abad ke 18 meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi dan genetika, Natural history dan Ekologi,

(19)

xix Fisiologi dan Biokimia, Konservasi/Pelestarian. Di bidang ilmu ini keuntungan mempelajari hampir tak terbatas. orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan.

Dalam komunikasi antara para ahli biologi diperlukan sistem penamaan yang disebut nomenclatur. Pada umumnya system penamaan ini terdapat tiga macam yang sering digunakan adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common name atau Common name;Vernacular name atau Local common name.

Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif.

setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya, dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier atau individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru) dan Jika seandainya species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

A. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

B. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York

C. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

D. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

E. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

F. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB

(20)

xx

MODUL II

JUDUL : SISTEM INTEGUMEN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik.

Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu struktur tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet.

Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.

B. Ruang Lingkup Isi - Struktur Kulit - Lendir - Sisik - Organ Cahaya - Pewarnaan kulit - Kelenjar Beracun

(21)

xxi C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke dua setelah mahasiswa memahami modul pertama mengenai pengertian ikhtiologi, kedudukan ikan, pengelompokan ikan dan Konsespsi Sistematika dan Peranan Ahli Sistematika; tata nama dan sistem klasifikasi ikan , menjelaskan teori, tipe, dan faktor penghalang distribusi ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang integumen ikan

2. Membedakan jenis sisik pada ikan

3. Menjelaskan sistem pewarnaan pada tubuh ikan-ikan beracun

BAB II. PEMBAHASAN

A. KULIT

Pada phylum chordata dikenal dua tipe dasar dari integumen, yaitu tipe invertebrata dan tipe vertebrata. Tipe vertebrata pada sekalian hewan vertebrata terdiri dari beberapa lapisan, dengan dua lapisan utama, yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis (Gbr 4.1). Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.

Dermis yang di dalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan

(22)

xxii dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya.

Gambar 1. Struktur kulit ikan (Walker and Liem, 1994)

B. LENDIR

Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal.

Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster.

(23)

xxiii C. SISIK

Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik cycloid dan ctenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik scycloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar.

Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis.

Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal.

Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.

Sisik Placoid

Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak

(24)

xxiv dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.

Type sisik placoid dan pada ikan hiu

Sisik Cosmoid

Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .

(25)

xxv Sisik Ganoid

Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah

cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari

bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus,

Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.

Type sisik ganoid pada family Acipenseridae (sturgeons)

Sisik Cycloid dan Ctenoid

Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.

(26)

xxvi Type sisik ctenoid Type sisik cycloid

D. PEWARNAAN

Sel khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte (leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan.

Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna).

Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah: Carotenoid (kuning, merah dan corak lainnya); chromolipoid (kuning sampai coklat); indigoid (biru, merah dan hijau);

melanin (hitam dan coklat); flavin (fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau

keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga).

Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampaiwarna kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada bagian punggungnya. Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian punggungya berwarna gelap. Misalnya pada kelompok ikan pari dan ikan seblah. Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki warna yang cerah dan cemerlang misalnya ikan-ikan family Chaetodontidae, Achanturidae, Apogonidae dan sebagainya.

(27)

xxvii Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara perlahan maupun cepat merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai lingkungan atau habitat mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan, dan putih di bagian perut. Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengan kondisi lingkungan seperti siang dan malam, musim dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut diatur oleh intraksi saraf dan hormon.

Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya ikan untuk mengaburkan pandangan terhadap tubuh ikan. Bila tubuh permukaan ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan pandangan hewan lain. Pada ikan kupu-kupu (Forcipinger longirostris) yang hidup di daerah karang mampu memcahkan warna tubuhnya menjadi bentuk organ tubuh, warna demikian dipergunakan untuk memecah bentuk atau mengaburkan bentuk asli ikan.

Selain fungsinya sebagai penyamaran dan penyembunyian, pada beberapa ikan bentuk pewarnaanya justru cenderung sebagai pemberitahuan. Sejumlah anggota famili Percidae yang terdapat di air tawar dan sejumlah famili yang ditemukan di laut memiliki corak warna yang terang dan cemerlang sebagai pengenalan seksual.

E. ORGAN CAHAYA

Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan, dan penciri ikan beracun. Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah laut dalam (antara 300 – 1000 m ) dengan warna biru atau biru kehijau-hijauan yang biasa dikenal dengan bioluminescens . Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup di perairan dangkal memiliki organ cahaya seperti, ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus) dan ikan leweri air (Anomalops katopron). Cahaya yang dikeluarkan berkedap-kedip secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar masuk suatu kantong pigmen hitam di bawah mata.

Terdapat dua kelompok ikan berdasarkan sumber cahaya yang dikeluarkannya yaitu, kelompok ikan yang cahaya dikeluarkan oleh sel pada kulit ikan itu sendiri (photophore = potocyt) misalnya pada golongan elasmobranchii (Etmopterus,

(28)

xxviii

Benthobatis dan Spinax) dan pada golongan ikan teleostei (Batrachoididae dan

Stomiatidae). Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan cahaya dari bakteri yang bersimbiose dengannya, misalnya pada ikan-ikan family Monocentridae, Gadidae, Leognathidae, Serranidae dan Macroridae. Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya terdapat di dalam kantung kelenjar epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan bakteri tersebut diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan lensa terdapata banyak pigmen yang berfungsi sebagai pemantul. Pemancaran cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh kontraksi pigmen yang berfungsi sebagai iris mata.

Pada ikan-ikan yang hidup di laut dalam, pengeluaran cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan. Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha membimbing betina untuk mencari tempat yang baik untuk memijah. Cahaya yang dikeluarkan memiliki kekuatan panjang gelombang 400-600 mµ yang dapat menerangi sejauh 10 meter. Anglerfishes (Linophyrin brevibarbis) yang terdapat di laut dalam mempunyai tentakel yang bercahaya. Diduga pada tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu digosokkan di atas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa oleh tentakel untuk menarik perhatian mangsanya.

E. KELENJAR BERACUN

Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelejar integumennya mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerang dan mencari makanan.

Pada ikan lepu (Synanceia verrucosa dan Pterois volitans) memiliki alat beracun pada daerah jari-jari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan lepu ini tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan pada daerah terdapat vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh yang mirip dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat. Beberapa jenis dari ikan memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya jenis Synanceia horrida.

(29)

xxix Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya sejumlah alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu “spongi”, lembut meluas sepanjang celah panjang yang berfungsi sebagai jaringan tempat dihasilkannya racun. Ikan baronang (Siganus) memiliki kelenjar beracun yang terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut da 7 jari-jari keras sirip dubur.

Ikan-ikan yang system integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae, Myliobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga dikenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari system integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.

Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. Ilmu ini mempelajari tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan dengan aspek- aspeknya.

Ichthyotoxisme meliputi Ichthyosarcotoxisme yang mempelajari berbagai macam

keracunan akibat makan ikan beracun dan Ichthyoacanthotoxisme yang mempelajari sengatan ikan berbisa.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem Integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik. Sistem integumen pada ikan, maka memiliki fungsinya bermacam-macam

(30)

xxx pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

G. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

H. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York

I. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

J. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

K. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

L. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB

(31)

xxxi

MODUL III

JUDUL : SISTEM URAT DAGING

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari-hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga kepada peredaran darah, kegiatan utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan otot tersebut. Secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.

Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.

B. Ruang Lingkup Isi - Urat Daging Licin - Urat Daging Jantung - Urat Daging Bergaris - Organ Listrik

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke tiga yang membahas tentang sistem urat daging (sistem otot) dan hubungannya dengan pergerakan kan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem integumen pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 4. Menjelaskan fungsi sistem otot

(32)

xxxii BAB II. PEMBAHASAN

A. OTOT POLOS (Urat Daging Licin)

Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot lainnya. Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari mesoderm dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak. Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama.

Otot polos antara lain terdapat pada:

1. Otot polos yang terdapat pada dinding saluran pencernaan, baik yang melingkar maupun yang memanjang. Otot ini digunakan untuk menggerakkan makanan (gerakan peristaltik); yang lainnya ditemukan pada saluran kelenjar pencernaan, kantung urine, trakhea dan bronkhi dari paru-paru.

2. Otot polos yang terdapat pada saluran peredaran darah, yaitu urat daging melingkar berguna untuk mengatur tekanan darah.

3. Otot polos yang terdapat pada mata yang digunakan dalam mengatur akomodasi dengan menggerakkan lensa mata dan mengatur intensitas cahaya.

4. Otot polos yang terdapat pada saluran ekskresi dan reproduksi digunakan dalam menggerakkan produk yang ada di dalamnya.

B. OTOT JANTUNG (Urat Daging Jantung)

Jaringan otot jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya. Pada otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama lainnya. Otot jantung berkonttraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak.

Secara embriologi, otot jantung merupakan tipe istimewa dari otot polos, dimana sel-selnya menjadi bersatu seperti syncytium.

Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan otot bergaris yang berkisar antara warna putih hingga warna merah jambu bergantung pada jenis ikannya. Otot ini disebut

(33)

xxxiii pula sebagai myocardium. Myocardium ini dilapisi oleh selaput pericardium (selaput luar) dan endocaardium (selaput dalam).

C. OTOT BERGARIS (Urat Daging Bergaris)

Disebut otot bergaris karena serabutnya memperlihatkan garis-garis melintang dengan banyak inti tersebar pada bagian-bagian pinggirnya. Otot ini disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan disebut voluntary karena kerjanya dipengaruhi oleh rangsangan otak.

Bila dilihat secara keseluruhan, otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari kumpalan blok otot atau urat daging. Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome (pada saat embryo disebut myomer). Pada urat daging yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dari belakang kepala sampai ke batang ekor myotome tersusun menurut pola tertentu yang biasa dibedakan menjadi dua tipe yaitu, Cyclostomine yang ditemukan pada kelompok agnatha dan Piscine yang ditemukan pada kelompok ikan Elasmobranchii dan Teleostei (Gambar1). Kumpulan otot ini, biasanya diberi nama sesuai dengan pergerakannya atau organ tempat otot itu melekat, seperti otot penegak sirip punggung, otot penarik sirip dada.

Pola kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan.

Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut hypaksial (Gbr. 1). Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal skeletogeneus septum (gambar 2). Di bagian permukaan selaput ini terdapat urat daging

yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis yang banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena warnanya yang merah kehitaman. Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial dari setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di satu pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang.

(34)

xxxiv Gambar 1. Potongan melintang tubuh ikan

(35)

xxxv Pada umumnya kerja otot memiliki fungsi ganda, ada yang berfungsi sebagai

synergis yang bekerja saling menyokong dengan yang lainnya, ada pula yang berfungsi

sebagai antagonis yang bekerja berlawanan, yaitu satu berkontraksi dan yang lainnya mengendur.

Bagian-bagian besar otot bergaris pada tubuh ikan ada empat, yaitu: 1. Otot ocolomotor, yang terdapat pada mata dengan jumlah tiga pasang

2. Otot hypobranchial, terdapat pada dasar pharynx, rahang, hyoid dan lengkung insang (berfungsi sebagai pengembang).

3. Otot branchiomeric yang terdapat pada muka, rahang dan lengkung insang (berfungsi sebagai pengkerut). Otot yang bekerja terhadap rawan insang pada hiu ialah kelompok otot branchial yang terdiri dari otot-otot konstriktor, levator dan interakualia. 4. Otot appendicular yang berfungsi untuk menggerakkan sirip.

Pada daerah sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada), otot-ototnya melanjutkan diri ke dinding tubuh, terjadi pelekatan ikatan otot hypaksial dari beberapa myomer yang berurutan ke gelang anggota dan menyebar pada sirip, membentuk dua macam kelompok otot yaitu Abductor (untuk menegakkan) dan Adductor (untuk mengembangkan), dengan beberapa tambahan seperti lembaran otot tipis yang di antara jari-jari sirip (untuk melipat) dan otot yang menegang dan menggerakkan girdle.

Dalam beberapa hal, sirip berpasangan selain berfungsi untuk pergerakan, juga sebagai alat untuk menyalurkan sperma dari ikan jantan kepada betina pada golongan ikan Elasmobranchii, sehingga urat daging di sini pun berfungsi sebagai pendorong sperma keluar.

Otot sirip-sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip tersebut. Otot-otot permukaan pada sirip punggung dan sirip dubur disusun sebagai pasangan Otot-otot protractor (penegang) dan retractor (pengendur). Urat daging inclinator lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang . Sirip ekor mempunyai gumpalan otot lateral yang dihubungkan oleh otot pada bagian dasarnya. Otot ekor berfungsi menggerakkan (dorsal flexor dan ventral flexor) dan mengembangciutkan seperti kipas (flexor, interfilamental di antara jari-jari sirip)

(36)

xxxvi Pada kepala ikan, otot berhubungan terutama dengan rahang dan tulang lengkung insang. Otot ini mempunyai dua komponen, yaitu komponen urat daging permukaan (superficialis) dan komponen otot di bagian dalam.

D. ORGAN LISTRIK

Pada beberapa Elasmobranchii dan Teleostei, otot-otot tertentu sudah jauh berubah atau merupakan modifikasi dari sel-sel otot yang dapat menghasilkan, menyimpan, dan mengeluarkan muatan listrik. Jumlah ikan yang diketahui mempunyai organ listrik kira-kira 500 spesies yang tergolong dalam tujuh family Chonrichtheys dan Osteichthyes. Organ listrik ini dapat ditemukan pada ekor (ikan pari listrik), di bawah kulit (Teleostei), pada sirip, di belakang mata (star-gazer), atau pada sebagian besar permukaan tubuh (belut listrik). Pada umumnya organ listrik ini berasal dari otot yang memiliki ragam penampilan, lokasi, struktur, dan juga fa’alnya.

Ikan yang hidup pada daerah beriklim sedang mempunyai voltage yang lebih tinggi dari pada ikan yang hidup pada daerah dingin. Pada umumnya ikan laut mempunyai voltase tinggi dibanding ikan air tawar, kecuali ”electric eel” (Electrophoros) dan ” electric cat fish” (Malapterurus electricus).

Ikan yang memiliki organ listrik bervoltase tinggi, organ listriknya berfungsi sebagai senjata untuk bertahan terhadap serangan predator dan alat untuk mencari makan, contohnya, Electrophorus electricus, Torpedo nobilian, Malapterurus electricus. Sedangkan ikan bervoltase rendah, organ listriknya berfungsi sebagai bagian dari sistem

electrosensory dan dapat bula berfungsi sebagai alat komunikasi antar ikan, contohnya, Mormyrus rume, Gymnotus carapo, Gymnoranchus niloticus, Raja clavata.

Organ-organ tersebut berasal dari kelompok otot branchiomer, sebab diatur oleh saraf kranial ke 7 dan ke 9.

Ikan Raja dan Electrophorus, organ listriknya terletak pada ekor dan berubah dari

kelompok otot hypaksial. Pada Electrophorus electricus (belut laut), organ listriknya mengeluarkan muatan listrik antara 350 - 650 volt. Ikan ini memiliki ukuran tubuh hingga panjang 3 meter, termasuk ikan dengan pergerakan lamban dan hidup pada daerah yang visibiltasnya rendah. Pada ikan Torpedo nobilian yang hidupnya di dasar laut

(37)

xxxvii dengan pergerakannya lamban, mengeluarkan cahaya sampai 220 volt. Malapterurus

electricus, hidup di sungai yang gelap di benua Afrika, panjangnya bisa sampai satu

meter dan dapat mengeluarkan muatan listrik sebesar 350 volt (Bond, 1979).

Komunikasi, orientasi, dan deteksi terhadap mangsa merupakan fungsi yang paling umum dari organ listrik. Pada beberapa spesies, organ listrik dipergunakan juga untuk menyerang lawan atau mempertahankan diri, bahkan ikan-ikan besarpun dapat dilemahkan dengan muatan listrik yang lebih kuat. Ikan-ikan listrik memancarkan muatan yang tetap, dan sangat sensitif terhadap gangguan-gangguan yang dihasilkan oleh obyek di dalam medan listrik dekat tubuhnya.

Unit fungsional organ listrik adalah electroplaks, berupa sel berinti banyak, berbentuk uang logam besar. Umumnya sebelah permukaannya datar melipat-lipat kecil; mitokhondria terkonsentrasi di bawah selaput ini. Permukaan datar yang sebelahnya lagi penuh dengan saraf-saraf yang masuk. Beratus bahkan beribu-ribu electroplaks bertumpuk membentuk batang, dan banyak batang-batang terdapat dalam satu organ. Dalam stadium istirahat, potensial listrik tumbuh antara permukaan dalam (negatif) dan permukaan luar dari setiap electroplaks. Jika organ tersebut dirangsang oleh sarafnya, potensial listrik sejenak berbalik dengan demikian arus listrik melampaui potensial istirahatnya.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem urat dagin atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot

(38)

xxxviii berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.

DAFTAR PUSTAKA

M. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

N. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York

O. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

P. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Q. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

R. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB

(39)

xxxix

MODUL IV

JUDUL : SISTEM RANGKA

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem rangka merupakan suatu system yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi. Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional. Hal ini dimungkinkan karena dapat memberikan sifat ringan dan kelenturan yang diperlukan oleh dinamika pertumbuhan. Sebagian besar rangka osteichtyes pada mulanya dibentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk-bentuk yang khusus melalui proses osifikasi.

B. Ruang Lingkup Isi - Rangka Axial - Rangka visceral - Bentuk Tubuh Ikan

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke empat yang membahas tentang sistem rangka pada ikan serta fungsi derivat-derivatnya. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem urat daging atau sistem otot pada ikan.

(40)

xl Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

6. Menjelaskan lima macam bentuk tubuh ikan 7. Menjelaskan fungsi rangka dan derivat-derivatnya

BAB II. PEMBAHASAN

A. Rangka Axial

Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk. Secara umum perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber, yaitu chondrocranium (neurocranium), dermocranium dan splanchoranium. Chondrocranium adalah pembungkus otak yang pada mulanya berasal dari tulang rawan kemudian akan berganti menjadi tulang sejati. Pada waktu embrio, tengkorak dibentuk dari sepasang rawan parachordal yang sejajar dengan ujung depan notochorda dan sepasang rawan trabeculae yang terletak di bagian anterior rawan parachordal. Setiap rawan parachordal mengadakan perkembangan dan meluas pada tiap-tiap sisinya ke bagian anterior sampai ke kapsul optik membentuk basal plate (Bond, 1979).

Pada elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang rawan yang massif tanpa batas yang nyata seperti biasanya pada terdapat pada vertebrata lainnya. Kapsul optic dan nasal bersatu dengan chondrocranium, akan tetapi kapsul optic tetap bebas sehingga mata degan bebas dapat digerakkan. Saraf dan pembuluh darah yang berhubungan otak melalui lubang-lubang yang terdapat pada dinding chondrocranium.

Pada golongan ikan teleostei yang rendah tingkatannya, masih terdapat rawan pada pada neurocranium tetapi pada golongan ikan yang lebih tinggi tingkatannya tulang tengkorak telah mengalami proses osifikasi dengan baik. Keping-keping tulang yang mengelilingi kapsul sensori berhubungan erat dengan osifikasi neurocranium.

Tiap-tiap organ sensori dikelilingi oleh rangkaian tulang untuk berkembang.

Umumnya tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang parietal terletak di daerah atap tengkorak paling belakang, di depan supaoccipita. Sepasang tulang frontal yang merupakan keping dermal yang luas berkembang tepat di depan tulang parietal. Di depannya terdapat tulang nasal yang bentuknya memanjang dan

(41)

xli terletak di antara dua lubang hidung. Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian anterior sisi tengkorak.

Rahang atas terdiri dari tulang premaxilla, maxilla, jugal dan quadratojugal. Premaxilla dan maxilla pada beberapa ikan buas dilengkapi dengan gigi-gigi tajam. Tulang dermal yang terdapat pada langit-langit mulut ialah prevomer, endopterygoid, ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri dari satu pasang) dan sebuah parasphenoid. Tulang dermal pada rahang bawah ialah dentary yang dilengkapi gigi-gigi, splenial, angular dan articular.

Pada golongan Osteichtheys terdapat tulang dermal yang menjadi penutup insang, yaitu operculum, suboperculum, preoperculum dan interoperculum. Di bawah rahang terdapat branchiostegal dan urohyal yamg merupakan tulang penyokong keeping tutup insang (Gambar 6.1)

Gambar. 1. Diagram tulang pipih dan tulang tengkorak ikan ikan tuna (Gymnosarda unicolor: sumber Collette & Chao 1975)

Tulang punggung pada daerah badan berbeda dengan yang terdapat pada daerah ekor. Tiap-tipa ruas di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusk kiri dan kanan

B

A

(42)

xlii untuk melindungi organ-organ di dalam ronga badan. Pada batang ekor tiap-tiap ruasnya di bagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal. Di bagian atas ruas tulang punggung terdapat cucuk neural (gambar. 2).

Gambar 2. Ruas tulang punggung ikan

B. Rangka Visceral

Rangka visceral terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan mengelilingi pharynx. Struktur ini terdiri dari tujuh tulang

lengkung insang. Duan lengkung insang yang pertama menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi sebagai penyokong insang.

Pada ikan hiu lengkung insang terdiri dari beberapa potong rawan yang digabungkan menjadi jeruji basal. Potongan dorsal (Pharyngobranchial) diikuti oleh epibranchial, ceratobranchial dan hypobranchial dengan basibranchial yang memanjang sepanjang ventral.

C. Morfologi Ikan

Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan dan pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam mempelajari dan mengidentifikasi ikan.

Gambar

Gambar 2.  Urat daging permukaan sirip perut ikan tulang sejati dan tulang rawan
Gambar 2. Ruas tulang punggung ikan
Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan
Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)
+2

Referensi

Dokumen terkait