• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 12 s.d. 18 Agustus Highlight Minggu Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 12 s.d. 18 Agustus Highlight Minggu Ini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

1

DAN

12 s.d. 18 Agustus 2019

I. Pasar Global

Pasar Saham.Wall Street kembali ditutup melemah dibanding penutupan pekan sebelumnya dengan indeks Dow Jones turun 1,53 persen, sementara S&P 500 mencatatkan pelemahan sebesar 1,03 persen. Sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan Wall Street selama sepekan bersumber dari penundaan pengenaan tarif AS atas produk impor Tiongkok, ketakutan akan resesi seiring inversi yield curve obligasi Pemerintah AS, demonstrasi di Hongkong, dan rilis data ekonomi serta laporan keuangan emiten Wall Street pada akhir pekan. Dari perang dagang AS – Tiongkok, pada awal pekan Trump mengumumkan penundaan pengenaan tarif atas produk impor Tiongkok senilai US$300 miliar untuk menghindari dampak negatif terhadap musim liburan natal mendatang. Sejak Trump menjadi Presiden AS, pasar keuangan global menjadi lebih bergejolak dan volatilitas terlihat sangat tinggi. Dalam satu tahun terakhir, indeks S&P 500 telah mencatatkan sebanyak 8 rekor tertinggi baru dan 42 rekor terendah baru, sementara Nasdaq mencatatkan sebanyak 12 rekor tertinggi baru dan 172 rekor terendah baru.

Pada tengah pekan, ketakutan investor akan terjadinya resesi memicu aksi jual besar – besaran di bursa saham Wall Street dan seluruh dunia. Ketakutan investor muncul setelah naiknya yield UST tenor 2 tahun sehingga di atas yield UST tenor 10 tahun untuk pertama kalinya sejak 2007. UST tenor 2 tahun sempat 1,70 bps lebih tinggi dari UST tenor 2 tahun pada Rabu (14/08) pukul 10:45 GMT. Yield curve yang terbalik ini (tenor pendek lebih tinggi dari tenor panjang) sudah lama dipandang sebagai sinyal resesi. Hal ini diperburuk oleh data-data ekonomi Jerman dan Tiongkok yang di bawah ekspektasi.

Inverted yield curve atau yield tenor pendek lebih tinggi dibanding yield tenor panjang terakhir terjadi pada Juni 2007, yaitu sebelum GFC. Setiap resesi AS dalam 50 tahun terakhir selalu didahului oleh yield curve yang terbalik, sehingga hal ini dianggap sebagai leading indicator. False signal hanya terjadi sekali selama periode 50 tahun itu. Di negara lain selain AS, yield curve tidak terlalu akurat memprediksi siklus resesi. Sejumlah analis memperkirakan bahwa inverted yield curve yang terjadi saat ini tidak akan sama dengan inverted yield curve yang terjadi sebelum GFC karena besarnya stimulus

Gambar 1. Pasar Saham Global

Indikator 16 Agt 2019 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 Nilai Tukar/USD ----Euro 0.90 (0.97) (2.57) (3.37) Yen 106.38 (0.65) 4.08 3.02 GBP 0.82 0.97 (4.67) (5.03) Real 4.01 (1.63) (2.53) (3.39) Rubel 66.52 (1.89) 0.46 4.59 Rupiah 14,243.00 (0.35) 2.55 1.02 Rupee 71.16 (0.52) (1.42) (1.98) Yuan 7.04 0.27 (2.29) (2.39) KRW 1,211.50 (0.12) (7.21) (8.57) SGD 1.38 0.04 (0.68) (1.58) Ringgit 4.18 0.14 (1.77) (1.08) Baht 30.90 (0.56) 7.18 5.06 Peso 52.44 (1.06) 1.87 0.27 T2 --- Pasar Modal ---DJIA 25,886.01 (1.53) (0.51) 10.97 S&P500 2,888.68 (1.03) 3.24 15.23 FTSE 100 7,117.15 (1.88) (7.58) 5.78 DAX 11,562.74 (1.12) (12.94) 9.51 KOSPI 1,927.17 (0.55) (23.40) (5.58) Brazil IBrX 867.56 (1.08) (10.79) (0.25) Nikkei 20,418.81 (1.29) (14.07) 2.02 SENSEX 37,350.33 (0.62) 5.93 3.55 JCI 6,286.66 0.07 (2.87) 1.49 Hangseng 25,734.22 (0.79) (19.89) (0.43) Shanghai 2,823.82 1.77 (18.73) 13.23 STI 3,115.03 (1.70) (11.54) 1.51 FTSE KLCI 1,599.22 (0.98) (12.21) (5.40) SET 1,631.40 (1.17) (10.33) 4.32 PSEi 7,795.98 (0.74) (11.62) 4.42

T3 --- Surat Berharga Negara ---

Yield 5 th, (FR 77) 6,72 (1) n/a (117) Yield 10 th, (FR78) 7,38 (10) n/a (58) T4 Komoditas ---Brent Oil 58.64 0.19 (6.98) 6.66 CPO 2,143.00 0.09 (13.06) 6.94 Gold 1,513.52 1.11 14.05 18.01 Coal 66.30 (2.28) (37.89) (35.03) Nickel 16,200.00 4.18 29.91 51.54 T5 Rilis Data

---Core CPI AS Jul : 0,3 Jun : 0,3 Industrial production Tiongkok Jul : 4,8 Jun : 6,3

CPI Inggris Jul : 2,1 Jun : 2,0

GDP Jerman Q2 : -0,1 Q1 : 0,4

Retail sales AS Jul : 0,7 Jun : 0,3 Inggris Jul : 0,2 Jun : 0,9 Building Permit AS Jul : 1,33 juta Jun : 1,23 juta Highlight Minggu Ini

Bursa saham Wall Street ditutup melemah dipicu oleh ketakutan akan resesi seiring inversi yield curve obligasi Pemerintah AS, dan demonstrasi di Hongkong, sedangkan rilis data ekonomi AS menunjukkan data inflasi dan properti diatas ekspektasi pada bulan Juli serta indeks manufaktur meningkat di bulan Agustus.

Indeks dolar AS tercatat naik sebesar 0,67 persen dalam sepekan ke level 98,14 pada Jumat (16/08), sementara yield US Treasury 10 tahun turun sekitar 19 bps ke level 1,55 persen dalam sepekan.

Dari pasar komoditas, harga minyak mentah jenis Brent terpantau menguat tipis 0,19 persen dalam sepekan ditopang oleh sentimen positif dari perkiraan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS, sementara itu harga CPO menguat 0,07 persen seiring dengan ekspektasi peningkatan permintaan CPO dalam waktu dekat terutama dari India.

IHSG menguat sebesar 0,07 persen secara mingguan ke level 6.286,66 dengan investor nonresiden mencatatkan jual bersih dalam sepekan, sementara Rupiah melemah 0,35 persen terhadap dollar AS ke level Rp14.234.

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli 2019 mencatatkan defisit sebesar US$ 63,50 juta sebagai dampak defisit di neraca migas sementara sektor non migas mencatatkan surplus. Namun demikian, neraca perdagangan Indonesia ytd menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan tahun 2018 terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya impor minyak sebagai dampak kebijakan B20 dan optimalisasi kilang minyak domestik.

(2)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

2

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

tidak memberikan penjelasan yang memadai

Gambar 4. Yield curve obligasi Pemerintah AS semakin flat, secara historis menjadi indikasi resesi Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 2 bps

ke level 1,55 pada hari Jumat (16/08)

moneter (quantitative easing) yang telah diberikan oleh bank-bank sentral negara maju selama ini. Selain itu, dinamika supply-demand safe assets saat ini juga berbeda.

Dari rilis data ekonomi AS, inflasi inti AS bulan Juli 2019 tercatat sebesar 0,3 persen mom, lebih baik dari ekspektasi sebesar 0,2 persen. Penjualan eceran inti dan penjualan eceran keseluruhan untuk bulan yang sama masing – masing tumbuh sebesar 1,0 dan 0,7 persen mom, di atas ekspektasi sebesar 0,4 dan 0,3 persen. Di sektor manufaktur, Philadelphia Federal Reserve Manufacturing Index bulan Agustus 2019 menunjukkan peningkatan ke level 16,8, lebih baik dari ekspektasi di level 10,0. Level di atas nol menunjukkan bahwa manufaktur AS dalam kondisi ekspansif. Sementara di sektor Properti, izin bangunan bulan Juli 2019 tercatat sebanyak 1.336 juta, juga di atas ekspektasi 1.270 juta. Dari kawasan Eropa, bursa saham utama di kawasan seperti FTSE 100 Inggris, DAX Jerman, dan CAC Prancis juga ditutup melemah dalam sepekan. Selain perkembangan di AS dan Tiongkok, investor di kawasan sangat mencermati data PDB Jerman Q2 2019 yang menunjukkan kontraksi dan yield curve di kawasan. Yield curve Jerman terlihat sangat datar, level paling datar sejak GFC 2008. Demikian juga di Inggris, yield curve obligasi Inggris inverted untuk pertama kalinya sejak GFC 2008.

Dari rilis data ekonomi di kawasan, PDB Jerman Q2 2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen qoq. Outlook ekonomi Jerman 6 bulan ke depan juga menunjukkan pesimisme sebagaimana diindikasikan oleh German Zentrum für Europäische Wirtschaftsforschung (ZEW) Economic Sentiment Index bulan Agustus 2019 yang berada di level -44,1, lebih buruk dari ekspektasi pada level -27,8. Indeks ini merupakan hasil survei terhadap 350 investor dan analis di Jerman. Level di atas nol menunjukkan optimisme, sementara angka negatif menunjukkan pesimisme. Di Inggris, penjualan eceran bulan Juli 2019 tumbuh 0,2 persen dibanding bulan sebelumnya, berbeda dengan ekspektasi -0,2 persen.

Dari kawasan Asia, indeks saham di kawasan juga ditutup sebagian besar melemah dalam sepekan dengan indeks STI Singapura dan Nikkei Jepang mengalami pelemahan mingguan terdalam di kawasan masing – masing sebesar 1,70 dan 1,53 persen. Sebaliknya, indeks Shanghai Tiongkok dan IHSG mencatatkan penguatan masing – masing sebesar 1,77 dan 0,07 persen. Dari rilis data ekonomi di kawasan, produksi industri Tiongkok bulan Juli 2019 hanya tumbuh sebesar 4,8 persen yoy, jauh di bawah ekspektasi sebesar 6,0 persen yoy dan lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,3 persen yoy. Output industri Tiongkok bulan Juli tersebut merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir, yang hal ini juga merupakan efek dari perang dagang dengan AS. Di India, indeks harga produsen bulan Juli 2019 naik sebesar 1,08 persen yoy, di bawah ekspektasi sebesar 1,93 persen yoy. Di Indonesia, neraca perdagangan bulan Juli 2019 mencatatkan defisit sebesar 63,5 juta US$, lebih baik dibanding ekspektasi defisit sebesar 420 juta US$. Investor di kawasan juga mencermati demonstrasi yang terjadi di Bandara Hongkong selama 2 hari dan secara keseluruhan demonstrasi di Hongkong tercatat telah berlangsung selama 10 minggu. Situasi semakin memanas setelah Tiongkok dilaporkan mengirimkan tentara dan tank ke perbatasan. Hongkong selama ini merupakan jalur utama keluar masuk arus modal asing ke Tiongkok. Tercatat hampir 60 persen investasi yang mengalir dari Tiongkok keluar melalui Hongkong. Di antara 10 IPO terbesar di bursa Hangseng Hongkong sejak 1986, 9 di antaranya merupakan perusahaan Tiongkok. Kapitalisasi perusahaan Tiongkok daratan di Hangseng tercatat mencapai 68 persen dari total kapitalisasi pasar Hangseng.

Pasar Uang. Indeks dollar AS naik ke level 98,142 pada akhir perdagangan pekan lalu (16/08) atau menguat sebesar 0,67 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 97,491 pada akhir pekan sebelumnya (09/08). Penguatan indeks dollar AS tidak lepas dari kenaikan permintaan dollar AS seiring langkah flight to safety inevstor. Pada saat bersamaan, Euro bergerak melemah terhadap dollar AS seiring ekspektasi yang terbentuk di pasar bahwa ECB akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 20 bps pada bulan September dengan probabilitas mencapai 83,3 persen, sementara untuk pemotongan sebesar 10 bps probabilitasnya sebesar 16,7 persen. Selain itu, dollar AS mendapatkan dukungan dari kuatnya data penjualan retail di AS untuk bulan Juli 2019.

Gambar 3. The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps pada FOMC Meetings bulan Juli

(3)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

3

Gambar 6. Harga hard commodities: selain tembaga harga hard commodities menguat secara mingguan Gambar 5. Harga minyak mentah Brent dan minyak

mentah WTI menguat, sementara harga acuan batubara ICE Newcastle melemah secara mingguan Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu

(16/08) ditutup di level 1,55 persen atau turun sekitar 19 bps dibandingkan penutupan pekan. Imbal hasil US Treasury bahkan sempat menyentuh level di bawah 1,5 persen atau level terendahnya dalam tiga tahun. Investor global masih melanjutkan langkah flight to safety antara lain obligasi Pemerintah AS, Yen Jepang, dan emas sebagai bentuk kekhawatiran atas terjadinya resesi baik di perekonomian AS maupun global seiring semakin memanasnya tensi perang dagang AS dan Tiongkok. Pada hari Kamis (15/08) sempat terjadi inversi kurva imbal hasil dimana US Treasury tenor 2 tahun sempat lebih tinggi hingga 1,7 bps di atas tenor 10 tahun dan hal ini dipandang sebagai sinyal resesi. Pada saat yang bersamaan, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengeluarkan pernyataan bahwa Tiongkok akan mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan untuk kebijakan tarif terbaru AS terhadap US$ 300 miliar dolar barang Tiongkok sekaligus menyatakan bahwa pengenaan tarif tersebut melanggar konsensus yang dicapai oleh para pemimpin dua negara pada pertemuan di Osaka pada akhir Juni lalu. Pelaku pasar mengharapkan the Fed siap untuk memotong suku bunga lagi pada bulan September sebagai tindakan pencegahan terhadap perlambatan perekonomian global. Pada Jumat (16/08) imbal hasil US Treasury sedikit naik setelah data penjualan ritel menunjukkan kenaikan yang solid pada bulan Juli yang merupakan tanda optimisme konsumen masih cukup tinggi. Sementara itu, indikator produktivitas AS (tingkat output per jam) juga dilaporkan tumbuh di tingkat yang sehat sebesar 2,3 persen pada Q2 2019 meskipun lebih rendah dari pertumbuhan 3,5 persen pada Q1 2019.

Pasar Komoditas. Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global pekan lalu berbalik menguat tipis sekaligus mengakhiri pelemahan yang terjadi pada dua pekan sebelumnya. Pada penutupan hari Jumat (16/08), harga minyak Brent tercatat di level US$58,64 per barel atau naik 0,19 persen dalam sepekan dari posisi US$58,53 per barel pada Jumat (09/08). Penguatan harga minyak ditopang oleh sentimen positif dari perkiraan penurunan suku bunga oleh bank sentral AS. Dalam rangka mengantisipasi terjadinya resesi, bank sentral AS dan sejumlah bank sentral negara lain diperkirakan akan menurunkan tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat ini. Hal ini memberikan sentimen positif terhadap perkembangan harga minyak dunia. Sentimen positif lainnya datang dari rencana pengurangan produksi minyak oleh Arab Saudi dan negara OPEC. Pada bulan Agustus dan September 2019, Arab Saudi berencana mengurangi ekspor minyak mentahnya ke level kurang dari 7 juta barel per hari. Hal ini juga diikuti oleh Uni Emirat Arab yang akan berkomitmen menjaga supply minyak di level yang rendah. Penurunan tingkat pasokan ini sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh negara-negara anggota OPEC yang berkomitmen untuk mengurangi pasokan hingga 1,2 juta barel per hari hingga bulan Maret 2020. Upaya menurunkan pasokan harga minyak mentah ini dimaksudkan untuk menaikkan harga minyak.

Harga komoditas batubara pekan lalu masih melanjutkan pelemahan yang terjadi pada pekan sebelumnya. Harga batubara ICE Newcastle kontrak acuan paling aktif tercatat melemah 2,28 persen secara mingguan ke level US$66,30 per metriks ton pada hari Jumat (16/08). Faktor melambatnya ekonomi global masih menjadi kontributor melemahnya harga komoditas energi seperti batubara. Dari AS, sinyal klasik resesi telah muncul pekan lalu yang ditandai oleh terbaliknya imbal hasil obligasi tenor 10 tahun yang lebih rendah dibanding dengan tenor 2 tahun. Sama halnya dengan AS, kondisi ekonomi di Tiongkok juga melambat akibat adanya perang dagang dengan AS. Pada bulan Juli 2019, produksi industri Tiongkok hanya tumbuh sebesar 4,8 persen. Hal ini di bawah proyeksi sejumlah analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 5,8 persen sekaligus menjadi pertumbuhan terburuk yang tercatat sejak tahun 2002. Perlambatan pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok memberi sentimen negatif terhadap harga komoditas energi seperti batubara. Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, permintaan sumber energi seperti batubara juga akan melambat yang berdampak pada turunnya harga komoditas tersebut.

Selain dari faktor turunnya permintaan, faktor lain yang mempengaruhi turunnya harga batubara adalah pasokan yang berlebih. Indonesia sebagai negara yang memasok 40% batubara dunia memperkirakan terjadinya over supply pada tahun 2019. Dari total 1 miliar ton batubara yang diperdagangkan di pasar global, sebanyak 420 juta ton berasal dari Indonesia.

Gambar 7. Harga soft commodities: selain CPO, semua harga soft commodities melemah secara mingguan

(4)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

4

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu menguat sebesar 0,07 persen sekaligus mencatatkan penguatan mingguan dalam lima pekan berturut-turut. Harga CPO pekan lalu ditutup naik ke level 2.143 Ringgit/ton pada Jumat (16/08) dari penutupan pekan sebelumnya di level 2.141 Ringgit/ton. Penguatan harga CPO terutama dipengaruhi oleh harapan peningkatan permintaan CPO dalam waktu dekat. Berdasarkan pantauan tiga surveyor kargo, volume ekspor minyak sawit dari Malaysia pada periode 1-15 Agustus naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. AmSpec Agri Malaysia mengatakan ekspor naik 16,6 persen yoy. Intertek Testing Services (ITS) mencatat kenaikan ekspor sebesar 11,2 persen yoy. Sementara Societe Generale de Surveillance (SGS) mengatakan bahwa ekspor meningkat 14,3 persen yoy. Data-data tersebut nantinya akan dikonfirmasi oleh data resmi pemerintah Malaysia, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), yang akan mengumumkan data ekspor bulan Agustus pada 10 September. Peningkatan ekspor minyak sawit erat kaitannya dengan perayaan Diwali di India yang akan berlangsung pada bulan Oktober.

Dari dalam negeri, kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar biodiesel 30 persen campuran atau B30 pada bauran bahan bakar diesel menjadi sentimen positif terhadap peningkatan harga kelapa sawit. Presiden RI, Joko Widodo, menyebutkan langkah tersebut diambil untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor bahan bakar minyak. Bahkan jika kebijakan ini dilakukan secara konsisten maka akan ada penghematan anggaran yang cukup besar yakni sekitar US$5,5 miliar per tahun.

II. Pasar Keuangan Domestik

 Pekan lalu, IHSG tercatat menguat 0,07 persen secara mingguan ke level 6.286,66 dengan investor nonresiden mencatatkan jual bersih dalam sepekan, imbal hasil SBN seri benchmark bergerak naik kecuali tenor 20 tahun dengan posisi kepemilikan investor nonresiden mengalami kenaikan, sementara nilai tukar Rupiah melemah 0,35 persen ke level Rp14.234 per US$.

IHSG tercatat menguat tipis 0,07 persen secara mingguan ke level 6.286,66 dan diperdagangkan di kisaran 6.161,70 – 6.309,10 pekan lalu. Investor nonresiden mencatatkan jual bersih di seluruh hari perdagangan dengan total sebesar Rp2,64 triliun sepanjang pekan lalu dan tercatat jual bersih sebesar Rp6,25 triliun mtd dan tercatat beli bersih sebesar Rp62,29 triliun secara ytd. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun ke ke level Rp8,08 triliun dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp8,63 triliun.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat (16/09) bergerak naik dibandingkan posisi Jumat (09/08) dengan kenaikan antara 3 hingga 8 bps, kecuali tenor 20 tahun yang turun 2 bps. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 16 Agustus 2019, kepemilikan investor nonresiden turun Rp0,69 triliun (0,07 persen) dibandingkan posisi Jumat (09/08) dari Rp1.005,64 triliun (38,70 persen) ke Rp1.004,95 triliun (38,45 persen). Kepemilikan nonresiden naik Rp111,70 triliun (12,50 persen) secara year to date (ytd) dan turun Rp8,09 triliun (0,80 persen) secara month to date (mtd)

Nilai tukar Rupiah melemah sebesar 0,35 persen secara mingguan. Secara

mtd Rupiah terdepresiasi sebesar 1,55 persen, namun menguat sebesar 1,03 persen secara ytd, berada di level Rp14.243 per US$ pada akhir perdagangan hari Jumat (16/08). Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif menurun selama sepekan, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp42 sampai Rp145 per US$, lebih rendah dibanding spread Rp28 sampai Rp320 per US$ pada pekan sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 14.205 – 14.333 per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.174 per US$.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, Inflasi AS naik dari 1,6 persen yoy pada bulan Juni menjadi 1,8 persen yoy pada bulan Juli 2019. Sementara itu, inflasi inti atau inflasi yang tidak termasuk harga bahan makanan dan energi, tercatat sebesar 2,2 persen yoy atau merupakan kenaikan terbesar dalam enam bulan dan di atas target Federal Reserve AS sebesar 2 persen. Ekonom melihat bahwa pasar tenaga kerja yang ketat dan tarif yang dikenakan oleh administrasi Trump pada banyak barang impor mulai mendorong inflasi lebih tinggi. Data inflasi saat ini dirasa Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah relatif lebih rendah

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah terapresiasi, IHSG menguat, yield SBN seri benchmark naik

Gambar 10. Selain Malaysia dan Tiongkok, mata uang Asia yang diamati mengalami apresiasi terhadap Dollar

(5)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

5

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 12. Bank Sentral Meksiko yang menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 8 persen

Gambar 13. Penjualan ritel di Inggris meningkat persen pada bulan Juli 2019

tidak akan mengubah ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga tambahan dari the Fed bulan depan karena bank sentral tengah bergulat dengan perang perdagangan AS-Tiongkok.

Departemen Perdagangan AS juga melaporkan penjualan ritel naik 0,7 persen mom pada Juli, jauh diatas konsesus analis untuk kenaikan 0,3 persen yang diperkirakan oleh analis didorong oleh pertumbuhan penjualan secara

online, toko elektronik, restoran dan BBM. Di sisi lain, jumlah warga AS yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diperkirakan, tetapi tren menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap dalam kondisi yang kuat. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara naik 9.000 menjadi 220.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Agustus 2019.

Dari kawasan Eropa, data penjualan ritel Inggris di bulan Juli meningkat, sedangkan Tiongkok melambat. Data yang dirilis Kamis (15/8) menunjukkan bahwa penjualan ritel di Inggris meningkat sebesar 0,2 persen pada bulan Juli 2019. Membaiknya data penjualan ritel ini berbanding terbalik dengan perkiraan beberapa analis yang memprediksi penjualan ritel bulan Juli akan turun sebesar 0,2 persen.

Ekonomi Jerman untuk Q2-2019 turun 0,1% persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penurunan GDP Jerman sebesar 0,1% pada triwulan II 2019 ini sesuai prediksi para analis. Melemahnya perekonomian Jerman sebagai akibat dari perang dagang AS-Tiongkok. Perekonomian Jerman sangat tergantung dari ekspor barang ke AS dan Tiongkok. Salah satu sumber utama pelemahan ekonomi Jerman berasal dari menurunnya penjualan mobil. Ekspor mobil perusahaan Jerman terus menurun dalam 13 bulan terakhir secara berturut-turut, khususnya ke Tiongkok.

Dari kawasan Asia Pasifik, Ekonomi Singapura untuk Q2-2019 tumbuh hanya 0,1 persen atau sama dengan kuartal sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan perkiraan cepat Ministry of Trade and Industry (MIT) bulan lalu. Namun, sedikit di bawah pertumbuhan 0,2 persen yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat yang dilakukan. Selain itu, Pemerintah Singapura juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini karena ekonomi hampir stagnan di kuartal kedua di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan sektor manufaktur. Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) saat ini memperkirakan pertumbuhan setahun penuh Singapura di antara 0 hingga 1 persen. Angka ini lebih kecil dari perkiraan yang sebelumnya dibuat yaitu kisaran 1,5 hingga 2,5 persen. IV. Perekonomian Domestik

Neraca perdagangan Indonesia bulan Juli 2019 dilaporkan mengalami defisit sebesar US$63,5 juta. Defisit neraca perdagangan bulan Juli terutama dipengaruhi oleh meningkatnya impor non migas sehingga neraca migas menunjukkan kondisi defisit US$142,4 juta. Meskipun demikian, kondisi neraca perdagangan pada bulan juli 2019 masih lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018 yang tercatat defisit sebesar US$2,03 miliar. Sepanjang 2019, neraca perdagangan masih mengalami defisit sebesar US$1,9 miliar. Ekspor Indonesia meningkat 31,02 persen pada bulan Juli 2019. Secara bulanan, ekspor Indonesia meningkat sebesar 31,02 persen atau mencapai US$15,4 miliar pada bulan juli 2019 . Namun, secara YoY masih mengalami penurunan sebesar 5,1 persen.

Komisi Uni Eropa (UE) akan mengenakan bea masuk anti subsidi (BMAS) sebesar 8 - 18 persen terhadap impor biodiesel asal Indonesia mulai Rabu (14/8) atau Selasa (13/8) waktu setempat. Kebijakan itu bertujuan untuk mengembalikan tingkat kesetaraan di pasar dengan produsen asal UE. Bea impor baru dikenakan sementara waktu, sejalan dengan kelanjutan penyelidikan hingga akhirnya diterapkan langkah-langkah definitif pada pertengahan Desember 2019. Sebelumnya, UE terlebih dulu menerbitkan

Delegated Regulation Supplementing Directive of The UE Renewable Energy Directive (RED) II. Dalam rancangan Delegated Regulation, Komisi UE memutuskan untuk mengklasifikasikan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oils/CPO) sebagai komoditas yang tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi. Akibatnya, konsumsi CPO untuk biofuel atau Bahan Bakar nabati (BBN) akan dibatasi pada kuota saat ini hingga tahun 2023. Selanjutnya, konsumsi CPO untuk biofuel akan dihapuskan secara bertahap hingga menjadi nol persen pada 2030.

Gambar 11. Inflasi AS naik dari 1,6 persen yoy pada bulan Juni menjadi 1,8 persen yoy pada bulan Juli 2019

(6)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

6

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

telah menghentikan impor avtur dan disusul penghentian impor solar sejak Mei 2019 seiring kecukupan pasokan dari produksi domestik.

Catatan penting lainnya dari sisi impor adalah kenaikan impor bahan baku dan barang modal dibandingkan bulan sebelumnya meskipun secara tahunan masih mencatatkan kontraksi. Impor bahan baku tercatat sebesar US$12,27 miliar, tumbuh 29,01 persen dari bulan Juni 2019 dan mencapai 76,16 persen dari total impor Juli. Tingginya impor bahan baku ini memberikan sinyal bahwa aktivitas industri dalam negeri tetap bergerak meskipun tidak sekuat tahun 2018. Di sisi lain, impor barang modal mencapai US$2,78 miliar atau tumbuh 60,73 persen mom

terutama dari impor kompresor, electric engine, dan turbin. Dari sisi ekspor, sepanjang bulan Juli 2019 nilai ekspor mencapai US$15,45 miliar, tumbuh 31 persen secara bulanan namun terkontraksi hingga 5,1 persen secara tahunan. Keseluruhan sektor mengalami kontraksi misalnya ekspor migas yang turun 21,77 persen yoy, ekspor produk pertanian turun 0,16 persen yoy, ekspor industri pengolahan turun 4,28 yoy serta produk tambang dan lainnya yang turun 17,09 persen yoy. Menguatnya kinerja ekspor di bulan Juli terutama didorong oleh telah beroperasi secara normalnya sektor industri dan dunia usaha dibandingkan Juni yang terdapat libur panjang hari raya Idul Fitri.

Secara spesifik, ekspor non migas mengalami pelebaran kontraksi dari 2,2 persen yoy pada bulan Juni menjadi 6,9 persen di bulan Juli. Hal ini terutama dipicu oleh penurunan ekspor produk CPO dan batubara. Permintaan batubara melemah secara global setelah otoritas Tiongkok menempuh langkah pembatasan impor sekaligus meningkatkan produksi domestiknya. Di sisi lain, permintaan CPO menurun sebagai dampak pembatasan impor CPO oleh Uni Eropa.

Sebagai penutup, meskipun mengalami defisit, secara umum neraca perdagangan Indonesia menunjukkan perbaikan dibanding 2018, terutama didorong oleh penurunan impor minyak sebagai dampak implementasi program B20 dan optimalisasi produksi kilang minyak dalam negeri. Impor minyak diharapkan akan terus turun seiring implementasi B30 pada awal tahun depan. Selain itu, ekspor CPO diperkirakan akan menguat seiring kenaikan permintaan dari Tiongkok setelah otoritas Tiongkok menghentikan impor produk pertanian, termasuk kedelai dari Amerika.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho

Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan,

IMF dan World Bank telah

menutup

Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan optimisme prospek ekonomi

ke depan. Para Menteri

Keuangan dunia mengakhiri pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia yang bergerak melambat saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa perlambatan ekonomi akan berlangsung tidak terlalu lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum

booming

baru.

Rally

pasar saham yang kini terjadi cukup mengundang optimisme tentang prospek pertumbuhan untuk berbalik

"menguat." Direktur

Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini:

Neraca Perdagangan Bulan Juli 2019: Defisit US$ 63,5 Juta

Dalam rilis data oleh BPS pada Kamis (15/08), neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Juli 2019 mencatatkan defisit sebesar US$63,5 juta setelah pada bulan Mei dan Juni 2019 mencatatkan surplus masing-masing sebesar US$218,5 juta dan US$ 297,3 juta. Menurut sektor, neraca migas menyumbang defisit sebesar US$142,4 juta sementara sektor non migas mencatatkan surplus US$78,9 juta. Dengan demikian, untuk periode Januari – Juli 2019, defisit neraca perdagangan mencapai US$1,90 miliar atau lebih baik dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar US$3,21 miliar.

Penyempitan defisit neraca perdagangan tersebut terutama disebabkan oleh kontraksi impor yang lebih besar dibandingkan ekspor dimana secara ytd total impor mencapai US$97,68 miliar, atau turun 9 persen dibanding periode Januari-Juli 2018, sementara ekspor mencapai US$95,79 miliar atau terkontraksi 8,02 persen dari US$104,14 pada periode yang sama 2018.

Untuk bulan Juli sendiri, meskipun secara bulanan baik ekspor maupun impor mengalami kenaikan hingga diatas 30 persen, secara tahunan impor mengalami kontraksi hingga 15,2 persen, jauh lebih besar dibanding kontraksi ekspor yang hanya sebesar 5,1 persen. Tingginya kontraksi impor tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan impor minyak dan gas yang turun hingga 34,3 persen secara tahunan dari US$2,66 miliar pada Juli 2018 menjadi US$1,75 miliar pada Juli 2019. Secara year to date hingga Juli 2019, total impor migas mencapai US$12,64 miliar atau US$4,08 miliar lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar US$16,72 miliar.

Apabila dikonfirmasi dengan data volume impor minyak, terlihat penurunan impor minyak mentah dan produk minyak yang signifikan sejak awal tahun 2019. Salah satu kebijakan yang berkontribusi terhadap penurunan ekspor minyak adalah program B20 yang mulai diluncurkan pada September 2018. Berdasarkan data Kemenko Perekonomian, penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Eter) atau turunan CPO untuk B20 pada Januari-Juli 2019 mencapai 3,49 juta kilo liter dan diperkirakan akan mencapai 6,197 kilo liter hingga akhir tahun 2019. Kesuksesan program B20 mengurangi impor minyak akan dilanjutkan dengan implementasi B30 pada awal tahun 2020. Di sisi lain, Pertamina sejak bulan April 2019

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: Ronald Yusuf, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Risyaf Fahreza , Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Soni Rita Br Purba.

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Gambar 14. Perkembangan Volume Impor Minyak

Sumber: BPS

Gambar 15. Perkembangan Neraca Perdagangan Juli 2019

May-19 Jun-19 Jul-19 May-19 Jun-19 Jul-19 May-19 Jun-19 Jul-19

Exports -8.5 -9.1 -5.1 13.1 -20.5 31.0 1,713 -3,033 3,658

Oil and Gas -30.8 -55.6 13.3 53.2 -34.4 115.2 395 -391 860

Non-Oil and Gas -6.0 -2.2 -6.9 10.7 -19.3 25.3 1,318 -2,642 2,799

Imports -17.3 2.0 -15.2 -5.1 -21.3 35.0 -793 -3,111 4,019

Oil and Gas -23.7 -20.0 -34.3 -2.4 -21.5 2.0 -53 -469 35

Non-Oil and Gas -16.1 7.2 -12.0 -5.6 -21.3 40.7 -739 -2,642 3,984

Import Usage Consumer Goods -10.2 2.2 -14.5 6.4 -33.7 42.2 93 -523 434 Raw Materials -18.3 1.8 -17.8 -7.3 -18.6 29.0 -840 -1,995 2,534 Capital Goods -17.1 3.3 -3.5 -1.9 -25.5 60.7 -46 -593 1,050 USDmn m-m % yoy % mom Sumber: BPS

Gambar

Gambar 1. Pasar Saham Global
Gambar 3. The Fed memangkas suku bunga acuannya  sebesar 25 bps pada FOMC Meetings bulan Juli
Gambar 5. Harga minyak mentah Brent dan minyak  mentah WTI menguat, sementara harga acuan  batubara ICE Newcastle melemah secara mingguan
Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah relatif lebih rendah  dibanding pekan sebelumnya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Dalam kegiatan Bimbingan, Modul Bimbel dipakai ketika Soal-soal dari Buku sekolah sudah Dalam kegiatan Bimbingan, Modul Bimbel dipakai ketika Soal-soal dari Buku

Dalam struktur geologi, deformasi yang terjadi akibat gaya tektonik dikelompokkan sebagai struktur sekunder dan dibedakan dari struktur yang terbentuk pada saat atau

Hubungan antara gaya hidup dengan obesitas abdominal pada usia produktif (15–64 tahun) di Kota Surabaya yang menunjukkan signifikansi adalah kebiasaan merokok, aktivitas

Lepasnya Exresiden Aceh dari Propinsi Sumatera Utara, maka Ex wilayah Residen yang tergabung dalam Propinsi Sumatera Utara adalah tinggal dua wilayah Residen yaitu Tapanuli dan

Berdasarkan hasil uji Tukey, nilai kapasitas fagositosis dan indeks fagositosis yang digunakan untuk menentukan efisiensi aktivitas fagositosis oleh senyawa

Peranan in(or#asi #utlak adanya, *e*erapa karakteristik (unda#ental in(or#asi adala+ akurasi %ketepatan', relevansi %ke*enaran', dan avala*ilitas %ketersediaan')  :a#un,

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 22 Semarang sudah dilaksanakan tetapi kurang efektif karena masih seperti diskusi biasa dan kurang memperhatikan karakteristik