• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI BALAI NIKAH PASCA BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI BALAI NIKAH PASCA BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN

NEGARA BUKAN PAJAK (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ratu Agung

Kota Bengkulu)

Ali Warman

Fungsional Penghulu pada Kementerian Agama Kota Bengkulu email: ali.warman@gmail.com

Abstract: This study discusses the implementation of the determination of Integrated Marriage of The formulation of this re- search are: Firstly, how is the society’s response to the enactment of Government Regulation No. 19 of 2015 on Non-Tax State Revenue in the Ministry of Religious Affairs? Second, what factors cause the community to carry out marriage in the Central Marriage on KUA Kecamatan Ratu Agung?The type of this research is descriptive research with sociological juridical approach. Data collection using interview technique, observation, documentation. This study concludes that: Firstly, the public welcomes a positive response to the enactment of Government Regulation No. 19 of 2015. The regulation is considered as the government’s new breakthrough to discipline the marriage cost so as to minimize illegal levies. In addition, people with limited economic abil- ity who want to get married is greatly helped by the existence of this provision. If previously the cost of marriage is felt by them is quite high, with this provision they can perform the marriage for free with the condition must be implemented in the Office of Religious Affairs and at work hours. Of course this gets a positive response from the community, because it is very helpful espe- cially for the middle to lower society. Secondly, the factors that cause the community to carry out marriage in the marriage hall at the Office of Religious Affairs of Ratu Agung District are economic factors and work permits. In general, informants stated that getting married in the Office of Religious Affairs without cost so as to ease the financial burden. In addition, the informant was married in the Office of Religious Affairs of Ratu Agung Sub-district due to the reason of the work permit which was not long. Keywords: Marriage, Office of Religious Affairs, Government Regulation 19 Year 2015

Abstrak: Rumusan penelitian ini adalah : 1) Bagaimana respon masyarakat terhadap berlakunya PP Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Agama ? 2) Faktor apa yang menyebabkan masyarakat melaksanakan pernikahan di Balai Nikah pada KUA Kecamatan Ratu Agung ? Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa : Pertama, masyarakat memberikan respon positif atas diberlakukannya PP Nomor 19 Tahun 2015. Peraturan ini dianggap sebagai terobosan baru pemerintah untuk menertibkan biaya nikah sehingga dapat meminimalisir pun- gutan liar. Selain itu masyarakat yang berkemampuan ekonomi terbatas yang hendak menikah sangat terbantu dengan adanya ketentuan ini. Jika sebelumnya biaya nikah dirasa oleh mereka cukup tinggi, dengan ketentuan ini mereka bisa melaksanakan pernikahan secara gratis dengan syarat harus dilaksanakan di Kantor Urusan Agama dan pada jam kerja. Tentu saja hal ini mendapat respon positif dari masyarakat, karena sangat membantu terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Kedua, faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Melaksanakan Pernikahan di Balai Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Ratu Agung adalah faktor ekonomi dan izin pekerjaan. Pada umumnya informan menyatakan bahwa menikah di Kantor Urusan Agama tanpa biaya sehingga dapat meringankan beban keuangan. Selain itu, informan menikah di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ratu Agung karena alasan izin pekerjaan yang tidak panjang.

Kata Kunci : Pernikahan, Kantor Urusan Agama, Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2015

Pendahuluan

Pernikahan dalam Islam merupakan suatu ibadah. Hal ini dikarenakan pernikahan merupakan ibadah, maka harus disempurnakan menurut ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Sedan- gkan legalitas formal perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ten- tang Perkawinan (selanjutnya disingkat dengan UU Perkawinan) dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Ta- hun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No- mor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia pencatatan perkaw- inan bagi orang muslim dilakukan oleh Kantor Urusan Agama. KUA merupakan lembaga di Kementerian Agama tingkat kecamatan yang memberikan

pelayan-an lpelayan-angsung kepada masyarakat muslim. Dalam hal pencatatan perkawinan dilakukan oleh pegawai pen- catat nikah (penghulu). 3

Biaya pencatatan nikah dan rujuk atau biasa dising- kat NR, secara formal diatur dalam Peraturan Pemer- intah Nomor 51 Tahun 2000 dan ditegaskan kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 dengan besaran Rp. 30.000,00 per peristiwa. Akan tetapi tanggal 27 Juni 2014. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 dan pada tanggal 10 Juli 2014 mulai diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 dan diubah kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015. Peraturan pemer- intah ini lahir untuk menggantikan Peraturan

(2)

tah Nomor 47 tahun 2004 agar tidak terjadi pungutan liar atau gratifikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 ini berisi penetapan biaya pencatatan nikah di KUA pada jam dan hari kerja Rp. 0,00 (nol rupiah) dan apabila dilaksanakan di luar KUA dike- nakan biaya Rp. 600.000,00. Pengecualian terhadap warga negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/ atau korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar KUA Kecamatan dapat dikenakan tarif Rp. 0,00 (nol rupiah).

Pernikahan yang dilaksanakan di Balai Nikah Kan- tor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ratu Agung pada tahun 2017 cukup banyak yaitu berjumlah 70 peristi- wa dari jika dibandingkan dengan KUA lain yang ada di Kota Bengkulu. PP Nomor 19 tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku di Kementerian Agama mengatur bah- wa pelaksanaan nikah dan rujuk yang dilaksanakan di Kantor dikenakan biaya 0 rupiah. Masalahnya adalah meskipun biaya nikah dan rujuk 0 rupiah tetapi KUA Ratu Agung memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat seperti memper- siapkan Balai Nikah agar menjadi ruang representatif untuk pelaksanaan peristiwa sakral tersebut. Kesiapan lain adalah fasilitas ruangan pernikahan seperti pen- erangan, kebersihan dan kenyamanan harus diperha- tikan agar tidak mengganggu proses pernik ahan. Per- tanyaannya adalah apakah KUA Ratu Agung sudah memiliki kesiapan dalam melaksanakan PP Nomor 19 tahun 2015 terkait dengan pelayanan maksimal ke- pada masyarakat yang menikah di Balai Nikah ?

Permasalahan yang ditemui adalah masyarakat menganggap bahwa :

1. Aturan tentang pembayaran biaya nikah di bank itu akan mempersulit proses pernikahan.

2. Ada anggapan sebagian masyarakat bahwa me- nikah di KUA itu adalah

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik un- tuk meneliti sejauhmana kesiapan KUA Kecamatan Ratu Samban dalam melaksanakan PP Nomor 19 tahun 2015 tentang Penerimaan Negara Bukan Pa- jak, berkaitan dengan peristiwa nikah di KUA dengan judul : Pelaksanaan Pernikahan di Balai Nikah Pasca Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2015 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Studi Pada KUA Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu). Rumusan Masalah

1. Bagaimana respon masyarakat terhadap berlaku- nya PP Nomor 19 Tahun 2015 Tentang Peneri- maan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kemen- terian Agama ?

2. Faktor apa yang menyebabkan masyarakat melak- sanakan pernikahan di Balai Nikah pada KUA Ke- camatan Ratu Agung ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan : 1. Respon masyarakat terhadap berlakunya PP No-

mor 19 Tahun 2015 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Agama 2. Faktor yang menyebabkan masyarakat melaksana-

kan pernikahan di Balai Nikah pada KUA Kecama- tan Ratu Agung.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Arikunto penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan fenomena yang sedang terjadi di lapangan. Ciri-ciri penelitian jenis ini diungkapkan oleh Danim yaitu : 1) Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa

yang bersifat faktual.

2) Dilakukan dengan survey, dalam arti penelitian ini mencakup seluruh metode kecuali yang bersifat historis dan ekperimental.

3) Mencari informasi faktual yang dilakukan secara mendetail.

4) Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendap- atkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

5) Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang besa- maan.

Landasan Teori

Dalam konteks penciptaan manusia, Allah Swt menciptakan makhlukNya secara berpasang-pasan- gan berdasarkan sunnatullah. Dalam kaitan ini, Khairuddin Nasution memandang perkawinan itu menjadikan seseorang mempunyai pasangan.27 Fir- man Allah dalam surat al-Dzariat ayat 49 yang arti- nya ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang- pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”. Penciptaan manusia pada mulanya berjenis laki-laki saja. Namun, sebagai makhluk sosial, ia tidak mam- pu berdiri sendiri menjalankan kehidupannya serta mengembangkan keturunan tanpa keberadaan orang lain sebagai partnernya. Lalu Allah ciptakan baginya makhluk perempuan dari jenis yang sama sebagai pasangannya.

Dipandang dari sisi amalan ibadah, perkawinan adalah suatu amalan sunnah yang disyari’atkan oleh Alquran dan Rasulullah SAW dengan kokoh, sejalan dengan watak seksual dan sesuai dengan saluran yang halal dan bersih untuk memperoleh keturunan yang dapat memelihara kehormatan diri, kegembi- raan hati dan ketenangan bathin.28 Setiap peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang, sebenarnya pada titik akhirnya adalah kepentingan masyarakat. Untuk itu, aspirasi dan

(3)

ke-pentingan masyarakat harus diakomodasikan dalam setiap peraturan perundang-undangan. Tetapi, ka- dang-kadang ada kepentingan yang berbeda antara masyarakat dan pihak yang berwenang. Kepentingan yang berbeda inilah yang kadang-kadang menyebab- kan suatu peraturan kurang memperhatikan kepentin- gan rakyat, tetapi lebih mengutamakan kepentingan pihak yang berwenang (pemerintah).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bah- wa perundang-undangan mempunyai kemungkinan tidak memihak kepada rakyat secara keseluruhan. Faktor yang dapat menyebabkan suatu peraturan tidak mengakomodasikan kepentingan masyarakat, antara lain29:

1) Adanya pihak tertentu, misalnya pemerintah, pen- gusaha, atau pihak lain yang berkepentingan kuat terhadap peraturan tertentu

2) Kurangnya kepedulian dan kemampuan pihak pe- nyusun peraturan dalam mengakomodasikan ke- pentingan masyarakat.

3) Tertinggalnya materi atau isi dari suatu peraturan dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat. 4) Kurangnya informasi masyarakat terhadap suatu

peraturan perundang-undangan.

Sikap yang harus dikembangkan adalah sikap kritis. Sikap kritis, artinya mencermati secara utuh teradap peratutan perundang-undangan. Sikap kritis dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sebagai berikut :

1) Menyampaikan usul ketika proses penyusunan sedang berlangsung sehingga aspirasi dan kepent- ingan masyarakat dapat segera diakomodasikan. Usul dapat dilakukan secara tertulis (dapat lang- sung atau melalui media massa) dan lisan (unjuk rasa, audiensi, dan dengan pendapat)

2) Turut mengawasi jika peraturan itu sudah berjalan secara efektif.

3) Mengajukan pengujian secara materiil jika ada peraturan yang sudah terlanjur ditetapkan. Uji ma- teriil peraturan yang berupa UU diajukan kepada Mahkamah Konstitusi (MK), sedangkan peraturan di bawah UU kepada Mahkamah Agung (MA). Jika betul-betul teruji bahwa peraturan perundan- gan yang digugat tidak sesuai dengan kepentingan rakyat maka MK atau MA akan memutuskan untuk mencabut peraturan tersebut.

Selain sikap kritis terhadap aturan yang kurang mengakomodasikan kepentingan rakyat, setiap warga negara harus mempunyai sikap patuh terhadap semua peraturan yang berlaku. Berbagai ketidakpatuhan warga masyarakat terhadap aturan hukum menjadi- kan aturan hukum tidak efektif. Sebaik apa pun suatu peraturan perundang-undangan akan menjadi sia-sia

jika tidak dipatuhi oleh setiap warga negara. Oleh karena itu, setiap warga negara harus patuh terhadap semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku sangat bermanfaat untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang tertib dan aman. Ketertiban dan keamanan ada- lah modal yang akan memperlancar segala upaya pembangunan ke arah Indonesia baru yang lebih adil, sejahtera, dan demokratis.

Masyarakat menyambut baik PP Nomor 19 Ta- hun 2015 karena dianggap sebagai solusi atas tidak menentunya biaya pernikahan sebelum PP Nomor 19 tahun 2015 diberlakukan. Dengan ketentuan masyarakat bisa melaksanakan pernikahan secara gratis dengan syarat harus dilaksanakan di KUA dan pada jam kerja. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketentuan pada Peraturan Pemerintah ini mendapat sambutan positif dari masyarakat, karena sangat membantu terutama bagi masyarakat menen- gah ke bawah. Masyarakat berkemampuan ekonomi terbatas yang hendak menikah sangat terbantu den- gan adanya ketentuan ini. PP 19 tahun 2015 da- pat membantu masyarakat untuk lepas dari masalah biaya jika ingin menikah. Meskipun akad nikahnya dilaksanakan di kantor, tetapi masyarakat tetap bisa mengadakan resepsi pernikahan di tempat lain jika memiliki kemampuan untuk itu.

Pelaksanaan PP Nomor 19 Tahun 2015 masih memiliki kelemahan jika biaya nikah ditetapkan se- bagaimana diatur dalam PP Nomor 19 Tahun 2015. Untuk mengatasi kelemahan dalam penyelenggaraan- nya maka perlu dilakukan sosialisasi secara rutin ke- pada masyarakat tentang biaya nikah yang menjadi salah satu sumber peneriman negara yang berlaku di lingkungan Kementerian Agama, salah satu fokusnya adalah besaran biaya, tata cara pembayarannya, arah dan tujuan biaya nikah yang disetorkan ke negara melalui bank yang ditunjuk sebagai penerima biaya itu.

Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa saat ini masyarakat melakukan pernikahan di KUA bukan karena faktor yang buruk tetapi disebabkan oleh permasalahan ekonomi dan faktor pekerjaan bagi mempelai untuk melaksanakan akad nikah. Se- bagian besar yang menikah di KUA Kecamatan Ratu Agung adalah masyarakat yang berasal dari golon- gan ekonomi menengah ke bawah. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, ketentuan biaya nol rupiah atau gratis merupakan peraturan yang sangat membantu. Seiring dengan pemberlakuan PP Nomor 19 tahun 2015 itu, trend negatif terhadap menikah di KUA semakin berkurang dan sebaliknya disambut baik sehingga sudah menjadi hal yang biasa.

Menikah di KUA juga dilakukan karena alasan pekerjaan yang dimiliki oleh pasangan calon

(4)

pengan-tin. Ada beberapa orang yang menikah di KUA Keca- matan Ratu Agung bekerja di luar Provinsi dan harus segera berangkat setelah menikah. Mereka memi- lih untuk menikah di KUA Kecamatan Ratu Agung pada jam kerja dan menunda pelaksanaan resepsi pernikahan di waktu yang akan datang. Masyarakat memilih menikah di KUA Ratu Agung karena tanpa biaya dan sehingga dapat membantu meringankan beban keluarga untuk mengadakan resepsi pernika- han. Melaksanakan pernikahan di KUA Ratu Agung karena tanpa biaya dan izin kerja calon pengantin me- nyebabkan pernikahan segera dilaksanakan secepat- nya. Satu-satunya alternatif adalah menikah di balai nikah KUA karena jika dilaksanakan di rumah maka persiapannya akan memakan waktu yang panjang.

Faktor yang menyebabkan masyarakat melang- sungkan pernikahan di KUA Kecamatan Ratu Agung adalah faktor ekonomi dan izin pekerjaan. Pada um- umnya informan menyatakan bahwa menikah di KUA tanpa biaya sehingga dapat meringankan beban keuangan. Selain itu, informan menikah di KUA Keca- matan Ratu Agung karena alasan izin pekerjaan yang tidak panjang.

Terbitnya regulasi baru biaya nikah ini pada be- berapa tahun kedepan akan berdampak pada pe- rubahan perilaku masyarakat Saat ini belum begitu signifikan jumlah pernikahan di Kantor KUA karena budaya masyarakat masih menghendaki nikah di ru- mah dengan memanggil penghulu datang ke rumah, tetapi seiring dengan semakin baiknya infrastruktur dan pengetahuan masyarakat agar masyarakat akan lebih memilih menikah di KUA dengan biaya gratis daripada harus mengundang penghulu nikah diru- mah dengan biaya lebih mahal, dan hal tersebut akan membudaya bukan pada level menengah kebawah akan tetapi pada level masyarakat menengah ke atas sekalipun.

Pelaksanaan peraturan ini harus pula ditunjang dengan anggaran kantor yang memadai karena ka- lau masih mengandalkan penerimaan PNBP dari masyarakat sebagaimana yang saat ini dilaksanakan maka dengan perubahan budaya menikah di KUA dan tidak adanya perubahan operasional KUA yang memadai maka KUA menyebabkan jerih payah KUA selama ini tidak akan berhasil. Karena itu maka pen- ganggaran yang memadai untuk operasional keber- langsungan Kantor Urusan Agama penting dilaku- kan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1) Masyarakat memberikan respon positif atas diber- lakukannya PP Nomor 19 Tahun 2015. Peraturan

dianggap sebagai terobosan baru pemerintah untuk menertibkan biaya nikah sehingga dapat meminimalisir pungutan liar. Selain itu masyarakat yang berkemampuan ekonomi terbatas yang hen- dak menikah sangat terbantu dengan adanya ke- tentuan ini. Jika sebelumnya biaya nikah dirasa oleh mereka cukup tinggi, dengan ketentuan ini mereka bisa melaksanakan pernikahan secara gratis dengan syarat harus dilaksanakan di KUA dan pada jam kerja. Tentu saja hal ini mendapat respon positif dari masyarakat, karena sangat membantu terutama bagi masyarakat menengah ke bawah.

2) Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Melak- sanakan Pernikahan di Balai Nikah pada KUA Kecamatan Ratu Agung adalah faktor ekonomi dan izin pekerjaan. Pada umumnya informan menyatakan bahwa menikah di KUA tanpa biaya sehingga dapat meringankan beban keuangan. Selain itu, informan menikah di KUA Kecamatan Ratu Agung karena alasan izin pekerjaan yang tidak panjang.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rieneka Cipta, 1999

Azzam, Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Munakat, Ja- karta : Amzah, 2009

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edt. Jakarta : Rajagrafindo, 2001,

Bogdan and Biklen, tt. Qualitative Research for Edu- cation, 2th Edition, Boston : Allyn and Boccon Inc

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Band- ung : Pustaka Setia, 2000,

Depag RI, AlQuran dan Terjemahannya, Jakarta : Dirurais dan Binsyar, 2008

Depag RI, TuntunanKeluarga Sakinah, Jakarta : Ditjen Urais dan Binsyar, 2007

Depag RI, Pedoman Penghulu, Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pe- nyelenggaraan Haji, 2005

Depag RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2008

Hadi,Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : Andi, 2000

Kelana, Mulya, Pendidikan dan Penasehatan Pengan- tin, Jakarta : Binangkit, 2000

Lexy, Molleong J, Penelitian Kualittaif, Bandung : Remajarosdakarya, 1999

Noeng Moehadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Jakar- ta : Rajagrafindo, 2000

Nuruddin, Amiur dan Azhar Akmal Tarigan, 2004, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :

(5)

Ke-cana

Thalib, Sayuthi, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Ja- karta : UI Press, 1989

Saebani, Beni Ahmad, Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-undang, Bandung : Pustaka Setia, 2007

Suhendi, Hendi, Pengantar Sosiologi Keluarga, Band- ung : Pustaka Setia, 2009

Wirahadikusumah, Hilman, Hukum Perkawinan di In- donesia, Bandung : Mandar Maju, 2007

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rieneka Cipta, 1999

Azzam, Abdul Aziz Muhammad, Fiqh Munakat, Ja- karta : Amzah, 2009

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edt. Jakarta : Rajagrafindo, 2001,

Bogdan and Biklen, tt. Qualitative Research for Edu- cation, 2th Edition, Boston : Allyn and Boccon Inc

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Band- ung : Pustaka Setia, 2000,

Depag RI, AlQuran dan Terjemahannya, Jakarta : Dirurais dan Binsyar, 2008

Depag RI, TuntunanKeluarga Sakinah, Jakarta : Ditjen Urais dan Binsyar, 2007

Depag RI, Pedoman Penghulu, Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pe- nyelenggaraan Haji, 2005

Depag RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2008

Hadi,Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta : Andi, 2000

Kelana, Mulya, Pendidikan dan Penasehatan Pengan- tin, Jakarta : Binangkit, 2000

Lexy, Molleong J, Penelitian Kualittaif, Bandung : Remajarosdakarya, 1999

Noeng Moehadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Jakar- ta : Rajagrafindo, 2000

Nuruddin, Amiur dan Azhar Akmal Tarigan, 2004, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Ke- cana

Thalib, Sayuthi, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Ja- karta : UI Press, 1989

Saebani, Beni Ahmad, Perkawinan dalam Hukum Islam dan Undang-undang, Bandung : Pustaka Setia, 2007

Suhendi, Hendi, Pengantar Sosiologi Keluarga, Band- ung : Pustaka Setia, 2009

Wirahadikusumah, Hilman, Hukum Perkawinan di In- donesia, Bandung : Mandar Maju, 2007

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta :

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran yang dilaksanakan dalam tiga siklus melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan media konkret berupa bangun prisma tegak segiempat dan prisma tegak

Berdasarkan judul penelitian yang ada, maka rumusan masalah yang muncul adalah “Apakah penggunaan Electronic-book bermultimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa SBI pada

Hasil dari studi ini mengungkapkan bahwa Communicative Language Teaching (CLT) efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa.. Keefektifan CLT ini dapat dilihat

Hara Shintaro (2000) mendapati bahawa dalam kalangan masyarakat Melayu di WSST, golongan pelajarnya dan orang dewasanya bekerja di syarikat atau badan kerajaan merupakan

Ekspor Vanila Indonesia ke Prancis meningkat pesat dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014) dari nilai expor sebesar 3.000 $ menjadi 455.000 $, peningkatan

Sebuah surat keputusan baik yang dikeluarkan oleh Lembaga Eksekutif maupun Lembaga Legislatif selalu terdiri dari: Nomor Urut Surat (Keputusan), Kode Keputusan, Kode Jenjang dan

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku

Pada bagian Analisis Masalah akan diuraikan proses pengolahan data dengan menggunakan 2 metode yakni metode VAR dan regresi berganda untuk memperoleh signifikansi