• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal adalah buruk dan area adalah udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. (Abednego, 2003) 2.2 Epidemiologi Malaria

Epidemiologi Malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran Malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam masyarakat. Dalam epidemiologi ada 3 faktor yang diselidiki : host (manusia sebagai host intermediate dan nyamuk sebagai host definitif), agent (penyebab penyakit malaria, Plasmodium) dan Environment (lingkungan). Penyebaran malaria terjadi bila ketiga faktor tersebut saling mendukung.

Beberapa cara mengendalikan penyebaran penyakit Malaria diantaranya mencegah kontaminasi dari lingkungan misalnya dengan menggunakan obat antimalaria.

(2)

1. Agent (parasit malaria)

Agent atau penyebab penyakit Malaria adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab Malaria adalah protozoa dari genus Plasmodium.

2. Host (Pejamu)

a. Manusia (host intermediate)

Penyakit Malaria dapat menginfeksi setiap manusia, ada beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi manusia sebagai penjamu penyakit Malaria antara lain: usia/umur, jenis kelamin, suku/ras, sosial ekonomi, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan, status gizi, dan tingkat imunitas. Kekebalan pada penyakit Malaria dapat didefinisikan sebagai adanya kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya.

b. Nyamuk (host definitif)

Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya.

3. Environment (lingkungan)

Lingkungan adalah lingkungan manusia dan nyamuk berada. Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Kondisi

(3)

lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk.

Lingkungan yang mendukung kehidupan dan perkembangbiakkan nyamuk dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yaitu :

a. Lingkungan fisik 1) Suhu Udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu, makin panjang masa ekstrinsiknya.

2) Hujan

Hujan yang berselang dengan panas berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk (Depkes, 2003) Air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan, populasi nyamuk malaria bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya. (Prabowo. 2004 ).

3) Kelembaban

Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60 % merupakan batas paling rendah yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria (Harijanto, 2000).

(4)

4) Matahari

Sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.

b. Lingkungan biologis

Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat-tempat peristirahatan nyamuk yang baik. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambus, nila, mujair mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah (Depkes, 2003).

c. Lingkungan sosial budaya

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesadaran masyarakat memberantas Malaria. Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan lain. Kebiasan untuk berada diluar rumah sampai larut malam dimana vektor lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Faktor yang cukup penting adalah pandangan masyarakat terhadap penyakit Malaria, apabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat.

(5)

2.3 Penyebab Penyakit Malaria 1. Plasmodium Vivax

Meyebabkan Malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 hari atau setiap hari ketika pada waktu siang dan sore. Masa inkubas P. Vivax, antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembekakan limpah atau splenomegali.

2. Plasmodium falciparum

Menyebabkan Malaria tropika atau disebut juga demam rimbah, (Jungle fever), merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Dalam siklus hidupnya Plasmodium peneyebab malaria mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual plasmodium yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual plasmodium yang membentuk sporozoit didalam nyamuk disebut sporogoni.

3. Plasmodium Ovale

Menyebabkan Malaria ovale, jenis malaria ini paling jarang ditemukan. Masa inkubasinya malaria tropika ini sekitar 12 hingga 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. 4. Plasmodium Malaria

Merupakan penyebab Malaria quartana dengan gejala demam setiap 72 jam.Malaria jenis ini umumnya terdapat daerah gunung, dataran

(6)

rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Gejala klinis Malaria biasanya terdiri dari 3 stadium yang berurutan yaitu stadium dingin, stadium demam, dan stadium berkeringat. a. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam ( hot stage)

Stadium ini penderita merasa kepanasan.Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala, mual serta muntah seringkali terjadi.Nadi menjadi kuat lagi.Biasanya penderita menjadi sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41 0 C atau lebih.Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)

Stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai-sampai tempat tidurnya basah, kemudian suhu badan menurun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah normal.Penderita dapat tidur dengan nyenyak, badan terasa lemah setelah bangun.Stadium ini berlangsung 2-4 jam (Soegijanto, 2004).

(7)

2.4 Cara Penularan

Vektor Malaria (Anopheles) menurut tempat perkembang biakan/tempat perindukan (breeding pleace) nya dapat dikelompokan dalam 3 tipe, yaitu terdiri dari :

1. Di persawahan, yaitu : Anaconitus, An Barbirostris, An Karwari, An Sinesis,.

2. Diperbukitan dan hutan yaitu : An Balabacesis, An Bancrofti, An punculatus, An Umbrosus.

3. Di pantai atau aliran sungai yaitu : Anflasvirostris, An koliensis, An ludlowi.

Kebanyakan nyamuk malaria hidup di daerah tropic dan subtropik, kadang dapat juga hidup di iklim sedang. Ini terkait dengan kemampuan hidupnya yang dipengaruhi linungan seperti suhu sekitar, ketinggian dari permukaan laut, kelembaban, siar matahari dan curah hujan.menurut kebiasaan makan dan istrihatnya, nyamuk anopheles dapat dikelompokan menjadi beberapa tipe yaitu : a. Endofill : suka tinggal di dalam rumah

b. Eksofill : suka tiggal di luar rumah

c. Endofagi : mencari makanan (menghisap darah) di dalam rumah d. Eksofagi : mencari makanan (menghisap darah) di luar rumah e. Antroprofill: suka mengigit manusia

f. Zoofill : suka mengigit binatang

Bionomik nyamuk perlu diketahui, karena berpengaruh terhadap status nyamuk tersebut dalam peranannya sebagai vektor malaria pada suatu daerah.

(8)

Beberapa aspek bionomik nyamuk sebagai vektor malaria adalah: (1) kepadatan cukup tinggi, (2) umur nyamuk (longevity), (3) kerentanan spesies nyamuk terhadap infeksi malaria dan kemampuan menularkan penyakit malaria, (4) perilaku mencari sumber darah, (5) perilaku istirahat dan (6) perilaku mencari mangsa menurut tempat dan penyebaran.

Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium

hidup dialam bebas : 1. Nyamuk dewasa:

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan nyamuk jantan kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa factor

2. Telur nyamuk.

Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya.

a. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu ataubergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.

(9)

b. Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.

c. Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada pemlukaan benda yang merupakan tempat air pada batas pemlukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan-tumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur ini memakan waktu 1 -2 hari. antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.

d. Jentik nyamuk

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulubulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.

e. Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -2 hari.

2.5 Pencegahan Penyakit Malaria

Usaha pembasmi penyakit Malaria Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk Malaria

(10)

yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo (2004) adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan malaria yaitu :

1. Mencegah gigitan nyamuk Malaria

Bagi masyarakat yang tinggal didaerah endemis dianjurkan untuk memakai baju dan celana panjang saat keluar rumah pada malam hari, menggunakan kelambu, dan menggunakan obat anti nyamuk saat tidur.

2. Memberantas jentik dan nyamuk Malaria dewasa

Untuk memberantas jentik dan nyamuk Malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan beberapa upaya yaitu :

a. Penyemprotan rumah

Untuk daerah endemis Malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval 6 bulan.

b. Larvacidin

Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Malaria.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk Malaria

Tempat perindukan nyamuk Malaria tergantung jenis spesies nyamuk, yaitu kawasan pantai, rawa-rawa empang, sawah, tambak ikan atau hidup di air bersih, dan pegunungan. Masyarakat endemis Malaria harus menjaga kebersihan lingkungan, seperti memberikan tambak ikan yang kurang terpelihara, menutup parit-parit bekas galian yang berisi air payau,

(11)

disepanjang pantai, mengupayakan aliran irigasi persawahan berjalan lancar, dan lain-lain.

4. Pemberian obat anti nyamuk

Obat anti nyamuk adalah untuk mencegah (profilaksi) terjadinya infeksi dan timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.

2.6 Program Pemberantasan Penyakit Malaria

Kegiatan program pemberantas penyakit Malaria sesuai pelaksanaan pemberantasan penyakit Malaria dalam Depkes (2003) yaitu :

1. Penemuan Penderita

a. PCD (Passive Case Detection)

Penemu penderita pasif dilakukan oleh semua puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lainnya.Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah Malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita klinis, tujuannya untuk menemukan penderita secara dini untuk diberikan pengobatan klinis, memantau fluktasi menentukan musim penularan dan peringatan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB).

b. MS (Malariometik Survei)

1) Malariometrik Survei Dasar (MSD) Dilakukan diwilayah (Dusun) sampel yang terletak di Desa dimana jumlah kasus Malarianya terbanyak dan Desa tersebut mewakili satu wilayah epidemiologi tertentu.

(12)

2) Malariometrik Survei Evaluasi (MSE)

Dilaksanakan dilokasi Desa sampel yang mewakili satu Kabupaten yang terdapat kegiatan pemberantasan vector.

2. Pengobatan Penderita

Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi kesakitan, mencegah kematian, bila mungkin menyembuhkan penderita, dan mengurangi kerugian karena sakit Malaria.

3. Pemberantasan Vektor

Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2003).

2.7 Survei Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria

Seiring dengan perkembangan teknologi maka jenis-jenis test malaria terbaru terus dikembangkan. Yang paling praktis adalah dengan menggunakan alat RDT (Rapid Diagnostic Test) atau Tes Diagnostik Cepat. Caranya pun relatif mudah karena seperti ketika hendak memeriksakan kehamilan. RDT terdiri dari 3 baris indikator yang akan menunjukan hasil pemeriksaan darah anda. Testnya pun hanya menunggu 15 menit dibanding pemeriksaan mikroskop yang sampai 60 menit.(Indra, 2003).

(13)

Adapun caranya dalam pemeriksaan dengan menggunakan RDT yaitu : 1. Di siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam

pengambilan sampel darah.

2. Ujung jari yang akan dimbil darahnya, hendaknya diremas/diurut lebih dahulu untuk mnegumpulkan darah ke ujung jari.

3. Usapkan ujung jaritersebut menggunakan kapas alcohol 70 % dan biarkan kering (jangan ditiup)

4. Tusuk jari tersebut menggunakan bloodlencet steril.

5. Teteskan darah yang keluar lalu tempelkan ujung lup pada lubang penetesan darah selama 5 tetes pada lubang penetesan buffer dan di diamkan selama 15 menit. Jika pada alat tersebut muncul 2 garis berarti positif malaria.

Malaria bisa di tangani secara cepat bila pasien langsung memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan antara lain Puskesmas terdekat. Puskesmas menyediakan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosa jenis Malaria yang di derita. Biasanya sampel darah akan diperiksa dengan memakai mikroskop oleh petugas laboratorium. Seiring dengan perkembangan teknologi maka jenis-jenis test malaria terbaru terus dikembangkan. Yang paling praktis adalah dengan menggunakan alat RDT (Rapid Diagnostic Test) atau Tes Diagnostik Cepat.

RDT merupakan alternatif terhadap diagnosa yang ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, terutama pada tempat yang tidak mempunyai sarana mikroskopis yang berkualitas. Walaupun terdapat berbagai jenis RDT, tetapi prinsip kerjanya sama, yaitu dengan mendeteksi antigen spesifik (protein) yang

(14)

dihasilkan oleh parasit malaria dan berada dalam sirkulasi darah orang yang terinfeksi.

2.8 Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan tersebut maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :

AGENT

(PARASIT MALARIA) HOST

(PENJAMU) ENVIRONMET (LINGKUNGAN) MALARIA MANUSIA NYAMUK Lingkungan Fisik Lingkungan Biologis Lingkungan Sosial PROTOZOA

(15)

2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep dalam penelitian hanya menggunakan satu variabel yaitu bagaimana pengguna dengan memakai Rapid Diagnostic Test (RDT) kejadian malaria di lingkungan tambang emas.

Seperti gambar dibawa ini :

Malaria pada masyarakat penambang emas RDT Mikroskopis flasmodium Metode Diagnostik Suspek Malaria

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan: (1) apakah terdapat pengaruh pengetahuan agama terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dimana dalam penelitian ini yang merupakan data kuantitatif adalah jumlah investasi di Provinsi Bali, data perkembangan PDRB

Jika data dalam penelitian ini tidak berkointegrasi atau nilai residual dari data penelitian yang telah terintegrasi pada derajat yang sama tidak stasioner di tingkat level, maka

Maka dari itu pihak koperasi memiliki sebuah program terbaru untuk menjadi salah satu sarana untuk mengendalikan risiko pembiayaanyaitu dengan menggunakan “Kotak

Setelah dilakukan proses jartest didapatkan bahwa dosis optimum untuk penyisihan COD dengan menggunakan koagulan kitosan keong sawah adalah pada dosis 250 mg/L dengan

Tahap 5 Rapat prodi untuk menentukan dosen calon pembimbing PKL dan menentukan jadwal pengantaran mahasiswa PKL.

Berdasarkan hasil pengamatan dan ana- lisis data yang telah diperoleh, dapat dinyata- kan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia me- lalui penggunaan media kartu magic

Tetapi prinsip tanggung jawab karena kesalahan adalah asas, sedangkan prinsip tanggung jawab karena praduga adalah pengecualian, artinya pengangkut bertanggung jawab