44
KAJIAN IMPLEMENTASI KENDALI PID PADA PROSES
PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN ELEMEN PENDINGIN PELTIER
Hariyadi. Singgih1, Siswoko2, A. Komarudin3
1,2Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang, 3Indonesia 1hariyadi.singgih07@gmail.com, 2siswako@gmail.com, 3akomar@polinema.ac.id
Abstrak
Methods of the processing dairy products other than pasteurization and reducing water content (condensed milk), milk can also be processed into cheese. namely with the cheese maturation method. Maturation is the final process of the cheese making process. Maturation (ripening) is a process that converts fresh curds (raw cheese) into cheese full of flavor. The research of the method of cheese ripening process is used Propotional Derivative Integral (PID) controler to control the parameters of temperature and humidity in the cooling room. embeded through ATMEGA 16 devices as controllers, the sensing process is used by temperature sensors, humidity sensors and peltier devices as coolants for the ripening process. The desired temperature setting is 16-20oC with a% humidity level. After the room temperature is reached 16-20oC with% humidity then the cheese material is inserted into the cooler for the ripening process. The working principle of this system is to stabilize temperature and humidity. Test of the results obtained by the value of the parameter controller Kp = 5.53, Ki = 8, Kd = 2, for the 16-200C
temperature setting and% humidity. Changes in time from room temperature to set-point temperatures are relatively fast with the overshoot percentage of 11.11% and the rise time of 9 minutes.
Keywords: Propotional Integral Derivative, Cheese, Peltier, temperature, humidity.
I. PENDAHULUAN
Keju adalah produk segar atau peram yang dihasilkan dengan pemisahan cairan (whey) dari koagulan setelah penggumpalan susu [1]. Keju dibuat melalui proses koagulasi/pembentukan, pemotongan, pemanasan curd, pembuangan whey, pengepresan dan pematangan [2]
Pematangan merupakan proses akhir dari rangkaian proses pembuatan keju. Pematangan keju dilakukan dengan menyimpan keju selama beberapa waktu dan pada suhu tertentu. Semakin lama pematangan, semakin kuat cita-rasa keju yang terbentuk. Dalam pematangan keju, suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap kecepatan aktivitas proteolitik dan produksi asam. Suhu yang tinggi akan mempercepat proses tersebut, tetapi tidak menguntungkan. Pada suhu yang tinggi, produksi asam lebih cepat, sehingga timbul cita rasa asam yang kuat dan penguapan dipercepat sehingga kehilangan air lebih banyak dan pembusukan lebih cepat terjadi. Pada suhu yang rendah terjadi keseimbangan produksi asam dan aktivitas proteolitik serta penguapan air terhambat [9].
Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada temperatur tertentu hingga keju siap dimakan. Selama ini dalam pematangan keju biasanya produk keju yang diiinginkan sering gagal. Dikarenakan berbagai factor. Seperti, suhu ruang dan kelembaban yang tidak sesuai dengan bakteri yang sudah ada didalam keju. Campur tangan manusia dan tempat yang tidak steril. Hal ini dinilai kurang efektif pada proses pematangan keju. Kualitas sangat berpengaruh pada harga jual. Kualitas yang baik akan memberikan dampak positif bagi para pebisnis keju [5].
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pematangan Keju
Proses pematangan keju adalah proses yang mengubah dadih-dadih (keju mentah) segar menjadi keju yang penuh
dengan cita rasa. Proses pematangan ini disebabkan jamur/bakteri yang membentuk karakteristik keju pada suhu, kelembaban dan waktu tertentu. [5].
Keju Camembert (Keju Lunak)
Keju Camembert merupakan salah satu jenis keju lunak yang berasal dari negeri Perancis yang dibuat dengan bahan baku utama susu segar (Scott, 1981). Proses penggumpalan kasein susu pada keju ini menggunakan rennet. Kultur bakteri yang digunakan untuk memproduksi asam laktat berasal dari bakteri Penicillium candidum. Gambar 1 menunjukan jenis Keju Camembert.
Gambar 1. Keju Camembert [10].
Codex General Standar for Cheese (1999) mengklasifikasikan keju berdasarkan kepada kondisi dan keadaan keju, antara lain kadar air pada bahan tanpa lemak (Moisture on Fat-free Basis (MFFB), yang akan menentukan tekstur, kadar lemak pada bahan kering (Fat in Dry Basis/FDB) sebagai komponen pembentuk tekstur dan cita rasa dan proses pemeraman (ripening) sebagai tahap penyempurnaan pematangannya. Berdasarkan klasifikasi tersebut, keju Camembert merupakan jenis keju lunak dengan kadar air pada bahan kering tanpa lemak (MFFB) rata-rata diatas 57% dan kadar lemak pada bahan kering (FDB) rata-rata 48%. Keju ini dalam proses pematangannya membutuhkan suhu antara 16-200 C dan kelembaban
โฅ
45
memiliki tekstur lembek namun terbentuk, memiliki kulit luar dan tekstur creamy di dalam. Warna keju ini akan menguning apabila keju matang. Warna ini disebabkan oleh bakteri Penicillium candidum. [10].2.2 Road Map Industri Pengolahan Susu
1. Industri pengolahan susu meliputi usaha pembuatan susu bubuk, susu kental manis, susu asam, kepala susu/krim susu termasuk pengawetannya seperti sterilisasi dan pasteurisasi.
2. Industri pengolahan susu pada umumnya menggunakan susu segar sebagai bahan baku. Selain bahan baku susu segar, industri ini juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula, krim, minyak nabati, dan lain-lain agar dapat diproses menjadi produk olahan lainnya. Jenis diversifikasi produk susu meliputi : susu cair (UHT, pasteurisasi), susu bubuk, susu kental manis, keju, mentega, yoghurt, dan es krim. Susu segar dan produk olahannya disajikan dalam bentuk pohon industri dalam Gambar : 2. [1].
Gambar 2. Bentuk Pohon Industri [6].
2.3 Lembaga Riset Industri Susu
Melakukan kegiatan penelitian persusuan, baik dari bahan baku susu segar, proses produksi, diversifikasi produk, dan pengembangan mesin/peralatan. Gambar : 3 menunjukan keterkaitan industri pengolahan susu.
Gambar 3. Kerangka Keterkaitan Industri Pengolahan Susu [6].
2.4 Kesesuaian Pengembangan Fokus Riset Polinema (RIP).
Fokus penelitian di wilayah Ketahanan Pangan bersinergi dengan fokus riset polinema seperti ditunjukan Gambar 4.
Gambar 4. Fokus Riset Polinema 2016 (RIP).
2.5 Metode PID (Proportional Integral Derivative) PID (Proportional integral Derivative) adalah controller untuk 1212menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tersebut. Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan Derivatif. 111Ketiganya dapat dipakai bersamaan maupun sendiri-sendiri tergantung dari respon yang kita inginkan terhadap suatu plant. Aksi kendali proporsional mempunyai111 keunggulan untuk memperkecil kesalahan, dan aksi kendali integral mempunyai keunggulan untuk memperkecil kesalahan, dan aksi kendali differensial memiliki keunggulan meredam kekurangan tanggapan atau kelebihan tanggapan [8] .
Gambar 5. Blok Aksi Kontrol PID [8]
Metode PID Ziegler-Nichols I
Pada metode 111pertama respon motor dari plant didapatkan secara eksperimental dengan masukan unit-step seperti pada Gambar 6. Tipe dari respon tersebut adalah orde satu dengan 111transportation delay. Karakteristik dari respon adalah time delay (L) dan1 time constant (T) yang dapat diketahui dengan1212 menggambar garis singgung pada titik belok dari kurva, seperti yang ditunjukan pada Gambar 6. [8]
46
Cara menentukan garis singgung adalah membuat garis lurus dan menghimpit pada respon yang memiliki nilai linier paling banyak dan harus melalui nilai waktu 1212yang diperlukan oleh respon2323 untuk mencapai 63,2% dari nilai steady state respon. Respon ini didapatkan dari plantyang diberi masukan berupa unit-step.berikut adalah aturan
Ziegler-Nichols I yang ditunjukan pada Tabel 1.[5] Tabel 1. Aturan Ziegler-Nichols I [5]
2.6 Sistem Pendingin Peltier
Elemen Peltier atau Thermo - Electric Cooler (TEC)
merupakan suatu komponen listrik yang dapat menghasilkan temperatur dingin pada satu sisi dan temperatur panas pada pada sisi lainnya bila dialiri arus listrik. Kenaikan atau penurunan temperatur di persambungan bergantung pada arah aliran arus listrik. Aplikasi yang sering digunakan oleh sistem peltier adalah dengan memanfaatkan temperatur bagian dingin yang dihasilkan yaitu sebagai pendingin processor, AC mini, kulkas pada dispenser, pendingin minuman, dan pengatur temperatur akuarium. Sedangkan temperatur bagian panasnya dapat dibuang dengan memasangkan heat sink dan kipas. Besarnya koefisien performansi (COP) peltier adalah perbandingan antara kalor yang dihasilkan peltier dengan energi yang disuplai. Nilai dari COP peltier dapat ditentukan dari persamaan berikut :
โฆโฆโฆ.. (1)
dimana R merupakan hubungan tahanan listrik (ฮฉ.cm2), I merupakan arus listrik (A), k merupakan koefisien termal dari couple (W/cm.K), merupakan koefisien Seebeck (V/K), Th merupakan temperatur sisi panas, Tc adalah temperatur pada sisi dingin dan N adalah jumlah elemen/couple. Gambar 7 menunjukan sebuah piranti peltier.
Gambar : 7. Piranti Peltier (TEC) [11] .
III. METODE PENELITIAN
3.1 Menentukan Spesifikasi Sistem : a. Dimensi box (ruang),
Panjang : 50 cm
Lebar : 30 cm
Tinggi : 35 cm b. Berat Mekanik : ยฑ 5Kg c. Bahan casis : Akrilik d. Sensor suhu : Lm35, DHT11
โข Parameter range yang digunakan : Suhu : 250C -
150C Kelembaban โฅ 50
e. Processor : ATMEGA 16 f. Actuator : Peltier, Pompa DC g. Display : LCD 16 x 2 h. Tegangan Kerja
Sumber :Peltier = 7V, 6A Pompa DC = 3V, 5A Power Supply= 12V,20A Gambar 8. menunjukan dimensi sistem miniatur box penelitian.
Gambar 8. Dimensi Miniatur Ruang Penelitian
3.2 Merancang Sistem Diagram Blok
Pada dasarnya prinsip kerja sistem kontrol suhu dan kelembaban yang menggunakan metode PID ini adalah mengontrol suhu dan kelembaban di dalam box, di jaga temperaturnya agar selalu stedystate sesuai dengan masukan suhu yang diinginkan melalui set point. Sedangkan sistem kontrolnya memanfaatkan metode PID sehingga dapat mengurangi eror steady state. Keypad digunakan untuk memasukan nilai set-point (suhu dan kelembaban) dari nilai Kp, Ki dan Kd yang ingin dicapai yang ditampilkan melalui LCD. Setelah menentukan nilai set-point mikrokontroller ATmega16 akan mengolah data dengan membandingkan pembacaan suhu oleh sensor Lm35 dengan set-point yang telah ditentukan. Perbandingan antara suhu actual dengan suhu pada set-point akan menghasilkan error. Error akan diminimalisir dengan control PID yang ditanamkan pada mikrokontroller ATmega 16. Keluaran PID bekerja mengatur tegangan pada power supply melalui masukan
error dari selisih antara set-point dengan suhu yang terbaca oleh sensor suhu. Keluaran PID adalah sinyal PWM .Untuk mengatur PWM diatur didalam driver peltier melalui mosfet IRF250N. Kelembaban diatur dengan menggunakan relay yang berfungi untuk menghidupkan pompa dc jika kelembaban tidak sesuai dengan set-point. Tombol reset digunakan untuk mereset ATmega16. Apabila semua proses sudah berjalan sesuai set-point, maka keju akan dimasukkan untuk waktu tertentu agar mendapatkan produk keju yang maksimal. Gambar 9. menunjukan sistem blok diagram.
47
Gambar 9. Sistem Blok Diagram
Driver peltier (Gambar 10) menggunakan MOSFET IRF250n. Pada kaki optocoupler PC817 disambungkan dengan mikrokontroller masukan PWM. Optocoupler PC817 terdiri dari infrared (LED) yang dikopel dengan phototransistor . Phototransistor akan aktif apabila terkena cahaya. Saat pada PORT A0 dan A1 berlogika 1 ada tegangan yang melewati R1 Led aktif (di dalam optocoupler) sehingga arus akan mengalir dari Collector ke Emitor. Optocoupler jenis PC817 digunakan pada driver peltier ini sebagai komponen yang berfungsi men-trigger MOSFET IRF250n. Mosfet ini adalah tipe NPN atau MOSFET aktif apabila diberi logika โ1โ (high) maka pada Gate MOSFET IRF250n diberikan pulldown resistor agar logika yang terdapat pada MOSFET tidak mengambang. Dioda tipe 6A05 dipasang parallel pada driver peltier. Anoda diode dipasang searah dengan kutub negative (-) peltier menuju drain MOSFET. Dan Gambar 11 menunjukan driver relay untuk mengaktifkan pompa sprayer kelembaban. [3].
Gambar 10. Rangkaian Driver Peltier [7].
Gambar 11. Rangkaian Diver Relay [7].
3.3 Merancang Diagram Alir Penelitian
Gambar 12 merupakan diagram alir penelitian ditunjukan dalam sebuah flowchart .
IDENTIFIKASI MASALAH STUDI LITERATUR SPESIFIKASA I ALAT PERANCANGA N ELEKTRONIK PERANCANGA N MEKANIK PERANCANGA N SOFTWARE IMPLEMENTAS I ELEKTRONIK IMPLEMENTAS I MEKANIK IMPLEMENTAS I SOFTWARE SISTEM BEKERJA DENGAN BAIK ? Pengambilan Data ANALISA KESIMPULAN START END A A
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
3.4 Perancangan Software
Perancangan Software untuk kendali sistem suhu pada peltier dijelaskan pada flowchart Gambar 13.
Start sistem untuk menghidupkan semua perangkat elektronik. Kemudian LCD menampilkan informasi. Setelah itu memasukan nilai Kp, Ki dan Kd dan menentukan set-point sistem yang akan dikontrol. Kemudian alat akan membaca suhu. Dari pembacaan sensor suhu akan terdapat
error. Error ini akan diminimalisir dengan pengurangan set-point dengan pembacaan suhu. Setelah itu error akan dikontrol oleh PID yang akan menghasilkan output berupa tegangan yang akan masuk kedalam peltier. kemudian sistem akan membaca kelembaban , jika kelembaban sistem <50% maka pompa akan ON selama 1 detik. Tetapi jika pompa >50% pompa akan OFF.
48
Gambar 13. Sistem Software
3.4 Perancangan PID Controller
Sistem control menggunakan metode PID. ditunjukan pada Gambar 14.
Gambar 14. Diagram Blok Kontroler
Input Kontroller PID berupa error yang merupakan selisih anatara Set Point dan suhu actual yang terukur oleh sensor Lm35. PID ini tertanamkan pada controller ATmega16. Keluaran dari PID berupa PWM yang diatur tegangannya kemudian masuk ke driver peltier, driver
peltier tersambung dengan PD0 dan PD01 (Port D 0&1)
pada minimum system) yang kemudian bisa mengalirkan tegangan pada peltier. Pada Port D5 tersambung sensor suhu. Senor suhu yang langsung terukur oleh sensor Lm35 masuk kembali menjadi error antara set point dan suhu actual pengukuran yang dilakukan oleh sensor Lm35. Error inilah yang dikurangi oleh control PID.
Perancangan PID dilakukan untuk menentukan nilai Kp, Ki dan Kd dari plan yang terkontrol dalam hal ini adalah suhu. Perancangan dilakukan dengan memberi masukan berupa unit step pada plan sehingga didapatkan respon. Dari respon tersebut dapat dilihat kurva respon berupa kurva S atau osilasi. Apabila respon berupa kurva S maka diguakan metode Ziegler Nichlos I.
Setelah mendapatkan respon, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk Ziegler Nichlos 1 meggunakan perhitungan seperti yang ditunjukkan Tabel 2.
Tabel 2. Tuning PID Ziegler Nichols 1
L adalah delay time dan T adalah konstanta waktu tunda. Nilai- nilai tersebut kemudian dimasukkan pada rumus dibawah ini untuk mendapatkan nilai Kp, Ki dan Kd :
๐พ
๐= ๐พ
๐๐พ
๐=
๐พ๐๐๐ผ
๐พ
๐= ๐พ
๐๐ฅ ๐
๐ทIV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Respon Sistem Sebelum di Kontrol
Pengujian kontrol PID (Proportional Integral Derivative)
dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon plant
(peltier) jika diberi control Kp, Ki dan Kd. Berdasarkan perhitungan menggunakan metode kurva reaksi Ziegler Nichols I didapatkan nilai Kp=5.53, Ki=8 dan Kd=2. Grafik respon hasil perhitungan metode kurva reaksi Ziegler Nichols I dengan SP=20,18,160C ditunjukan pada Gambar
15. dibawah ini.
Gambar 15. Grafik Respon Hasil Perhitungan Metode Ziegler Nichols I (Kp=5.53 Ki=8 Kd=2) Set Point 180C
Dari grafik respon dengan nilai Kp=5.53, Ki=8 dan Kd=2 yang ditunjukan pada Gambar 14 dapat dianalisa dari respon yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Rise Time (tr)
Rise Time adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai setpoint pada awal starting dari suatu tanggapan respon sistem dengan nilai 10%-90%.
Setpoint 180C = ๐๐ ๐๐๐ X 18 =16.20C =180C - 16.20C = 1.80C =180C + 1.80C = 19.80C X = tr = 13.11 menit
49
Present Overshoot adalah nilai yang menyatakan
perbandingna harga maskimum respon yang melampaui nilai
steady state pada saat repson awal sistem.
๐๐ =
๐๐๐ฅ ๐๐๐๐ โ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ก
๐๐๐ก๐๐๐๐๐ก
๐ฅ 100%
Sehingga,๐๐ =
16โ1818๐ฅ 100%
๐๐ = 11.11% 3. Time Peak (tp)Team Peak adalah waktu pada saat puncak tertinggi pada saat awal strating, yaitu pada saat 160C.
4. Time Settling (ts)
Time Settling adalah waktu yang digunakan pada saat keadaan steady state, yaitu pada saat 40 menit.
Table 3. Karakteristik Respon dengan nilai Kp=5.53, Ki=8 dan kd=2
Performa Respon Kurva Hasil
tr (rise time) 13,11 menit
ts (settling time) 40 menit
tp (peak time) 23.1 menit
Po (percent overshoot) 11.11%
Berdasarkan gambar grafik respon nilai Kp, Ki dan Kd nya didapatkan perhitungan metode Ziegler Nichols I
menunjukan bahwa sistem controller PID, suhu terjaga dengan baik dan sesuai dengan setpoint yang diinginkan . dalam pengujian dengan setpoint 180C masih terdapat
overshoot namun masih ada takaran toleransi dan suhu overshoot dapat kembali turun menuju ke setpoint.
Gambar 16. Grafik Respon Hasil Perhitungan Metode Ziegler Nichols I (Kp=5.53 Ki=8 Kd=2) Set Point 200C
Table 4. Karakteristik Respon dengan nilai Kp=5.53, Ki=8 dan kd=2 Set Point suhu 200C
Performa Respon Kurva Hasil
tr (rise time) 7 menit
ts (settling time) 11.33 menit
tp (peak time) 16.6 menit
Po (percent overshoot) 11.11%
Gambar 17. Grafik Respon Hasil Perhitungan Metode Ziegler Nichols I (Kp=5.53 Ki=8 Kd=2) . Set Point 160C
Table 5. Karakteristik Respon dengan nilai Kp=5.53, Ki=8 dan kd=2 Set Point suhu 160C
Performa Respon Kurva Hasil
tr (rise time) 17,16 menit
ts (settling time) 27.5 menit
tp (peak time) 31.3menit
Po (percent overshoot) 6.25%
Tabel 6. Data Hasil Pengujian Sampel Bahan Uji
No. SUHU PLANT (ยฐC)
SUHU REFERENSI (ยบC)
WAKTU (sec)
HASIL SAMPEL BAHAN UJI 1 2 3 4 5 16 20 19 18 17 17,32 16,40 19,50 19 18 640 910 1170 1457 1710
Hasil perngujian sampel bahan uji Table 6. menunjukan bahwa keju dengan pematangan paling baik adalah pada suhu 180C. Hal itu dapat dilihat dari karakteristik keju yang
sesuai dengan keju lunak. Pada suhu diatas 180C keju
mengalami perubahan pada kulit keju yang berwarna keputihan. Sementara pada suhu di bawah 180C keju
mengalami perubahan pada bentuk keju yang mengeras.
V.
K
ESIMPULAN50
Hasil Kajian dari data penelitian adalah,1. Proses pematangan keju didapatkan suhu terbaik untuk jenis keju lunak pada suhu 180C dalam waktu 1170 detik
(sec). dengan tingkat tekstur kulitnya berwarna lembut kekuningan.
2. Untuk mencapai nilai setpoint suhu 18 ยบC diperoleh parameter kontrol stabil pada : (Kp=5.53, Ki=8, Kd=2) 3. Suhu maksimal yang bisa dicapai oleh sistem adalah
150C dengan waktu 44,5 menit.
4. Implementasi menggunakan kendali PID pada proses pematangan keju menggunakan metode Ziegler-Nicohls
respon suhu yang dihasilkan mampu menstabilkan suhu yang diinginkan dengan mendaptkan nilai parameter Kp=5.53, Ki=8 dan Kd=2.
Saran
Proses pendinginan menggunakan elemen peltier masih memiliki kekurangan, dimana arus yang digunakan terlalu besar sehingga daya yang digunakan juga besar. hal ini menyebabkan inefisiensi energi.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Anonimus, 1998. Dewan Standardisasi Nasional, SNI
Susu Segar (SNI 01- 3141-1998). Dewan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
[2]. Anonimus, 2007. Penuntun Kesehatan Masyarakat Veteriner (susu, daging dan telur). Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
[3]. Aosong (Guangzhou) Electronics Co., โTemperature and Humidity Module. DHT11 Product Manual,โ lembar data DHT11
[4]. Atmel Corporation, โ8-bit AVRยฎ Microcontroller with
4/8/16/32K Bytes In-System Programmable Flash.
ATmega48A, ATmega48PA, ATmega88A, ATmega88PA, ATmega168A, ATmega168PA, ATmega328, ATmega328P,โ lembar data ATmega328P, Agustus 2010 [Revisi I Oktober 2014]
[5]. Desgraha, Gosi. 2015. Pengendalian Suhu dan
Kelembaban Proses Pematangan Keju
Menggunakan Kontroler PID Berbasis PLC
Malang: Universitas Brawijaya.
[6]. Dirjen Industri Argo dan Kimia., 2009. .RoadMap Industri susu. Departemen Perindustrian Jakarta. [7]. Frima Gandi*, Meqorry Yusfi. 2016. Perancangan
Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier
Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Andalas
[8]. Ulfah Mediaty Arief. 2014. Aplikasi Kontrol PID Untuk Kontrol Suhu dan Humidity Pada Sistem Pengering Seledri
[9]. Hartati Chairunnisa. 2013. Aspek Nutrisi dan Karakteristik Organoleptik Keju Semi Keras Gouda pada Berbagai Lama Pemeraman (Nutritional Aspects and Organoleptic Characteristics at Different Time Ripened of Gouda Semi Hard
Cheeses)Fakultas Peternakan Unpad.
[10]. Scott, E.M. 1981. Cheesemaking Practice. Applied Science Publ. Ltd., Londo
[11]. Sundayani, dkk (2015). Rancang Bangun dan Realisasi
Sistem pendingin Berbasis TEC
(THERMOELECTRIC COOLER). Fakultas
Teknik Elektro. Universitas Telkom Bandung.