• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 1 Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 1 Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN

SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

DI SMP NEGERI 1 GROGOL KECAMATAN GROGOL

KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

Diajukan Oleh:

SUSANTI BUDI PRATIWI

A 610090080

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

1 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

DI SMP NEGERI 1 GROGOL KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

Susanti Budi Pratiwi, A 610 090 080, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

ABSTRAK

SMP Negeri 1 Grogol terletak dekat dengan Sungai Samin. Sekolah ini sering terkena banjir apabila badan sungai tidak mampu menampung debit air. Pengetahuan dan keterampilan diperlukan untuk mengurangi dampak bencana. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol serta mengetahui apakah kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir dapat ditingkatkan melalui simulasi bencana di SMP Negeri 1 Grogol. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif, dengan populasi siswa kelas VII sebagai kelompok yang paling rentan tehadap bencana di sekolah. Sampel diambil 90 siswa dari kelas VII (A,B,C). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) Kerentanan sosial kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi kategori sedang, dan kerentanan lingkungan ketegori rendah, 2) Hasil tabulasi data diketahui bahwa kegiatan simulasi mampu meningkatkan kesiapsiagaan siswa kelas VII. Nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir sebelum dilakukan kegiatan simulasi bencana adalah 77,5 (Siap), dengan persentase nilai indeks 80-100% (Sangat Siap) = 57%, 65-79% (Siap) = 36%, 55-64 (Hampir Siap) = 3%, 40-54 (Kurang Siap) = 3%, dan 0-3 (Belum Siap) = 1%. Sedangkan nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilakukan kegiatan simulasi bencana adalah adalah 85 (Siap), dengan persentase nilai indeks 80-100 (Sangat Siap) = 84%, 65-79 (Siap) = 13%, 55-64 (Hampir Siap) = 1%, 40-54 (Kurang Siap) = 1%, dan 0-39 (Belum Siap) = 0%.

Kata kunci : Banjir, Kerentanan, Kesiapsiagaan, Simulasi.

1. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Ancaman banjir terjadi di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Banjir Tahun 2007 berdampak tergenangnya rumah, sekolah, kantor, tempat ibadah, jalan, sawah, serta fasilitas umum lainnya.

(4)

2 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

menampung debit air. Pada kejadian banjir besar pada Bulan Desember Tahun 2007 sekolah terpaksa diliburkan satu hari karena tidak dapat melaksanakan pembelajaran pada kondisi banjir. Kondisi ini merugikan pihak sekolah, tidak hanya mengganggu pelaksanaan pembelajaran saja namun banjir merusak bangunan, perlengkapan, dan dokumen sekolah.

Bagi sekolah di kawasan rawan bencana dengan siswa yang rentan terhadap bencana perlu adanya pendidikan kebencanaan sebagai bekal menghadapi bencana. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk menerapkan pendidikan kebencanaan. Pendidikan kebencanaan dapat di terapkan melalui pelatihan/simulasi bencana. Upaya ini merupakan kegiatan tanggap menghadapi bencana. Siswa kelas VII sebagai peserta didik yang paling rentan terhadap bencana dapat meningkatkan kesiapsiagaannya menghadapi bencana melalui kegiatan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo?

2. Apakah simulasi bencana dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui apakah kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir dapat ditingkatkan melalui simulasi bencana.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada sekolah tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana.

(5)

3 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

2. Tinjauan Pustaka

a. Hakikat Pembelajaran

Hariyanto Suyono (2011) memberikan resep berupa empat pilar belajar (four pillars of education/learning), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan Belajar untuk menjadi manusia yang utuh (learning to be).

b. Pendidikan Kebencanaan

Menurut Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno (2010), Pendidikan kebencanaan merupakan suatu usaha pemahaman konsep-konsep yang berkaitan dengan kebencanaan, dalam rangka mengembangkan pengertian dan kesadaran yang diperlukan untuk mengambil sikap dalam melakukan adaptasi kehidupan di daerah yang rawan bencana.

c. Pengelolaan Bencana 1. Pengertian Bencana

Menurut Erman Mawardi dan Asep Sulaeman (2011), Bencana diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh fenomena alam, ulah manusia atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban jiwa, penderitaan dan atau kesengsaraan manusia kerugian harta benda kerusakan lingkungan hidup dan kerusakan sarana dan prasarana umum.

2. Penyebab Bencana

(6)

4 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

keseimbanganya dangan wujud berupa perubahan yang sangat cepat atau kontras sehingga menimbulkan ancaman kepada manusia.

3. Jenis-jenis Bencana

Joko Cristanto (2011) membagi jenis bencana menjadi 3, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

4. Definisi Banjir

Menurut Erman Mawardi dan Asep Sulaeman (2011) Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase.

5. Penyebab Banjir

Robert J.Kodoatie dan Sugiyanto (2002) mengklasifikasikan penyebab banjir dalam 2 kategori yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan manusia. Banjir yang disebabkan oleh alam seperti curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainasi yang tidak memadai, pengaruh air pasang. Sedangkan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia antara lain perubahan kondisi DPS, kawasan kumuh, sampah, drainasi lahan, bendung dan bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat.

6. Jenis-jenis Banjir

Krishna S. Pribadi, dkk (2008) mengelompokkan jenis banjir menjadi empat yaitu banjir sungai, banjir pantai, banjir bandang, dan banjir kota. SMP Negeri 1 Grogol merupakan sekolah rawan bencana banjir dengan jenis bencana banjir sungai.

7. Kerentanan Bencana

(7)

5 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Dalam buku Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi, Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

8. Simulasi

Menurut IOM (International Organization for Migration) JAWA BARAT dalam buku yang berjudul Panduan Simulasi, Simulasi adalah metode pembelajaran atau pendampingan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Metode ini menggunakan gambaran dari suatu situasi yang nyata tanpa harus mengalaminya. Simulasi memberikan latihan dalam situasi tiruan.

9. Kesiapsiagaan

Kharisma Nugroho, dkk (2009) Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan tingkat efektivitas respon terhadap bencana secara keseluruhan. Kesiapsiagaan masyarakat merupakan bagian dari pengurangan resiko bencana. Muara kesiapsiagaan ini adalah untuk membangun ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana.

3. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

(8)

6 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

langsung, pengaturan stok persediaan, komunikasi bahaya, pelatihan relawan, latihan dan simulasi masyarakat, pendidikan dan kesadaran. B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Grogol yang terletak di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2013.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yaitu sejumlah 321 siswa, dengan pengambilan sampel sebanyak 90 siswa. D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan yang merupakan tindakan pengurangan resiko bencana. Pengurangan dampak negatif dari bencana dapat dengan salah satu aksi dari kesiapsiagaan salah satunya melalui simulasi bencana. Untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi bencana dapat diukur melalui 10 standar kesiapsiagaan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan ingatan yang dilakukan peneliti terhadap suatu kegiatan atau keadaan yang sedang berlangsung dengan cakupan lebih luas bisa dengan berkomunikasi dengan orang ataupun mengamati obyek. Observasi dilakukan dengan mengamati letak sekolah yang dekat dengan sungai sehingga memiliki kerentanan terhadap bencana, keadaan sarana dan prasarana sekolah, bangunan sekolah dan lain sebagainya.

2. Wawancara

(9)

7 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

dilaksanakan wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai bencana yang pernah terjadi dan kesiapan yang telah dilakukan. 3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperkuat penelitian berupa gambar/foto saat penelitian berlangsung di SMP Negeri 1 Grogol.

4. Angket

Menurut Sugiyono (2011) Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini memberikan angket kepada siswa kelas VII dengan tujuan mengetahui dan menilai sejauh mana kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana yang diukur dengan 10 standar kesiapsiapsiagaan.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Tingkat Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan di Kecamatan

Grogol

Kecamatan Grogol berpotensi terhadap dampak bahaya bencana banjir, sehingga perlu diketahui tingkat kerentanan didaerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, pengukuran masing-masing menggunakan parameter. Masing-masing parameter dihitung berdasarkan data yang di dapat dari BPS dengan acuan PERKA BNPB.

(10)
[image:10.595.112.512.149.495.2]

8 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Sosial.

No Desa

Kerentanan Sosial Total Kere ntana n Sosial Klasifi kasi Kerent anan Sosial Kepa datan Pend uduk Rasio Jenis Kela min Rasi o Ke mis kina n Rasi o Ora ng caca t Rasi o kelo mpo k Um ur

1. Pondok 0,80 10,40 1,59 0,02 9,98 22,79 Sedang 2. Parangjoro 0,75 10,30 1,62 0,03 9,98 22,68 Sedang 3. Pandeyan 0,77 10,62 1,73 0,02 9,98 23,12 Sedang 4. Telukan 0,82 10,12 1,52 0,01 9,98 22,45 Sedang 5. Kadokan 0,81 10,63 2,89 0,01 9,98 24,32 Sedang 6. Grogol 0,85 10,23 0,20 0,00 9,98 21,26 Sedang 7. Madegondo 0,86 7,93 1,93 0,01 9,98 20,71 Sedang 8. Langenharjo 0,84 9,86 2,10 0,01 9,98 22,79 Sedang 9. Gedangan 0,82 10,14 1,10 0,02 9,98 22,06 Sedang 10. Kwarasan 0,87 10,67 1,33 0,02 9,98 22,87 Sedang 11. Sanggrahan 0,85 10,73 0,50 0,01 9,98 22,07 Sedang 12. Manang 0,83 9,98 1,25 0,01 9,98 22,05 Sedang 13. Banaran 0,87 9,87 0,92 0,00 9,98 21,64 Sedang 14. Cemani 0,91 9,97 0,87 0,00 9,98 21,73 Sedang Sumber : Olah Data Penulis.

2) Berdasarkan parameter lahan produktif dan PDRB, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang.

Tabel 2. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Ekonomi.

No. Desa

Kerentanan Ekonomi Total Kerentanan Ekonomi Klasifikasi Kerentanan Ekonomi Lahan

Produktif PDRB

1. Pondok 0,36 0,48 0,84 Sedang

2. Parangjoro 0,36 0,48 0,84 Sedang

3. Pandeyan 0,36 0,48 0,84 Sedang

4. Telukan 0,36 0,48 0,84 Sedang

[image:10.595.111.519.628.759.2]
(11)

9 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

6. Grogol 0,36 0,48 0,84 Sedang

7. Madegondo 0,36 0,48 0,84 Sedang

8. Langenharjo 0,36 0,48 0,84 Sedang

9. Gedangan 0,36 0,48 0,84 Sedang

10. Kwarasan 0,36 0,48 0,84 Sedang

11. Sanggrahan 0,36 0,48 0,84 Sedang

12. Manang 0,36 0,48 0,84 Sedang

13. Banaran 0,36 0,48 0,84 Sedang

14. Cemani 0,36 0,48 0,84 Sedang

Sumber : Olah Data Peneliti.

[image:11.595.112.573.421.738.2]

3) Berdasarkan parameter hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, semak belukar, dan rawa, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori rendah.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan.

No Desa

Kerentanan Lingkungan Total Kerentanan Lingkungan Klasifi kasi Kerent anan Lingku ngan Hutan Lindu ng Hutan Alam Hutan Bakau Semak Beluka r Rawa

1. Pondok 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

2. Parangjoro 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

3. Pandeyan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

4. Telukan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

5. Kadokan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

6. Grogol 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

7. Madegondo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 8. Langenharjo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

9. Gedangan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

10. Kwarasan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

11. Sanggrahan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

12. Manang 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

13. Banaran 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

(12)

10 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

b. Simulasi Bencana Banjir

Kegiatan simulasi berupa materi dan latihan praktek menghadapi bencana banjir memberikan manfaat bagi siswa. Hasil tabulasi data kesiapsiagaan siswa kelas VII menghadapi banjir sebelum dan setelah dilakukan simulasi bencana mengalami peningkatan. Sebelum dilaksanakan simulasi bencana rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII adalah 77,5 (siap), dengan persentase nilai indeks 80-100% (Sangat Siap) = 57%, 65-79% (Siap) = 36%, 55-64 (Hampir Siap) = 3%, 40-54 (Kurang Siap) = 3%, dan 0-3 (Belum Siap) = 1%. Rata-rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilaksanakan simulasi adalah 85 (sangat siap), dengan persentase nilai indeks 80-100 (Sangat Siap) = 84%, 65-79 (Siap) = 13%, 55-64 (Hampir Siap) = 1%, 40-54 (Kurang Siap) = 1%, dan 0-39 (Belum Siap) = 0%.

5. Kesimpulan

1. Kerentanan sosial kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi kategori sedang, dan kerentanan lingkungan ketegori rendah.

2. Terdapat perubahan tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilakukan kegiatan simulasi bencana, yaitu 77,5 (siap) menjadi 85 (sangat siap). Maka kegiatan simulasi memiliki peran penting meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi banjir.

6. Saran

1. Pihak sekolah memberikan pelajaran tambahan berkaitan dengan pendidikan kebencanaan.

(13)

11 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi Sebuah “Jejak

Langkah” Pembelajaran. Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran

Yogyakarta dan Oxfam GB Indonesia Untuk Forum Merapi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.

Hidayati, Deny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI.

Kodoatie, J.Robert dan Roestam Sjarief. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif Watampone.

Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode

Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Mawardi, Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.

Nugroho, Kharisma, Hening purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta: UNESCO Office.

Pribadi, Krishna S, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

(14)

12 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno. 2010. Penaksiran Multirisiko

Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA

Universitas Gajah Mada.

Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Vanaspongse, Chitraporn. 2007. Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Bangkok: Save the Children Swedia.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Sosial.
Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara BAP dan 2,4-D terhadap pertumbuhan eksplan bawang putih, mendapatkan konsentrasi 2,4-D yang tepat untuk mendukung

Dengan demikian peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan pembimbing klinik dengan pelaksanaan bimbingan pada mahasiswa praktik klinik keperawatan di RSU

Tujuan dari penelitian ini adalah (1)untuk mengetahui besarnya upah, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan (2)untuk mengetahui

Untuk mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh antara upah, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan pada perusahaan...

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengukuran lingkup gerak abduksi dan rotasi bahu pada semua responden yang datang sebagai pasien dengan diagnosa frozen shoulder

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara genotipe gen GH pada kambing Saanen dengan kualitas susu serta komposisi lemak mentega yang dapat dijadikan

Manggala Jati Klaten adalah terbukti dengan nilai koefisien regresi pengaruh positif gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan sebesar 0.289,

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DALAM MENERAPKAN KONSEP. SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN