STUDI TENTANG KONVERSI TANAMAN
JERUK MENJADI TANAMAN KOPI DI DESA
BARUSJAHE KECAMATAN BARUSJAHE
KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
OLEH:
NATALISA CRYSELLA BARUS 308131072
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Natalisa Crysella Barus, NIM.308131072, Studi Tentang Konversi Tanaman Jeruk
Menjadi Tanaman Kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Jurusan pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi dilihat dari 1.) luas lahan, 2.) modal, 3.) pemeliharaan, 4.) harga.
Penelitian ini dilakukan di Desa Barusjahe pada bulan Juni tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 75 KK sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah komunikasi langsung. teknik analisis yang digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Karunianya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Tentang Konversi Tanaman Jeruk
Menjadi Tanaman Kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo ”.
Penulisan skripsi ini dibuat sebagai suatu kewajiban dalam memenuhi salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, untuk kesempurnaan tulisan ini, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh simpati dalam
penyusunan dan penulisan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan
karena didampingi oleh orang-orang yang telah turut membantu secara akademik dan
dukungan moral sampai dengan skripsi ini selesai. Oleh karena itu saya
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik. M,Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan beserta stafnya.
2. Bapak Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan.
3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidkan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Drs. Kamarlin Pinem M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu dan membimbing Penulis sejak awal penulisan proposal
sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi terutama Ibu Dra. Elfayetti, M.P
dan Ibu Dra. Rosni, M,Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran pada penulisan skripsi ini.
7. Bapak H. Siagian selaku tata usaha Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan.
8. Bapak Muliady Barus selaku Kepala Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe
Kabupaten Karo.
9. Kedua Orangtuaku yang saya cintai dan saya sayangi, Ayahku K. Barus dan
Ibuku R. Br Ginting terimakasih atas perhatian dan Doanya yang tak
henti-hentinya, serta tak pernah lelah dan bosan memberikan nasihat dan motivasi
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Buat Abang dan Adik-adik ku tercinta ( Abang Metro Prantara Barus AMKL,
Adik Melody makedoni Barus dan Memory Michael Barus). Terimakasih buat
dukungan dan Doanya selama ini.
11.Keluarga besar Barus rumah siberas dan Ginting suka yang telah banyak
memberikan motivasi yang luar biasa.
12.Sahabatku Tersayang Murni Simanihuruk, Cici Suarni Bakkara, Eva Suranta
Manjorang, Pretty M. Simanjuntak, Febryani S. Zendrato, Romauli Sipayung,
B_Reguler, A_Reguler, A_Ekstensi dan B_Ekstensi yang telah memberikan
dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.UKKMK-Unimed atas pembentukan karakter yang telah diberikan melalui
pelayanan yang diberikan kepada penulis.
14.Teman-teman PPLT 2011 Khususnya Neny Lestari Sinaga, Nova Martina
Saragih, Lenny Pardosi, Evan Nainggolan, Daniel, Hendrix Tarigan, Ifoando
Pasaribu, Mita, Dani yang memberikan motivasi kepada penulis.
15.Teman-teman kost Jl. Rela No. 115 dan keluarga Amang Boru Tony Sinaga yang
selalu memberikan dukungan semoga rasa persaudaraan tetap erat.
16.Teman-teman satu bimbingan skripsi (Adelina Ginting, Cici Bakkara, Lesvita
Ginting, dan Lady Sembiring ) yang selalu memberi semangat kepada penulis
dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.
Hanya ucapan Terima Kasih dan Doa yang dapat penulis ucapkan. Kiranya
Tuhan melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan Terima Kasih. Semoga skripsi ini besar manfaatnya kepada kita
semua. Amin.
Medan, Juli 2012
Penulis
Natalisa Crysella Barus
DAFTAR ISI
C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...33
D.Teknik Pengumpulan Data ...34
E. Teknik Analisis Data...34
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ...35
A.Kondisi Fisik ...35
B.Kondisi Non – Fisik ...37
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...46
A.Hasil Penelitian ...46
B.Pembahasan ...62
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN...66
B.Saran ...67
DAFTAR TABEL
No. Uraian Hal
1. Program Pemupukan Tanaman Jeruk Yang Sudah Menghasilakan ...23
2. Dosis Pemupukan Tanaman Kopi Per Tahun ...24
3. Bentuk Penggunaan Lahan ...36
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ...38
5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...40
6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...41
7. Sarana dan Prasarana Pendidikan ...43
8. Sarana dan Prasarana Ibadah ...43
9. Sarana dan Prasarana Transportasi ...44
10. Sarana dan Prasarana Kesehatan ...45
11. Penggolongan Usia Responden ...46
12. Pendidikan Responden...47
13. Luas Lahan Pertanian Responden ...48
14. Intensitas Pemupukan Tanaman Jeruk Responden Per tahun ...50
15. Intensitas Pemupukan Tanaman Kopi Responden Per Tahun ...52
16. Modal yang Dibutuhkan Untuk Tanaman Jeruk ...54
17. Modal yang Dibutuhkan Untuk Tanaman Kopi ...55
18. Perbandingan Modal Untuk Tanaman Jeruk dan Tanaman Kopi ...56
19. Harga Penjualan Jeruk Pada Saat Panen Raya ...57
20. Harga Penjualan Jeruk Pada Saat Panen Musiman...57
21. Harga Penjualan Kopi ...58
22. Produksi Tanaman Jeruk Per Tahun ...59
23. Produksi Tanaman Kopi Pertahun ...59
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Skema Kerangka Berpikir...31
2. Luas Lahan Kopi Responden ...49
3. Pengalihan Tanaman Jeruk Menjadi Tanaman Kopi ...61
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal
1. Peta Kabupaten Karo ...70
2. Peta Kecamatan Barusjahe ...71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor
pertanian. Ini disebabkan karena pembangunan industri dan kerajinan tangan masih
tetap memerlukan dukungan dari sektor pertanian serta kondisi penduduk dan tenaga
kerja rakyat Indonesia masih hidup atau bekerja pada sektor pertanian, sehingga
mengakibatkan suatu produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989).
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, selain itu sektor
pertanian merupakan andalan penyumbang devisa Negara termasuk di dalamnya
tanaman jeruk dan tanaman kopi. Dewasa ini perkembangan tanaman jeruk di
Indonesia terutama jeruk rakyat cukup pesat. Hal ini memberi harapan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani jeruk. Peluang untuk perkembangan tanaman
jeruk di Indonesia memang sangat memungkinkan, terutama dilihat dari ekologi yang
mendukung.
Jeruk merupakan salah satu tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Di
Indonesia sendiri, jeruk sudah tumbuh subur sejak ratusan tahun lalu. Bangsa
Belanda yang pertama kali membawa dan mengembangkan tanaman jeruk di
Indonesia. Mereka mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan
Itali sehingga tidak mengherankan apabila sekarang ini banyak ditemui buah jeruk
2
teknologi, manusia mencoba untuk mengembangkan jeruk secara besar-besaran. Hal
ini dilakukan karena buah jeruk banyak disukai masyarakat dan banyak mengandung
vitamin bagi masyarakat serta pemasaran buah jeruk yang cukup baik dan
menguntungkan bagi petani jeruk.
Pada tahun 2004, luas areal tanaman jeruk mencapai 70.000 Ha dengan total
produksi sebesar 1.600.000 ton, sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai
Negara penghasil utama jeruk dunia ke 13 setelah Vietnam. Tanaman jeruk tersebar
di seluruh Indonesia, dengan sentra produksi utama terdapat di provinsi Sumatera
Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Sekitar 70-80 % jenis jeruk yang dikembangkan petani adalah jeruk siam. (Dalam
prospek dan arah pengembangan Agrobisnis.www.Litbang deptan ac.id 2010).
Desa Barusjahe yang beriklim tropis sangat potensial untuk usaha pertanian.
Keadaan tanah yang subur sangat mendukung untuk pertanian jeruk. Kecamatan
Barusjahe merupakan penghasil jeruk terbesar di Kabupaten Karo. Memang,
tanaman jeruk tergolong mudah diusahakan, apalagi daerah yang beriklim tropis,
sehingga petani di Desa Barusjahe mayoritas mengusahai tanaman jeruk. Akan
tetapi, lahan jeruk yang luas tidak di imbangi dengan pengelolaan yang memadai hal
ini diakibatkan karena tingginya biaya untuk tanaman jeruk. Pemeliharaan tanaman
jeruk seperti pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, dan penjarangan buah
jarang dilakukan. Pada tahun 2006 luas lahan jeruk di Desa Barusjahe 350 Ha,
menurun menjadi 150 Ha pada tahun 2012.
Nilai ekonomis tanaman jeruk dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan
3
tahun ke-4, dengan besar yang bervariasi tergantung jenis maupun lokasi. Walaupun
produksi usaha tani jeruk nasional cukup tinggi namun prakteknya dilapangan,
pedagang jeruk terkendala oleh buruknya pemasaran. Apalagi petani memanen
secara bersamaan sehingga harga buah jeruk menjadi jatuh. Itu juga dikarenakan
jeruk merupakan tanaman musiman dan juga pengaruh musim panen buah lain
seperti mangga, rambutan, duku dan lainnya mengakibatkan harga buah jeruk
menjadi tidak stabil.
Besarnya modal pada penanaman jeruk dan tingginya harga pupuk dan
pestisida mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan tanaman jeruk. Sehingga pada
kenyataannya antara modal dan tingginya biaya pemeliharaan tanaman jeruk tidak
seimbang dengan harga buah jeruk yang sangat tidak stabil. Ketidakstabilan harga
jeruk sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Desa Barusjahe.
Ketua Asosiasi Petani Jeruk Kabupaten Karo Saul Surbakti mengatakan, saat
ini kondisi jeruk dari Karo atau yang sering disebut Jeruk Medan semakin menurun
produksinya. Sebab, petani tidak memiliki gairah lagi mengembangkannya dan
bahkan banyak yang telah mengalihfungsikan lahan ke komoditas tanaman lain yang
lebih menguntungkan. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga
yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas
produksi jeruk lokal kini semakin menurun akibat banyaknya serangan hama dan
penyakit. Sekarang produksi tanaman jeruk merosot drastis dari 437.149 ton menjadi
293.460 ton/tahun.
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan ekonomi masyarakat dalam
4
keputusan yang tetap sehingga bisa meningkatkan penggunaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dengan tujuan perubahan status sosial ekonomi kearah
yang lebih baik. Dari hasil wawancara dengan Roni bukit (petani jeruk di Desa
Barusjahe) mengatakan bahwa yang menjadi masalah utama adalah banyaknya hama
menyerang tanaman jeruk sehingga mengakibatkan pembusukan daun, bunga, dan
batang. Diterangkannya, modal untuk satu hektar tanaman jeruk ukuran/jarak tanam
5 x 4 meter (sekitar 450 - 500 batang) membutuhkan penyemprotan hama tiga kali
dalam sebulan dengan biaya sekitar Rp 500.000 , termasuk upah tenaga kerja . Biaya
pemupukan (pupuk kimia), 6 kg/batang Rp 50.000 . Biaya pupuk kandang 2 truck
cold diesel Rp 2,4 juta. Harga jeruk saat ini tidak sebanding dengan modal yang
dikeluarkan petani yakni dari Rp 4.000 – 5.000/Kg. Hal tersebut sangat mempengaruhi pendapatan petani jeruk.
Tanaman kopi adalah salah satu bahan dagang yang mempunyai arti penting
sebagai komoditi eksport yang terus mengalami peningkatan dimana nilai devisanya
menempati urutan ketiga setelah tanaman karet dan kepala sawit. Sejak puluhan
tahun yang lalu kopi sudah diusahakan pemerintah dan masyarakat. Tanaman kopi
ini di usahakan mulai luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter
persegi hingga mencapai luasan ribu kilometer persegi.
kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa
ekspor, sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku industri, penciptaan
lapangan kerja dan pengembangan wilayah (Achmad,2006). Dengan data-data
tersebut maka strategi pengembangan industri kopi di Indonesia harus mengacu pada
5
kopi diharapkan sejalan dengan pertumbuhan konsumsi kopi di dalam negeri.
Termasuk, untuk mewujudkan pengembangan industri hilir kopi di dalam negeri.
Demikian juga di Desa Barusjahe tanaman kopi memiliki pengaruh penting
bagi petani . Saat ini harga kopi berkisar Rp 20.000 – Rp 25.000/kg . Bila dibandingkan dengan tanaman jeruk modal untuk tanaman kopi jauh lebih sedikit
sehingga petani lebih memilih untuk mengusahai tanaman kopi. Luas areal tanaman
kopi di Desa Barusjahe tiap tahunnya semakin meningkat. Dari data yang diperoleh
dalam survei pendahuluan , mulai dari tahun 2006(50 ha), tahun 2007(76 ha), tahun
2008(95 ha), tahun 2009(118 ha), tahun 2010( 125 ha) dan tahun 2011 (150 ha).
Tanaman jeruk merupakan hasil pertanian yang sangat terkenal di
Kecamatan Barusjahe. Hampir seluruh daerah di Kecamatan Barusjahe
berpenghasilan dari tanaman jeruk, akan tetapi lima tahun terakhir ini masyarakat
petani jeruk di Desa Barusjahe menggantikan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi.
Melihat dari kenyataan tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti studi
tentang konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan
Barusjahe Kabupaten Karo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konversi
tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe
Kabupaten Karo. Faktor- faktor yang dimaksud adalah modal, luas lahan, harga,
6
pemangkasan. Dimana produksi jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun, sebab
petani tidak memiliki gairah lagi untuk mengembangkannya. Rendahnya daya saing
jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga
dikarenakan kualitas dan kuantitas jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun akibat
serangan hama dan penyakit.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah dalam
penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi konversi tanaman jeruk
menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo
yang terdiri dari luas lahan, modal, pemeliharaan, dan harga.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor luas lahan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?
2. Apakah faktor modal menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?
3. Apakah faktor pemeliharaan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?
4. Apakah faktor harga menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman
7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Faktor luas lahan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
2. Faktor modal yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
3. Faktor pemeliharaan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
4. Faktor harga yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi
tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam melaksanakan
pembangunan dalam bidang pertanian khususnya tanaman kopi.
2. Sebagai bahan masukan bagi petani jeruk yang mengganti tanaman jeruk
menjadi tanaman kopi.
3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berpikir bagi
penulis dalam bidang pertanian jeruk dan kopi.
66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Luas lahan yang lebih dominan diusahakan oleh responden berkisar < 1 Ha. Luas
lahan ini tergolong ke dalam luas lahan yang sempit sesuai dengan pernyataan
mubyarto (1989). Hal ini disebabkan lahan yang diperoleh dari warisan orang
tua responden. Nilai ekonomis tanaman jeruk dalam luasan < 1 Ha kurang
mendukung bagi petani sehingga mendorong petani untuk mengganti tanaman
jeruk menjadi tanaman kopi.
2. Modal yang dibutuhkan untuk tanaman kopi lebih sedikit dibandingkan tanaman
jeruk, dimana untuk tanaman kopi dengan luas lahan < 1 Ha dibutuhkan modal
sekitar Rp. 600.000 – Rp. 1.150.000/ bulannya, sedangkan modal untuk tanaman jeruk dengan luas lahan < 1 Ha yaitu berkisar Rp. 1.400.000 – Rp. 2.450.000/ bulannya. Dapat dilihat bahwa responden mengganti tanaman jeruk menjadi kopi
karena modalnya relatif terjangkau.
3. Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk tanaman jeruk lebih sulit dibandingkan
tanaman kopi, dimana untuk tanaman jeruk pemeliharaannya lebih intensif dan
tanaman jeruk rentan akan hama penyakit, sehingga penyemprotan pestisida
harus sering dilakukan.
4. harga penjualan jeruk yang diperoleh responden paling tinggi adalah Rp. 3.000/
67
yang diperoleh responden paling tinggi 8.000/Kg. Sedangkan harga kopi
mencapai Rp. 21.500/Kg. jumlah nominal penjualan kopi jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan jeruk.
B. Saran
1. Luas lahan petani di Desa Barusjahe pada umumnya tergolong luas lahan yang
sempit. Oleh karena itu perlu peningkatan luas lahan yang nantinya akan
meningkatkan hasil produksi patani.
2. Untuk menunjang pertanian yang maju sebaiknya pemerintah Kabupaten Karo
memberikan pinjaman untuk petani.
3. Produksi hasil pertanian yang diperoleh petani tergolong sedang agar
memperoleh hasil yang lebih baik, perlu peningkatan pada pemupukan dan
pemeliharaan pada tanaman kopi.
4. Pada pemasaran kopi, petani sering terkendala oleh harga yang tidak stabil, oleh
karena itu kepada Pemerintah Kabupaten Karo perlu memperluas daerah
pemasaran kopi. Ini diharapkan akan mampu meninggkatkan harga kopi dan
68
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Herman.1993. Penuntun Praktis Budidaya Tanaman Jeruk.Jakarta: Mahkota
Hetti, Yovita. 1993. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Karo, Hosanna (2010) dengan judul Analisis usaha tani kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jurnal. http://repository.usu.ac.handle/123456789/7507
Lucky, P. 2010. Studi tentang produksi dan pemasaran jeruk di kecamatan simpang empat kabupaten karo. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.
Mubyarto.2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Moscher,A.T.1987.Membangun dan Menggerakkan Pertanian.Jakarta:Yasaguna
Nainggolan, Tetty. 2004. Faktor-faktor yang mendorong petani dalam usaha tanaman kopi di Desa Saornauli Hatoguan .Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.
Reinjes.1992.Pertanian Masa Depan.Yogjakarta: Kanisius
Sudaryati Endang (2004) dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jurnal.
http://eprints.undip.ac.id/9680/
Soekartawi.1986. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Jakarta:Universitas
Indonesia.(UI Press).
69
Tim Karya Tani Mandiri. 2010 . Pedoman Budidaya Tanaman Kopi.Bandung: CV.Nuansa Aulia.
William,Stanton.1998. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/( diakses sabtu,25-2;2012).
(http://www.antarasumut.com/berita-sumut/berita-sumut/beritadaerah/kabupaten- karo-berita-daerah/diakses rabu,21-3;2012).