• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK Analisis Tindak Tutur Antara Penjual Dan Pembeli Di Pasar Cepogo Boyolali: Kajian Pragmatik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK Analisis Tindak Tutur Antara Penjual Dan Pembeli Di Pasar Cepogo Boyolali: Kajian Pragmatik."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI

DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

ALFIAN KRIDA DANUARTA A 310 080 109

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : ALFIAN KRIDA DANUARTA

NIM : A 310 080 109

Fak/ Prodi : FKIP / Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Jenis : SKRIPSI

Judul : ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN

PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 29 Januari 2014 Yang Menyatakan

(4)

1

ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI

DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

Alfian Krida Danuarta, A 310 080 109, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013, 69 halaman

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: (1) memahami dan menjelaskan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali dan (2) memahami dan menjelaskan maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan objek penelitian penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekaman, simak, dan catat. Analisis data menggunakan metode padan. Hasil peneltian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literaldiantaranya meliputi: (a) bentuk tuturan yang berupa sindiran terdapat satu tuturan, (b) bentuk tuturan yang berupa rayuan terdapat tiga tuturan, dan (c) bentuk tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan, (2) maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Maksud tindak tutur tidak langsung tidak literal diantaranya meliputi: (a) tuturan yang bermaksud menolak lawan tutur terdapat tiga tuturan, (b)tuturan yang bermaksud mengungkapkan kebohongan terdapatsatu tuturan, dan (c) tuturan yang bermaksud merayu terdapat dua tuturan.

(5)

2 A. PENDAHULUAN

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat vital dalam kehidupan. Bahasa adalah alat vital komunikasi yang juga dapat dipergunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau membahas persoalan yang dihadapi. Menurut Keraf (1994: 1) bahasa ialah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Tarigan (1991: 13) mengemukakan bahwa komunikasi adalah pertukaran ide-ide, gagasan-gagasan, informasi, dan sebagainya antara dua orang atau lebih. Komunikasi secara lisan sebagai pertukaran informasi melalui penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal, mode-mode, serta proses-proses produksi dalam berbahasa. Penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal yang ditemui dalam bahasa lisan yang digunakan oleh seseorang saat berbicara sering ditanggapi secara berbeda oleh partisipan atau lawan bicara.Untuk mudah dipahami oleh partisipan, pembicara memerlukan tidak tutur atau pertuturan secara teratur.

Yule (2006: 82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Jenis-jenis tindak tutur itu sendiri menurut Wijana (1996: 36) dibagi menjadi 8: Tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur angsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal

(6)

3

Peneliti tertarik mengkaji tindak tutur tidak langsung tidak literal, yaitu tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan, karena dalam tindak tutur ini penutur menyimpan maksud lain, dari sini lah ketertarikan peneliti untuk mengkaji maksud-maksud yang sebenarnya ada dalam tuturan tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual buah.

Berikut contoh dialog penjual dan pembeli mengungkapkan tuturan yang modus kalimat dan maknanya tidak sesuai dengan yang hendak diutarakan.

(1a)

Pembeli : Mbah lombok e sekilone pinten? (Mbah lomboknya sekilo berapa?) Pedagang : kuwi sekilone 20 ewu mbak.

(itu sekilonya 20 ribu mbak.)

Pembeli : kok murah, napa mboten angsal kirang mbah? (Murah sekali, apa tidak bisa kurang mbah?)(SD1)

Tuturan (1a) “kok murah, napa mboten angsal kirang mbah? merupakan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal karena dalam tuturan tersebut penutur mengungkapkan secara langsung maksud dan tujuan yang diharapkan. Penutur menyindir secara halus kepada pedagang cabai dengan tujuan agar pedagang cabai mau manurunkan harga cabainya tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian yang berjudul Analisis Tindak Tutur antara Pembeli dengan Penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali: Kajian Pragmatik.

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli

dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali?

2. Bagaimana maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali?

(7)

4

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan maksud yang terkandung dalam tindak tutur

tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: 1. Manfaat Teoretis

Dapat memberikan pengetahuan bahasa tentang tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali serta dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kajian ilmu bahasa tindak tutur di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap penelitian berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menyikapi perkembangan tindak bahasa.

B. METODE PENELITIAN

(8)

5

penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3).

Dalam penelitian ini yang harus diperhatikan untuk menhgiji keabsahan penelitian adalah triangulasi data/sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, triangulasi teori. Pada tahap analisis data dilakukan dengan metode padan. Metode padan a dalah metode yang alat penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lahan yang sekarang menjadi sebuah pasar sayur ini dulunya merupakan sebuah lapangan. Pasar sayur ini karang sering disebut pasar cepogo, karena pasar ini pertempat di Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Pasar ini bediri pada saat penjajahan kolonial Belanda, dapat dikatakan lebih tepatnya pada tahun 1917. Pertama kali pasar ini berdiri di Desa Jonggol, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Pasar sayur ini didirikan sebagai pusat penjualan sayur bagi para petani sayur yang berada di Kabupaten Boyolali.

1. Bentuk-bentuk Tindak tutur tidak langsung tidak literal a. Bentuk tuturan yang berupa sindiran

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada penggalan tuturan berikut. (1a) Pembeli : Teronge miro?

(Teorongnya berapa?) (1b) Penjual : Teronge rongewu seprapat.

(Terongnya Rp 2.250)

(1c) Pembeli : lha saiki terong regane murah ki! Sewu seprapat yo?

(Sekarang terong harganya murah itu! Rp 1.250 ya)

(9)

6

Pada tuturan (1c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa sindiran terdapat pada kalimat “lha saiki terong regane murah ki! (sekarang terong harganya murah itu!). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada pedagang (mitra tutur) bahwa harga terong yang sekarang murah dari pada harga yang dipatok oleh penjual. Pada hal dalam hatinya, pembeli tersebut berkata bahwa harga terongny sangat mahal.

(b1) suara radionya keras sekali, (b2) matikan!

Pada tuturan (b1) suara radionya keras sekali, merupakan tindak tutur langsung tidak literal. Tuturan tersebut berupa perintah yang bermaksud agar suara radionya bisa dikecilkan.

b. Bentuk tuturan yang berupa rayuan

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Mbok ora larang-larang to mbak?

(Jangan mahal-mahal to mbak?) (1b) Penjual : Ora larang

(Tidak mahal)

(1c) Pembeli : Wis 18 entuk opo ora mbak?

(yasudah 18 dapat apa tidak mbak?)

(1d) Penjual : Ora entuk, rongewu tenan kae entuk potongan e mbak.

(Tidak boleh, Rp 2.000 itu juga dapat potongan mbak)

Pada tuturan (1a) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa rayuan terdapat pada kalimat Mbok ora larang-larang to mbak (Mbok jangan mahal-mahal to mbak). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa pembeli menginginkan harganya boleh berkurang lagi.

(10)

7

(berapa ini buk sawinya?) (2b) Pedagang : Sewu gangsalatusan.

(seribu limaratusan) (2c) Pembeli : mboten saget kirang niki?

(ini tidak boleh kurang)

(2d) Pedagang : mpun pas niku, sawine niku sae mbak.(SD2)

(sudah harga pas itu, sawinya itu bagus mbak.) (2e) Pembeli : sing niki?

(yang ini?) (2f) Pedagang : nggih mbak.

(iya mbak.)

Pada tuturan(2d) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa rayuan terdapat pada kalimat”sawine niku sae mbak”. Jadi, di sini pedagang sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa sayur sawi yang akan dibeli kualitasnya bagus.

(1b) berasmu bagus kok pak.

(2b) jelas bagus bu, harganya juga mahal.

Pada tuturan (b1) berasmu bagus kok pak, diatas termasuk di dalam tindak tutur langsung tidak literal. Jadi, disini pembeli (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa beras yang dia jual bagus.

c. Bentuk tuturan yang berupa penawaran

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Kobise piro?

(Kobisnya berapa?)

(1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu lho mbak, tenan!

(11)

8

(2c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora? (Rp 1.750 dapat apa tidak?)

Pada tuturan (2c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

berupa penewaran terdapat pada kalimat ”Kurang seprapat entuk opo ora?”

(Rp 1.750 dapat apa tidak?). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa harga kobis tersebut mahal. Di sini pembeli menawar harga kobis tersebut agar harganya bisa kurang.

2. Maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal a. Mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Kobise piro?

(Kobisnya berapa?)

(1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu lho mbak, tenan!

(Rp 2.250, Sarbi tadi menawar Rp 2.000 lho mbak, tenan!)

(1c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora? (Rp 1.750 dapat apa tidak?)

(1d) Penjual : Ora entuk, pancen sarbi nganyang rongewu, aku ngepas ngakon yu sarbi yo rongewu seprapat.

(Tidak boleh, memang sarbi menawar Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi Rp 2.250).

(12)

9

memang sarbi menawar Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi Rp 2.250). Jadi, penjual sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa penjual tidak memperbolehkan harga kobisnya turun, agar tetap dengan harga Rp 2.250.

(2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu dingin. Pada tuturan (2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu dingin. Diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak literal berupa pengungkap perintah. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) agar segera memakan mienya sebelum mienya dingin.

b. Pengungkap kebohongan

Tuturan yang dimaksuddapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Lha sing ndisik piro?

(Yang dulu berapa?)

(1b) Pedaagang :Sing ndisik loro setengah, yo tak etung nemlikur wae dari pada rame, aku bakul raseneng angel-angel.

(Yang dulu dua setengah, saya hitung dua puluh enam saja dari pada

bertengkar, saya penjual tidak suka susah-susah.)

(1c) Pembeli : Wong mas anto we sing ndisik jarene dietunge patlikur kok saiki dadi pitulikur.(SD1)

(Kata Mas Anto dulu dihitung dua puluh empat kenapa skarang jadi dua puluh tujuh.)

Pada tuturan (1c) di atas maksud tindak tutur tidak langsung tidak

(13)

10

Anto we sing ndisik jarene dietunge patlikur kok saiki dadi pitulikur(Kata Mas Anto dulu dihitung dua puluh empat kenapa skarang jadi dua puluh tujuh). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada pedagang (mitra tutur) bahwa penjual tersebut berbohong bahwa harga yang diberikan kemarin dengan yang sekarang berbeda dan lebih mahal.

(2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang warna merah mbak?

Pada tutran (2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang warna merah mbak? diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak literal yang berupa penegasan. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa penjual menegaskan kepada pembeli mau membeli semangka yang warna kuning apayang warna merah.

c. Pengungkap modus berita dengan maksud merayu

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut. (1a) Pembeli : Mas kentange sing koyo biasane endi?

(Mas kentang yang biasanya mana?) (1b) Pedagang : piro?

(Berapa?)

(1c) Pembeli : Sing limangewu. (yang Rp 5.000) (1d) Penjual : O iyo, pirang kilo?

(O iya, berapa kilo?) (1f) Pembeli : Sepuluh

(10 kg) (1g) Penjual : Yo

(Ya)

(1h) Pembeli : Sing endi? Sing rodo gedhe. (Yang mana? Yang agak besar)

(14)

11

(Tidak ada, yang ini bayar Rp 5.000 saja saya kurangkan yang ini, yang ini sudah laku)

Pada tuturan (1i) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang berupa penawaran terdapat pada kalimat “Raeneng, ki bayaren

limangewu tak lungke iki, iki wis payu”(Tidak ada, yang ini bayar Rp 5.000 saja saya kurangkan yang ini, yang ini sudah laku). Jadi, penjual sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa harga Rp 5.000,00 untuk membeli kentang yang besar tidak boleh dan panjual bermaksud merayu pembeli agar pembeli mau membeli kentang yang agak kecil walaupun kentang yang dijual tersebut sudah dibeli oleh orang lain.

(a1) jeruknya satu kilo pak.

(a2) tidak sekalian klengkengnya bu? Klengkengnya manis manis bu.

Pada tuturan (a2) tidak sekalian klengkengnya bu?diatas termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa klengkengnya manis-manis, agar pembeli mau membeli buah klengkengnya.

D. SIMPULAN

Sejalan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah disajikanpada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Terdapat dua hal pokok yang perlu disampaikan dalam simpulan ini. duasimpulan yang dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut.

1. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

(15)

12

c. Tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan.

2. Maksud yang terkandung pada tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang sayur di di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

a. Maksud mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur terdapat tiga tuturan.

b. Maksud yang mengungkap kebohongan terdapat satu tuturan.

c. Maksud yang mengungkap modus berita dengan maksud merayu terdapat dua tuturan.

Implikasi

Dari hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat memberikan manfaat bagi pedagang dalam proses jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat meningkatkan pendapatan pedagang dan menarik pembeli untuk membeli dagangannya

Bagi pembaca, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu wawasan dalam memahami bentuk-bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal dan maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal khususnya dikalangan pedagang sayur.

Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu, serta dana. Untuk itu, penelitimenyarankan kepada peneliti lain agar mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang sayur di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

13

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kamus Linguistik.edisi Ke-3. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahardi, Kujana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: DuaWacana University Press.

Referensi

Dokumen terkait

disebabkan oleh balutan yang tidak lembab. Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah. Warna

The changes on cherry tomato’s freshness were investigated by physical analysis (weight loss, texture, colour difference), chemical analysis (water content, total

the variants of curriculum such as Competence Based Curriculum (KBK), School Based Curriculum (KTSP), Reflective Educational Paradigm (PPR), Character.Based Syllabus, the

Pada kerangka saturasi akan menghitung efek subtitusi dari fluida yang menggunakan property kerangka batuan meliputi persamaaan gasmann untuk menghitung batuan yang

[r]

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas melalui TATO terhadap nilai perusahaan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-

Empat belas Pasal dalam Permenhub 26/2017 yang telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat oleh MA karena telah bertentangan dengan Pasal 3,

Dalam konteks penelitian ini, maka yang dimaksud dengan sikap pengemudi angkutan taksi (taksi blue bird) adalah ungkapan perasaan seorang pengemudi terhadap