• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO STREET CRIME SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN PERSPEKTIF SADD AZ-ZARI’AH (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Pada Tahun 2019-2021)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO STREET CRIME SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN PERSPEKTIF SADD AZ-ZARI’AH (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Pada Tahun 2019-2021)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO STREET CRIME SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN

PERSPEKTIF SADD AZ{-Z{ARI<’AH (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap

Pada Tahun 2019-2021)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ALFANI YUDHA PRABAWA 1717303004

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2023

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya:

Nama : Alfani Yudha Prabawa

NIM : 1717303004

Jenjang : S-1

Jurusan : Hukum Pidana dan Politik Islam Program Studi : Hukum Tata Negara

Fakultas : Syari‟ah

Menyatakan bahwa Naskah Skripsi berjudul “

Implementasi Program Zero Street Crime Sebagai Upaya Pencegahan Kejahatan Perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Pada Tahun 2019-2021)

ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, bukan dibuatkan orang lain, bukan saduran juga bukan terjemahan.

Hal-hal yang bukan karya saya yang dikutip dalam skripsi ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar akademik yang telah saya peroleh.

Purwokerto, 30 Desember 2022 Saya menyatakan,

Alfani Yudha Prabawa Nim. 1717303004

(3)

ii

(4)

iii

NOTA DINAS PEMBIMBING

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Di

Purwokerto Assalamu‟allikum Wr.Wb.

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi, maka melalui surat ini saya sampaikan bahwa:

Nama : Alfani Yudha Prabawa NIM : 1717303004

Jenjang : S-1

Jurusan : Hukum Pidana dan Politik Islam Program Studi: Hukum Tata Negara Fakultas : Syari‟ah

Judul : IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO STREET CRIME

SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN

PERSPEKTIF SADD AZ{-Z{ARI<’AH (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Tahun 2019-2021)

Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri untuk diajukan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).

Demikian, atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terimakasih.

Wassalamu‟allaikum Wr. Wb

Purwokerto, 30 Desember 2022

Pembimbing,

Abdul Basith S.Th.I., M.H.I NIDN. 2001048101

(5)

iv

IMPLEMENTASI PROGRAM ZERO STREET CRIME SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN PERSPEKTIF SADD AZ{-Z{ARI<’AH

(Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Tahun 2019-2021) ALFANI YUDHA PRABAWA

NIM. 1717302066 [email protected]

ABSTRAK

Masalah kejahatan selalu menjadi sebuah persoalan yang meresahkan masyarakat, banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kejahatan diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor tempat, dan faktor individu manusia itu sendiri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepolisian Resor Cilacap dalam tiga tahun belakangan ini menunjukkan angka kejahatan jalanan mengalami fluktuasi, tercatat tahun 2019 ada 66 kasus pencurian dnegan pemberatan, 5 kasus pencurian dengan kekerasan, sementara pada tahun 2020 terdapat 45 kasus dengan pemberatan, dan 9 kasus pencurian dengan kekerasan, dan pada tahun 2021 angka pencurian dengan pembertan kembali meningkat, dimana kasus pencurian dengan pemberatan terjadi sebanyak 60 kasus, dan pencurian dengan kekerasan sebanyak 5 kasus. Hal inilah yang menarik untuk menalaah implementasi program Zero Street Crime sebagai upaya pencegahan kejahatan jalanan oleh Kepolisian Resor Cilacap ditinjau dari Perspektif Sadd Az{-Z{ariah.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research).

Penelitian yang subjek utamanya melakukan suatu wawancara kepada Kepolisian Resor Cilacap diantaranya Unit Sat Reskrim Kepolisian Resor Cilacap, Unit Sat Samapta Kepolisian Resor Cilacap, dan Unit Sat Intelkam Kepolisian Resor Cilacap. Objek pada penelitian ini adalah implementasi program zero street crime yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Cilacap. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi. Data yang penulis kumpulkan bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa unit di Kepolisian Resor Cilacap yang kemudian dianalisis dengan teori-teori yang relevan.

Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis terhadap implementasi program Zero Street Crime yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Cilacap, dengan adanya program ini menciptakan kondisi masyarakat yang lebih aman akan ancaman dari tindakan kejahatan. Jika dilihat dari perspektif Sadd Az{-Z{ariah dimana adanya program ini sangat dibutuhkan dalam rangka pemberian rasa aman kepada masyarakat karena jika tidak dilakukan program seperti ini akan meningkatkan resiko terjadinya tindak kejahatan yang mengancam masyarakat, baik ancaman kehilangan harta, resiko mengalami luka/cedera, bahkan juga mengancam nyawa mereka.

Kata kunci : Implementasi, Zero Street Crime, Sadd Az{- Z{ari’ah

(6)

v MOTTO

“SEBAIK-BAIK MANUSIA IALAH MEREKA YANG BERMANFAAT UNTUK ORANG LAIN”

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan ketulusan hati, saya persembahkan skripsi ini untuk orang-orang dan semua hal yang telah mendukung saya dalam melancarkanpembuatan skripsi tersebut, saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan memberi jalansehingga skripsi ini dapat saya selesaikan.

2. Kedua orang tua saya Bapak Darsono dan Ibu Aniyah atas segala hal yang pernah diajarkan dan telah memberi amanah kepada penulis dan juga keluarga yang selalu memberikan dukungan sepenuh hati.

3. Terimakasih juga untuk diri saya sendiri yang telah mampu melewati halangan rintangan hingga sampai pada saat ini.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kitaNabi Agung Muhammad SAW yang telah mengantarkan dari zaman yang petang ke zaman yang padang, dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu ini semoga kita senantiasa menjadi pengikutnya yang ta‟dzim dan berilmu.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Mohammad Roqib, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

2. Dr. Supani, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

3. Agus Sunaryo, M. Si Selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana dan Politik Islam 4. Abdul Basith S.Th.I., M.H.I sebagai dosen pembimbing skripsi yang penuh

dengan kesabaran memberikan arahan sehingga skripsi ini dapatterselesaikan 5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan seluruh jajaran civitas akademik

Universitas Islam Negeri Profesor Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

6. Kedua orang tua saya Bapak Darsono dan Ibu Aniyah atas segala hal yang pernah diajarkan dan telah memberi amanah kepada penulis dan juga keluarga yang selalu memberikan dukungan sepenuh hati

(9)

viii

7. Teman-teman terdekat saya, Talia Dihni, Ahmad Muthohar Sa‟idi, dan yang lain yang tidak bisa saya sebut satu persatu

8. Teman-teman seperjuangan dalam mencari ilmu didalam dan diluar kampus yang telah belajar banyak hal, dan berproses bersama. Semoga senantiasa silaturahim kita tetap terjalinsampai kapanpun.

9. Pimpinan Kepolisian Resor Cilacap dan jajarannya serta semua pihak yang terlibat dan turut membantu jalannya penelitian Skripsi saya

Demikian, penulis hanya dapat mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan kabaikannya semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal.

Purwokerto, 30 Desember 2022 Penulis,

Alfani Yudha Prabawa NIM. 1717303004

(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI BAHASA ARAB-INDONESIA

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam menyusun skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Nomor 158 tahun 1987 Nomor 0543 b/U/1987:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ة

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh ka dan ha

د

Dal D De

ر

Żal Ż zet (dengan titik di atas)

س

Ra R Er

ص

Za Z Zet

س

Sin S Es

(11)

x

ش

Syin Sy es dan ye

ص

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع

„ain …. „…. koma terbalik keatas

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ه

Lam L El

ً

Mim M Em

ُ

Nun N En

و

Wawu W We

ٓ

Ha H Ha

ء

Hamzah ' Apostrof

ي

Ya Y Ye

(12)

xi 2. Vokal

1) Vokal tunggal (monoftong)

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

fatḥah A A

Kasrah I I

ḍamah U U

Contoh:

ََبَتَك

-kataba

َ بَهْذَي

- yażhabu

ََلَعَ ف

-fa„ala

ََلِئ س

– su'ila

2) Vokal rangkap (diftong)

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama Gabungan

Huruf Nama

ْْي Fatḥah dan ya Ai a dan i

و

ْْْ

Fatḥah dan

wawu Au a dan u

Contoh:

ََفْيَك

- kaifa

ََلْوَه

– haula

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

َََ

َََ َََ

َ َ

َََ

(13)

xii Tanda dan

Huruf Nama Huruf dan

Tanda Nama

…ا... fatḥah dan alif

Ā

a dan garis di atas

ْْي….

Kasrah dan ya

Ī

i dan garis di atas

---

ْ و

ḍamah dan

wawu Ū

u dan garis di atas Contoh:

ََلاَق

- qāla

ََلْيِق

- qīla

ىمَر-

ramā

لوقي

– yaqūlu

4. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua:

1) Ta marbūṭah hidup

ta marbūṭah yang hidup atau mendapatkan ḥarakatfatḥah, kasrah dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/.

2) Ta marbūṭah mati

Ta marbūṭah yang mati atau mendapat ḥarakat sukun, transliterasinya adalah /h/.

3) Kalau pada suatu kata yang akhir katanya tamarbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

contoh:

لافطَلأاَةضور

Rauḍah al-Aṭfāl

َََ

َ َََ

(14)

xiii

ةرونلماَةنيدلما

al-Madīnah al-Munawwarah

ةحلط

Ṭalḥah

5. Syaddah (tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

َانّبر

- rabbanā

لَّزن

– nazzala

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ها, namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah.

1) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah, kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

2) Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah, ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

(15)

xiv

Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung atau hubung.

Contoh:

لجرلا

- al-rajulu

ملقلا

- al-qalamu 7. Hamzah

Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrop.

Namun itu, hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Bila Hamzah itu terletak di awal kata, ia dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh:

Hamzah di awal

لكا

Akala

Hamzah di tengah

نوذخأت

ta‟khuz|ūna

Hamzah di akhir

ءو َّنلا

an-nau‟u

8. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.

Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dua cara;

bisa dipisah perkata dan bisa pula dirangkaikan. Namun penulis memilih penulisan kata ini dengan perkata.

(16)

xv Contoh:

ينقزارلايرخَولهَللهاَناو

: wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn

نازيلماوَليكلاَاوفواف

: fa aufū al-kaila waal-mīzan 9. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri tersebut, bukan huru fawal kata sandang.

Contoh:

لَوسرَلااَدمحامو

Wa mā Muḥammadun illā rasūl.

ينبلماَقفلاابَهارَدقلو

Wa laqad raāhu bi al-ulfuq al-mubīn

(17)

xvi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

PENGESAHAN ... ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI BAHASA ARAB-INDONESIA ... ix

DAFTAR ISI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Definisi Operasional... 12

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

E. Kajian Pustaka ... 16

F. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kejahatan ... 22

1. Pengertian Kejahatan ... 22

2. Pengertian Kejahatan Jalanan ... 24

B. Teori Kriminologi. ... 28

1. Teori Differential Association. ... 28

2. Teori Kontrol Sosial. ... 31

C. Lembaga Kepolisian Republik Indonesia ... 32

1. Pengertian Kepolisian ... 32

2. Peran dan Tugas Kepolisian ... 33

D. Zero Street Crime. ... 34

E. Sadd Az{-Z{ari’ah ... 36

(18)

xvii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Pendekatan Penelitian ... 50

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

D. Objek dan Subjek Penelitian ... 51

E. Sumber Data ... 51

F. Metode Pengumpulan Data ... 53

G. Metode Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 65

1. Implementasi Program Zero Street Crime di Kepolisian Resor Cilacap Tahun 2019-2021 ... 65

2. Implementasi Program Zero Street Crime Perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman yang kian pesat tentu juga melahirkan konsekuensi yang tidak hanya berpotensi mengarah pada kegiatan-kegiatan yang bernilai postif saja akan tetapi juga sebaliknya bisa mengarah pada kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif, hal inilah yang melahirkan banyak kebijakan dan aturan yang dilakukan untuk mencegah meningkatnya kejahatan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kejahatan didefinisikan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai suatu tindakan melanggar hukum, ataupun pola perilaku yang dinilai tidak sesuai nilai dan juga norma hukum tertulis yang telah disahkan. Kejahatan jika ditafsirkan dari segi hukum maka bias dinilai sebagai tindakan manusia yang bertentangan ataupun melanggar apa yang ditentukan dalam kaidah hukum.1

W. A. Bonger yang merupakan seorang ahli kriminologi memberikan definisi mengenai kejahatan, ia memaknai kejahatan sebagai suatu tindakan yang bersifat anti sosial dan tidak dikehendaki oleh kelompok sosial masyarakat dan bertentangan dengan pemerintah (Negara) yang kemudian sebagai bentuk balasan penderitaan tersebut ada pemberian hukuman terhadap pelakunya, maka dari itu ia menganggap bahwa kejahatan

1 Widiyanti dan Yulius Waskita, Kejahatan dalam Masyarakat dan pencegahannya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 29.

(20)

merupakan suatu perbuatan immoril.2 Berdasarkan definisi yang dikumpulkan oleh penulis maka penulis mengambil kesimpulan kejahatan merupakan suatu tindakan melanggar peraturan/hukum yang berlaku dan ditaati masyarakat setempat karena merugikan masyarakat yang lain.

Salah satu bentuk permasalahan yang sering dihadapi masyarakat yaitu berkaitan dengan kejahatan yang terjadi di jalanan. Permasalah kejahatan jalanan akan senantiasa ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, hal ini dikarenakan masalah kejahatan tersebut beriringan dengan perkembangan kehidupan manusia. Ditambah semakin kompleknya kualitas dan jumlah kasus yang semakin banyak sehingga melahirkan variasi dan modus baru dalam melakukan aksi kejahatan tersebut, pola perilaku ini merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial dimana tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat adalah keamanan dan kenyamanan, berdasarkan hal tersebut kejahatan jalanan dikategorikan sebagai kejahatan moral. Salah satu bentuk kejahatan yang sering dihadapi masyarakat yaitu segala bentuk pencurian, pembegalan ataupun bentuk-bentuk lain yang semakin menggejala dan menyebar luas, tentu kejadian ini bukanlah menjadi sebuah hal yang dikategorikan sebagai hal yang wajar. Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kejahatan terjadi misalnya faktor ekologis yang dalam hal ini adalah jalanan yang sepi ataupun daerah pinngiran kota yang jauh dari keramaian, hal ini merujuk pada kajian viktimologi yang menyatakan bahwa daerah-daerah yang berbasis bisnis di pinggir kota,

2 Totok Sugiarto, Pengantar Kriminologi, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2017), hlm.

21.

(21)

ataupun daerah-daerah yang banyak terdapat harta benda berharga, sangat memungkinkan untuk terjdi tindak pidana pencurian. Hal ini yang menjadikan pertimbangan pelaku karena memiliki kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan khususnya di jalanan.3

Salah satu bentuk program pencegahan kejahatan yang terjadi dalam masyarakat yakni melalui Program Zero Street Crime. Kebijakan ini merupakan suatu kegiatan yang menitik beratkan kejahatan jalanan sebagai objeknya, dengan harapan agar permasalahan kejahatan yang terjadi di jalanan bisa diatasi. Hal ini tentu selaras dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia ditambah dengan dampak dari pandemi Covid-19 ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan terutama di bidang ekonomi.

Pada masa pandemi ini Pemerintah/Negara Indonesia menghadapi persoalan yang berkaitan dengan tingkat kemiskinan yang semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan penduduk miskin di daerah perkotaan dan wilayah pedesaan pada tahun 2020 mencapai angka 26,42 juta. Jumlah tersebut meningkat 5,09% daripada tahun 2019 yang hanya berkisar pada angka 25,14 juta. Berdasarkan data tersebut tentu saja berimbas meningkatnya potensi seseorang melakukan tindakan kejahatan yang dilatar belakangi faktor kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dirinya dan juga keluarga. Tindakan kejahatan tersebut selain melanggar hukum yang telah

3 Rani Hendriana, Dessi Perdani Yuris Puspita Sari, dkk., Penanggulangan Kejahatan Begal Di Polres Banyumas (Dalam Perspektif Kriminologi dan Viktimologi), Jurnal Idea Hukum Vol. 2, No. 1, Maret 2016, hlm. 54.

(22)

ditetapkan juga merugikan orang lain, munculnya tindakan kejahatan setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:4

1. Faktor internal yang mencakup kondisi kesehatan jiwa seseorang, factor pendidikan seseorang, dan kedudukan sosial seseorang dalam masyarakat.

2. Faktor eksternal yang mencakup faktor ekonomi, dan faktor kurangnya pemahaman akan ilmu agama.

Jenis-jenis kejahatan ini telah diatur dalam Kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) misalnya jenis kejahatan pencurian, diatur dalam Pasal 362 sampai dengan Pasal 367. Pasal 362 berisi perihal pencurian, sedangkan Pasal 363 perihal pencurian dengan pemberatan, Pasal 364 perihal pencurian dengan peringanan, dan dalam Pasal 365 perihal pencurian dengan kekerasan. Berdasarkan bunyi Pasal 365 ayat (1), seseorang pelaku pencurian bisa diancam dengan ancaman pidana penjara paling lama sembilan tahun bila pelaku melakukan pencurian yang diikuti dengan kekerasan. Bila seorang pelaku melakukan pencurian dan mengakibatkan kematian terhadap korban, maka berdasarkan Pasal 365 ayat (3) KUHP, pelaku pencurian diancam pidana penjara paling lama lima belas tahun. Kemudian sesuai Pasal 365 ayat (4) KUHP, pencurian diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidupjika pencurian tersebut mengakibatkan luka berat ataupun kematian terhadap korban dan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Tindak pidana seperti begal, penjambretan,

4 Muhammad Reza Nugraha, Chepi Ali Firman Z, Pelaksanaan Program “Zero Street Crime” sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Jalanan oleh Kepolisian Sektor Pangalengan, Prosiding Ilmu Hukum Vol. 7, No. 2, Tahun 2021, hlm. 614.

(23)

pemerasan atau penodongan merupakan bentuk dari tindak kejahatan yang dilatarbelakangi oleh faktor kemiskinan. Terjadi peningkatan jumlah kejahatan pada minggu ke 22 meningkat menjadi 3.177 kasus menurut yang disampaikan oleh Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Ahmad Ramadhan. Tindakan kejahatan pencurian dengan kekerasan (perampokan dan penjambretan), pencurian kendaraan bermotor dan pencurian merupakan kasus yang mengalami peningkatan signifikan.

Melihat dari angka kejahatan yang kian meningkat maka melalui kegiatan Zero Street Crime ini menjadi usaha pihak kepolisian untuk mengurangi angka kejahatan, terutama kejahatan yang terjadi di jalanan dengan melakukan kegiatan seperti razia seperti razia sajam (Senjata Tajam) secara rutin dan berkala, patroli di beberapa bagian daerah yang disinyalir rawan terjadi kejahatan jalanan, serta melaksanakan kegiatan patroli rutin di malam hari.5

Di daerah Kabupaten Cilacap sendiri tingkat kejahatan yang terjadi cukup tinggi, melihat maraknya kasus premanisme yang terjadi di Kabupaten Cilacap, pada Tahun 2019 jumlah kasus premanisme yang tercatat di Kabupaten Cilacap mencapai 3.116 kasus. Kapolres Cilacap AKBP Djoko Julianto pada, Selasa 31 Desember 2019 menyampaikan bahwa kasus premanisme masih banyak terjadi baik yang dilakukan oleh perseorangan ataupun kelompok mengganggu keamanan, ketertiban lingkungan hingga berdampak pada ekonomi di wilayah hukum Polres

5 Muhammad Reza Nugraha, Chepi Ali Firman Z, Pelaksanaan Program “Zero Street Crime” sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Jalanan oleh Kepolisian Sektor Pangalengan..., hlm. 614.

(24)

Cilacap. Menindak lanjuti hal tersebut maka Polres Cilacap bertekad untuk menekan angka premanisme yang masih sangat tinggi tersebut. Tidak hanya kasus premanisme saja dalam kurun waktu tersebut berbagai tindak kejahatan juga diungkap pihak Polres Cilacap, tindak pidana yang paling sering dilaporkan dalam kurun waktu belakangan ini yakni kasus perjudian yang mendapat 64 kasus pelaporan, kasus pencurian dengan pemberatan 66 kasus laporan, 48 laporan kasus narkoba, 33 laporan kasus pencurian kendaraan bermotor, 11 laporan kasus penipuan, 5 laporan kasus pencurian dengan kekerasan, satu kasus laporan pembunuhan dan pemerkosaan, serta 113 laporan kasus kejahatan konvensional. Berdasarkan data tersebut terlihat angka terjadinya kasus kejahatan jalanan pada tahun 2019 yaitu 66 kasus pencurian dnegan pemberatan, 5 kasus pencurian dengan kekerasan, sementara pada tahun 2020 terdapat 45 kasus dengan pemberatan, dan 9 kasus pencurian dengan kekerasan, dan pada tahun 2021 angka pencurian dengan pembertan kembali meningkat, dimana kasus pencurian dengan pemberatan terjadi sebanyak 60 kasus, dan pencurian dengan kekerasan sebanyak 5 kasus, juga terdapat beberapa kasus kerusuhan dan bentrokan yang melibatkan dua paguyuban yang ada di kabupaten Cilacap.6

Dalam rangka penekanan terhadap semakin meningkatnya tingkat kejahatan yang terjadi kebijakan yang dilakukan pihak kepolisian untuk meminimalisir angka kejahatan jalanan yang terjadi di jalan adalah dengan menerapkan program Zero Street Crime. Program ini jika ditinjau dari segi

6 Sumber data Kepolisian Resor Cilacap

(25)

etimologis tersusun dari tiga kata, yakni zero yang berarti “bebas”, street yang berarti “jalan”, dan crime yang berarti “kejahatan”. Maka jika diartikan lebih lanjut Zero Street crime didefiniskan bebas dari kejahatan jalanan.

Kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan, pengamanan, pengayoman, serta memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas dan melindungi kepentingan masyarakat bebas dari rasa khawatir, dan ketakutan, serta masyarakat merasa terlindungi dari tindakan kejahatan.7

Maka dari itu peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam membantu pihak kepolisian dalam menanganani masalah ini, serta membantu memasifkan pelaksanaan program tersebut, karena tindak kejahatan termasuk kejahatan jalanan di pengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan.

Selain faktor ekologis seperti yang telah disebutkan di atas, faktor terdesak oleh keadaan ataupun faktor kesempatan juga bisa menjadi sebab awal adanya kejahatan, misalnya terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidup, memenuhi gaya hidup glamor, lahan pekerjaan yang semakin berkurang, seta dorongan memperoleh materi yang lebih dari kemampuannya saat ini yang memicu orang melakukan pelanggaran terhadap hokum yang berlaku.

Karena semakin meningkatnya angka kejahatan yang terjadi kondisi ini tidak bisa didiamkan begitu saja, oleh karena itu dengan diterapkannya program ini ditujukan mampu meminimalisir serta sebagai upaya pencegahan terhadap permasalahan kejahatan.

7 Dona Margareta, Pelaksanaan Program Zero Street Crime Sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Di Jalanan Oleh Kepolisian Resort Kota Palembang, Universitas Negeri Palembang, Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum, 2020, hlm. 16.

(26)

Landasan yuridis program Zero Street Crime ini sebagai suatu kebijakan pencegahan aksi kejahatan jalanan berangkat dari tingkat Mabes Polri (Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia), kemudian tingkat Polda (Kepolisian Daerah), sampai ke tingkat Polres (Kepolisian Resor) yang didasarkan pada Surat Edaran Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia) Nomor: SE/4/IV/2010 tanggal 22 April 2010 tentang Pedoman Kapolri Tahun 2011.8 Dimana kegiatan pada program Zero Street Crime masuk kedalam prasa nomor 7 Poin b yang menjelaskan bahwa Kepolisian melaksanakan penyelidikan dan pengamanan, dan point c meningkatkan pengungkapan dan pencegahan.9 Bentuk-bentuk kegiatan program Zero Street Crime juga masuk kedalam frasa yang telah diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu:10

Pasal 14 Ayat 1 Huruf a

“Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintahan sesuai kebutuhan”

Pasal 14 Ayat (1) Huruf c

“Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas”

8 Revinola Dianeztika, Program Zero Street Crime Dalam Perspektif Kr

iminologi Sebagai Upaya Preventif Kejahatan Jalanan Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia: Studi Kasus Di Kepolisian Daerah Jawa Barat, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Diploma Thesis, hlm. 7.

9 Surat Edaran Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Nomor: SE/4/IV/2010 Tentang Pedoman Perencaan Kapolri Tahun 2011.

10 Undang-Undang No.22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(27)

Angka kriminalitas yang tinggi pada suatu daerah menandakan bahwa banyak terjadi tindak kejahatan, termasuk juga kejahatan jalanan yang merupakan suatu pertanda bahwa keadaan masyarakat merasa tidak aman.

Pihak Kepolisian menilai bahwa kejahatan jalanan merupakan sesuatu yang sangat penting, hal ini dikarenakan jumlah kejahatan jalanan yang terjadi mengincar hak milik/barang, dan dilakukan dengan disertai dengan kekerasan. Adapun yang menjadi modus dalam tindakannya ada dua macam yakni dengan senjata tajam bahkan dengan senjata api ataupun dengan alat lainnya yang memudahkan pelaku dalam mengambil barang korban secara paksa sehingga korban mengalami luka-luka, dan tidak jarang menimbulkan korban jiwa.11

Oleh sebab itu untuk megatasi kejadian-kejadian seperti tindak kejahatan jalanan sangat perlu dilakukan tindakan dari pihak kepolisian sebagai upaya pencegahan, dalam hal ini tertuang dalam Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah yang menjelaskan bahwa Polda bertugas:12

Pasal 3 Huruf a

“Melaksanakan tugas polri yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”

11 Revinola Dianeztika, Program Zero Street Crime Dalam Perspektif Kriminologi Sebagai Upaya Preventif Kejahatan Jalanan Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia: Studi Kasus Di Kepolisian Daerah Jawa Barat..., hlm. 8.

12 Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah.

(28)

Kondisi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat harus dapat dilaksanakan agar terjaminnya keamanan, ketertiban, dan ketentraman yang juga merupakan upaya penyelenggaraan tujuan nasional. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya suatu kejahatan yang menimpa masyarakat, serta sebagai upaya perlindungan yang dilakukan maka perlu adanya perspektif Sadd Az}-Z}ari>’ah yang digunakan sebagai salah satu sarana serta langkah preventif pihak kepolisian dalam upaya menanggulangi serta memecahkan masalah yang berkenaan dengan kejahatan jalanan, hal ini juga sebagai bentuk upaya perlindungan agar dapat memberikan rasa nyaman, dan bebas tanpa merasa terancam dari gangguan kejahatan terutama di jalanan dalam aktivitas sehari-hari masyarakat, disamping juga melihat faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya kejahatan jalanan.

Jika ditinjau dari segi hukum islam, semua peraturan yang ada dalam Islam memiliki maksud dan tujuan tersendiri yang tidak lain tujuannya adalah untuk kemaslahatan, maka dari itu diperlukan langkah pencegahan terhadap tindakan-tindakan yang mengarah pada tindakan kriminal yang kian meresahkan masyarakat. Konsep mengenai pola pencegahan terhadap sesuatu yang mengarah kepada sesuatu yang bersifat mafsadah dalam islam dikenal dengan istilah Sadd Az{-Z{ari<’ah, dimana Sadd Az{-Z{ari<’ah sebuah metode untuk menutup semua jalan yang mengarah pada kerusakan atau maksiat.13 Metode Sadd Az{-Z{ari<’ah menurut Imam Asy-Syatibi, merupakan perbuatan yang dilakukan seseorang yang awalnya terlihat mengandung

13 Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 169.

(29)

unsur kebaikan, namun berakhir dengan suatu kemafsadatan atau kerusakan.

Secara hakiki hukum Islam memiliki sedikit perbedaan orientasi dengan hukum-hukum yang dibuat oleh manusia, hal ini dikarenakan tujuan dari hukum Islam tidak hanya berkenaan dengan kebaikan duniawi tetapi juga kebaikan ukhrowi. Tujuan utama agama dalam hal ini Tuhan dalam mewajibkan suatu aturan hukum kepada manusia merupakan salah satu langkah perwujudan kemaslahatan untuk kehidupan mereka, baik melalui ketentuan-ketentuan yang bersifat primer (mutlak), sekunder, ataupun tersier. Demikian pula dengan konsep madharrat atau bahaya yang akan dihindarkan oleh hukum Islam. Maka dengan demikian seseorang yang taat akan hukum Islam mendapat dua manfaat sekaligus secara bersamaan manfaat duniawi dan ukhrowi dan diterhindar dari madharrat duniawi dan ukhrowi, akan tetapi kedua hukum tersebut baik hukum syariat ataupun hukum yang dibuat oleh manusia mempunyai persamaan guna kebaikan dan kemaslahatan manusia.14

Melihat masih bayaknya kasus tindak kejahatan yang terjadi khususnya yang terjadi di jalanan, maka untuk mengatasi permasalahan ini sangat dibutuhkan peran, tanggung jawab serta perhatian yang besar dari pihak kepolisian yang mempunyai wewenang mengatasi kasus kejahatan yang terjadi yaitu melalui pelaksanaan program zero street crime yang dilakukan sebaik-baiknya di dalam penerapannya, yang juga selaras dengan konsep pencegahan kejahatan dalam hukum islam yakni Sadd Az{-Z{ari<’ah sebagai

14 Lanang Habib Muhammad, Cryme Alarm System Di Wilayah Bojonegoro Perspektif Maqa<s}hid syar‟iah, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Jurusan Publik Islam, Program Studi Hukum Pidana, 2020, hlm 7-8.

(30)

konsep pencegahan serta bentuk perlindungan diri dari kejahatan yang menjadikan penulis tertarik dalam menganalisis masalah ini. Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Program Zero Street Crime Sebagai Upaya Pencegahan Kejahatan Perspektif Sadd Az{- Z{ari<’ah (Studi Kasus Pada Kepolisian Resor Cilacap Tahun 2019-2021)”

B. Definisi Operasional

Untuk membatasi pengertian dalam penelitian ini agar tidak terjadi perluasan makna, maka penulis menegaskan istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini diantaranya:

1. Implementasi

Secara umum implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan.15 Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Atau bisa juga diartikan sebagai sebuah penempatan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

2. Zero Street Crime

Zero Street Crime mempunyai makna bebas dari kejahatan jalanan.

Kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan, pengamanan, pengayoman, serta memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia

(31)

melakukan aktivitas dan melindungi kepentingan masyarakat bebas dari rasa khawatir, dan ketakutan, serta masyarakat merasa terlindungi dari tindakan kejahatan.16

3. Kriminologi

Istilah kriminologi berasal dari rangkaian kata Crime dan Logos.

Crime bermakna kejahatan, sementara Logos bermakna ilmu pengetahuan. Berdasarkan dua kata tersebut maka kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai kejahatan.

Ruang lingkup ilmu kriminologi mencakup gejala-gejala kejahatan, faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan, dan perilaku dari pelaku tindak kejahatan tersebut sehingga ia melakukan tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku di kehidupan masyarakat, termasuk dalam ilmu kriminologi yaitu upaya-upaya yang bisa dilakukan guna mencegah terjadinya tindak kejahatan, dan juga upaya penanggulangan kriminalitas.

4. Sadd Az{-Z{ari<’ah

Dilihat dari segi bahasa Sadd Az{-Z{ari<’ah berasal dari dua kata (frase/idhofah), yakni Sadd dan Az{-Z{ari<’ah. Kata Sadd berarti:17

عَْْىاْىْعَثوْ،ٌْيَّـثىاًْْدَسَوْوَيَخىاُْقَلاْغِإ:ْىْعَثّْذسىا

Artinya menyumbat atau menutup cela, sedangkan Az{-Z{ari<’ah secara bahasa berarti jalan sesuatu. Sebagian ulama mengkhususkan

16 Dona Margareta, Pelaksanaan Program Zero Street Crime Sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Di Jalanan Oleh Kepolisian Resort Kota Palembang..., hlm. 16.

17 Hifdhotul Munawaroh, “Sadd Al- Dzari‟at dan aplikasinya pada permasalahan Fiqih kontemporer”, Jurnal Ijtihad , Vol. 12 No. 1, Juni 2018, hlm. 163.

(32)

pengertian dzari‟ah dengan sesuatu yang membawa pada perbuatan yang dilarang dan mengandung kemudharatan.18

Sadd Az{-Z{ari<’ah merupakan perbuatan yang pada awalnya dibolehkan (mengandung kemaslahatan), tetapi berakhir dengan kerusakan. Sadd Az{-Z{ari<’ah bisa didefinisikan melarang dan menolak segala sesuatu yang dapat menjadi sarana kepada keharaman, untuk mencegah kerusakan atau bahaya.

Berdasarkan uraian penegasan istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Program Zero Street Crime merupakan Upaya Pencegahan Kejahatan yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Cilacap, yaitu upaya pencegahan terhadap tindak kejahatan terutama yang terjadi di jalanan dengan menggunakan Sadd Az{-Z{ari<’ah yang juga selaras dengan tujuan dan fungsi dan Kepolisian yaitu memberikan pengayoman serta perlindungan terhadap masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis telah jelaskan di atas maka untuk membatasi penelitian ini akan dibahas beberapa persoalan utama, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Program Zero Street Crime di Kepolisian Resor Cilacap pada tahun 2019 sampai tahun 2021?

2. Bagaimana implementasi Program Zero Street Crime di Kepolisian Resor Cilacap ditinjau dari perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah?

18 Ahmad Munif, Sadd Dhariah (Pada Keputusan Bidang Muamalah Lembaga Bahsul Masail PWNU Jawa Tengah 2013-2018), (Semarang: Mutiara Aksara, 2020), hlm. 18-19.

(33)

D. Tujuan Dan Manfaat Penilitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah penulis uraikan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pencegahan Kejahatan menggunakan Program Zero Street Crime di Kepolisian Resor Cilacap b. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Sadd Az{-Z{ari<’ah dalam pelaksanaan Program Zero Street Crime Kepolisian Resor Cilacap dalam menanggulangi tindakan kejahatan jalanan.

2. Manfaat Penilitian a. Secara Teoritis

1) Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hukum secara umum, khususnya mengenai pengetahuan dan wawasan dalam perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah Program Zero Street Crime dalam penanggulangan kejahatan.

2) Dapat menjadi rujukan bagi para pembaca, bahan referensi, atau sebagai sumber informasi penelitian agar lebih bisa dikembangkan dalam penelitian selanjutnya

b. Secara Praktis

Penulis mengharapkan melalui penelitian ini memperoleh hasil:

1) Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini bisa menjadi sebuah pelajaran yang bisa dipelajari dimasa yang akan datang.

(34)

2) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara praktis kepada masyarakat dan juga berguna bagi kepolisian sejalan dengan pelaksanaan Program Zero Street Crime sebagai upaya preventif dalam kejahatan jalanan.

E. Kajian Pustaka

Agar menghindari kesamaan dan menghindari plagiasi dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya perlu adanya kajian pustaka ini serta menampilkan sesuatu yang baru dari penelitian ini. Hasil dari penelusuran pustaka-pustaka tersebut antara lain:

1. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program ”Zero Street Crime”

Sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Jalanan Oleh Kepolisian Resort Kota Kediri. Skripsi ini ditulis oleh Nila Galih Rosanti yang dilakukan pada tahun 2009, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam skripsi ini dijelaskan mengenai program-program yang dilakukan Kepolisian Resort Kota Kediri dalam menanggulangi kejahatan melalui program Zero Street Crime.

2. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program Zero Street Crime Sebagai Usaha Penanggulanagan Kejahatan Di Jalanan Oleh Kepolisian Resort Kota Palembang. Skripsi ini ditulis oleh Dona Margareta, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya pada tahun 2020. menjelaskan upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Palembang dalam menanggulangi tingkat kejahatan yang terjadi di jalanan.

(35)

3. Skripsi yang berjudul Implementasi Zero Street Crime (Bebas Kejahatan Jalanan) Sebagai Upaya Penanggulangan Kejahatan Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Polres Lombok Tengah). Skripsi ini ditulis Oleh Manda Aryan Nugraha, Progam Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2021.

4. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program Zero Street Crime Sistem Dalam Menanggulangi Kejahatan Jalanan Di wilayah Hukum Polrestabes Makassar. Skripsi ini ditulis oleh Ahmad Akbar Maulana, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

NO

Nama Peneliti dan Judul Penelitian

Persamaan

Perbedaan Penelitian

terdahulu

Rencana penelitian 1 Nila Galih Rosanti

(2009) dengan judul “Pelaksanaan

Program ”Zero Street Crime”

Sebagai Usaha Penanggulangan Kejahatan Jalanan

Oleh Kepolisian Resort Kota

Dalam penelitian

tersebut terdapat persamaan

yakni pelaksanaan program Zero

Street Crime mengurangi

Penelitian tersebut lebih

mengarah kepada gambaran

umum penanggulanan

kejahatan jalanan yang dilakukan oleh

Dalam penelitian ini memfokuska

n kepada metode Sadd

Az{-Z{ari<’ah terhadap pelaksanaan

program Zero Street

(36)

Kediri” tingkat kejahatan

Kepolisian Resort Kediri

Crime (ZSC)

2 Dona Margareta (2020) dengan

Judul

“Pelaksanaan Program Zero Street Crime Sebagai Usaha Penanggulanagan

Kejahatan Di Jalanan Oleh Kepolisian Resort Kota Palembang”

Dalam penelitian

tersebut terdapat persamaan

yakni pelaksanaan program Zero

Street Crime mengurangi

tingkat kejahatan

Penelitian tersebut lebih

mengarah kepada gambaran

umum penanggulanan

kejahatan jalanan yang dilakukan oleh

Kepolisian Resort Kota

Palembang

Dalam penelitian ini memfokuska

n kepada metode Sadd

Az{-Z{ari<’ah dalam pelaksanaan

program

“Zero Street Crime”

(ZSC)

3 Manda Aryan Nugraha (2021)

dengan judul

“Implementasi Zero Street Crime (Bebas Kejahatan Jalanan) Sebagai

Upaya

Dalam penelitian

tersebut terdapat persamaan

yakni pelaksanaan program Zero

Penelitian tersebut memfokuskan

kepada penanggulanga

n kejahatan di masa pandemi

Covid-19

Dalam penelitian ini memfokuska

n kepada metode Sadd

Az{-Z{ari<’ah dalam pelaksanaan

(37)

Penanggulangan Kejahatan Di Masa

Pandemi Covid-19 (Studi Polres Lombok Tengah)”

Street Crime dalam rangka

mengurangi tingkat kejahatan

program Zero Street Crime

(ZSC)

4 Ahmad Akbar Maulana Pelaksanaan Program Zero

Street Crime Sistem Dalam Menanggulangi Kejahatan Jalanan Di wilayah Hukum

Polrestabes Makassar

Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan yakni

pelaksanaan program “Zero

Street Crime”

mengurangi tingkat kejahatan

Penelitian tersebut lebih

mengarah kepada gambaran

umum penanggulanan

kejahatan jalanan yang dilakukan oleh

Kepolisian Resor Kota Besar Makasar

Dalam penelitian ini memfokuskan kepada

metode Sadd Az{-Z{ari<’ah dalam pelaksanaan program Zero Street Crime (ZSC)

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya.

Dengan memperhatikan penelitian relevan diatas, maka penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti mempunyai perbedaan dengan peneliti sebelumnya. Penelitian ini lebih memfokuskan pada implementasi program

(38)

Zero Street Crime yang dilakukan Polres Cilacap Ditinjau dari perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah.

F. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan di dalam penelitian ini mudah dipahami, maka akan disusun secara sistematis yang terbagi dalam 5 (lima) bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, bab ini akan memberikan pemaparan tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitan, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Umum, dalam bab ini berisi landasan teoritis mengenai implementasi program zero street crime perspektif Sadd Az{- Z{ari<’ah yang berisikan teori kejahatan, teori kriminologi, program zero street crime, dan Sadd Az{-Z{ari<’ah.

Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang berisi Jenis Penelitian dan Pendekatan, Objek dan Subyek Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Analisis Data.

Bab IV Pembahasan hasil penelitian, dalam bab ini berisi tentang implementasi program Zero Street Crime Polres Cilacap pada tahun 2019 sampai tahun 2021 dan bagaimana pelaksanaan pencegahan kejahatan ditinjau dari perspektif Sadd Az{-Z{ari<’ah.

Bab V Penutup. Bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Dalam bagian kesimpulan, penulis akan memaparkan kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan

(39)

dalam penelitian ini dan memberikan saran sebagai kontribusi dalam memecahkan masalah.

(40)

22 BAB II

LANDASAN TEORI A. Teori Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Istilah kejahatan tentu tidak asing di telinga masyarakat, karena kejahatan merupakan hal yang biasa dijumpai di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Istilah kejahatan tersebut berasal dari kata dasar jahat, jika ditinjau secara etimologis, kejahatan tindakan kejahatan merupakan suatu perbuatan yang di anggap sebagai suatu tindakan yang tidak baik di dasarkan pada sifat perbuatan tersebut, di mana perbuatan itu bisa merugikan masyarakat maupun individu baik secara kerugian secara material maupun non-materil misalnya mencuri, membunuh, merampok, memperkosa dan lain sebagainya.19

Pengertian kejahatan secara yuridis seperti yang dikemukakan oleh W. A. Bonger yang merupakan seorang ahli kriminologi memberikan definisi mengenai kejahatan, ia memaknai kejahatan sebagai suatu tindakan yang bersifat anti sosial dan tidak dikehendaki oleh kelompok sosial masyarakat dan bertentangan dengan pemerintah (Negara) yang kemudian sebagai bentuk balasan penderitaan tersebut

19 A. Rajamuddin, “Tinjauan Kriminologi Terhadap Timbulnya Kejahatan Yang D iakibatkan Oleh Pengaruh Minuman Keras Di Kota Makassar”, Al-Risalah , Volume 15 Nomor 2, 2015, hlm. 266.

(41)

ada pemberian hukuman terhadap pelakunya, maka dari itu ia menganggap bahwa kejahatan merupakan suatu perbuatan immoril.20

Pengertian kejahatan jika dilihat dari persperktif kriminologi, kejahatan merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya suatu tindak kejahatan, akibatnya serta cara penanggulangannya.

Kemudian jika ditinjau dari aspek sosiologis, kejahatan merupakan perbuatan yang merugikan atau melanggar norma-norma serta kaidah- kaidah yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, norma-norma tersebut terbagi ke dalam berbagai jenis diantaranya yaitu norma hukum, aama, adat dan sosial.21 Maka berdasarkan definisi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa kejahatan merupakan suatu perbuatan yang melanggar peraturan/hukum yang ditaati oleh masyarakat karena merugikan orang lain.

Untuk mengetahui bahwa suatu tindakan seseorang termasuk ke dalam tindakan kejahatan atau tindak pidana dapat diukur dengan dasar atau asas dalam hukum yang dikenal dengan asas legalitas (principle of legality) yaitu asas yang menentukan bahwa tidak ada tindakan yang dilarang dan diancam pidana jika tidak diatur dalam undang-undang, atau dalam bahasa latin dikenal dengan nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali. Dan suatu tindakan dikatakan sebagai suatu

20 Totok Sugiarto, Pengantar Kriminologi, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2017), hlm.

21.

21 A. Rajamuddin, “Tinjauan Kriminologi Terhadap Timbulnya Kejahatan yang Diakibatkan Oleh Pengaruh Minuman Keras di Kota Makassar”, Al-Risalah , Volume 15 Nomor 2, 2015, hlm. 266.

(42)

tindakan kejahatan atau tindak pidana apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:22

a. Harus ada pokok kaidah hukum pidana yang mengandung ancaman pidana terhadap pelakunya karena melakukan kejahatan

b. Perbuatan itu bersifat melawan hukum formil dan materil c. Perbuatan tersebut terlebih dahulu dilarang oleh undang-undang d. Tidak adanya alasan pembenaran

e. Dapat dipertanggung jawabkan (tidak ada alasan pemaaf) f. Dapat menginsyafi bahwa perbuatan itu keliru.

2. Pengertian Kejahatan Jalanan

Masalah kejahatan jalanan merupakan masalah sosial yang masih sulit diatasi, tindakan ini terjadi karena sebagian besar motifnya adalah karena masalah ekonomi. Karena permasalahan ekonomi seseorang akhirnya terjerumus kepada perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, kemudian mereka cenderung untuk melakukan suatu tindakan yang dikenal dengan istilah tindak pidana. Sementara istilah tindak pidana sendiri berasal dari bahasa hukum Belanda yaitu stafbar feit, istilah tindak pidana ini didefiniskan oleh Moeljatno sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dimana aturan tersebut disertaoi dengan adanya sanksi berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar aturan tersebut.23

22 A. Rajamuddin, “Tinjauan Kriminologi Terhadap Timbulnya Kejahatan yang Diakibatkan Oleh Pengaruh Minuman Keras di Kota Makassar”, hlm. 267.

23 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 71.

(43)

Melihat kenyataan dimana masih banyaknya tingkat kejahatan yang terjadi di jalanan pendukung terjadinya kejahatan jalanan yakni membaurnya kepentingan banyak orang akan tetapi belum ada aturan yang jelas di jalanan, sehingga setiap orang perlu ditelusuri lebih jauh lagi mengenai sebab-sebab ataupun faktor yang mempengaruhi tingginya suatu tindak kejahatan yang terjadi di jalanan. Mengacu pada kenyataan di masyarakat faktor pendukung terjadinya kejahatan jalanan bisa disebabkan karena membaurnya kepentingan banyak orang akan dan belum ada aturan yang jelas di jalanan, sehingga setiap orang mampu untuk bertindak semaunya. Bahkan persoalan aturan lalu lintas yang sudah ada pun seringkali dilanggar oleh pengguna jalan, dari hal inilah yang memicu peluang cukup besar terjadinya tindakan kejahatan atau kriminalitas, maka berdasarkan hal tersebut memang diperlukan kesadaran dan tingkat kewaspadaan yang tinggi oleh masyarakat agar terhindar dari kejahatan di jalanan.24

Konsep pencegahan kejahatan (Crime Prevention) menurut The National Crime Prevention Institute merupakan proses antisipasi, identifikasi, dan estimasi resiko akan terjadinya kejahatan dan melakukan inisiasi atau sejumlah tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan kejahatan.25

24 Heru Dwi Purnomo, “Peran Tim Anti Bandit Satreskrim Polrestabes Surabaya Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kejahatan Jalanan”, Dialektika, Vol. 14, No. 1, 2019, hlm. 37.

25 Erwin Fisal, Optimalisasi Pencegahan Gangguan Kamtibmas Guna Meningkatkan Stabilitas Keamanan Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, 2014), hlm. 24.

(44)

Pencegahan kejahatan merupakan semua tindakan terorganisir yang mengarah kepada menjaga terjadinya perilaku yang tidak sah atau menekan beberapa perilaku seminim mungkin tindakan yang mengarah pada kejahatan.

Pencegahan kejahatan menurut Steven P. Lab dibagi menjadi tiga metode pencegahan, yaitu:26

a. Primary Prevention (Pencegahan Primer)

Pencegahan secara primer merupakan upaya pencegahan kejahatan yang berhubungan dengan penyingkiran pengaruh lingkungan fisik dan sosial yang memudahkan terjadinya perilaku menyimpang. Pendekatan pencegahan primer tida hanya berfokus kepada satu orang yang dirasa berpotensi melakukan tindakan kejahatan, akan tetapi lebih mengacu pada kondisi fisik dan sosial yang mempengaruhi peluang seseorang untuk melakukan suatu tindakan kejahatan. Kondisi fisik dan sosial yang dimaksud disini yaitu berkenaan dengan tata ruang lingkungan, pengawasan lingkungan oleh masyarakat akan pencegahan kejahatan, pencegahan umum, pendidikan masyarakat akan pencegahan kejahatan, dan standar keamanan masing-masing, pencegahan primer ini sangatlah bergantung pada partisipasi masyarakat.

26 Kasmanto Rinaldi, Dinamika Kejahatan dan Pencegahannya (Potret Beberapa Kasus Kejahatan di Provinsi Riau), (Malang: Ahlimedia Press. 2022), hlm. 67.

(45)

b. Secondary Prevention (Pencegahan sekunder)

Pencegahan secara sekunder merupakan pencegahan sedini mungkin dengan cara mengidentifikasi peleku-pelaku yang potensial dan melakukan intervensi sebelum pelaku terlibat dalam kejahatan.

Kegiatan meliputi berbagai bentuk pembinaan masyarakat ataupun kegiatan lain yang dilakukan oleh unit pembinaan Polri maupun berbagai lembaga pemerintah, agama maupun organisasi lainnya.

c. Tertiary Prevention (Pencegahan Tersier)

Pencegahan tersier merupakan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk melakukan tindakan terhadap pelaku setelah terjadinya suatu kejahatan, yaitu berupa proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan penghukuman terhadap pelaku tindak kejahatan tersebut. Atau dengan kata lain pencegahan ini sangat memfokuskan pada pencegahan terhadap residivis melalui peran yang dimiliki oleh Polri dan agen lainnya dalam sistem peradilan pidana.

Dari apa yang telah diuraikan di atas bisa dilihat bahwa sasaran pokok pencegahan primer adalah masyarakat secara keseluruhan dan pola koordinasi antara masyarakat dan aparat yang berwenang dalam proses pencegahan kejahatan tersebut. Sasaran dari pencegahan sekunder merupakan individu-individu yang memiliki potensi untuk melakukan pelanggaran ataupun tindak kriminalitas, sementara sasaran utama dari

(46)

konsep pencegahan tersier adalah residivis atau orang yang sudah pernah melakukan tindak kriminal sebelumnya.

3. Pengertian Penjahat

Jika merujuk pada KUHP maka istilah penjahat sulit ditemukan, hal ini dikarenakan dalam KUHP hanya dikenal istilah tersangka, terdakwa, atau terhukum jika seseorang terbukti melakukan kejahatan.

Maka untuk mengetahui makana istilah penjahat (Criminil) Mabel Elliot menyebutkan bahwa penjahat merupakan orang yang gagal dalam menyesuaikan dirinya dengan norma-norma masyarakat sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat. Norma yang berlaku dalam masyarakat dalam hal ini yaitu norma agama, norma kesusilaan, kebiasaan yang mengatur tingkah laku masyarakat.27

B. Teori –teori Kriminologi

Istilah kriminologi berasal dari rangkaian kata Crime dan Logos.

Crime bermakna kejahatan, sementara Logos bermakna ilmu pengetahuan.

Berdasarkan dua kata tersebut maka kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai kejahatan. Ruang lingkup ilmu kriminologi mencakup gejala-gejala kejahatan, faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan, dan perilaku dari pelaku tindak kejahatan tersebut sehingga ia melakukan tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku di kehidupan masyarakat, termasuk dalam ilmu kriminologi yaitu

27 Totok Sugiantoro, Pengantar Kriminologi (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2017), hlm. 25.

(47)

upaya-upaya yang bisa dilakukan guna mencegah terjadinya tindak kejahatan, dan juga upaya penanggulangan kriminalitas.28

Beberapa teori kriminologi yang bisa mendeskripsikan mengenai pola serta bagaimana tindak kejahatan itu bisa terjadi antara lain:

1. Teori Differential Association

Teori ini pada pokoknya mengetengahkan suatu penjelasan sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan. Kejahatan dipelajari melalui interaksi dengan orang-orang lain dalam kelompok- kelompok pribadi yang intim. Proses belajar itu menyangkut teknik- teknik untuk melakukan kejahatan serta motif-motif, dorongan- dorongan, sikap-sikap dan pembenaranpembenaran yang mendukung dilakukannya kejahatan. Postulat yang dikemukakan oleh Edwin H Sutherland dan Donald Cressey dalam kerangka teori “Differential Association” ini adalah sebagai berikut:29

a. Kejahatan dipelajari secara negatif ini berarti bahwa kejahatan tidak diwariskan.

b. Kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang- orang lain melalui proses komunikasi.

c. Bagian pokok proses belajar kejahatan berlangsung di dalam kelompok- kelompok pribadi yang intim.

28 Totok Sugiantoro, Pengantar Kriminologi..., hlm. 1-3.

29 Aroma Elmina Martha, Kriminologi (Sebuah Pengantar), (Yogyakarta: Buku Litera, 2020), hlm. 75-76.

(48)

d. Proses belajar meliputi:

1) Teknik- teknik untuk melakukan kejahatan yang kadangkala sangat rumit dan kadang- kadang sangat sederhana

2) Arah motif, dorongan, pembenaran dan sikap- sikap.

e. Arah khusus motif dan dorongan dipelajari dari definisi-definisi tentang menguntungkan atau tidaknya aturan-aturan hukum.

f. Seseorang menjadi delinkuen oleh karena ia lebih mempunyai definisi yang mendukung pelanggaran hukum dibandingkan dengan definisi-definisi yang tidak mendukung pelanggaran hukum.

g. Pengelompokan yang berbeda- beda mungkin beraneka ragam dalam frekuensi, lamanya, prioritas dan intensitasnya.

h. Proses belajar kejahatan melalui pengelompokkan dengan pola- pola kejahatan atau anti kejahatan menyangkut semua mekanisme yang terdapat dalam proses belajar apa pun.

i. Walaupun kejahatan merupakan pencerminan kebutuhan- kebutuhan dan nilai- nilai umum, akan tetapi tidak dijelaskan oleh kebutuhan- kebutuhan dan nilai- nilai tersebut, oleh karena perilaku yang bukan kejahatan pun merupakan pencerminan nilai- nilai dan kebutuhan- kebutuhan yang Sama.

(49)

2. Teori kontrol sosial

Pengertian teori kontrol atau control theory merujuk kepada setiap perspektif yang membahas tentang hal pengendalian tingkah laku manusia. Sementara itu, pengertian teori kontrol sosial atau social control theory merujuk kepada pembahasan delikuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis, anatara lain struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok dominan.

Ditinjau dari akibatnya, kemunculan teori kontrol disebabkan tiga ragam perkembangan dalam kriminologi. Pertama, adanya reaksi terhadap orientasi labeling dan konflik yang kembali menyelidiki tingkah laku kriminal. Kriminologi konservatif (sebagaimana teori ini berpijak) kurang menyukai “kriminologi baru” atau “new criminology” dan hendak kembali kepada subyek semula, yaitu penjahat (criminal). Kedua, munculnya studi tentang “criminal justice” dimana sebagai suatu ilmu baru telah mempengaruhi kriminologi menjadi lebih pragmatis dan berorientasi pada sistem.

Ketiga, teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik penelitian baru, khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni self report survey. Versi teori kontrol sosial yang dikemukakan oleh Travis Hirschi menjelaskan bahwa keterkaitan sosial meliputi empat unsur, yaitu attachment, involvement, commitment, dan belief.

Attachment diartikan sebagai keterikatan seseorang pada orang lain atau lembaga yang dapat menghambat atau mencegah seseorang untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada level sociocultural practice wacana kelompok Pro Pemilihan dipengaruhi aspek kultural, institusional, aspek situasi lokal, dan aspek situasi nasional; (4)

Telah menjadi fenomena budaya, bagaimana konsep-konsep modernitas yang ditawarkan oleh kolonialisme Barat telah begitu menarik dan memesona, sehingga hampir seluruh dunia

Hasil dari penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Perbandingan jumlah skripsi karya mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan FBS UNY yakni:

[r]

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor : 310/ULP-POKJA.JK-1/VIII/2016 Tanggal 09 Agustus 2016 dan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 309/ULP-POKJA.JK-1/VIII/2016 Tanggal

Jalan Kolonel Wahid

Pada eksperimen ini anda akan menentukan laju reaksi logam Mg dengan larutan asam klorida dengan cara mengukur volum gas hidrogen yang dihasilkan pada selang

2015 (Lelang Ulang) telah melaksanakan monitoring pendaftaran terhadap calon penyedia melalui website lpse Polda Sumsel dengan alamat website : http/ /www