• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan modul praktikum berbasis phet untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis kelas XI di MAN 2 Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengembangan modul praktikum berbasis phet untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis kelas XI di MAN 2 Mataram"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM BERBASIS PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS XI DI MAN 2 MATARAM

Oleh NURFIKAYATI

NIM 170108008

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2023

(2)

ii

"PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM BERBASIS PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS XI DI MAN 2 MATARAM"

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh NURFIKAYATI

NIM 170108008

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2023

(3)

iv

(4)

v

(5)

vi

(6)

vii

(7)

viii

MOTTO

(8)

ix

PERSEMBAHAN

usaha serta do`a Bapak dan Ibu aku bisa pada titik ini. Terimakasih juga saya ucapkan kepada semua Guru dan Dosenku, karena tanpa ilmu serta didikan dari kalian berikan, aku tidak akan bisa menempuh pendidikan

(9)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya. Amin

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, antara lain:

a) Bapak Dr. Bahtiar M.Pd.Si selaku pembimbing I yang banyak meluangkan waktu, arahan dan bimbingan dalam pembuatan proposal skripsi ini.

b) Ibu Nevi Ernita, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi saran selama penulis melakukan penulisan proposal skripsi ini.

c) Bapak Lalu Ahmad Didik Meiliyadi, MS. dan Bapak Lalu Usman Ali, M.Pd Selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Fisika UIN Mataram yang telah memberikan apresiasi dalam kelancaran pembutan proposal skripsi ini.

d) Bapak Dr. Jumarim, M. Hi Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang telah memberikan apresiasi dalam kelancaran pembutan proposal skripsi ini.

e) Bapak Prof. Dr. H. Masnun M.Ag. Selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan apresiasi dalam kelancaran pembutan proposal skripsi ini.

f) Bapak dan Ibu dosen UIN Mataram terkhusus dosen Tadris Fisika yang telah banyak membimbingku selama menuntut ilmu di UIN Mataram yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

g) Ayah, Ibu dan Saudara-saudariku tercinta yang telah banyak memberikan bantuan baik moral dan material.

h) Teman-taman dibangku kuliah khususnya mahasiswa/mahasiswi Kelas A dan B Tadris Fisika angkatan 2017.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin

(10)

xi

3 Penulis,

Nurfikayati

(11)

xii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTO viii HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR i DAFTAR TABEL ii DAFTAR LAMPIRAN i BAB I PENDAHULUAN A. 1 B. C. D. 10 BAB II KAJIAN TEORITIK

A.

B.

C.

BAB III METODE PENELITIAN A.

B. Tempat dan Wak C.

D.

E. Langkah-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. H

B.

C.

(12)

xiii

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA `

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

36

Gambar. 4.4 Tampilan Isi Langkah Kerja Modul Praktikum.... 39 40

(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3

Tabel 3.5 Kategori kepraktisan Modul Praktikum Respon siswa .. 29

Tabel 3.6 kategori keefektifan ... 30

Tabel 4.1 Aspek Kelayakan Isi ... 42

Tabel 4.2 Aspek kelayakan penyajian ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Validasi Ahli Bahasa ... 45

Tabel 4.4 kevalidan kualitas penyajian ... 46

Tabel 4.5 Analisis Kepraktisan Modul Praktikum Respon Siswa . 47

Tabel 4.7 data hasil pretest Uji Lapangan ... 48

Tabel 4.8 Hasil Posttest Uji Lapangan ... 49

Tabel 4.9 revisi produk oleh ahli materi ... 50

Tabel 4.10 Revisi Produk oleh Ahli Media ... 52

(15)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Telah Melakukan Penelitian Lapangan Lampiran 3 Modul Praktikum

Lampiran 4 Validasi Ahli Materi Lampiran 5 Validasi Ahli Bahasa

Lampiran 6 Validasi Kualitas Penyajian Lampiran 7 Validasi Kualitas Kegrafikan

Lampiran 8 Kepraktisan Modul Praktikum Respon Siswa Lampiran 9 Hasil Pre-tes Siswa

Lampiran 10 Hasil Post-tes Siswa Lampiran 11 Dokumentasi

(16)

xvii

"PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM BERBASIS PHET UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS XI DI MAN 2 MATARAM"

NURFIKAYATI NIM 170108008

Abstrak

Penelitian yang telah dilakukan ini yang bertujuan menghasilkan modul praktikum berbasis phet untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan dengan menggunakan metode penelitian ADDIE. Model penelitian meliputi tahap Analysis, Design, Develop, Implement, dan evaluate. Sumber data pada penelitian ini adalah data penilaian validitas yang diberikan oleh 4 validator, dimana terdiri dari 2 orang dosen fisika dan 2 orang guru fisika.

Dimana 2 orang dosen fisika sebagai ahli materi, dan 2 orang guru fisika sebagai ahli media. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil belajar pengembangan modul praktikum berbasis phET memperoleh nilai rata-rata 80.57 dikategorikan layak atau valid untuk digunakan dalam proses belajar mengajar.

Kata kunci: Modul Praktikum, PhET, ADDIE, Hasil Belajar

(17)

18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perubahan kurikulum antara lain bertujuan untuk mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi menuju pendidikan sebagai proses. Pembelajaran dilakukan dengan melibatkan semua peserta didik supaya mereka mampu bereksplorasi membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dikatakan siswa sudah mengalami pendidikan sebagai suatu proses. Walaupun demikian, proses pembelajaran dalam paradigma lama yakni pembelajaran yang berpusat pada guru masih melekat pada proses pembelajaran saat ini. Kegiatan belajar mengajar masih menjadikan siswa sebagai obyek pembelajaran yang pasif. Padahal pembelajaran fisika bukan hanya menyampaikan konsep, fakta, maupun prinsip dengan hanya sekedar memberi materi dengan ceramah. Pembelajaran fisika akan lebih berkesan dan terasa nyata jika siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran misalnya dalam kegiatan eksperimen.1

Salah satu tujuan pembelajaran fisika yang tercantum dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) yaitu agar peserta didik mampu mengembangkan pengalaman melalui percobaan agar dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis. Keterampilan-keterampilan yang tertera dalam tujuan pembelajaran fisika menurut BNSP tersebut merupakan sejumlah keterampilan yang terdapat pada keterampilan proses sains. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah keterampilan proses sains (KPS).2 Keterampilan proses sains adalah kegiatan yang peserta didik melakukan penyelidikan ilmiah yang memungkinkan terjadinya akuisisi pengetahuan ilmiah dan keterampilan.

Pentingnya mengajarkan keterampilan proses sains adalah memungkinkan peserta didik untuk menggambarkan objek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, membangun penjelasan, menguji mereka penjelasan terhadap pengetahuan ilmiah saat dan mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada orang lain.3

Menurut Semiawan, beberapa alasan pentingnya meninjau keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains diantaranya adalah peserta didik lebih memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh dalam prestasi afektif, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis siswa, ada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains.4

1 D. Rahmawati, S. E. Nugroho, N. M. D. Putra, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Berbasis Eksperimen Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Unnes Physics Education Journal, 2014.Vol, 3.No, 1.Hlm 14.

2 Ratih Indah Puji Hartini, Penggunaan Levels Of Inquiry Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika, Maret 2017.Vol, 2.No, 1.Hlm 19.

3 Arief Juang Nugraha , Hardi Suyitno & Endang Susilaningsih. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar Melaui Model PBL.Journal of Primary Education, 2017.Vol, 6.No, 1.Hlm, 36.

4 Eli Sumiati, Damar Septian, F. Faizah, Pengembangan modul fisika berbasis Scientific Approach untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa.Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 2018.Vol, 4.No, 2.Hlm 76.

(18)

19

Menurut Aktamis dan Ergin, keterampilan proses sains menjadi alat yang penting untuk belajar dan memahami sains, juga penting dalam mendapatkan pengetahuan tentang sains. Keterampilan tersebut tidak dapat ditawar lagi keberadaannya, karena keterampilan proses sains dalam pembelajaran merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam mengembangkan potensinya dalam proses pembelajaran.5 KPS sangatlah penting untuk mengembangkan ilmu pendidikan serta kualitas belajar siswa baik itu teori maupun keterampilan dalam bereksperimen. Salah satu permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran (Kusuma dkk, 2015). Kualitas pembelajaran meliputi keterampilan-keterampilan siswa dalam menemukan sesuatu hal baru.6

Belajar dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis.7 Untuk mendukung keterampilan proses sains di butuhkan bahan ajar sebagai panduan pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu aspek yang berperan sebagai sumber belajar yang sangat dibutuhkan dalam hal ini.Salah satu bahan ajar adalah modul. Modul pembelajaran adalah unit terkecil dari pengajaran dan program pembelajaran, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara individual atau diajarkan. Modul adalah alat yang menyediakan materi pelajaran secara logis, berurutan, teratur, membimbing siswa melalui konten dan penilaian.8 Modul dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Menurut Hamdani modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan meteri pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancan secara sistematis dan bahasa yang komunikatif dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.9

Menurut Hamalik modul adalah suatu paket pengajaran yang berisi suatu unit terkecil dan bertahap dari suatu mata pelajaran tertentu.Modul disusun agar siswa dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik- baiknya.Bagi guru, modul bisa digunakan sebagai acuan dalam menyajikan dan memberikan materi selama diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Hartoyo, modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul adalah media pembelajaran yang mendorong

5 Vivi Lusidawaty, Yanti Fitria, Yalvema Miaz, Ahmad Zikri, Pembelajaran IPA Dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, tahun 2020. Vol, 4.No, 1.Hlm 169.

6 S Sirajuddin, Haris Rosdianto, Emi Sulistri, Penerapan Model REACT untuk Meningkatkan Keterampilan Proses sains siswa pada materi arus listrik. Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 2018.Vol, 4.No, 1. Hlm 18

7 Yeni Suryaningsih, Pembelajaran Berbasis Praktikum Sebagai Sarana Siswa Untuk Berlatih Menerapkan Keterampilan Proses Sains Dalam Materi Biologi. Jurnal Bio Educatio, Oktober 2017.Vol, 2.No, 2.Hlm 50.

8 Arini Kumala Sari, Winda Trisnawati, Integrasi Keterampilan Abad 21 Dalam Modul Sociolinguiatics: Keterampilan 4C (Collaboration, Communication, Critical Thinking, dan Creativity). Jurnal Muara Pendidikan, 2019. Vol, 4 No, 2.Hlm 456.

9 Taufik Solihudin JH, Pengembangan e-modul Berbasis Web Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Pengetahuan Fisika pada Materi Listrik Statik Dan Dinamis SMA, Jurnal Wahana Pendidikan Fisika (2018) Vol.3 No.2, hlm 53.

(19)

20

siswa untuk belajar secara mandiri serta membantu guru dalam menyampaikan materi agar tercapainya tujuan pembelajaran.10

Selain itu, menurut Fatimah, keunggulan bahan ajar modul adalah modul dapat dijadikan sebagai bahan ajar mandiri yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri (Fatimah, Sarwanto, & Aminah). Penulisan modul bertujuan: (1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru/instruktur, dan (3) Penggunaan secara tepat dan bervariasi, seperti meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya, memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya dan memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.11

Saat ini ada berbagai cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas suatu pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan media pembelajaran berbantuan teknologi komputer. Salah satu media teknologi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika di SMA adalah simulasi PhET (Physich Education Technology). PhET merupakan simulasi sains yang diciptakan oleh University of Colorado berupa simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan kimia untuk kepentingan pengajaran disekolah maupun belajar mandiri.Simulasi PhET menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif.12 The PhET Team menjelaskan bahwa PhET adalah situs yang menyediakan simulasi pembelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika, yang diberikan secara gratis oleh Universitas Colorado untuk kepentingan pembelajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu. Kelebihan dari simulasi ini yakni (1) dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkan keterlibatan dan interaksi dengan peserta didik, (2) mendidik peserta didik agar memiliki pola berpikir konstruktivisme, dimana peserta didik dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan virtual dari simulasi yang dijalankan, (3) membuat pembelajaran menjadi lebih menarik karena peserta didik dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut, dan (4) memvisualisasikan konsep-konsep IPA dalam bentuk model nyata.13

Penerapan media simulasi PhET dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan bantuan modul praktikum.Menurut Karanggulimu, penggunaan modul praktikum dengan simulasi PhET dapat membantu siswa untuk melakukan praktikum mandiri dan memudahkan siswa untuk memahami materi Fisika. Fisika diperlukan dalam kehidupan

10 Albertus Laurensius Setyabudhi, Sanusi. Perancangan Modul Menggambar Teknik Berbasiskan Kompetensi Untuk Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Ibnu Sina.Jurnal Teknik Ibnu Sina (JT-IBSI), Oktober 2019. Vol, 4.No, 2.Hlm 21.

11 Anggraini Diah Puspitasari, Penerapan Media Pembelajaran Fisika Menggunakan Modul Cetak dan Modul Elektronik Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, maret 2019. Vol, 7.No, 1.Hlm 20.

12 Melva Oktaviana, Desy Hanisa Putri, dan Eko Risdianto. Pengembangan Modul Elektronik Berbantuan Simulasi Phet Pada Pokok Bahasan Gerak Harmonik Sederhana di SMA.Jurnal Kumparan Fisika, Agustus 2020.Vol, 3.No, 2.Hlm 132.

13 Aprina Defianti, Dedy Hamdani, Ahmad Syarkowi. Penerapan Metode Praktikum Virtual Berbasis Simulasi Phet Berbantuan Guided-Inquiry Module Untuk Meningkatkan Pengetahuan Konten Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, Mei 2021. Vol, 11.No, 1.Hlm 48.

(20)

21

sehari-hari, namun tidak sedikit orang yang menganggap fisika sebagai ilmu yang kurang menarik.Hal ini disebabkan fisika erat hubungannya dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang membutuhkan penalaran ilmiah. Kesulitan untuk memahami konsep-konsep fisika yang dialami oleh siswa bukan hanya karena faktor materi yang disampaikan dilibatkan dalam proses belajar mengajar.14

Agar pencapaian hasil belajar mereka meningkat, maka diperlukan perubahan metode mengajar yang tadinya berpusat kepada guru, lalu dirubah berpusat pada siswa agar mereka memperoleh pengetahuan dan gejala-gejala alam, sehingga hasil belajar mereka meningkat.

Salah satu metode yang dianggap baik dan menjadikan pembelajaran fisika lebih bermakna serta memperoleh pengetahuan dan gejala-gejala alam adalah melalui penggunaan laboratorium virtual. Penggunaan media ini dipastikan dapat meningkatkan pemahaman konsep, prinsip, dan proses dalam bidang fisika, yang pada akhirnya hasil belajar siswa meningkat. Masalahnya muncul ketika sekolah belum terakses dengan internet, sehingga dipastikan akan merepotkan sang guru dalam mempergunakan simulasi ini. Tanpa akses internet yang merata, digitalisasi pembelajaran di daerah mustahil tercipta.15

Dalam upaya meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa telah banyak dilakukan oleh para peneliti dengan berbagai cara. Tetapi dalam penelitian untuk meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa akan dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan media simulasi komputer. Media simulasi komputer yang akan digunakan disini adalah simulasi PhET (Physics Education Technology).Pilihan simulasi PhET dalam penelitian ini juga didasari pertimbangan bahwa, simulasi PhET dapat meniru perilaku sistem nyata, suatu strategi pembelajaran yang dapat mempermudah memahami konsep berdasarkan informasi yang terkandung pada rangkaian listrik, menarik, membangkitkan kesadaran tentang konsep atau prinsip, menuntut partisipasi aktif, dan belajar banyak hal.16

Efektivitas pemanfaatan PhET sebagai media pembelajaran, sudah pernah dikemukakan dalam beberapa hasil penelitian diantaranya: 1) Adam mengemukakan bahwa, simulasi PhET mampu memvisualisasikan dengan baik konsep materi yang awalnya sulit untuk dipahami ketika pembelajaran disajikan dengan metode ceramah; 2) Prihatiningtyas, diketahui bahwa hasil belajar dengan menggunakan PhET Simulation lebih efektif dibandingkan dengan KIT sederhana dalam membantu peserta didik memahami konsep untuk konten fisika yang bersifat abstrak. Penggunaan KIT sederhana membutuhkan waktu relatif lebih lama karena KIT harus dirangkai terlebih dahulu sebelum siap digunakan, dibandingkan pembelajaran dengan PhET Simulation yang praktis dan menyenangkan; 3)

14 Arbaul Fauziah, Hasna Husniah, Ahmad Fahrudin. Pengembangan Buku Petunjuk Kinerja Siswa MA/SMA Kelas XI Berbasis Phet Interacktiv Simulasion Sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Fisika Pada materi Fluida Dinamis.Silampari Jurnal Pendidikan Ilmu Fisika, 2021. Vol. 3, No.2.Hlm 101.

15 Zulkarnaini, Zamzami dan Mahyuddin, Pengaruh Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar Fisika pada Materi Rangkaian Arus Bolak Balik, Desember 2019, hlm 791.

16 Muhammad Azzarkasyi, A. Halim dan Suhrawardi Ilyas, Dampak Penggunaan Media Simulasi Phet Untuk Meminimalkan Kuantitatif Miskonsepsi Siswa Pada Pembelajaran Listrik Dinamis, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01 (2015), hlm 108.

(21)

22

Pembelajaran yang memanfaatkan simulasi PhET diperoleh hasil belajar peserta didik lebih baik daripada peserta didik yang tanpa menggunakan simulasi PhET.17

Dari beberapa penelitian pembuatan modul pembelajaran mandiri yang pernah dilakukan didapatkan bahwa modul praktikum mandiri menggunakan simulasi PhET efektif dalam membantu siswa untuk memahami konsep fisika, misalnya penelitian tentang Desain Modul Praktikum Mandiri Pembiasan Cahaya Menggunakan Simulasi PhET Bleding Light dapat membantu mahasiswa melakukan percobaan secara mandiri.18

Salah satu materi yang abstrak untuk dipahami oleh siswa adalah Listrik Dinamis karena sebagian besar dari apa yang dipelajari pada materi tersebut secara fisis sulit untuk diamati. Meskipun gejala-gejala yang timbul, seperti lampu menyala redup atau terang, sengatan listrik jika kabel listriknya terkelupas bisa dilihat dan dirasakan (makroskopis), tetapi pada materi ini siswa lebih ditekankan untuk memahami penyebab dari munculnya gejala-gejala tersebut. Penyebab- penyebab tersebut adalah karakteristik rangkaian listrik, arus listrik, tegangan, hambatan, energi listrik dll di mana belum ada contoh atau gambar nyata yang dapat mengilustrasikan itu semua. Oleh karena itu, penggunaan PhET dalam pembelajaran Listrik Dinamis sangat diperlukan, agar siswa bisa lebih memahami konsep dan keterkaitan antar variabel yang terlibat dalam rangkaian listrik.19

Pemahaman konsep siswa yang kurang baik salah satunya dapat disebabkan oleh adanya miskonsepsi. Berdasarkan studi literatur, cukup banyak siswa yang mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran fisika, seperti pada konsep mekanika, listrik dan magnet, optik dan gelombang, suhu dan kalor, serta fisika modern. Umit Turgut, dkk. menunjukkan bahwa cukup banyak siswa memiliki kesalahpahaman tentang konsep listrik, salah satunya siswa tidak bisa membedakan antara beberapa konsep seperti beda potensial, arus, dan energi. Untuk mendiagnosis miskonsepsi, instrumen soal tidak bisa menggunakan soal yang beredar banyak pada buku siswa, namun soal yang lebih mengacu pada pendekatan konsep.

20

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti menganggap perlu melakukan penelitian dengan judul "Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Phet Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Listrik Dinamis". Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siswa.

17 Antomi Saregar, Pembelajaran Pengantar Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan Media Phet Simulation Dan LKM Melalui Pendekatan Saintifik: dampak Pada Minat Dan Penguasaan Konsep Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 05 (1) (2016), hlm 55.

18 Matius Umbu Laga, Debora Natalia Sudjito dan Diane Noviandini, Desain Modul Pembelajaran Mandiri Tentang Gerak

Parabola Pada Bidang Datar Dengan Memperhitungkan Gesekan Udara, Jurnal Sains dan Edukasi Sains Vol.2, No.2, Agustus 2019, hlm 43.

19 Neti Nafrianti, Z. A. Imam Supardi dan Erman, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan PhET Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa, Vol. 6, No. 1, Nov 2016, hlm 1102.

20 Ismiara Indah Ismail, Achmad Samsudin, Endi Suhendi dan Ida Kaniawati, Diagnostik Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test, Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains (2015), hlm 381.

(22)

23

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. modul praktikum yang layak untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi Listrik Dinamis.

2. modul praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi listrik dinamis.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah modul praktikum yang layak dan valid untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis ?

2. Bagaimanakah modul praktikum dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis ?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, baik dari segi teoretis maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih luas tantang pengembangan modul praktikum berbasis phet, sehingga penggunaan modul praktikum ini dapat membantu siswa sebagai panduan sebelum melakukan praktikum .

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberi masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran fisika terkait penggunaan modul praktikum sebagai panduan dalam melakukan praktikum.

b. Bagi peserta didik

Diharapkan modul praktikum dapat membuat peserta didik lebih memahami materi dengan mudah, mandiri, dan tidak terbatas oleh waktu. Sehingga pelajaran fisika menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan terasa lebih mudah dipahami.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan modul praktikum dalam proses pembelajaran.

(23)

24

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Konsep Pengembangan Model

Soenarto memberikan batasan tentang penelitan pengembangan sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh Borg & Gall bahwa, penelitian pengembangan adalah usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan. Seel & Richey juga memberikan pengertian bahwa, pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan atau sering disebut juga sebagai penelitian pengembangan, dilakukan untuk menjembatani antara penelitian dan praktik pendidikan.21

Dalam menggunakan model pengembangan modul berbasis PhET peneliti memilih menggunakan Model Borg & Gall dengan metode research and development (R&D) ini membutuhkan model sebagai penunjang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Model ADDIE yaitu model desain pembelajaran dengan pendekatan sistemasis untuk menciptakan sistem instruksional dalam memecahkan masalah belajar Tahap-tahap pada model ini adalah:

1. Analysis (Analisis)

Menganalisis perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan. Tahapan analisis secara garis besar mencakup tiga hal yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter peserta didik.

2. Design (Desain)

Desain merupakan proses merancang konsep produk baru di atas kertas. Merancang perangkat pengembangan produk baru yang ditulis secara rinci.

3. Development (Pengembangan)

Mengembangkan perangkat produk (materi/bahan dan alat) yang diperlukan dalam pengembangan berbasis pada hasil rancangan produk. Pada tahap ini mulai dibuat produk yang sesuai dengan struktur model dan membuat instrument untuk mengukur kinerja produk.

4. Implementation (Pelaksanaan)

Pada tahap ini perangkat produk yang telah dikembangkan dapat diimplementasikan secara nyata yaitu di kelas. Setelah penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik.

5. Evaluation (Evaluasi)

21 Made Tegeh, Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan Dengan Addie Model. Jurnal Ika. Vol, 11.No, 1. 2013. Hal, 13.

(24)

25

Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

Gambar 2.1. Prosedur Model ADDIE

B. Kerangka Teoritik

Dalam proses pembelajaran di kelas guru biasanya hanya menggunakan media pembelajaran berupa text book, metode pengajaran berupa ceramah dan penugasan. Dalam proses pembelajaran fisika bukan hanya dapat dijelaskan dengan teori semata, namun juga harus diperkuat dengan eksperimen ataupun demonstrasi agar tercapainya tujuan pembelajaran fisika. Penggunaan metode eksperimen yang seharusnya sering dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak berlangsung lancar karena keterbatasan alat yang tersedia di sekolah dan peralatan yang dibutuhkan untuk eksperimen belum tersedia di laboratorium. Meskipun guru sangat menginginkan kegiatan eksperimen ataupun demonstrasi dilakukan rutin pada setiap sub bahasan dengan harapan dapat membuat siswa terbiasa dengan kegiatan eksperimen serta melatih keterampilan proses sains siswa. Namun dengan kondisi peralatan yang ada, kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan.

Menyikapi hal-hal tersebut, terutama mengenai keterbatasan alat di laboratorium fisika, maka dibutuhkannya inovasi dalam proses pembelajaran melalui penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi, salah satunya penggunaan modul praktikum berbasis PhET untuk memperlancar proses pembelajaran. Modul praktikum ini berfungsi sebagai buku panduan praktikum sedangkan PhET (Physic Education Technology) itu sendiri adalah media pembelajaran hasil pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan oleh Universitas Colorado. PhET simulasi merupakan alat bantu secara virtual yang menyerupai keadaan sebenarnya, sehingga PhET simulasi ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan praktikum pembelajaran fisika. PhET simulasi menjadi alternatif solusi ketika praktikum fisika secara empirik di laboratorium fisika tidak dapat dilaksanakan secara maksimal karena berbagai hal yang dialami sekolah.Permasalahan yang dihadapi sekolah diantaranya laboratorium yang kurang memadai, ruang laboratorium yang dialihfungsikan menjadi ruang kelas, alat-alat praktikum yang kurang ideal, serta waktu pelaksanaan praktikum yang kurang efektif dan efisien.Jadi dalam hal ini PhET mampu menampilkan gambaran yang tidak tampak oleh mata dalam bentuk simulasi interaktif

ADDIE Development (Pengembanga

n)

Evaluation (Evaluasi) Implementation (Pelaksanaan)

Analysis (Analisis)

Design (Desain)

(25)

26

sehingga dapat membantu membangun pemahaman siswa.Selain itu, sifat interaktif yang dimiliki oleh PhET PC memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran, sehingga dapat memberikan suatu pengalaman bermakna bagi siswa yang memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Sejauh ini PhET masih menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan masih belum ada arahan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebagai bentuk optimalisasi penggunaan PhET agar mudah dimengerti oleh siswa dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran, maka dibutuhkan modul praktikum berbasis PhET sebagai bahan ajar yang dapat memberikan petunjuk secara detail dalam pemanfaatan program ini. Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

C. Rancangan Model

Berdasarkan dari model pengembangan Borg and Gall, prosedur pengembangan Model Praktikum yang ditempuh dalam Penelitian ini dirancang sebagai Research and Development (R&D) yang merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan modul berbasis PhET pada materi listrik dinamis.

Dalam penelitian ini model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan adalah model desain pembelajaran ADDIE. (Analysis-Design-Develop- Implement-Evaluate) dengan dasar pertimbangan bahwa model tersebut cocok untuk mengembangkan produk model pembelajaran yang tepat sasaran, efektif, efisien dan berkualitas. Pada tahap rancangan pengembangan ini ada tahap-tahap yang harus dipenuhi diantaranya:

Gambar 2.2. Prosedur Model pengembangan ADDIE Analisis

(Analysis)

Implementasi (Implementation)

Evaluasi (Evaluations)

Design (Design)

Pengembangan (Development) Revision

Revision Revision

Revision

(26)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui modul praktikum yang layak dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis.

2. Untuk mengetahui peningkatan modul praktikum dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Listrik Dinamis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di MAN 2 Mataram, Jl. Pendidikan No.25, Dasan Agung Baru, Kec. Selaparang, Kota Mataram

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan, 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan berlangsung.

C. Karakteristik Model yang di kembangkan

Subjek pada penelitian ini adalah MAN 2 Mataram pada siswa kelas XI MIPA.

Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan Modul berbasis PhET untuk materi listrik dinamis, perangkat pembelajaran ini akan diuji validitas dan praktikalitas.

Sasaran dalam penelitian pengembangan terdiri dari guru fisika MAN 2 Mataram sebagai responden dalam uji praktikalitas, dan siswa-siswi MAN 2 Mataram kelas XI MIPA yang keseluruhannya terdiri dari 35 siswa, sebagai responden dalam uji coba pada tahap pengembangan untuk menunjukkan praktikalitas pengembangan modul berbasis PhET.

D. Pendekatan dan Metode Penelitian

Model ADDIE dalam mendesain sistem instruksional menggunakan pendekatan sistem. Esensi dari pendekatan sistem adalah membagi proses perencanaan pembelajaran ke beberapa langkah, untuk mengatur langkah-langkah kedalam urutan-urutan logis, kemudian menggunakan output dari setiap langkah sebagai input pada langkah berikutnya. Model intruksional ADDIE merupakan proses instruksional yang terdiri dari lima fase, yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi yang dinamis.Tahapan dari Model ADDIE diimplementasikan sebagai berikut:

1. Analisis

Dalam tahapan ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan modul praktikum dalam tujuan pembelajaran, beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Analisis kinerja

Dalam tahapan ini, mulai dimunculkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran.

b. Analisis siswa

(27)

28

Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan perkembangannya. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa yang beragam. Hasil analisis siswa berkenaan dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat dijadikan gambaran dalam mengembangkan bahan ajar dalam pembelajaran. Beberapa poin yang perlu didapatkan dalam tahapan ini diantaranya:

Karakteristik siswa berkenaan dengan pembelajaran

Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan pembelajaran

Kemampuan berpikir atau kompetensi yang perlu dimiliki siswa dalam pembelajaran

Bentuk pengembangan bahan ajar yang diperlukan siswa agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kompetensi yang dimiliki.

c. Analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran

Analisis materi berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip dan prosedur merupakan bentuk identifikasi terhadap materi agar relevan dengan pengembangan modul praktikum dalam pembelajaran. Dalam tahap ini, analisis dilakukan dengan metode studi pustaka. Tujuan dari analisis fakta, konsep, prinsip dan prosedur materi pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama materi yang akan diajarkan dan disusun secara sistematik. Analisis ini dapat dijadikan dasar untuk menyusuk rumusan tujuan pembelajaran.

d. Analisis tujuan pembelajaran

Analisis tujuan pembejaran merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa. Pada tahap ini, ada berapa poin yang perlu didapatkan diantaranya:

Tujuan pembelajaran yang telah ditentukan Ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dengan demikian, tahapan ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan bahan ajar dalam pembelajaran.

2. Desain

Tahapan desain meliputi beberapa perencanaan pengembangan bahan ajar diantaranya meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut

a. Penyusunan bahan ajar dalam pembelajaran kontektual dengan mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar untuk menentukan materi pembelajaran berdasarkan fakta, konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu pembelajaran, indikator dan instrumen penilaian siswa

b. Merancang skenario pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran

c. Pemilihan kompetensi bahan ajar

d. Perencanaan awal perangkat pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi mata pelajaran

e. Merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar dengan pendekatan pembelajaran.

3. Pengembangan

Pengenbangan dalam Model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk dalam hal ini adalah bahan ajar. Langkah pengembangan dalam penelitisn ini meliputi

(28)

29

kegiatan membuat dan memodifikasi bahan ajar. Dalam tahap desain telah disusun kerangka konseptual pengembangan bahan ajar. Dalam tahap pengembangan kerangkangka konseptual tersebut direalisasikan dalam bentuk produk pengembangan bahan ajar yang siap diimplementasikan sesusi dengan tujuan. Dalam melakukan langkah pengembangan bahan ajar, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai antara lain adalah:

a. Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

b. Memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Implementasi

Pada tahapan implementasi dalam penelitian ini merupakan tahapan untuk mengimplementasikan rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata dikelas. Selama implementasi, rancangan bahan ajar yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Materi

bahan ajar yang telah dikembangkan disampaikan sesuai dengan pembelajaran. Seteleh diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran kemudian dilakukan evalusai awal untuk memberikan umpan balik pada penerapan pengembangan bahan ajar berikutnya. Tujuan utama dalam langkah implemtasi antara lain:

a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan Pembelajaran

b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah untuk mengatasi persoalan yang sebelumnya dihadapi oleh siswa dalam proses pembejaran

c. Memastikan bahwa pada akhir pembelajaran, kemampuan siswa meningkat.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang

dilakukan untuk memberikan nilai terhadap pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran. Evalusi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evalusi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evalusi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evalusi sumatif mengukur kompetensi akhir atau tujuan pembejaran yang ingin dicapai. Hasil evalusi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap pengembangan bahan ajar. Kemudian revisi dibuat sesuai dengan hasil evalusi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh tujuan pengembangan bahan ajar. Evaluasi terhadap pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu;

a. Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan

b. Peningkatan kemampuan siswa yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam kegiatan pembelajaran

c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi siswa melalui kegiatan pengembangan bahan ajar dalam pembelajaran .

E. Langkah-langkah Pengembangan Model

Langkah-langkah dalam pengembangan modul berbasis PhET menggunakan model pengembangan ADDIE (Analysisi, Design, Development, Implement dan Evaluation).

Penjabaran tahapan-tahapan dari model tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Analysis (analisis)

(29)

30

Pada tahap ini dilakukan kajian mengenai tujuan produk yang akan dikembangkan.

Produk yang akan dikembangkan berupa modul. Pada tahap analisis kebutuhan, peneliti juga akan melakukan analisis kurikulum dalam hal ini silabus. Analisis ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan modul yang akan dikembangkan dalam satu satuan program tertentu. Satuan program tersebut dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran, satu semester, satu standar kompetensi atau lainnya.

Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis perlunya pengembangan bahan ajar dan menganalisis kelayakan dan syaratsyarat pengembangan. Tahapan analisis yang dilakukan penulis mencakup tiga hal yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter peserta didik. Secara garis besar tahapan analisis yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis keadaan bahan ajar sebagai informasi utama dalam pembelajaran serta ketersediaan bahan ajar yang mendukung terlaksananya suatu pembelajaran. Pada tahap ini akan ditentukan bahan ajar yang perlu dikembangkan untuk membantu peserta didik belajar.

b. Analisis Kurikulum

Pada analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan karakteristik kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu sekolah. Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan dapat sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku. Kemudian peneliti mengkaji KD untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian pembelajaran.

c. Analisis Karakter Peserta Didik

Analisis ini dilakukan untuk melihat sikap peserta didik terhadap pembelajaran fisika.

Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakter peserta didik.

2. Design (Perancangan)

Berdasarkan analisis kebutuhan, peneliti selanjutnya melakukan desain produk. Desain ini meliputi kegiatan menentukan komponen modul, konsep penyampaian dan pengorganisasian materi, jenis tugas yang akan diberikan, soal evaluasi dalam modul, gambar, artikel, contoh-contoh yang dibutuhkan serta layout modul. Tahap ini akan dihasilkan desain produk awal berupa media pembelajaran berbentuk modul yang sebelumnya telah dilakukan penyusunan instrumen penilaian produk untuk dijadikan pedoman dalam mendesain produk tersebut.

3. Development (Pengembangan)

Tahap ini merupakan tahap dimana desain menjadi kenyataan, artinya pada tahap ini segala sesuatu yang dibutuhkan atau yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan.

4. Implementation (Implementasi)

Implementasi merupakan langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

Setelah produk siap, maka dapat diuji cobakan melalui kelompok kecil terlebih dahulu, kemudian dievaluasi dan direvisi. Uji coba dapat dilanjutkan pada kelompok besar kemudian dievaluasi kembali dan direvisi sehingga menghasilkan produk akhir yang siap didiseminasikan.

5. Evaluation (Evaluasi)

(30)

31

Evaluasi merupakan tahap terakhir model pengembangan ADDIE. Evaluasi adalah proses untuk menganalisis media pada tahap implementasi masih terdapat kekurangan dan kelemahan atau tidak. Apabila sudah tidak terdapat revisi lagi, maka media layak digunakan. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh produk tersebut.

6. Teknik Analisis Data

a. Analisis data kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen digunakan untuk menilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan produk, perlu dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, teknik yang digunakan yaitu dengan meminta pertimbangan ahli untuk memberikan penilaian dan memberikan saran perbaikan langsung pada teks instrumen. Selanjutnya secara kuantitatif, kelayakan instrumen dapat diukur dari validitas isi yakni validitas tampilan, dan validitas logis. Validitas logis diperoleh melalui pemeriksaan terhadap item-item instrumen untuk membuat kesimpulan bahwa instrumen mengukur aspek yang relevan, yang didapat dengan membuat tabel spesifikasi yang menggambarkan hal yang diukur.

Skor validasi instrumen penelitian yang diperoleh, selanjutnya diubah menjadi criteria kualitatif. Untuk keperlun tersebut, peneliti mengacu kepada kategorisasi penilaian dari saifudin Azwar seperti yang disajikan pada table berikut.

Tabel 3.1

Kriteria konversi data kuantitatif ke data kualitatif

Interval skor Kriteria

Sangat Valid Valid Cukup Tidak valid Sangat tidak Valid

Keterangan:

Skor aktual = rata-rata ideal

Sbi = Simpangan baku ideal

Skor maksimal ideal = 5; Skor minimum ideal =1

Untuk nilai validasi instrumen, item validasi untuk instrumen ada 8 item.

Skor minimum ideal 8, skor maksimum ideal 40. Dengan mengacu pada table 3.1 kategori kevalidan untuk masing-masing instrumen dapat dilihat pada table 3.2 di bawah ini.

(skor maksimal ideal + skor minimum ideal)

Sbi = (skor maksimum ideal skor minimum ideal)

(31)

32

Tabel 3.2 Kategori Nilai Validasi Instrumen

Interval Skor Nilai Kategori

A Sangat Valid

B Valid

C Cukup Valid

D Tidak Valid

E Sangat Tidak Valid

Instrumen dapat digunakan, jika penilaian dari validator menunjukkan skor aktual validasi Instrumen pada kategori minimal valid. Jika ada masukan yang diberikan oleh validator, maka akan direvisi sesuai dengan masukan.

b. Analisis data penelitian

Data hasil evaluasi bahan ajar berupa tanggapan dan saran dari ahli media dan ahli materi dirangkum dan disimpulkan untuk selanjutnya digunaan sebagai bahan perbaikan terhadap bahan ajar yang telah disusun sebelum diuji-cobakan. Sementara itu, data hasil evaluasi berupa tanggapan dan saran dari siswa dijadikan pertimbangan untuk bahan ajar setelah diuji-cobakan.

1. Analisis Kevalidan

Data yang berupa skor tanggapan validator yang diperoleh melalui lembar validasi buku ajar dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains disediakan lima pilihan untuk memberikan tanggapan tentang kevalidan bahan ajar yang dikembangkan yaitu: Sangat valid (5), valid (4), cukup valid (3), tidak valid (2), sangat tidak valid (1).

Skor yang diperoleh dari validator dijumlahkan dan ditentukan rata-rata skornya menjadi skor aktual kevalidan isi (X1), skor aktual kevalidan bahasa (X2), skor aktual kevalidan penyajian (X3), dan skor aktual kevalidan kualias kegrafikan (X4). kemudian, untuk melihat kategorisasi skor digunakan acuan kategorisasi menurut saifudin Azwar. Untuk acuan kategori kevalidan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Untuk nilai kevalidan kelayakan materi (isi dan penyajian), item validasi terdiri dari 30 item.Skor minimum ideal 30, skor maksimum ideal 150.Sedangkan untuk nilai kevalidan Bahasa terdiri atas 14 item.Skor minimum ideal 14, skor maksimum ideal 70.Sedangkan untuk kevalidan penyajian terdiri atas 17 item.Skor minimum ideal 17, skor maksimum ideal 85.Sedangkan untuk nilai kevalidan kegrafikan terdiri atas 15 item.Skor minimum ideal 15, skor maksimum ideal 75.

(32)

33

Tabel 3.3 Kategori nilai kevalidan modul praktikum

Interval Skor Materi (Isi &

Penyajian) Bahasa Kegrafikan Kategori

Sangat Valid Valid Cukup valid Tidak valid Sangat tidak valid

Keterangan:

X1 = Skor actual kevalidan materi X2 = Skor actual kevalidan Bahasa X3 = Skor actual kevalida Kegrafikan,

Modul Praktikum yang dikembangkan dikatakan valid, jika penilaian dari validator menunjukkan skor masing masing minimal berada pada kategori valid.

2. Analisis kepraktisan Modul Praktikum

a) Analisis tingkat kepraktisan modulpraktikum dari penilaian Guru

Kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan diukur berdasarkan hasil penilaian dari guru yang berkaitan dengan kemudahan dalam penggunaan buku ajar di kelas. Skor yang diperoleh dari angket kepraktisan guru selanjutnya dijumlahkan menjadi skor aktual Kepraktisan dari Guru.

Selanjutnya, kategori nilai kepraktisan dari guru mengacu pada tabel 3.1.

Untuk nilai kepraktiasn bahan ajar dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains, item pada angket kepraktisan dari guru terdapat 8 item. Skor minimal ideal 8, skor maksimal ideal 40. Dengan mengadaptasi interval nilai pada table 3.1, maka kategorisasi kepraktisan Modul Praktikum berdasar respon guru disajikan pada table 3.3

Table 3.4

Kategori kepraktisan Modul Praktikum dari Penilaian Guru Interval skor Kategori

Sangat praktis Praktis

Cukup praktis Tidak praktis

(33)

34

Modul Praktikum yang dikembangkan dikatakan praktis, jika penilaian dari guru menunjukkan minimal berada pada kategori praktis. Jika tingkat pencapaian kepraktisan dibawah praktis, maka perlu dilakukan revisi berdasarkan masukan oleh guru. Hasil revisi akan digunakan pada uji coba selanjutnya.

3. Analisis tingkat kepraktisan bahan ajar dari penilaian siswa

Kepraktisan Modul Praktikum juga diukur berdasarkan hasil penilaian siswa yang didapat dari instrument angket respon siswa.

Untuk nilai kepraktisan Modul Praktikum dengan pendekatan keterampilan proses sains, item pada angket respon siswa ada 13 item. Skor minimum ideal 12, skor maksimal ideal 60. Dengan mengadaptasi interval nilai pada table 3.1, maka interval kategorisasi kepraktisan bahan ajar berdasar respon siswa disajikan pada table 3.5.

Tabel 3.5

Kategori kepraktisan Modul Praktikum Respon siswa

Interval Skor Kategori

Sangat praktis Praktis Cukup praktis Kurang praktis Sangat kurang praktis

Selanjutnya, berdasarkan analisis secara keseluruhan, Modul Praktikum yang dikembangkan dikatakan praktis jika siswa memberikan penilaian yang menunjukkan nilai aktual kepraktisan berada minimal pada kategori praktis.

4. Analisis keefektifan Modul Praktikum

Keefektifan model pembelajaran diketahui berdasarkan tes hasil belajar (THB) siswa.

1. Analisis data Tes

Tes Hasil belajar digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar siswa. Pemberian skor dengan menggunakan skala bebas, tergantung besarnya bobot setiap butir soal. Kepada setiap siswa diberikan lembar THB dan lembar jawaban yang telah disediakan. Mereka diminta untuk menjawab setiap soal secara individual. Total skor yang diperoleh setiap siswa dalam pelaksanaan THB pada akhir pertemuan merupakan data hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar matematika kelas VIII di MTs 3 Mataram adalah 75 (dalam skala 0 100). Dengan kategori seperti pada tebel berikut:

Sangat tidak praktis

(34)

35

Tabel 3.6 kategori keefektifan

Interval Skor Kategori

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat kurang Baik

Sedangkan criteria persentase ketuntasan klasikal penelitian ini yaitu 75%

siswa mencapai nilai tuntas (KKM 75). Hasil pre-test dan post-tes kemudian dianalisis menggunakan t-test atau uji-t. rumus uji-t yang digunakan adalah rumus sampel related atau sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan.

(35)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Model

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Proses penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada tanggal 9 September 2022 sampai dengan 10 Oktober 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul praktikum berbasis PhET pada materi listrik dinamis yang layak dan bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini disajikan dalam 5 tahapan dari model penelitian dan pengembangan ADDIE. Adapun 5 tahapan tersebut ialah tahap Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Penerapan) dan Evaluation (Evaluasi).

1. Tahap Analysis (Analisis) a. Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru fisika di MAN 2 Mataram mengungkapkan bahwa selama ini dalam proses pembelajaran fisika, guru hanya menggunakan metode ceramah dan media pembelajaran berupa text book, serta kurangnya penggunaan metode eksperimen di dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan kurang lengkapnya alat-alat praktikum yang terdapat di dalam laboratorium serta kurangnya jam dalam proses pembelajaran dapat

menghambat proses eksperimen yang disebabkan oleh tuntutan kurikulum yang terlalu banyak, sehingga guru hanya dapat menggunakan metode ceramah untuk memanfaatkan jam mengajar dengan baik. Metode ceramah juga digunakan karena tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari berbeda-beda. Ada yang cepat memahami materi, dan ada yang perlu pengulangan beberapa kali baru mereka paham dengan materi yang dipelajari. Konsep-konsep pembelajaran fisika yang masih bersifat abstrak dan banyaknya rumus-rumus yang harus dihafal membuat pembelajaran fisika menjadi monoton. Oleh karena itu, guru membutuhkan media yang mampu menggambarkan konsep-konsep tersebut serta membantu mempermudah siswa dalam memahami konsep dan rumus fisika.

Selain wawancara dengan guru, peneliti juga menyebarkan angket dengan beberapa siswa di MAN 2 Mataram untuk melihat beberapa kendala yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penyebaran angket pada siswa, dapat disimpulkan bahwa kurangnya motivasi dan minat siswa di saat mempelajari fisika, siswa menganggap pelajaran fisika itu sulit, membosankan, dan memusingkan karna terlalu banyak rumus fisika yang harus dihafal menjadikan pembelajaran fisika terlalu monoton. Siswa kesulitan dalam memahami fisika secara konsep dikarenakan guru tidak melakukan eksperimen dengan kendala alat-alat praktikum yang kurang memadai.

Sehingga diperlukan media pendukung dalam proses pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih tertarik untuk belajar, dan lebih memahami konsep fisika secara utuh. Saat ini media pembelajaran modul berbasis PhET sangat diperlukan di dunia pendidikan. Kegunaan dari media ini adalah untuk mempermudah proses pembelajaran, terutama dalam pembelajaran fisika sekaligus dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar serta meningkatkan pemahaman konsep siswa. Media ini dapat digunakan tidak hanya disekolah namun juga digunakan di rumah.

(36)

37

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan untuk melihat kompetensi inti dan kompetensi dasar. Mengingat kedua hal ini menjadi dasar dari suatu pembelajaran. Kompetensi inti adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu. Sedangkan kompetensi dasar yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai kompetensi inti yang telah ditetapkan.

Adapun kurikulum yang digunakan MAN 2 Mataram yaitu kurikulum madrasah.

Perencanaan modul telah disesuaikan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kurikulum merdeka. Sehingga diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran ialah sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti

a) Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

b) Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

2. Kompetensi Dasar

a) Menerapkan konsep rangkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi listrik dalam kehidupan sehari-hari termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya menghemat energi listrik.

b) Menyajikan hasil rancangan dan pengukuran berbagai rangkaian listrik.

3. Tujuan Pembelajaran

a) Merancang rangkaian hambatan (resistor) seri dan paralel

b) Menentukan nilai kuat arus listrik (I) dan tegangan listrik (V) pada rangkaian seri dan paralel.

c) menentukan hambatan total (Rtotal), kuat arus listrik total (ltotal) dan tegangan (V1 ), (V2 ), dan (V3 ) pada masing-masing lampu di rangkaian seri.

d) menentukan hambatan total (Rtotal), kuat arus listrik total (ltotal) dan kuat arus listrik (l1), (l2), dan (I3) yang mengalir pada masing-masing lampu di rangkaian paralel

e) Memahami penggunaan modul praktikum berbasis PhET berdasarkan langkah-langkah yang telah disajikan

c. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik siswa merupakan telaah tentang karakteristik pembelajaran siswa yang sesuai dengan desain pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PhET. Analisis karakteritik siswa sangat penting dilakukan dalam menentukan media pembelajaran. Analisis karakteristik siswa meliputi karakteristik kemampuan akademik, usia, dan motivasi belajar. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran, ada beberapa siswa yang antusias mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang dipelajari, siswa cenderung

(37)

38

lebih banyak bertanya mengenai kejadian yang terjadi disekitar siswa yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pengamatan ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa akan tertarik dan aktif untuk belajar jika disajikan dengan masalah-masalah atau kasus-kasus yang dekat dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama secara eksperimen. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat memberikan gambaran yang kongkrit sehingga membuat siswa lebih semangat lagi untuk belajar, dan siswa dapat memahami pembelajaran dengan mudah.

Berdasarkan beberapa karakteristik siswa tersebut maka peneliti mengembangkan modul berbasis PhET. Dengan adanya inovasi media pembelajaran, penggunaan modul berbasis PhET akan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.

Sebab, modul ini menuntut siswa menyerap setiap informasi dengan bereksperimen atau melakukan percobaan untuk siswa dapat memahami konsep fisika secara utuh.

2. Tahap Design (Desain)

Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk membuat modul, adapun rangkaian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Merancang Kerangka Modul

Kegiatan merancang kerangka modul pada tahap ini bertujuan untuk merumuskan dan menetapkan indikator yang akan menjadi landasan untuk memilih materi yang ditampilkan dalam modul yang dikembangkan.

b. Desain

Desain modul yang telah dirancang adalah sebagai berikut:

1) Cover Modul

Komponen yang terdapat pada cover modul berisikan identitas modul yang meliputi judul modul, dan gambar-gambar tentang pembahasan materi.

Gambar 4.1. Tampilan Cover Modul Praktikum

2) Tampilan Isi Modul

Isi modul terdiri dari Tujuan, Alat dan bahan, Teori, Langkah Kerja, Hasil Pengamatan dan Pertanyaan.

a) Tujuan

(38)

39

Praktikum mahasiswa diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan baik itu secara materi maupun teknik bagi yang siswa.

Gambar. 4.2 Tampilan Isi Tujuan Modul Praktikum

b) Alat dan bahan

alat dan bahan memuat sesuatu yg digunakan untuk membuat sesuatu, berupa benda

Gambar. 4.3 Tampilan Isi Alat dan Bahan Modul Praktikum c) Teori

Teori berisi sejumlah materi yang sesuai dengan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

(39)

40

Gambar. 4.3 Tampilan Isi Teori Modul Praktikum

d) Langkah Kerja

Langkah kerja berisi tentang langkah-langkah atau tahap-tahap untuk melakukan kegiatan secara berurutan.

Gambar. 4.4 Tampilan Isi Langkah Kerja Modul Praktikum

(40)

41

e) Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan berisi suatu hasil berupa penelitian yang sudah dilakukan untuk memperoleh sebuah informasi dan data.

Gambar. 4.5 Tampilan Isi Modul Praktikum

f) Pertanyaan

Memuat jawaban-jawaban dari pertanyaan atau soal yang digunakan untuk menguji penguasaan materi Siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Android pada aplikasi ini karena Android merupakan platform mobile yang lengkap, terbuka ( open source ) dan bebas untuk develop sehingga banyak orang yang

Kemampuan public speaking yang baik sangat membantu untuk menjadi. seorang comic

Ketentuan dalam Pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari

Adapun hasil SPSS uji homogenitas varians (uji-F) dan uji perbedaan rata-rata (uji-T) nilai nominal yield , current yield dan yield to maturity dari dua

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, serta hidayahnya sehingga proposal skripsi dengan judul “PENGARUH FFREKUENSI

Meskipun Pengadilan Negeri sebagai lembaga peradilan (Yudikatif), namun ia tidak dapat dipisahkan dengan lembaga negara lainnya, seperti lembaga pemerintah (eksekutif)

Terlihat bahwa terjadi pergeseran indeks kenyamanan yang cukup mencolok, yaitu pada tahun 1994 di kota Semarang masih dalam nyaman karena masih dalam daerah THI 20- 26, sedangkan

Untuk dapat membuat sistem generator melodi seperti itu, pada tesis ini dikaji tiga hal utama, yaitu bagaimana memodelkan proses pembuatan melodi oleh komposer untuk