• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka

a. Definisi Kecemasan

Pengertian kecemasan adalah ekspresi ketidaknyamanan akan permasalahan yang datang, dapat berupa kegelisahan maupun kekuatiran yang dapat menganggu jiwa (Samiun, 2006).

Kecemasan merupakaan respon seseorang dalam menghadapi stresor yang datang. Stresor ini dapat berupa aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial, dan aspek sepirtual yang dieksepresikan secara berbeda oleh setiap orang (Stuart, 2006). Videbeck (2008) juga menyatakan bahwa kecemasan adalah respon individu terhadap rasa takut berlebih terhadap stresor yang ada disertai respon perilaku, emosional dan fisiologi seseorang yang mengalami gangguan kecemasan

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman berhubungan dengan ketegangan, kekuatiran, kegelisahan dan perasaan bersalah (Semiun, 2006). Sedangkan menurut Sulaswati (2005) menerangkan bahwa kecemasan adalah respon individu terhadap keadaan tidak mengenakkan yang di hadapainya dalam kehidupan sehari - hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan dalam individu merupaka sebuah motivasi untuk individu berkembang maju ketika dapat mengontrolnya, dan dapat menjadi penjaga keseimbangan hidup.

b. Etiologi

Junaidi (2012) menyatakan bahwa adanya Konsep - konsep timbulnya kecemasan sebagai berikut:

1.Konsep Biologi (Penelitian Neurokimiawi)

(2)

Pemberian obat - obatan anti cemas (anxiolytic) dapat menurunkan rasa cemas yang di sebabkan oleh penekanan pada aktifitas sel-sel adrenergik.

Selain peningkatan aktifitas neuron adrenergik, juga terjadi peningkatan aktifitas pada neuron serotonergik. Sehingga memicu peningkatan pelepasan dari hormon serotonin.

2. Konsep Psikodinamik

Disebutkan manusia terbagi menjadi tiga komponen mental, yaitu : id, ego berperan menerima setimulasi dari luar maupun lingkungan sekitar melalui panca indra. Ego juga menerima stimulus dari psikis atau dari alam bawah sadar individu serta berperan memberikan respon yang terbaik bagi stimulus itu, namun ketika setimulasi yang datang bersifat berbahaya maka akan menyebabkan timbulnya rasa cemas. Kecemasan yang timbul pertama kali pada manusia adalah ketika dia lahir kedunia dan lapar. Ketika bayi lahir akan merasa dingin, ego dalam tubuhnya belum terbentuk secara sempurna sehingga akan menyebabkan menimbulkan kecemasan. Begitu juga ketika merasa lapar pertama kali, bayi belum bisa memberikan respon terhadap setimulus lapar yang datang, dan akhirnya menyebabkan timbulnya kecemasan.

3. Konsep Psikososial

Hakikat manusia adalah individu sosial yang memiliki latar belakang seperti agama, kebudayaan, filsafat hidup, dan status sosial. Stresor sosial dapat menjadi faktor pencetus untuk terjadinya kecemasan, seperti kematian pasangan hidup (suami dan istri), perceraian serta kehilangan pekerjaan seperti PHK.

4. Konsep Behavioral

Kecemasan adalah respon terhadap suatu conditioning terhadap stimulus yang spesifik. Dari teori ini di dapatkan sebuah terapi cognitive behavioral therphy, yaitu menghilangkan kecemasan dengan cara memberikan paparan berulang tentang stimulus stresor yang bersifat rendah, sehingga tubuh akan melakukan adaptasi terhadap stresor itu.

(3)

5.Konsep Eksitensial

Konsep ini banyak digunkana untuk menjelaskan kondisi kecemasan menyeluruh (GAD = General Anxiety Disordere). Ini konsep yang berkaitan dengan respon ekstitensi individu itu sendiri. Yang akan menimbulkan rasa kekosongan luar biasa dalam hidupnya. Rasa ini akan melebihi rasa menghadapi kematian.

c.Patofisiologi

Neurotransmiter GABA dihasilkan berlebih di otak, sehingga berkaitan dengan reseptor di otak. Namun karena jumlah reseptor yang tidak memadai dengan jumlah neurotransmiter yang dihasikan menyebabkan orang mengalami General Axiety Disorder (gangguan kecemasan). Gejala yang sering muncul adalah rasa tegang, gelisah, terlalu cemas. Ini juga berkaitan erat dengan peningkataan stimulus pada saraf simpatis (Sulaswati, 2005). d.Klasifikasi

Kecemasan adalah kondisi berbahaya bagi individu yang tidak mampu mengendalikanya. Reaksi individu dalam menghadapi kecemasan juga berbeda - beda.

Hawari (2011) mengklasifikasikan kecemasan menjadi 3 yaitu: 1. Kecemasan realita

Perasaan takut akan bahaya dari dunia luar, kecemasan ini memiliki derajat yang berbeda bagi setiap individu. Serta bergantung juga dengan ancaman yang ditimbulkanya.

2. Kecemasan neurotik

Adalah kecemasan dari individu yang tidak dapat mengendalikan nalurinya sendiri, sehingga dapat menimbulkan hukuman bagi dirinya sendiri.

3. Kecemasan moral

(4)

kecemasan bila individu itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kode moral yang dimilikinya

E. Klasifikasi Berdasarkan Dampak Yang Ditimbulkan

Haryadi (2007) menerangkan bahwa kecemasan berdasarkan juga akan sering atau tidak kecemasan itu muncul. Untuk klasifikasinya di bagi menjadi dua yaitu :

 Kecemasan ringan

Kecemasan ringan sendiri di bagi kedalam dua kategori, yaitu kecemasan ringan sebentar dan kecemasan ringan lama. Kecemasan ini bermanfaat bagi individu untuk dapat mengembangkan dirinya menjadi dewasa yang lebih baik lagi. Dari masalah-masalah keseharian yang di hadapinya dalam kehidupan sehari - hari akan membuat individu akan lebih berhati - hati bila keadaan itu datang lagi atau malah individu dapat menghindari supaya keadaan itu tidak terulang lagi. Kecemasan ringan sebentar adalah kecemasan yang timbul dari kondisi-kondisi yang mengancam individu namun individu tidak dapat mengatasinya, kecemasan seperti ini akan membuat individu akan lebih waspada dan dewasa bila menghadapi situasi yang sama. Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi individu tetapi individu mengabaikanya sehingga timbul kecemasan yang bersifat lama.

 Kecemasan berat

Adalah kecemasan yang terlalu berat yang di hadapi individu dan dapat menghambat atau merugikan bagi individu itu sendiri. Kecemasan ini dibedakan menjadi dua kecemasan berat sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar akan menimbulkan rasa traumatik bagi individu jika mendapatkan kondisi yang sama kecemasan ini dapat hilang jika individu dapat menemukan sumber dari kecemasan itu dan mengatasinya. Sedangkan untuk kecemasan berat yang munculnya lama adalah kecemasan yang berat dan muncul berulang dalam kehidupan individu. Kecemasan ini sulit ditentukan sumbernya karena sifatnya yang berulang. Kondisi seperti ini bila berkepanjangan akan menyebabkan gejala fisiologis yang nyata bagi individu itu, seperti tekanan darh tinggi, pusing, hilang konsentrasi dan sakit kepala.

(5)

F. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

vidbebeck (2008) faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan di bagi menjadi 5:

1. Umur

Individu yang memiliki umur lebih muda lebih rentang untuk mengalami kecemasan, dari pada individu yang memiliki umur lebih tua.

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih rentan untuk mengalami kecemasan dari pada laki - laki. Wanita lebih menonjolkan perasaan dan mudah tersingung, sedangkan laki -laki lebih menonjolkan rasional dan tidak menonjolkan perasaan.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang berbeda akan memberikan pengalaman yang berbeda sehingga stresor untuk terjadinya kecemasan juga bervariasi.

4. Status Ekonomi

Ketika seseorang memiliki status ekonomi yang rendah, maka akan mudah untuk mengalami kecemasan. Namun ketika status ekonominya lebih tinggi akan mengurangi resiko untuk terjadi kecemasan.

5. Lingkungan

Ketika seseorang berada di lingkungan yang asing membuatnya rentan untuk mengalami kecemasan.

G. Tanda Dan Gejala

Stuart (2005), membagi kecemasan menjadi 2 tingkat yaitu: 1) Tingkat psikologis

Kecemasan yang berkaitan erat dengan kejiwaan, seperti gejala tegang, sulit tidur dan gelisah.

2) Tingkat fisiologis

Gejala dapat berupa gejala - gejala fisiologis seperti perut mual, jantung berdebar - debar, keringat dingin dan gemetar.

(6)

Tabel 2. Gejala Kecemasan

Gejala Emosional Gejala Fisiologis Gejala Kognitif

Tegang Gemetar Tidak mampu berkonsentrasi

Gugup Mual – mual Pelupa

Tak sadar Diare Kurang orientasi lingkungan

Menangis Kelelahan

-Gelisah Nyeri perut

-Mudah tersingung Mulut kering

-Tidak sabar Peningkatan nafas

-Kehilanagn kepercayaan diri Hipertensi

-- Takikardi

-2.1.2 Ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination)

Sejak dari pertama kali berdiri lagi pada tangal 3 September 2001 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia sudah mengunakan sistem pembelajaran problem based learning (PBL), dimana mahasiswa di tuntut mencari masalahnya sendiri dan menyelesaikanya sendiri. Dosen pada sistem ini hanya sebagai tutor atau pembimbing supaya target dari pembelajar mahasiswa itu tercapai. Problem based learning menyiapkan mahasiswa untuk berfikir kritis dan analitik, serta dapat mengunakan dan mencari sumber – sumber pembelajaran yang tepat. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sudah di laksanakan sejak tahun 2005, sesuai dengan rekomendasi DIKTI (FK UII, 2010).

Menurut FK UII (2010), sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran sendiri mengunakan sistem blok dengan mengunakan konsep SPICES (student centerd, problem based, intergrated, communityoriented elective, systematic). Untuk kegiatan setiap blok terdiri dari:

 Diskusi tutorial, diskusi kelompok dengan di damping tutor sebagai fasilitator.

 Kuliah pakar, merupakan kuliah dengan di bimbing pakar yang memberikan materi tentang blok yang berlangsung.

 Diskusi panel, hampir sama dengan kegiatan kuliah pakar namun pakar yang di datangkan lebih banyak serta pembahasan dalam kuliah ini lebih kompleks.

(7)

 Keterampilan medik, pembelajaran tentang pengunaan alat – alat kesehatan secara langsung, penerapan dari ilmu - ilmu yang di dapatkan selama kuliah dan diskusi ke dalam tindakan langsung.  Program Pengenalan Klinik (PPK), proses pembelajaran dengan cara

observasi langsung dapat ke puskesmas, rumah pasiaen maupun rumah pasien langsung dengan bimbingan dan pengawasan dari instruktur.

Keterampilan medik merupakan salah satu pembelajaran dari sistem blok di Universitas Islam Indonesia. Keterampilan medik mulai di perkenalkan pada mahasiswa mulai dari semester satu. Dengan materi – materi seperti anamesis, pemeriksaan fisik dan terapi. Keterampilan medik merupakan komponen tersendiri, walau berbarengan dengan blok namun untuk penilainya mengunakan sks sendiri. Sistem ujian dari keterampilan medik sendiri dengan mengunakan sistem OSCE dimana ujian akan di laksanakan pada akhir semester dan biasanya terdiri dari 12 stase. Sistem ujiannya adalah melakukan pemeriksaan langsung ke propandus sebagai pasien simulator dan melakukan tindakan ke manekuin, dengan di damping seorang dosen penguji untuk penilaianya (Sugiharto, 2005).

Di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia penilaian ujian OSCE di nilai dari perfoma dan penguasaan materi. Materi yang di dapat selama satu semester akan di gunakan sebagai dasar dari ujian OSCE. Untuk format penilaiannya mengunakan sks sendiri di luar dari sks blok. Ketika mahasiswa gagal di ujian OSCE akan di adakan 2 kali remediasi, namun setelah kedua kali mahasiswa tidak lulus juga, yang bersangkutan di wajibkan mengulang di tahun berikutnya bersama dengan adik angkatan. Sehingga tekanan dari ujian OSCE akan lebih tinggi dan tinggal bagaimana mahasiswa itu menanganinya.

Wanita lebih rentan untuk mengalami kecemasan dari pada laki - laki. Wanita lebih menonjolkan perasaan dan mudah tersingung, sedangkan laki - laki lebih menonjolkan rasional dan tidak menonjolkan perasaan (Vidbeck, 2008). Sedangkan jumlah dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia sendiri dari tahun ketahun prsentase jumlah mahasiswa wanita lebih

(8)

2.2 Kerangka Teori

Dari uraian di atas di dapatkan kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Faktor Ekternal Jasmani Rohani Tingkat kecemasan Tidak cemas Ringan Sedang Berat

Tanda dan Gejala: Fisiologis Emosional Kognitif Faktor internal:  Usia  Jeni kelamin  Pekerjaan  Pendidikan  Sosial ekonomi

Performa saat ujian dan hasil ujian

Lulus Tidak lulus 2 kali

(9)

2.3 Kerangka Konsep:

Variabel Terikat Variabel Bebas

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian 2.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya beda tingkat kecemasan antara laki - laki dan wanita dalam menghadapi ujian OSCE pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Angkatan 2015.

Gambar

Tabel 2. Gejala Kecemasan
Gambar 1. Kerangka Teori PenelitianFaktor EkternalJasmaniRohani Tingkat kecemasan Tidak cemasRinganSedangBerat
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sumatera Utara yang direkomendasikan dalam penelitian ini adalah kawasan pertanian tanaman pangan dan peternakan terpadu di Desa Sei Buluh yang berada di wilayah

Analisis nilai band dengan menggunakan indeks vegetasi seperti NDVI (Normal- ized Difference Vegetation Index) dapat digunakan un- tuk mengestimasi fase pertumbuhan tanaman

Sedangkan metode yang digunakan oleh dosen dalam mengajarkan Muhadatsah III adalah dengan mengistruksikan mahasiswa untuk menyiapkan materi kemudian meminta mereka

Merujuk pada beberapa kasus yang melibatkan beberapa bank tersebut diatas, yang hampir semuanya diakibatkan oleh salah dalam melakukan analisis sbagai

keterangkauan mas"arakat terhadap obat5obatan& !rogram ini memungkinkan  amu "ang merupakan obat5obat herbal tradisional "ang sudah la%im digunakan

Diantara kombinasi antibiotik yang digunakan beberapa pola kombinasi pada puskesmas A adalah amoksisilin kaplet dengan oksitetrasiklin salep mata, amoksisilin sirup

Rumusan masalah dalam perencanaan dan pembuatan mesin bor dan pelubang statis batu hias ini adalah: (1) Bagaimanakah membuat konstruksi mesin bor dan pahat

Setelah melakukan observasi langsung di SMP Negeri 1 Benjeng dan melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, peneliti memperoleh beberapa informasi diantaranya adalah: 1)