• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK KONFORMITAS DALAM PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN JURNAL NOVI ERISTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK KONFORMITAS DALAM PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN JURNAL NOVI ERISTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK KONFORMITAS DALAM PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 KOTO XI TARUSAN

JURNAL

NOVI ERISTA 12060164

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2017

(2)

The Forms Of Conformity In Learners Self Adjustment At Elevent Grade Of Senior High School Number 1 Tarusan

By:

Novi Erista*

Yuzarion Zubir**

Rila Rahma Mulyani**

*Mahasiswa

**Dosen Pembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by the learners who rely on others in determine their attitude, action and decision that will be done, so make the learners as individuals who are not independent in their life. The purpose of this research is to reveal the forms of conformity which blindly in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan, the forms of conformity identification in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan, the forms of conformity internalisation in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan.This research is descriptip quantitative research. The population of this reseach is all of elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan which amounts to 377 learners. In chhosing the sample of this research, the re searcher use proporsional random sampling. The number of the sample of this reseach is 79 learners. The collecting data was analyzed by using percentate from IBM Statistical Package for the social sciencesversion 20 for windows Software(IBM SPSS Version 20.0.

The results of this research reveal that generally the forms of comformity in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan be on category “much”, the forms of conformity which blindly in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan be on category “much”, the forms of conformity identification in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan be on “pretty much”, the forms of conformity internalisation in learners adjustment at elevent grade of Senior High School Number 1 Tarusan be on category “a little”. Based on the results of this research, the researcher recommend to Guidance and Counseling Teachers Senior High School Number 1 Tarusan should be often give the material about taking decision, attitude, good action, valid and aprropriate in groups for the learners.

Keyword : conformity, self adjustment, learners

(3)

Peserta didik merupakan individu yang akan menentukan dan meneruskan kemajuan generasi suatu bangsa. Danim (2013: 2) menyebutkan bahwa peserta didik adalah individu yang mempunyai harapan kuat untuk memiliki dan dapat diterima oleh rekan-rekan mereka sambil mencari tempatnya sendiri. Peserta didik memiliki daya adaptabilitas di dalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi individualitasnya sebagai insan yang unik, selain itu peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa. Peserta didik merupakan insan yang memiliki aneka kebutuhan.

Kebutuhan itu terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya sebagai manusia. Segala upaya pendidikan dan perilaku pendewasaan harus terfokus pada pemenuhan kebutuhan peserta didik tersebut.

Menurut Asosiasi Nasional Sekolah Menengah (National Association of High School) Amerika Serikat (Danim, 2013: 3) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik dilihat dari dimensi pengembangannya, yaitu kebutuhan intelektual, kebutuhan sosial, kebutuhan fisik, kebutuhan emosional dan psikologis, kebutuhan moral dan kebutuhan homodivinous. Jika kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi dengan baik, maka peserta didik tidak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal. Untuk mampu memenuhi kebutuhan tersebut, peserta didik memerlukan lingkungan yang dijadikan sebagai wadah untuk peserta didik berinteraksi sehingga peserta didik menjadi mandiri, mampu mengembangkan kemampuan mental, sosial, emosional maupun fisik yang ia miliki.

Lingkungan sosial menurut Ahmadi (2007: 59) adalah suatu interaksi yang terjadi antara masyarakat atau individu dengan lingkungannya, yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Lingkungan akan banyak memberikan pengaruh kepada individu baik itu positif maupun negatif. Pengaruh yang diberikan lingkungan ini dinamakan dengan konformitas.

Menurut Sears (1985: 80) konformitas erat sekali hubungannya dengan proses penyesuaian diri, karena saat seorang individu terlihat melakukan konformitas maka ia telah melakukan penyesuaian diri terlebih dahulu. Menurut Prayitno (2008:

107-110) ada tiga bentuk konformitas yang terjadi dalam proses penyesuaian diri yang dilakukan remaja yaitu konformitas membabi buta, identifikasi dan konformitas internalisasi. Jadi, dari bentuk konformitas yang dikemukakan tersebut, akan terlihat bentuk konformitas manakah yang akan lebih dominan pada saat peserta didik melakukan penyesuain diri.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan pada tanggal 24 Agutus sampai 05 Desember 2015, khususnya peserta didik di kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan terlihat bahwa adanya peserta didik yang mengenakan aksesoris yang tidak pantas digunakannya sebagai peserta didik hanya karena ia ingin diterima dikelompoknya, adanya peserta didik yang rela untuk tidak makan siang hanya karena dia ingin merokok seperti teman-temannya, adanya peserta didik yang patuh kepada temannya hanya karena ia takut akan dikucilkan dalam kelompoknya, adanya peserta didik yang ikut-ikutan merokok hanya karena dia takut diasingkan dalam kelompok, adanya peserta didik yang yang menggunakan make up saat ke sekolah karena menghargai permintaan teman- temannya yang telah menggunakan make up juga walau harus dimarahi guru, adanya peserta didik yang tidak mampu untuk menolak perintah kelompoknya untuk cabut saat jam pelajaran berlangsung hanya karena dia merasa segan dalam kelompok tersebut.

Selain itu, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru BK pada tanggal 15 Oktober 2015 diperoleh informasi bahwa adanya peserta didik yang patuh kepada kelompoknya untuk cabut saat belajar karena dia diberikan hadiah atau imbalan oleh kelompoknya dan adanya peserta didik yang lebih mengutamakan untuk mematuhi perintah kelompoknya dari pada perintah yang diberikan oleh guru atau pendidik di sekolah karena dia takut akan diberikan hukuman oleh kelompoknya.

(4)

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan selama peneliti melakukan Praktik Lapangan di SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan.”

Berdasarkan permasalahan yang di kemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bentuk konformitas membabi buta dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan

2. Mengetahui bentuk konformitas identifikasi dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan

3. Mengetahui bentuk konformitas internalisasi dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Menurut Yusuf (2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena seacara detail.

Populasi adalah objek atau sasaran dalam penelitian, maka populasi dalam penelitian ini peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tarusan sebanyak 377 peserta didik. Selanjutnya menurut Sugiyono (2011:

118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, dan jumlah sampel dalam penelitia ini sebanyak 79 peserta didik.

Menurut Arikunto (2005:172)

“sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh”. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data adalah orang atau subjek yang dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diungkap oleh peneliti.Sumber data yang digunakan jika menggunakan alat kuesioner atau

angket, maka sumber data disebut responden.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian, dalam hal ini mahasiswa peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tarusan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan, yaitu data yang didapatkan dari tata usaha tentang jumlah peserta didik di SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum

Mendeskripsikan bahwa distribusi skor dari variabel bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan yaitu untuk kategori cukup banyak dilakukan oleh 11 peserta didik dengan persentase 13,9%, kategori banyak dilakukan oleh 56 peserta didik dengan persentase 70,9% dan kategori sangat banyak dilakukan oleh 12 peserta didik dengan persentasi 15,2%. Dapat disimpulkan bahwa bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan berada pada kategori banyak dilakukan oleh peserta didik.

B. Deskripsi Khusus

1. Bentuk Konformitas Dalam Penyesuaian Diri Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan Dilihat dari Sub Variabel Bentuk Konformitas Membabi Buta

Mendeskripsikan bahwa distribusi skor dari variabel bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan dilihat dari sub variabel bentuk konformitas membabi buta, maka kategori cukup banyak dilakukan oleh 7 peserta didik dengan persentase 8,9%, untuk kategori banyak dilakukan oleh 50 peserta didik dengan persentase 63,3% dan kategori sangat banyak dilakukan oleh 22 peserta didik dengan persentase 27,8%.

(5)

Menurut Prayitno (2008: 107- 110) konformitas membabi diwarnai oleh sikap masa bodoh, dalam artian meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran atau perasaan, apalagi keyakinan tentang kebenaran ataupun kesahihan dari suatu yang diikutinya itu.

2. Bentuk Konformitas Dalam Penyesuaian Diri Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan Dilihat dari Sub Variabel Bentuk Konformitas Identifikasi

Mendeskripsikan bahwa distribusi skor dari bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan dilihat dari sub variabel bentuk konformitas identifikasi, maka kategori sedikit dilakukan oleh 1 peserta didik dengan persentase 1,3%, kategori cukup banyak dilakukan oleh 15 peserta didik dengan persentase 19,0%, untuk kategori banyak dilakukan oleh 40 peserta didik dengan persentase 50,6% dan kategori sangat banyak dilakukan oleh 23 peserta didik dengan persentase 29,1%.

Menurut Prayitno (2008: 107- 110), dalam konformitas identifikasi tidak adanya kekuasaan yang memaksa, hanya saja rasa segan akan karisma yang dimiliki oleh pemimpin menyebabkan seorang individu menjadi patuh dan tunduk akan perintahnya dan munculnya perasaan senang dan puas ketika ia bisa mampu menjalankan perintah yang diberikan dengan baik.

3. Bentuk Konformitas Dalam Penyesuaian Diri Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan Dilihat dari Sub Variabel Bentuk Konformitas Internalisasi

Mendeskripsikan bahwa distribusi skor dari bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMAN 1 Koto XI Tarusan dilihat dari sub variabel bentuk konformitas internalisasi, maka pada kategori

sedikit dilakukan oleh 34 peserta didik dengan persentase 43,0%, kategori cukup banyak dilakukan oleh 13 peserta didik dengan persentase 16,5%, untuk kategori banyak dilakukan oleh 20 peserta didik dengan persentase 25,5% dan kategori sangat banyak dilakukan oleh 12 peserta didik dengan persentase 15,2%.

Berdasarkan pendapat Prayitno (2008: 107-110) konformitas internalisasi tidak menuntut seorang individu untuk tunduk dan patuh pada suatu kekuasaan tertentu. Seorang individu akan menggunakan pikiran, perasaan, pengalaman, hati nurani dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku serta dalam berpikir dan berpendapat.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang bentuk konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan, sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik dilihat dari bentuk-konformitas membabi buta, secara umum berada pada kategori banyak dengan persentase 63,3%

yaitu 50 dari 79 peserta didik melakukan konformitas membabi buta dalam penyesuaian dirinya.

2. Konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik dilihat dari bentuk-konformitas identifikasi, secara umum berada pada kategori cukup banyak dengan persentase 19,0% yaitu 15 dari 79 peserta didik melakukan konformitas identifikasi dalam penyesuaian dirinya.

3. Konformitas dalam penyesuaian diri peserta didik dilihat dari bentuk-konformitas internalisasi, secara umum berada pada kategori sedikit dengan persentase 17,7%

yaitu 14 dari 79 peserta didik melakukan konformitas

(6)

internalisasi dalam penyesuaian dirinya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pembaca, yaitu sebagai berikut:

1. Peserta didik, agar dapat belajar untuk lebih mandiri dalam menentukan keputusan dalam bersikap dan bertindak terutama sikap dan tindakan yang berhubungan dengan belajar dan hubungan sosial.

2. Guru Bimbingan dan Konseling, agar dapat memberikan materi yang berhubungan dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar dalam menentukan sikap dalam kelompok.

3. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan, sebagai salah acuan untuk mengawasi tingkah laku dan perkembangan peserta didik dalam melakukan penyesuaian diri.

4. Pengelola program studi Bimbingan dan Konseling, sebagai bahan masukan untuk

peningkatan kinerja dalam pengambilan keputusan secara kelompok dan individu.

5. Peneliti selanjutnya, agar dapat lebih menyempurnakan kekurangan dan kelemahan dari penelitian ini.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Padang: UNP Press..

Sears, O. David,. dkk. 1985. Psikologi Sosial (Edisi Kelima/Jilid 2). Jakarta:

Erlangga.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pandangan Winarno di atas tentang pengaruh implementasiatau penerapan kebijakan SOP dalam organisasi ini, diketahui bahwa implementasikebijakan SOP dalam organisasi

Oleh yang demikian satu kajian perlu dijalankan untuk mengenalpasti tahap kesediaan bakal guru pelajar tahun akhir perdana ( Kemahiran Hidup) bagi menceburi profesion perguruan

a) Menentukan Dos Paparan Batas dosis bagi masyarakat di Malaysia adalah 1 mSv/tahun atau 0.5 µSv/jam (Akta Perlesenan Tenaga Atom 1984 tepatnya pada Peraturan- Peraturan

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Program LaTeX yang lebih menekankan kemampuan coding peserta pelatihan membuat para peserta pelatihan merasa waktu yang diberikan kurang memadai sehingga dari umpan

dan Natal, yayasan memberikan perhatian dengan memberikan sembako kepada guru-guru. 6) Guru-guru difasilitasi sarana belajar yang berupa APE (alat peraga edukatif) dan

Sutan Remi Sjahdeini, loc cit.. Bentuk dan isi model perjanjian kredit dibuat dan ditentukan secara sepihak oleh bank sebagai kreditur. Nasabah sebagai debitur hanya dapat

MINIMAL SEMESTER 5 MAHASISWA'BIMBINGAN'DENGAN'DOSEN' PA'TENTANG'MAGANG' MAHASISWA'MENGAJUKAN'SURAT' MAGANG'KE'INSTANSI'