CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.1.1 Maksud Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah selaku entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan.
(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangan.
1.1.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna anggaran dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan :
(a) Memberikan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
(b) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai
(c) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
(d) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya.
(e) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, asset, kewajiban dan ekuitas dana Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah sebagai suatu entitas pelaporan.
Laporan Keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah terdiri dari : a) Laporan Realisasi Anggaran
b) Neraca
c) Laporan Operasional d) Laporan Perubahan Ekuitas e) Catatan atas Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan unsur-unsur sebagai berikut :
a) Pendapatan b) Belanja c) Transfer d) Surplus/defisit e) Pembiayaan
f) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancer dan non lancer serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan dapat diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam wakut lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos sebagai berikut : a) Kas dan setara kas
b) Investasi jangka pendek c) Piutang pajak dan bukan pajak d) Persediaan
e) Investasi jangka panjang f) Aset tetap
g) Kewajiban jangka pendek h) Kewajiban jangka panjang i) Ekuitas dana
Catatan atas Laporan Keuangan
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut :
a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.
c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Pelaporan keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah antara lain :
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan Negara;
b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Negara;
d. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
e. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah;
f. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
g. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
i. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 79 Tahun 2014 tentang Pedoman Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015.
1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan SKPD
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka sistematika isi Catatan atas Laporan Keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013 adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3 Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan Bab II Ekonomi Makro
2.1 Ekonomi Makro 2.2 Kebijakan Keuangan
2.3 Pencapaian target kinerja APBD
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Bab IV Kebijakan Akuntansi 4.1 Entitas Pelaporan
4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan 4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan Ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan
5.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Pos Pelaporan Keuangan 5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja 5.1.3 Pembiayaan 5.1.4 Aset
5.1.5 Kewajiban 5.1.6 Ekuitas Dana
5.1.7 Komponen-komponen Arus Kas
Bab VI Penjelasan atas Informasi Non Keuangan Bab VIII Penutup
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1 Ekonomi Makro 2.2 Kebijakan Keuangan
2.3 Pencapaian Target Kinerja APBD
2.3.1 Arah kebijakan yang digunakan dalam pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial adalah : 2.3.1.1 Meningkatkan kualitas penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)
2.3.1.2 Meningkatkan sarana dan prasarana Panti Sosial sehingga mampu melindungi dan mengembalikan fungsi sosial masyarakat Penyandang Cacat.
2.3.1.3 Meningkatkan partisipasi masyarakat dan mendayagunakan PSKS dalam usaha kesejateraan sosial dan penanaman sikap kerelawan, nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan dalam kehidupan masyarakat.
2.3.1.4 Meningkatkan keberdayaan Lembaga-lembaga Sosial dan Organisasi Sosial dalam Peningkatan Kesejahteraan.
2.3.1.5 Meningkatkan kesiapan dan tanggap darurat masyarakat dalam menghadapi Bencana/Bencana Alam secara cepat dan tepat serta mewujudkan dan memulihkan fungsi sosial bagi para Korban Bencana.
2.3.2 Faktor pendorong tercapainya tingkat keberhasilan adalah bahwa :
2.3.2.1 Adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan instansi terkait yang ada di Kabupaten dan Kota
2.3.2.2 Adanya partisipasi dari Kabupaten/Kota di dalam ikut menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
2.3.2.3 Di dalam penanganan permasalahan yang sifatnya tidak dapat dikendalikan (Bencana Alam) didukung penuh baik oleh instansi terkait maupun oleh masyarakat.
BAB III
IKHTISAR PENCAPAIAN REALISASI KINERJA KEUANGAN
3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Secara Umum
3.2 Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam Pencapaian Target yang Telah Ditetapkan
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1 Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan Daerah SKPD
Entitas pelaporan yang dimaksud dalam laporan keuangan ini adalah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
4.2 Basis dan Prinsip Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Basis akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan dan belanja dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening Kas Daerah dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening Kas Daerah. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan SKPD 4.3.1 Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/dikelola oleh bendahara pengeluaran yang berasal dari sisa kas UP/GU/TU yang belum disetor ke Kas Daerah per tanggal neraca. Kas di bendahara pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas. Kas di bendahara pengeluaran diakui pada saat diterima atau dikeluarkan berdasarkan nilai nominal uang.
4.3.2 Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di bendahara penerimaan merupakan kas yang menjadi tanggung jawab/dikelola oleh bendahara penerimaan yang berasal dari pendapatan daerah yang belum disetor ke Kas Daerah per tanggal neraca.
4.3.3 Persediaan
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.
Persediaan diakui berdasarkan nilai barang yang belum terjual atau terpakai. Persediaan dinilai berdasarkan harga pembelian terkahir jika diperoleh dengan pembelian dan harga standar jika diperoleh dengan memproduksi sendiri.
4.3.4 Pengukuran Aset Tetap secara Umum
a. Aset tetap yang diperoleh bukan berasal dari donasi diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan belanja modal ditambah semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset tersebut siap untuk digunakan dalam periode berjalan.
b. Aset tetap yang diperoleh dari donasi diakui dalam periode berjalan, yaitu pada saat aset tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah.
c. Dalam pengakuan aset tetap harus dibuat ketentuan yang membedakan antara penambahan, pengurangan, pengembangan dan penggantian uatama.
d. Aset tetap yang diperoleh dari donasi diukur berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau harga gantinya.
e. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.
f. Aset tetap dinilai dengan nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aset tetap dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan.
g. Pelepasan aset tetap dapat dilakukan melalui penjualan atau pertukaran. Hasil penjualan aset tetap akan diakui seluruhnya sebagai pendapatan. Aset tetap yang diperoleh karena penukaran dinilai sebesar nilai wajar aset tetap yang diperoleh atau nilai wajar aset tetap yang diserahkan, mana yang lebih mudah.
h. Penghapusan aset tetap dilakukan jika aset tetap tersebut rusak berat, using, hilang dan sebagainya. Penghapusan aset tetap ditetapkan berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku.
i. Perubahan nilai aset tetap dapat disebabkan oleh penambahan, pengurangan, pengembangan dan penggantian utama.
4.3.5 Tanah
Tanah diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah sampai dengan siap digunakan. Biaya ini meliputi harga pembelian untuk biaya pembebasan tanah, biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan biaya penimbunan. Nilai tanah termasuk juga harga pembelian bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli untuk melaksanakan pembangunan sesuatu yang baru jika bangunan itu dimaksudkan untuk dibongkar.
4.3.6 Peralatan dan Mesin
Mesin dan peralatan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh mesin dan alat-alat sampai dengan siap untuk dipakai. Biaya ini meliputi harga pembelian, biaya instalasi dan biaya langsung lainnya untuk memperoleh serta mempersiapkan aset tersebut sehingga dapat digunakan.
Kendaraan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan siap digunakan.
Biaya ini meliputi harga pembelian, biaya balik nama dan biaya langsung lainnya untuk memperoleh serta mempersiapkan aset tersebut sehingga dapat digunakan.
Meubelair dan perlengkapan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sampai dengan siap untuk digunakan. Biaya ini meliputi harga pembelian dan biaya langsung lainnya untuk memperoleh serta mempersiapkan aset tersebut sehingga dapat digunakan.
4.3.7 Gedung dan Bangunan
Gedung diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun gedung dan bangunan sampai dengan siap untuk dipakai. Biaya ini meliputi harga beli atau biaya konstruksi, biaya pembebasan tanah, biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak.
4.3.8 Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan dan jembatan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membangun jalan dan jembatan sampai dengan siap untuk digunakan. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan lain-lain (termasuk didalamnya biaya pembebasan tanah untuk pembangunan jalan) sampai dengan jalan dan jembatan tersebut siap digunakan.
Instalasi dan jaringan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membangun instalasi dan jaringan sampai dengan siap untuk digunakan. Biaya ini meliputi biaya perolehan dan biaya lain-lain (termasuk didalamnya biaya pembebasan tanah) sampai dengan instalasi dan jaringan tersebut siap digunakan.
Bangunan air diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun irigasi sampai dengan siap untuk digunakan. Biaya ini meliputi biaya perolehan dan biaya lain-lain (termasuk didalamnya biaya pembebasan tanah) sampai dengan irigasi tersebut siap digunakan
4.3.9 Aset Tetap Lainnya
Buku perpustakaan diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan siap untuk digunakan. Hewan ternak dan tanaman diukur berdasarkan seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan hewan ternak dan tanaman tersebut siap untuk dimanfaatkan.
4.3.10 Konstruksi dalam Pengerjaan
Biaya konstruksi yang dicakup oleh suatu kontrak konstruksi akan meliputi harga kontrak ditambah dengan biaya tidak langsung lainnya yang dilakukan sehubungan dengan konstruksi dan dibayarkan pada pihak selain dari kontraktor. Biaya ini mencakup biaya bagian dari pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola, jika ada. Konstruksi dalam pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
4.3.11 Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek dinilai dengan nominal mata uang rupiah yang harus dibayar.
4.3.12 Kewajiban Jangka Panjang
Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk utang adalah sebesar jumlah yang belum dibayar yang akan jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
4.3.13 Ekuitas Dana
Ekuitas dana terdiri dari :
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas dana lancar diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah nilai kewajiban jangka pendek.
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas dana investasi diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan selisih antara jumlah nilai investasi permanen aset tetap, aset lainnya dengan jumlah nilai kewajiban jangka panjang.
Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas dana cadangan diakui pada akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah dana cadangan yang ditransfer dalam periode berjalan.
4.3.14 Pendapatan
a. Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan pusat pertanggungjawaban.
b. Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas daerah.
c. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
d. Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang dari kas yang diterima.
4.3.15 Belanja
a. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas daerah.
b. Khusus pengeluaran melalui pemegang kas pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi verifikasi.
c. Pengukuran belanja non modal menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan.
d. Pengukuran belanja modal menggunakan dasar yang digunakan dalam pengukuran aset tetap.
4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi berkaitan dengan Ketentuan yang Ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pada SKPD
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah mengacu sepenuhnya pada Peraturan Pemerintah Nomor No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan setiap rekening laporan keuangan menerapkan sepenuhnya Standar Akuntansi Pemerintahan dengan pengecualian untuk penerapan penyusutan aset tetap.
BAB V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1 PENJELASAN POS-POS NERACA 1.1.1 ASET
1.1.1.1 ASET LANCAR 1.1.1.1.1 KAS
1.1.1.1.1.1 KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN
Tidak ada saldo/sisa kas pada Bendahara Pengeluaran sampai dengan 31 Desember 2015 yang belum disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.
No Uraian 2015 2014
Kas di Bendahara Pengeluaran - -
1.1.1.1.1.3 KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN
Tidak ada saldo/sisa kas pada Bendahara Penerimaan sampai dengan 31 Desember 2015 yang belum disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.
No Uraian 2015 2014
Kas di Bendahara Penerimaan - -
1.1.1.1.2 BELANJA DIBAYAR DIMUKA
Belanja Dibayar Dimuka adalah aset lancar berupa premi asuransi gedung dan kendaraan roda empat. Masa premi asuransi adalah 5 Agustus 2014 s/d 5 Agustus 2015 sehingga hak berupa manfaat atas perlindungan asuransi pada tahun 2015 belum diperoleh.
No Uraian 2015 2014
Belanja Dibayar Dimuka 32.831.167,- 31.001.250,-
1.1.1.1.3 PERSEDIAAN
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemda, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Nilai persediaan diperoleh dari hasil perhitungan fisik per 31 Desember 2015 dikalikan dengan harga pembelian terakhir.
1.1.1.1.3.1 Persediaan Bahan Pakai Habis
No Nama/Jenis Persediaan Jumlah Satuan Harga Satuan Nilai Persediaan
1. Alat Tulis Kantor - - 964.000
2. Cetak - - 810.000
3. Alat Listrik - - 565.000
4. Materai/Benda Pos - - 27.000
5. Alat Kebersihan - - 1.505.500
Jumlah - - 3.871.500
1.1.1.1.3.2 Persediaan Obat-obatan
No Nama/Jenis Persediaan Jumlah Satuan Harga Satuan Nilai Persediaan
1. Obat-obatan - - 5.554.645
Jumlah - - 5.554.645
1.1.1.1.3.3 Persediaan Pakaian Dinas
No Nama/Jenis Persediaan Jumlah Satuan Harga Satuan Nilai Persediaan 1. Pakaian Dinas
- PDH - - 6.959.500
Jumlah - - 6.959.500
1.1.1.3 ASET TETAP
No Uraian 2015 2014
1. Tanah 133.274.290.440,00 133.276.642.440,00
2. Peralatan dan Mesin 30.853.701.605,00 30.006.439.228,00
3. Gedung dan Bangunan 168.093.883.392,00 161.898.181.892,00
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 1.610.029.069,00 1.596.930.069,00
5. Aset Tetap Lainnya 1.233.133.901,00 1.277.721.901,00
6. Akumulasi Penyusutan (89.343.551.956,21) (83.774.829.282,32)
Jumlah 245.721.486.451,79 244.281.086.247,68
Rincian Mutasi Aset Tetap terdiri dari :
Penambahan 2015
Koreksi dan Penilaian 88.500.000,00
Reklasifikasi Masuk 257.232.000,00
Hibah -
Mutasi Masuk 263.000.000,00
Kapitalisasi Non Belanja Modal -
Belanja Modal 8.366.557.500,00
Jumlah 8.3975.289.500,00
Pengurangan 2015
Koreksi -
Reklasifikasi Keluar 1.913.789.623,00
Hibah -
Mutasi Keluar 2.352.000,00
Ektrakomtabel 50.025.000,00
Penghapusan -
Jumlah 1.966.166.623,00
1.1.1.4 ASET LAINNYA
No Uraian 2015 2014
1. Aset Tak Berwujud 309.930.000,00 154.250.000,00
2. Aset Lain-lain 2.088.967.043,00 663.089.420,00
Jumlah 2.398.897.043,00 817.339.420,00
Rincian Mutasi Aset Lainnya terdiri dari :
Penambahan 2015
Koreksi dan Penilaian -
Reklasifikasi Masuk 1.656.557.623,00
Hibah -
Mutasi Masuk -
Jumlah 1.656.557.623,00
Pengurangan 2015
Koreksi -
Reklasifikasi Keluar -
Mutasi Keluar -
Penghapusan 75.000.000,00
Jumlah 75.000.000,00
1.1.3 EKUITAS DANA
1.1.3.1 EKUITAS DANA LANCAR
No Uraian 2015 2014
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 2. Kas di PK hutang pihak ketiga (Non SiLPA) 3. Pendapatan yang ditangguhkan
4. Cadangan Piutang
5. Cadangan Persediaan 16.385.645,- 12.192.625,-
6. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
Jumlah 16.385.645,- 12.192.625,-
1.1.3.2 EKUITAS DANA INVESTASI
No Uraian 2015 2014
1. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
2. Diinvestasikan dalam Aset Tetap 245.721.486.450,79 243.301.053.325,85 3. Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak
termasuk Dana Cadangan) 210.710.000,00 817.339.420,00
Jumlah 245.932.196.450,79 244.118.392.745,85
1.1.3.3 EKUITAS UNTUK DIKONSOLIDASIKAN
No Uraian 2015 2014
1. Ekuitas Beban Dibayar Dimuka 32.831.166,67 31.001.250,00
2. Ekuitas Pendapatan Dibayar Dimuka
3. Ekuitas Perubahan SAL (250.748.236.418,00) (212.531.340.603,00)
4. RK PPKD 250.748.236.418,00 212.531.340.603,00
Jumlah 32.831.166,67 31.001.250,00
5.2 PENJELASAN POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN 5.2.1 PENDAPATAN
5.2.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah
No Uraian 2015 2014
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah : - Sewa Rumah Dinas - Sewa Ruangan/Aula - Sewa Lahan/Tanah
- Hasil Karya Balai
66.960.000 70.840.000 27.500.000 44.700.000
54.605.000 33.420.000 25.500.000 21.200.000
Jumlah 210.000.000 134.725.000
5.2.1.3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
No Uraian 2015 2014
1. Penerimaan Lain-lain :
- Pengembalian Gaji & Tunjangan - Setor Kembali Temuan Pemeriksaan - Kelebihan Setor sisa kas di Bendahara
Pengeluaran
7.603.500
Jumlah 7.603.500
5.2.2 BELANJA
5.2.2.1 BELANJA OPERASI 5.2.2.1.1 Belanja Pegawai
Merupakan penjumlahan semua belanja pegawai, baik yang ada pada Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung.
No Uraian 2015 2014
1. Belanja Tidak Langsung 120.069.434.751 95.182.943.739 2. Belanja Langsung :
Honorarium PNS 867.950.000 866.015.000
Honorarium Non PNS 15.152.788.500 8.536.027.000
Uang Lembur - 339.984.000
Jumlah 136.090.173.251 104.924.969.739
5.2.2.1.2 Belanja Barang
No Uraian 2015 2014
1. Belanja bahan pakai habis 12.528.662.066 9.521.409.850
2. Belanja bahan/material 1.534.841.500 1.142.417.000
3. Belanja jasa kantor 12.256.737.040 12.064.911.990
4. Belanja premi asuransi 56.282.000 58.407.500
5. Belanja perawatan kendaraan bermotor 2.394.885.077 1.898.830.760 6. Belanja cetak dan penggandaan 1.221.892.050 1.016.160.900 7. Belanja sewa rumah/gedung/gudang/parkir 1.845.154.500 884.611.000 8. Belanja sewa sarana mobilitas 466.300.000 332.000.000
9. Belanja pemeliharaan 8.157.196.250 10.559.946.660
10. Belanja sewa perlengkapan dan peralatan
kantor 104.755.0000 103.008.000
11. Belanja makanan dan minuman 40.449.896.500 35.901.141.470
12. Belanja pakaian dinas & atributnya 469.222.000
13. Belanja Pakaian Kerja 157.500.000 182.700.000
14. Belanja pakaian khusus dan hari-hari
tertentu 2.834.395.000 2.355.283.000
15. Belanja perjalanan dinas 10.311.349.956 9.510.789.125 16. Belanja kursus2 singkat/pelatihan 192.370.000 245.145.000 17. Belanja Barang Hibah dan Jasa Berkenaan
kepada Pihak Ketiga/Masyarakat 9.578.037.400
18. Belanja Bantuan Sosial Barang yang akan
Diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat 11.830.702.625 19. Uang untuk Diberikan kepada pihak
ketiga/masyarakat 36.250.000
Jumlah 106.379.169.564 95.824.021.655
5.2.2.1.3 Belanja Modal 5.2.2.1.3.2 Peralatan dan Mesin
No Uraian 2015 2014
1. BM. Pengadaan alat2 angkutan darat
bermotor 668.440.000 636.673.000
2. BM. Pengadaan alat2 bengkel 134.273.450
3. BM. Pengadaan alat2 pengolahan pertanian
dan peternakan 50.900.000
4. BM. Pengadaan Alat Kantor 120.200.000
5. BM. Pengadaan Peralatan Kantor 320.547.000
5. BM. Pengadaan Perlengkapan Kantor 1.743.763.800
6. BM. Pengadaan Komputer 671.960.000 788.244.000
7. BM. Pengadaan Meubelair 2.342.890.909
8. BM. Pengadaan Penghias Ruangan RT 2.000.000
9. BM. Pengadaan Meja dan Kursi Kerja Rapat
Pejabat 9.600.000
10. BM. Pengadaan Peralatan Dapur 65.450.550
11. BM. Pengadaan Alat Rumah Tangga 410.275.000
12. BM. Pengadaan Alat-alat Studio 202.282.000 528.131.000
13. BM. Pengadaan Alat-alat Komunikasi 7.500.000
14. BM. Pengadaan Alat-alat Kedokteran 7.100.000
Jumlah 2.082.757.000 6.627.473.709
5.2.2.1.3.3 Gedung dan Bangunan
Uraian 2015 2014
BM. Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan 5.297.204.000 BM. Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja 6.270.701.500
Jumlah 6.270.701.500 5.297.204.000
5.2.2.1.3.4 Jalan, Irigasi dan Jaringan
Uraian 2015 2014
BM. Pengadaan Jaringan Listrik 13.099.000 -
Jumlah 13.099.000 -
5.3 PENJELASAN POS-POS LAPORAN OPERASIONAL 5.3.1 PENDAPATAN
Pendapatan dalam Laporan Operasional merupakan pendapatan yang telah timbul hak pemerintah untuk menagih selama TA 2015.
5.3.1.1 Pendapatan Retribusi Daerah
No Uraian 2015
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 210.000.000
JUMLAH 210.000.000
5.3.2 BELANJA
Belanja dalam Laporan Operasional merupakan belanja yang telah diterbitkannya dokumen pembayaran yang telah disahkan oleh Pengguna Anggaran dan barang telah diterima.
5.3.2.1 Beban Pegawai
Merupakan beban pegawai yang ada pada Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung.
No Uraian 2015
1. Belanja Tidak Langsung 120.069.434.751
2. Belanja Langsung 130.888.801.564
JUMLAH 250.958.236.315
5.2.3.1.2 Beban Barang dan Jasa
No Uraian 2015
1. Beban Persediaan 70.592.446.721,00
2. Beban Jasa, Pemeliharaan dan Perjalanan Dinas 35.903.035.906,33
3. Beban Penyusutan 7.772.899.014,75
4. Beban Penghapusan Aset 75.000.000,00
5. Beban Lain-lain -
JUMLAH 114.343.381.641,00
5.4 PENJELASAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Merupakan komponen Laporan Keuangan yang menyajikan pos Ekuitas Awal, Surplus/Defisit Laporan Operasional serta koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas sehingga timbul ekuitas akhir. Dimana jumlah ekuitas akhir harus sama dengan Neraca.
BAB VI
PENJELASAN ATAS INFORMASI NON KEUANGAN
6.1 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan :
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah.
2. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 50 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 111 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Struktur Organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan Unit Pelaksana Teknis Kegiatan (UPT) Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dimaksud adalah sebagai berikut :
1.2 Sumber Daya Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dan penentu dalam mengimplementasikan visi, misi, target, sasaran, program dan kegiatan. Jumlah pegawai Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah per 1 Oktober 2013 sejumlah 942 orang terbagi atas 195 orang pegawai bertugas pada kantor Dinas Sosial dan 747 orang pegawai bertugas pada Balai dan Unit Rehabilitasi Sosial. Secara terperinci kondisi pegawai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. SDM BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
NO. LOKASI
TINGKAT PENDIDIKAN
JML SD SLTP SLTA D III S1/
DIV S.2
1. Dinas Sosial Prov Jateng 6 12 80 17 93 20 228
a. PNS 5 6 61 15 88 20 195
b. Harian Lepas 1) Masuk Data Base
BKD
2) Tidak Masuk Data Base
BKD/Kontrak
- 1
1 5
4 15
1 1
2 3
- -
8 25
2. Unit Pelaksana Teknis
(Balai Rehabilitasi Sosial) 57 60 418 52 228 51 868
a. PNS 33 50 360 40 213 51 747
b. Harian Lepas
1) Masuk Data Base BKD
2) Tidak Masuk
Data Base
BKD/Kontrak
16
8
3
8
7
51
1
11 3
12 -
-
29
92 JUMLAH SELURUHNYA 63 72 498 69 321 71 1.096
Tabel 2. SDM BERDASARKAN PANGKAT/GOLONGAN
NO. LOKASI
PANGKAT/GOLONGAN
JUMLAH
I II III IV HARLEP
1. Dinas Sosial Provinsi Jateng 3 29 155 8 32 227 2. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Dinas Sosial Provinsi Jateng 50 163 490 44 121 868 JUMLAH SELURUHNYA 53 192 645 52 153 1.137
Tabel 3. SDM BERDASARKAN JABATAN
NO LOKASI
STRUKTURAL FUNGSIONAL
JUMLAH ESL.
II
ESL.
III
ESLI V
PEKSOS AHLI
PEKSOS TRAMPIL
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Dinas Sosial
Prov. Jateng 1 5 14 - - 20
2 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Prov. Jateng
- 27 75 39 84 225
JUMLAH
SELURUHNYA 1 32 89 39 84 245
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah memiliki 27 Balai Rehabilitasi Sosial yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dalam penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, antara lain :
Tabel 4. DAFTAR NAMA BALAI REHABILITASI SOSIAL DINAS SOSIAL
NO. NAMA JENIS
PELAYANAN LOKASI
1. Balai Rehabilitasi Sosial
“Mardi Utomo” Semarang I
PGOT Jl. Mulawarman, Kramas,
Kota Semarang 2. Balai Rehabilitasi Sosial
“Mandiri” Semarang II
Anak Nakal, Eks Penyalahguna Napza, Anjal
Jl. Amposari II/4 Kel.
Sendangguwo, Kec.
Tembalang, Kota Semarang Unit Rehabilitasi Sosial
“Pucang Gading” Semarang
Lanjut Usia terlantar
Jl. Plamongan Sari Kota Semarang
3. Balai Rehabilitasi Sosial
”Margo Widodo” Semarang
PGOT & Tuna Laras
Jl. Raya Tugu Km. 9 Kota Semarang
4. Balai Rehabilitasi Sosial
“Wira Adhi Karya”Ungaran
Remaja Terlantar &
Korban Tindak Kekerasan
Jl. Ki Sarino Mangunpranoto No. Ungaran, Kab. Semarang
Unit Rehbilitasi Sosial
“Wening Wardoyo” Ungaran
Lanjut Usia Terlantar
Jl. Kutilang No. 24 Ungaran Kab. Semarang
5. Balai Rehabilitasi Sosial “ Ngudi Rahayu” Kendal
Tuna Laras (Eks Psikotik)
Jl. Ds. Salam Sari, Kec. Boja Kab. Kendal
Unit Rehabilitasi Sosial
“Bina Sejahtera” Kendal
PGOT Jl. Raya Ds. Wonosari
RT.02/RW.07 Kec. Patebon, Kendal
6. Balai Rehabilitasi Sosial
“Wanodyatama” Kendal II
Eks WTS Jl. Gemuh Km. 1 Cepiring, Kab. Kendal
Unit Rehabilitasi Sosial
“Pamardi Siwi II” Kendal
Anak Terlantar Jl. Tamtama No. 112 Weleri Kab. Kendal
7. Balai Rehabilitasi Sosial “ Kasih Mesra” Demak
Anak Terlantar Jl. Bentengan No. 7 Kab.
Demak Unit Rehabilitasi Sosial
“Pamardi Putra” Demak
Cacat Tubuh Jl. Sunan Kalijogo No. 143 Kab. Demak
8. Balai Rehabilitasi Sosial “ Harapan Bangsa” Rembang I
Anak Terlantar Jl. Raya Blora Km 5 Kab.
Rembang Unit Rehabilitasi Sosial
“Margo Mukti” Rembang
Lanjut Usia Terlantar
Jl. Blora Km. 5 Kab.
Rembang 9. Balai Rehabilitasi Sosial
“Pangrukti Mulyo” Rembang II
Tuna Laras Eks Psikotik)
Jl. Raya Blora Km. 6 Ds.
Wedung Rejo Kab. Rembang
Unit Rehabilitasi
Sosial“Pamardi Karya” Blora
PGOT Jl. Raya Rembang Km.10
Ds. Ngampel Kab. Blora 10. Balai Rehabilitasi Sosial
“Pendowo” Kudus
Cacat Netra Jl. Melati Lor No. 10 Kab.
Kudus Unit Rehabilitasi Sosial
“Muria Jaya” Kudus
PGOT Jl. Cenge Ngembalrejo Kab.
Kudus Unit Rehabilitasi Sosial
“Sono Rumekso” Grobogan
Tuna Laras (Gangguan Jiwa)
Jl. Letjen S. Parman No. 38 A Kec. Purwodadi, Kab.
Grobogan 11. Balai Rehabilitasi Sosial
“Sunu Ngesti Tomo” Jepara
Anak Terlantar Jl. Pemuda No. 95 Kab.
Jepara Unit Rehabilitasi Sosial
“Waluyo Tomo” Jepara
PGOT & Tuna Laras
Jl. Tambaksari Kauman Kab.
Jepara 12. Balai Rehabilitasi Sosial
“Wanita Utama” Surakarta I
Eks WTS Jl. DR. Rajiman No. 624 Kota Surakarta
13. Balai Rehabilitasi Sosial
“Bhakti Chandrasa”
Surakarta II
Cacat Netra Jl. DR. Rajiman No. 624 Kota Surakarta
14. Balai Rehabilitasi Sosial
“Taruna Yodha” Sukoharjo
Remaja Terlantar (Putus Sekolah)
Jl. Prof. DR. Supomo SH No.
53 Kab. Sukoharjo Unit Rehabilitasi Sosial “Esti
Tomo” Wonogiri
Anak Terlantar Jl. Dahlia II No. 576 Kab.
Wonogiri 15. Balai Rehabilitasi Sosial “
Pamardi Utomo” Boyolali
Anak Terlantar Jl. Pandanaran No.174 Kab.
Boyolali Unit Rehabilitasi Sosial
“Hestining Budi” Klaten
Cacat Ganda Jl. Rajawali G4 IV Kel.
Sidomulyo No. 04 Kab.
Klaten 16. Balai Rehabilitasi Sosial
“Dharma Putera” Purworejo I
Tuna Rungu Wicara
Jl. Kartini No. 9 Kab.
Purworejo
Unit Rehabilitasi Sosial
“Wiloso Wredho” Purworejo
Lansia Terlantar Jl. Kliwonan I/14 Kec.
Kutoarjo Kab. Purworejo Unit Rehabilitasi Sosial
“Wira Karya Tama”
Purworejo
Anak Terlantar Jl. Wismo Aji No. 9 Kec.
Kutoarjo Purworejo
17. Balai Rehabilitasi Sosial “ Wiloso Muda Mudi”
Purworejo II
Anak Terlantar Jl. Urip Sumoharjo No. 76 Kab. Purwprejo
Unit Rehabilitasi Sosial
“Mardi Guno” Kebumen
PGOT Jl. Slamet Riyadi No. 4 Prembun Kab. Kebumen 18. Balai Rehabilitasi Sosial “
Martani” Cilacap
PGOT, Tuna Laras
& Lanjut Usia terlantar
Jl. Wijaya Kusuma No. 43 Ds. Pucong Kec. Kroya Kab.
Cilacap Unit Rehabilitasi Sosial “
Dewanata” Cilacap
Lansia Terlantar Jl. Raya Slarang No. 119 Kec. Kesugihan Kab. Cilacap 19. Balai Rehabilitasi Sosial “
Budhi Sakti” Banyumas
Anak Terlantar Jl. Karang Sawah
Unit Rehabilitasi Sosial “ Pamardi Raharjo”
Banjarnegara
PGOT Jl. Raya Pucang No. 5 Ds.
Pucang, Kab. Banjarnegara
20. Balai Rehabilitasi Sosial “ Raharjo” Sragen
Tuna Grahita Jl. Raya Sragen Solo Km. 2 Kab. Sragen
Unit Rehabilitasi Sosial “ Pamardi Siwi I” Sragen
Anak Terlantar Jl. RA Kartini No. Kab.
Sragen 21. Balai Rehabilitasi Sosial “
Kartini” Tawangmangu
Anak Nakal, Anak Jalanan
Jl. Raya Lawu No. 13 Kec.
Twngmangu Kab.
Karanganyar 22. Balai Rehabilitasi Sosial “
Suko Mulyo” Tegal
Anak Terlantar Jl. Dr. Sutomo No. 56. Kota Tegal
Unit Rehabilitasi Sosial
“Putra Harapan” Slawi Kab.
Tegal
Anak Terlantar Jl. Putra Harapan Kec. Slawi Kab. Tegal
Unit Rehabilitasi Sosial
“Purbo Yuwono” Brebes
Lansia Terlantar Jl. Raya Klampok No. 69 Kab. Bebes
23. Balai Rehabilitasi Sosial “ Samekto Karti” Pemalang I
PGOT & Tuna Laras
Jl. Raya Pabrik Comal Baru Ampel Gading Kec. Comal Kab. Pemalang
Unit Rehabilitasi Sosial
“Bisma Upakara” Pemalang
Lansia Terlantar Jl. Raya Slarang Kab.
Pemalang 24. Balai Rehabilitasi Sosial “
Distrarastra” Pemalang II
Cacat Netra Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 4 Kab. Pemalang
Unit Rehabilitasi Sosial
“Karya Mandiri” Pemalang
Anak Terlantar Jl. Brigjen Katamso No. 2 Kab. Pemalang
25. Balai Rehabilitasi Sosial “ Woro Wiloso” Salatiga
Anak Terlantar Jl. Diponegoro No. 85 Kota Salatiga
Unit Rehabilitasi Sosial
“Wiloso Tomo” Salatiga
Anak & Balita Terlantar
Jl. Yos Sudarso No. 20 Kota Salatiga
Unit Rehabilitasi Sosial “ Taman Harapan” Salatiga
Anak Terlantar Jl. Diponegoro No. 85 Kota Salatiga
26. Balai Rehabilitasi Sosial
“Penganthi” Temanggung
Cacat Netra Jl. Suyoto No. 70 Kab.
Temanggung Unit Rehabilitasi Sosial
“Mardi Yuwono” Wonosobo
Anak Terlantar Jl. Ahmad Yani No. 84 Kab.
Wonosobo 27. Balai Rehabilitasi Sosial
“Kumuda Putra Putri”
Magelang
Anak Terlantar Jl. Ali Basah Sentot Prawiro Dirjo No. 940 Kab.
Magelang
6.3 Kebijakan dan Program Kerja SKPD
Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial dapat dipandang sebagai bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jawa Tengah, sehingga mereka mampu menjalankan tugas-tugas kehidupannya secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini, pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi serta berbagai dampaknya, dimana bila kita abaikan akan mengarah pada terjadinya disintegrasi sosial yang menurunkan harkat dan martabat masyarakat Jawa Tengah.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Pasal 1 dan 2 menyebutkan bahwa penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Untuk menjamin terlaksananya usaha kesejahteraan sosial secara efektif, efisien, dan akuntabel, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang dilaksanakan secara sinergis, simultan, dan berkelanjutan, serta dirumuskan dalam pendistribusian tugas dan tanggung jawab bidang-bidang, yaitu :
a. Kesekretariatan
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaran secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian.
b. Bidang Pemberdayaan Sosial
Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan, keluarga dan komunitas adat, kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial.
c. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan dan rehabilitasi
sosial anak dan lanjut usia, pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial dan korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
d. Bantuan dan Jaminan Sosial
Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan korban bencana alam dan sosial, perlindungan korban tindak kekerasan dan pekerja migrant, serta pengelolaan sumber dana dan jaminan sosial.
e. Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengkajian dan pengembangan kesejahteraan sosial, kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial dan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial.
BAB VII PENUTUP
Laporan Keuangan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015 telah memberikan informasi yang relevan, akuntabilitas dan transparansi serta bermanfaat bagi para pengguna anggaran.
Berdasarkan entitas pelaporan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kas yang ada di Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan tidak terdapat saldo kas atau yang belum disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.
b. Persediaan barang yang masih ada di Petugas Penyimpan Barang telah dikalkulasi secara cermat dan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi serta diakui berdasarkan nilai barang yang belum terjual atau terpakai.
c. Aset Tetap yang ada di Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah terjadi penambahan dan pengurangan aset, antara lain :
1) Penambahan a) Alat Angkutan
b) Alat Kantor dan Rumah Tangga c) Meja dan Kursi Kerja Rapat Pejabat d) Alat Rumah Tangga
e) Bangunan Gedung Tempat Kerja f) Jaringan Listrik
2) Pengurangan a) Tanah b) Alat Bengkel
c) Alat Pengolahan Pertanian/Peternakan d) Peralatan Kantor
e) Perlengkapan Kantor f) Meubelair
g) Penghias Ruangan Rumah Tangga h) Peralatan Dapur
i) Alat Studio dan Komunikasi j) Alat Kedokteran
k) Konstruksi/Pembelian Bangunan
d. Pendapatan dan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan pada Tahun 2014.
e. Belanja yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung telah dialokasikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah serta untuk mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.