4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi penelitian berada di Desa Plumutan. Desa yang
terletak di Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang ini memiliki batas- batas
wilayah sebagai berikut:
Utara : Desa Bantal, Kecamatan Bancak
Timur : Karesidenan Surakarta
Selatan : Desa Lembu, Kecamatan Bancak
Barat : Desa Rejosari dan Desa Jlumpang, Kecamatan Bancak
Wilayah desa Plumutan terbagi atas enam dusun yakni dusun Karang Wuni,
dusun Kalisari, Krajan Plumutan (dukuh Dawung, dukuh Krangkeng, dukuh Gandri),
dusun Karet (dukuh Wonosari), dusun Jatisari (dukuh Gagan) dan dusun Randusari
(dukuh Muningsari).
4.1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur
Jumlah penduduk desa Plumutan sampai dengan bulan Januari 2013 menurut data
monografi berjumlah 2. 650 jiwa yang terdiri dari 1. 321 jiwa penduduk laki- laki dan
1329 penduduk perempuan dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 922 KK.
Tabel 4. 1 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No. Kelompok Umur
(Tahun)
Laki- Laki Perempuan Jumlah
1. 0- 1 88 87 175
2. 1- 5 137 147 284
3. 5- 10 138 138 276
4. 11- 15 135 137 272
5. 16- 20 136 138 274
6. 21- 25 144 138 282
7. 26- 30 137 137 274
8. 31- 40 134 134 268
9. 41- 50 134 133 267
10. 51- 60 100 102 202
11. 60 keatas 38 38 76
Jumlah 1321 1329 2650
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di desa Plumutan
yang memiliki rentang umur antara 1-5 tahun merupakan jumlah terbanyak dan umur
60 tahun keatas memiliki jumlah paling sedikit. Distribusi umur berdasarkan usia
kerja produktif menurut Hernanto (1988) yakni antara 14- 50 tahun berjumlah 1627
jiwa.
4.1.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi penduduk desa Plumutan berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Laki- Laki Perempuan Jumlah
1. Tidak Sekolah 85 111 196
2. TPQ/ Diniyah 44 54 98
3. TK/Play Group 26 38 64
4. Belum Tamat SD 108 208 316
5. Tidak Tamat SD 57 59 116
6. Tamat SD 417 344 761
7. Tamat SLTP/sederajat 47 32 79
8. Tamat SLTA/sederajat 26 27 53
9. Tamat Akademi/Diploma 3 4 7
10. Tamat Sarjana Keatas 2 1 3
Jumlah 815 878 1693
Sumber: Monografi Desa Plumutan per Januari 2013
Berdasarkan tabel 4. 2 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Plumutan
hanya tamatan SD (Sekolah Dasar) yakni sebesar 761 jiwa, sedangkan pendidikan
tertinggi yakni sarjana/ sederajat hanya berjumlah 3 jiwa.
4.1.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk desa Plumutan cukup beragam yang meliputi PNS,
TNI, POLRI, pegawai swasta, pensiunan, pengusaha, buruh bangunan, buruh industri,
buruh tani, petani dan peternak. Berikut gambaran mengenai distribusi penduduk
Tabel 4. 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Laki- Laki Perempuan Jumlah
1. PNS 4 6 10
2. TNI 5 0 5
3. POLRI 1 0 1
4. Pegawai Swasta 8 9 17
5. Pensiunan 9 3 12
6. Pengusaha 14 13 27
7. Buruh Bangunan 29 11 40
8. Buruh Industri 6 18 24
9. Buruh Tani 413 312 725
10. Petani 416 314 730
11. Peternak 4 3 7
13. Lain- lain 413 639 1052
Jumlah 1322 1328 2650
Sumber: Monografi Desa Plumutan per Januari 2013
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pekerjaan dengan jenis lain- lain
memiliki kontribusi terbesar yakni 1052 jiwa, sedangkan posisi kedua baru ditempati
mata pencaharian petani dan buruh tani yakni 730 dan 725 jiwa. Menurut penuturan
salah seorang pamong desa, jenis pekerjaan lain- lain merupakan pekerjaan tidak
tetap yang dimiliki penduduk seperti diperantauan, menyambi membuat kerajinan
maupun kerja lepas (freelance) lainnya.
4.2Gambaran Umum Responden
Gambaran mengenai keadaan umum responden dipaparkan berdasarkan hasil
pengumpulan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 60 responden
serta dari data sekunder berdasarkan monografi desa. Sampel diambil secara acak dari
beberapa dukuh dan dusun yang masih dalam satu wilayah Desa Plumutan dan
dikhususkan untuk keluarga petani yang mampu membuat kerajinan Rogo- Rege.
Wawancara dilakukan di dukuh Gagan, dusun Jatisari, desa Plumutan. Didukuh
ini terdapat paling banyak jumlah penduduk dan memanfaatkan sebagian besar waktu
luangya untuk membuat kerajinan Rogo- Rege sehingga jumlah jam kerja dalam
4.3Hasil Analisis Uji Komputasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui besarnya pengaruh variabel luas
lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pendapatan (X3), pendidikan (X4), umur KK
(X5), jumlah anggota keluarga (X6) yang mempengaruhi variabel jumlah jam kerja
(Y) dapat dilihat pada tabel 4. 4 berikut:
Tabel 4. 4 Distribusi T- Hitung dengan T- Tabel Model Koefisien
Regresi
T- Hitung T- Tabel
(Constant) 6,197 6,333
Luas lahan -0,263 -1,958* t. 10=1,671
t. 050=2,000
Jumlah TK -0,045 -0,243
Pendapatan -0,563 -4,062**
Pendidikan -0,172 -0,418
Umur KK -0,622 -2,011**
Jumlah Anggota
Keluarga 0,651 2,161**
Sumber: Data Primer, 2013
Keterangan:
* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90% ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja (X2) tidak
mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan
keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege karena nilai t hitung lebih kecil dari t
tabel (-0,243 < 1,671). Begitu pula pada variabel pendidikan (X4) juga tidak memiliki
pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk
membuat kerajinan karena nilai t hitung kurang dari t tabel atau kurang dari 1,671
yakni -0,418 (X4). Nilai koefisien regresi pada variabel bebas yang tidak mempunyai
pengaruh nyata terhadap variabel tak bebas tidak mempunyai arti apapun atau sama
dengan nol (0).
Variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan waktu luang
berdasarkan jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat
kerajinan Rogo- Rege dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (tanpa
variabel pendapatan (X3) yakni -4,062> 2,000; variabel umur kepala keluarga (X5)
yakni -2,011> 2,000 dan variabel jumlah anggota keluarga (X6) yakni 2,161> 2,000 .
Tabel 4. 5 Uji statistik F
Model F Hitung F Tabel
1 Regresi 4,768 2,24
Residual Total Sumber: Data Primer, 2013
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 4,768 artinya hasil
regresi dinyatakan signifikan karena nilai F hitung lebih besar daripada F tabel (4,768
> 2,24) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas (luas lahan (X1), jumlah
tenaga kerja (X2), pendapatan (X3), pendidikan (X4), umur KK (X5) dan jumlah
anggota keluarga (X6) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (jumlah jam
kerja (Y) ).
Besar kontribusi pengaruh jumlah anggota keluarga, luas lahan, umur,
pendidikan, pendapatan dan jumlah tenaga kerja terhadap jumlah jam kerja yang
dimanfaatkan petani untuk membuat kerajinan Rogo- Rege dapat dilihat berdasarkan
nilai R Square pada tabel berikut:
Tabel 4. 6 Kontribusi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,611a 0,373 0,295 0,19470479
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat dilihat pada nilai R Square yang nilainya
0,373, artinya bahwa jumlah anggota keluarga, luas lahan, umur KK, pendidikan,
pendapatan dan jumlah tenaga kerja memberikan kontribusi pengaruh sebesar 37,3%
terhadap jumlah jam kerja, sehingga 62,7% jumlah jam kerja dipengaruhi oleh faktor-
Tabel 4. 7 Distribusi Jumlah Jam Kerja Berdasarkan Rata- Rata
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jumlah jam kerja 60 12. 00 121. 00 82. 5167 25. 31730 Valid N (listwise) 60
Sumber: Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja minimum petani
dan keluarga dalam membuat kerajinan adalah 12 jam/ bulan, jumlah jam kerja
maksimum 121 jam/ bulan dan rata- rata jumlah jam kerja masing- masing petani dan
keluarga adalah 83 jam/ bulan.
4.4 Pembahasan
4. 4. 1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Jumlah Jam Kerja
Berdasarkan hasil penghitungan uji komputasi luas lahan (X1) mempunyai
pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk
membuat kerajinan Rogo- Rege. Besar koefisian regresi pada variabel luas lahan (X1)
adalah -0.263 artinya setiap kenaikan luas lahan sebesar 1% akan menyebabkan
penurunan 0,347% pada jumlah jam kerja dan berlaku sebaliknya bila terjadi
penurunan luas lahan 1% maka akan terjadi kenaikan luas lahan sebesar 0,347%
dengan tingkat kepercayaan 90% pada α 0,10. Nilai t hitung sebesar -1,958 dengan
arah negatif artinya jika luas lahan tinggi maka jumlah jam kerja akan rendah, begitu
pula sebaliknya jika luas lahan rendah maka jumlah jam kerja akan tinggi. Pernyataan
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sutrisno (1982) bahwa luas lahan usaha
tani mempengaruhi besar kecilnya waktu luang yang dicurahkan untuk membuat
kerajinan.
Petani dengan luas lahan sempit akan lebih banyak memiliki waktu luang
sehingga jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat Rogo- Rege lebih
banyak. Sebaliknya, petani akan lebih sedikit mencurahkan jam kerja karena luas
lahan yang luas. Petani yang memiliki garapan sempit akan lebih cepat
menyelesaikan pekerjaan usaha taninya sehingga ketika pulang dari sawah ataupun
memiliki luas lahan lebih besar yang waktu luangnya sebagian besar dicurahkan
untuk mengurusi lahannya yang luas.
4. 4. 2 Pengaruh Jumlah Tenaga kerja Terhadap Jumlah Jam Kerja
Variabel jumlah tenaga kerja tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah
jam kerja yang digunakan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege.
Besar koefisien regresi jumlah tenaga kerja (-0,045) tidak dapat menjelaskan
kenaikan maupun penurunan jumlah tenaga kerja sehingga dapat diartikan nol (0)
karena tidak terdapat pengaruh nyata. Begitu pula besar nilai t hitung (0,248) yang
kurang dari t tabel (1,671) membuktikan bahwa jumlah tenaga kerja tidak signifikan
terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege.
Seperti yang dijelaskan Hernanto (1988) bahwa batas usia kerja anak- anak
minimal 14 tahun. Hal ini berarti petani yang walaupun memiliki jumlah tenaga kerja
yang telah masuk usia kerja, belum dapat memberikan kontribusi banyak terhadap
jumlah jam kerja. Hal ini disebabkan salah satunya adalah sebagian tenaga kerja
masih merupakan pelajar yang harus bersekolah selama satu minggu dan harus
belajar atau mengerjakan PR ketika malam tiba yang biasanya orang dewasa tetap
dapat menganyam sambil menonto tv meskipun malam. Walaupun mereka (tenaga
kerja yang masih pelajar) mampu membuat kerajinan, tetapi waktu luang mereka
kecil sehingga membuat kerajinan hanya dapat mereka lakukan ketika libur sekolah.
Selain itu tidak semua tenaga kerja keluarga dewasa memanfaatkan waktu luangnya
untuk membuat kerajinan. Beberapa dari mereka ada yang memanfaatkan untuk
pekerjaan sampingan lain seperti berjualan keliling, jadi tukang ojek, ataupun buruh
bagi tenaga kerja dewasa yang tidak sekolah.
4. 4. 3 Pengaruh Pendapatan Terhadap Jumlah Jam Kerja
Pendapatan keluarga mempunyai pengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
pada α 0,05 dengan besar koefisien regresi sebesar -0.563 menggambarkan bahwa
pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang nyata sebesar 0.563%. Arah negatif,
sebesar 0,251% begitu pula jika terjadi penurunan pendapatan 1%, maka akan terjadi
kenaikan jumlah jam kerja sebesar 0, 251%. Nilai t hitungnya (-4,062) lebih besar
daripada t tabel (2,000). Nilai negatif pada t hitung menunjukkan bahwa besar
pendapatan tehadap jumlah jam kerja berbanding terbalik artinya bila pendapatan
tinggi maka jumlah jam kerja rendah, begitu pula sebaliknya, jika pendapatan rendah
maka jumlah jam kerja akan tinggi.
Semakin meningkatnya pendapatan keluarga maka jumlah jam kerja yang
digunakan untuk membuat kerajinan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, kecilnya
pendapatan petani dan keluarga mendorong mereka untuk dapat memperoleh
penghasilan lebih yakni dengan lebih banyak mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk membuat kerajinan agar dihasilkan pemasukan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Meskipun membuat kerajinan merupakan pekerjaan sampingan
dan hanya menambah sebagian kecil pemasukan mereka. Seperti yang telah
dijelaskan Ariawan (2002) bahwa bila pendapatan rendah, petani dan keluarga akan
cenderung mencari pendapatan lain meskipun hasilnya kecil. Seberapapun uang yang
mereka hasilkan dari membuat kerajinan dapat membuat mereka merasa telah
berpartisipasi dalam melestarikan Rogo- Rege yang merupakan warisan turun
temurun.
4. 4. 4 Pengaruh Pendidikan Terhadap Jumlah Jam Kerja
Variabel pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah jam kerja
petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan Rogo- Rege karena
nilai t hitung (0,418) kurang dari t tabel (1,671) sehingga besar koefisien regresi
-0,172 tidak dapat menjelaskan pengaruh yang diberikan kepada jumlah jam kerja.
Pendidikan kepala keluarga yang rendah nyatanya tidak membuat petani dan keluarga
memanfaatkan jumlah jam kerja dari waktu luangnya untuk membuat kerajinan.
Begitu pula pendidikan kepala keluarga yang tinggi juga tidak mempunyai pengaruh
untuk mengarahkan keluarganya untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak dan
penghasilan yang lebih tinggi dari pada membuat kerajinan. Sebagian besar penduduk
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan). Kerajinan Rogo- Rege merupakan
warisan turun temurun yang telah ada dan akan terus lestari dan bukan hanya
digunakan untuk kebutuhan finansial tetapi juga sebagai ciri khas dari Desa Plumutan
itu sendiri, sehingga tinggi rendah pendidikan kepala keluarga tidak akan
mempengaruhi petani dan keluarga untuk tetap membuat kerajinan tersebut. Besar
kecilnya jumlah jam kerja untuk membuat kerajinan tidak dipengarui oleh pendidikan
kepala keluarga, karena tanpa harus sekolah tinggi pun kepala keluarga dapat
mengarahkan membuat kerajinan ini dengan belajar dari sesepuh dan keluarga atau
pun tidak mengarahkan membuat kerajinan dengan malah mengarahkan pada
pekerjaan lainnya.
4. 4. 5 Pengaruh Umur Kepala Keluarga (KK) Terhadap Jumlah Jam Kerja
Variabel umur KK memiliki pengaruh nyata dengan koefisien regresi sebesar
-0,622 dan mempunyai arah negatif dengan tingkat signifikansi 95% pada α 0,05
terhadap jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat
kerajinan Rogo- Rege. Nilai negatif disini artinya setiap kenaikan umur KK 1%
menyebabkan penurunan jumlah jam kerja sebesar 0,622%, sebaliknya jika terjadi
penurunan umur KK 1% maka akan terjadi kenaikan jumlah jam kerja sebesar
0,622%. Seperti yang dijelaskan pada kajian teori, menurut Astuti (2006) semakin tua
umur (30-50 tahun) kepala keluarga, maka semakin rendah jumlah jam kerja yang
dicurahkan. Hal ini disebabkan kemampuan beraktifitas yang semakin kecil dan tidak
agresif dalam melakukan pekerjaan secara lama sehingga orang yang lebih tua lebih
cepat lelah dalam melakukan aktifitas yang banyak. Hal tersebutlah yang
menyebabkan semakin tua umur KK maka jumlah jam kerja akan semakin kecil.
Umur KKyang semakin tua juga tidak akan lebih banyak mengatur anaknya untuk
melakukan atau memaksakan anaknya membuat kerajinan.
Pada kepala keluarga yang masih muda (< 30 tahun) cenderung agresif dan
produktif. Selain itu umur KK yang masih muda mampu melakukan berbagai hal
fisik lebih lama sehingga aktifitas yang banyakpun tidak menghambat mereka untuk
menyebabkan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk membuat kerajinan
meningkat. Meskipun siang hari mereka bekerja diluar rumah, baik menggarap sawah
maupun melakukan pekerjaan sampingan lainnya, tetapi mereka tetap mampu mebuat
kerajinan ketika mereka pulang maupun ketika malam hari tiba. Kegiatan membuat
Rogo- Rege nyatanya dapat dilakukan sambil menonton TV. Selain itu tidak
membutuhkan waktu lama untuk memperoleh banyak Rogo- Rege, karena hanya
membutuhkan waktu 5 menit untuk menyelesaikan satu buah Rogo- Rege berukuran
sedang (diameter 20-25 cm).
4. 4. 6 Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Jumlah Jam Kerja
Variabel jumlah anggota keluarga (X6) mempunyai pengaruh nyata terhadap
jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan
Rogo- Rege. Nilai koefisien regresi sebesar 0,651 artinya jumlah anggota keluarga
memiliki pengaruh yang nyata sebesar 0,651% terhadap jumlah jam kerja yang
dicurahkan petani dan keluarga untuk membuat kerajinan Rogo- Rege. Karena nilai t
hitung (2,161) lebih besar dari t tabel (2,000) maka arah persamannya positif
sehingga dapat diartikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga maka
semakin besar pula jumlah jam kerja yang dicurahkan petani dan keluarga untuk
membuat kerajinan Rogo- Rege. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghazali (2012)
bahwa semakin banyak jumlah keluarga, maka semakin banyak anggota keluarga
yang diarahkan untuk melakukan usaha lain seperti membuat kerajinan. Begitu pula
sebaliknya, semakin kecil jumlah anggota keluarga maka jumlah jam kerja untuk
membuat kerajinanpun semakin kecil.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula beban
tanggungan kepala keluarga, semakin besar beban tanggungan keluarga maka kepala
keluarga akan berfikir keras agar dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.
Meskipun hasil membuat kerajinan ini kecil, tetapi setidaknya mampu mengurangi
beban tanggungan anggota keluarga yang dapat dipikul secara bersama-sama yakni
Begitu pula sebaliknya, jumlah anggota keluarga yang sedikit, maka beban
tanggungan kepala keluargapun akan kecil sehingga membuat kerajinan tidak
dijadikan sebagai hal pokok bagi mereka yang memiliki beban tanggungan keluarga
kecil. Mereka membuat hanya untuk mengisi waktu luang dan tidak menjadikan
kerajinan sebagai patokan yang harus dikerjakan setiap waktu. Beban tanggungan
yang kecil tentunya akan meringankan kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga
masih dapat dipenuhi dari hasil pertanian saja ataupun membuat kerajinan tetapi
dengan jumlah yang lebih sedikit.
Dari berbagai aspek dan faktor yang telah diteliti, maka dapat dikatakan bahwa
jumlah jam kerja dipengaruhi banyak faktor lain selain jumlah tenaga kerja,
pendapatan dan umur kepala keluarga, sedangkan faktor- faktor seperti luas lahan,
pendidikan dan jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi. Hal ini dapat diteliti
lebih lanjut dikemudian hari agar dapat diketahui faktor lain apa yang mempengaruhi
jumlah jam kerja petani dan keluarga yang dicurahkan untuk membuat kerajinan