• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK

B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yuventi Amanda NIM 11111241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK

B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Yuventi Amanda NIM 11111241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Pemberian stimulus fisik motorik yang tepat pada anak usia dini menjadi bekal keterampilan hidup di hari esok

(7)
(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

(9)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK

B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Oleh Yuventi Amanda NIM 11111241043

ABSTRAK

Keterampilan motorik halus harus dikuasai oleh anak sebagai dasar kemampuan fisik motorik yang lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek penelitian sebanyak 15 anak, yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Objek penelitian adalah keterampilan motorik halus melalui kegiatan finger painting. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan. Dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase saat pelaksanaan pra tindakan yaitu 46,11% yang termasuk dalam kriteria mulai berkembang. Pada Siklus I, rata-rata persentase sebesar 58,15% yang termasuk dalam kriteria berkembang sesuai harapan. Pada Siklus II, rata-rata persentase menunjukkan peningkatan yaitu 81,48% yang termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik. Berdasarkan perolehan data, dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan mengalami peningkatan mencapai indikator yang diinginkan yaitu ≥ 80%. Proses peningkatannya dengan menyediakan bubur warna yang berwarna-warni dengan warna yang disukai anak agar anak tertarik mengikuti kegiatan finger painting dan meningkatkan kembali pemberian contoh agar anak lebih mengerti dan menguasai kegiatan finger painting. Jika anak tertarik mengikuti, mengerti dan menguasai kegiatan finger painting maka keterampilan motorik halus anak mulai dari ketepatan dalam menyelesaikan tugas, keterampilan menggerakkan dan koordinasi mata dengan tangan meningkat.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya pada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa Dia berikan pada Nabi Muhammad SAW dan orang yang senantiasa mengikuti ajaran yang dibawanya. Atas segala yang Allah SWT berikan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Kegiatan Finger

Painting pada Anak Kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta” dengan baik. Tanpa bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saran, motivasi dan nasehat pada penulis untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

3. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. dan Ibu Eka Sapti Cahyaningrum, MM., M. Pd., dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, selalu memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi.

4. Kepala sekolah TK ABA Gambrengan beserta segenap guru dan siswa Kelompok B1 yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam kegiatan penelitian.

(11)

6. Kakak dan adik tercinta Febriana dan Krisna Handayani serta Rindang Trusilaningsih, dan keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan memotivasi.

7. Sahabat-sahabat dan pengisi hatiku yang selalu memberi semangat, dukungan dan doa selama proses penyusunan skripsi.

8. Teman-temanku PG-PAUD 2011 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, pengorbanan, dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Desember 2015

(12)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

MOTTO ……….………... v

PERSEMBAHAN ………... vi

ABSTRAK ………... vii

KATA PENGANTAR ……….… viii

DAFTAR ISI ……….... x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………….………... 1

B. Identifikasi Masalah ………..………... 6

C. Pembatasan Masalah ……….... 7

D. Rumusan Masalah ……….………...………...… 7

E. Tujuan Penelitian ……….… 8

F. Manfaat Penelitian ……….……….. 8

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Motorik Halus ... 10

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus ... 10

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun ... 12

3. Tujuan Pengembangan Keterampilan Motorik Halus ... 15

4. Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus ... 16

(13)

B. Proses Belajar dan Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun ... 20

1. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun ... 20

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun ... 21

3. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini ... 24

C. Kegiatan Finger Painting ... 28

1. Pengertian Finger Painting ... 28

2. Tujuan Finger Painting ... 29

3. Manfaat Finger Painting ... 30

4. Bahan dan Peralatan Finger Painting ... 31

5. Langkah-langkah Pembelajaran melalui Finger Painting …….. 34

D. Teori Belajar ... 37

E. Kerangka Berpikir ... 41

F. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……… 43

B. Subjek Penelitian ………. 44

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 44

D. Prosedur Penelitian ……….. 44

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 44

F. Instrumen Penelitian ……… 49

G. Teknik Analisis Data ... 49

H. Indikator Keberhasilan ………. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 53

1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Tindakan ...………... 53

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ……….. 55

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ....………. 66

(14)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ……….. 82

B. Saran ……….…… 83

DAFTAR PUSTAKA ……….. 84

(15)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1.Kisi-kisi Observasi Keterampilan Motorik Halus ……… 49 Tabel 2.Persentase Kriteria Keberhasilan ... 51 Tabel 3.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra Tindakan 54 Tabel 4.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Siklus I …... 64 Tabel 5.Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra

Tindakan dan Siklus I ……… 65

Tabel 6.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Siklus II ….. 75 Tabel 7.Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi ……….... 88

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ...…...…………... 90

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 93

Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ………... 98

Lampiran 5. Data Hasil Observasi ...……… 122

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi ... 130

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Harahap, & Siti Rohmah Nurhayati, 2007: 3-4). Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anak usia dini. Anak usia dini membutuhkan pendidikan yang berkualitas untuk bekal kehidupan. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Nomor 14, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sementara itu, menurut NAEYC (National Association Education for Young Children) anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun (Sofia Hartati, 2005: 7). Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

(19)

tersebut meliputi fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi. Oleh karenanya, menggali potensi anak sejak usia dini merupakan proses yang sangat penting sehingga seluruh potensi yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak, maka didirikan lembaga pendidikan anak usia dini salah satunya yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak adalah membantu anak untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya, yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian, dan seni serta siap untuk memasuki pendidikan dasar (Popon Suwili, 2013: 1). Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal khususnya TK berada dalam rentang usia 4-6 tahun.

(20)

spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan menggunting.

Standar Pendidikan Anak Usia Dini Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) khusus aspek perkembangan motorik halus dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 yang seharusnya sudah dicapai anak usia 5-6 tahun meliputi: (1) menggambar sesuai gagasannya, (2) meniru bentuk, (3) melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, (4) menggunakan alat tulis dengan benar, (5) menggunting sesuai dengan pola, (6) menempel gambar dengan tepat, dan (7) mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Pada usia ini, anak sudah dapat menggunakan kemampuannya untuk melatih diri dengan bantuan orang dewasa, misalnya: menyikat gigi, menyisir, mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu serta makan menggunakan sendok dan garpu. Anak dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil atau krayon, anak juga sudah dapat menggambar orang (Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 87).

(21)

mengarahkan kebebasan yang berarti dan membuat anak menjadi lebih tenang, gembira dan merasakan kepuasan (Rita Eka Izzaty, 2005: 27).

Hasil pengamatan pada tanggal 13 April 2015 menunjukkan bahwa anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan belum terampil dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan motorik halus. Pada saat makan bersama, 12 dari 15 anak belum dapat membuka plastik bungkus makanan dan melepas lidi pada salah satu makanan yang dibungkus daun pisang lalu meminta pendidik untuk membantu membukanya. Selain itu pada saat penugasan membuat garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran, semua anak mengalami kesulitan dalam membuat garis tersebut. Pendidik menggunakan LKA (Lembar Kegiatan Anak) ASA (Anak Sholeh Aisyiyah) sebagai media pembelajaran pada tanggal 13 April 2015. Terdapat satu contoh garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran di dalam LKA. Terdapat 9 anak yang hanya menebalkan contoh, setelah itu membuat garis lalu menggambar lingkaran-lingkaran pada garis tersebut, 6 anak dibiarkan hanya membuat garis. Terlihat goresan pensil yang sangat tebal pada hasil karya menggambar anak. Hal ini menunjukkan bahwa anak belum mampu mengontrol gerakan jari dan tangan dengan baik dalam memegang dan menggoreskan pensil pada saat menggambar.

(22)

kemampuan yang dimiliki pendidik dalam merancang kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus masih kurang sehingga keterampilan motorik halus anak belum berkembang secara optimal. Pendidik tidak selalu membuat rencana kegiatan harian pada setiap harinya dan kegiatan pembelajarannya tidak selalu mengikuti tema yang sedang berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 11 April 2015, pendidik mengikuti kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas, misalnya dalam satu hari anak hanya mampu menyelesaikan 1 dari 3 kegiatan inti yang direncanakan.

(23)

ucapan ulang tahun, undangan, pembatas buku dan sebagainya. Kegiatan finger painting memiliki manfaat untuk menuangkan ide, gagasan, dan imajinasi yang dimiliki anak agar tidak kandas dan hilang ketika melukis (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, 2011: 3.35).

Finger painting ini keberadaannya kurang diperhatikan dan bahkan kurang dimengerti oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan finger painting. Dengan adanya kegiatan yang menarik ini diharapkan anak dapat belajar dengan senang dan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Keterampilan motorik halus anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan masih rendah. Berdasarkan hasil pengamatan pada 13 April 2015, 12 dari 15 anak tidak dapat membuka plastik dan melepas lidi bungkus makanan, 15 anak mengalami kesulitan dalam membuat garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran.

(24)

3. Belum ada inovasi metode dan media dalam meningkatkan keterampilan motorik halus. Berdasarkan hasil wawancara pada 11 April 2015, dari 3 kegiatan inti yang direncanakan secara “dadakan” ada yang tidak terlaksana

karena pendidik mengikuti mood anak, dan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus yang sering dilakukan yaitu mewarnai.

4. Anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan kurang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran motorik halus karena kegiatannya monoton yaitu mewarnai gambar yang ada dalam majalah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, melihat keterbatasan pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu, maka penulis membatasi penelitian ini agar mendapat fokus penelitian pada peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan finger painting pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu “Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan

(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta melalui kegiatan finger painting.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Anak

Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting.

2. Bagi Pendidik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kegiatan atau alternatif bagi pendidik dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

G. Definisi Operasional 1. Keterampilan Motorik Halus

(26)

kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkan anak melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.

2. Kegiatan Finger Painting

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Motorik Halus

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus

Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi (Sumantri, 2005: 46). Perkembangan motorik merupakan proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan menyertai terjadinya proses menua (menjadi tua) (Sumantri, 2005: 47). Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle) (Slamet Suyanto, 2005: 51). Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan menggunting.

(28)

menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng (Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 118). Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan keterampilan menggerakkan jari dan tangan serta koordinasi mata dengan tangan. Sumantri (2005: 143) mengemukakan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain. Mahendra (dalam Sumantri, 2005: 143) mendefinisikan keterampilan motorik halus (fine motor skill) sebagai keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus; gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakannya (Dini P. Daeng Sari, 1996: 121). Gerakan ini memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keterampilan menggerakkan (Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, 2005: 124-125).

(29)

koordinasi mata dengan tangan dan kecakapan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkan anak melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya misalnya dalam kegiatan finger painting. Keterampilan motorik halus dalam kegiatan finger painting diantaranya yaitu: ketepatan dalam menyelesaikan kegiatan finger painting, keterampilan menggerakkan, dan koordinasi mata dengan tangan. Keterampilan motorik halus dalam kegiatan finger painting

memerlukan kemampuan menyelesaikan kegiatan finger painting sebelum waktu pembelajaran berakhir, kemampuan menggerakkan jari dan tangan dalam kegiatan

finger painting dengan terampil, dan kemampuan mengontrol gerakan koordinasi mata dengan tangan dalam kegiatan finger painting sesuai arah, urutan dan tujuan gerakan.

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun

Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 yaitu:

a. Menggambar sesuai gagasannya b. Meniru bentuk

c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan d. Menggunakan alat tulis dengan benar

e. Menggunting sesuai dengan pola f. Menempel gambar dengan tepat

(30)

Anak usia TK pada usia lima tahun dapat melakukan berbagai keterampilan dalam bidang perkembangan motorik halus menurut Bredekamp dan Copple (dalam Ramli, 2005: 191-192) yaitu:

a. Memukul paku dengan kepala palu, menggunakan gunting dan obeng tanpa bantuan

b. Membangun kerangka balok tiga dimensi, mengerjakan 10-15 buah teka-teki dengan mudah

c. Suka melepas benda-benda dan merangkainya kembali serta melepas dan memasangkan baju boneka

d. Memiliki pemahaman dasar tentang kanan dan kiri tetapi mencampurnya pada suatu saat

e. Menyalin berbagai bentuk, mengkombinasikan dua bentuk geometri atau lebih dalam gambar dan konstruksi

f. Menggambar orang, mencetak huruf secara kasar tetapi kebanyakan dapat dikenal oleh orang dewasa, termasuk konteks atau pemandangan dalam gambar, mencetak nama pertama

g. Membuka resleting mantel, memasang kancing dengan baik, mengikat tali sepatu dengan bantuan orang dewasa, berpakaian dengan cepat

(31)

Keterampilan-keterampilan pada bidang perkembangan motorik halus yang dimaksud yaitu:

a. Ketangkasan terbentuk dengan baik

b. Dapat membedakan tangan kanan dari tangan kirinya sendiri tetapi tidak dapat membedakan tangan kanan dan kiri orang lain

c. Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang dewasa antara ibu jari dan telunjuk

d. Menggambar sosok manusia yang dapat dikenali terdiri atas kepala, lengan, kaki, dan batang tubuh

e. Menggambar rumah yang memiliki pintu, jendela, dan atap. Mengatakan apa yang akan digambar sebelum memulainya

f. Dapat menyalin lingkaran, silang, dan empat persegi

g. Dapat menyalin huruf-huruf besar V, T, H, O, X, L, Y, U, C, A h. Dapat memasang benang jarum besar

(32)

3. Tujuan Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

Sumantri (2005: 145) menyebutkan bahwa aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatihkan koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.

Sumantri (2005: 146) mengungkapkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak:

a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.

c. Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan. d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

Tujuan pengembangan motorik halus (Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 115):

(33)

c. Mampu mengendalikan emosi.

Kesimpulan dari beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwa tujuan pengembangan keterampilan motorik halus yaitu agar anak; mampu mengembangkan fungsi otot-otot kecil yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu mengkoordinasikan mata dengan tangan dalam bentuk aktivitas menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, dan mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Tujuan pengembangan keterampilan motorik halus dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan koordinasi mata dengan tangan saat melakukan kegiatan finger painting.

4. Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

Fungsi pengembangan motorik halus (Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 116):

a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.

c. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

(34)

Sebagian keterampilan berfungsi membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, melatih penguasaan emosi, dan mendukung pengembangan aspek lain seperti kognitif, bahasa, dan sosial. Fungsi pengembangan keterampilan motorik halus dalam penelitian ini yaitu sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan koordinasi mata dengan tangan misalnya dalam kegiatan finger painting.

5. Prinsip-prinsip Pengembangan Keterampilan Motorik Halus

Sumantri (2005: 147-148) menyatakan bahwa pendekatan pengembangan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak

(35)

b. Belajar sambil bermain

Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

c. Kreatif dan inovatif

Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

d. Lingkungan kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah. Lingkungsn fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan temannya.

e. Tema

(36)

f. Mengembangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu:

1) Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin, dan sosialisasi.

2) Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya.

3) Menggunakan kegiatan terpadu. Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest).

g. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis.

2) Siklus belajar anak selalu berulang.

3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain. 4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.

(37)

B. Proses Belajar dan Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun 1. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Sofia Hartati (2005: 7) mengungkapkan bahwa seluruh potensi yang dimiliki anak harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki perkembangan pola yang sama, namun ritme perkembangan antar individu akan berbeda karena anak bersifat individual.

(38)

melalui benda-benda konkret untuk membangun pengetahuan-pengetahuan yang baru dipelajarinya. Slamet Suyanto (2005: 4) berpendapat bahwa cara berpikir anak TK juga bersifat transduktif, yaitu menghubungkan benda-benda yang baru dipelajari berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan benda-benda sebelumnya.

Dengan demikian perkembangan anak usia dini khususnya dalam hal ini anak usia 5-6 tahun membutuhkan rangsangan atau stimulus untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak. Oleh karena pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang sehingga anak dapat mencapai potensi sesuai tahap perkembangannya melalui rangsangan tersebut.

Kesimpulan dari pendapat di atas menunjukkan bahwa anak usia 5-6 tahun yang merupakan bagian dari anak usia dini yaitu anak yang berada pada usia emas dimana seluruh aspek perkembangan anak berkembang dengan pesat. Anak usia 5-6 tahun adalah anak yang berada pada rentang usia antara 5-6 tahun dan berada pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak seperti dalam penelitian ini anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan.

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun

(39)

terarahnya pada koordinasi antara mata dan tangan, serta dapat memegang gunting dengan baik.

Mulyasa (2012: 23-24) menyatakan bahwa anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk pengembangan otot-otot baik otot kecil maupun otot besar, seperti memanjat, melompat, dan berlari.

b. Perkembangan bahasa, anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti mengulang pembicaraan.

c. Perkembangan kognitif, anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.

Suyadi (2010: 71-138) mengungkapkan bahwa capaian perkembangan anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:

(40)

b. Perkembangan kognitif, yaitu mampu mengurutkan bilangan 1 hingga (minimal) 50, senang dengan permainan otak-atik bilangan, menyukai permainan dalam komputer, dan mampu meletakkan benda sesuai dengan kelompoknya.

c. Perkembangan bahasa, yaitu mampu berbicara dengan lancar, bertanya lebih banyak dan menjawab lebih kompleks, mengenal bilangan dan berhitung sederhana, menulis namanya sendiri, dan membuat pantun sederhana.

d. Perkembangan sosial emosional, yaitu mampu mengekspresikan marah secara gerak verbal, sering bersumpahuntuk meyakinkan pada teman – temannya terhadap apa yang dikatakan, memahami perasaan orang lain, dan seringkali mengajak humor orang dewasa.

e. Perkembangan, yaitu mampu menghafal beberapa surah dalam Al Qur‟an, menghafal gerakan shalat secara sempurna, menyebutkan beberapa sifat Allah, menghormati orang tua, menghargai teman, menyayangi adik atau anak di bawah usianya, mengucapkan syukur dan terima kasih.

(41)

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini

Sofia Hartati (2005: 30-33) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada anak usia dini dapat mencapai tahapan perkembangan yang optimal apabila memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

a. Berangkat dari yang dimiliki anak

Pengalaman belajar hendaknya mengandung unsur yang sudah dikenal anak dan pengalaman baru sehingga anak tertarik terhadap pengalaman barunya dan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu.

b. Belajar harus menantang pemahaman anak

Aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit sehingga anak akan merasa tertantang dan tidak membosankan.

c. Belajar dilakukan sambil bermain

Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan pada anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar dengan menyenangkan. Selain itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri dan lingkungannya.

d. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran

(42)

menggunakan model pembelajaran dimana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan alam.

e. Belajar dilakukan melalui sensorinya

Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau inderawinya yaitu peraba. pencium, pendengar, penglihat, dan perasa. Setiap sensori anak akan merespon stimulant atau rangsangan yang diterima sehingga pembelajaran hendaknya memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sensori anak.

f. Belajar membekali keterampilan hidup

Pembelajaran hendaknya membekali anak untuk memiliki keterampilan hidup sesuai dengan kemampuan anak.

g. Belajar sambil melakukan

Pendidikan hendaknya dirancang secara kreatif sehingga akan menghasilkan pebelajar yang aktif. Anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui aktivitas mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengemukakan berbagai hal di lingkungannya.

Mulyasa (2012: 32-34) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran pada anak usia dini sebagai berikut:

a. Mulai dari yang konkret dan sederhana

(43)

b. Pengenalan dan pengakuan

Pengenalan dan pengakuan atas peran anak sangat penting dalam memunculkan inisiatif dan keterlibatan aktif anak dalam pembelajaran.

c. Fokus pada proses, bukan pada produknya

Pembelajaran bagi anak hendaknya difokuskan pada proses belajar, proses berpikir, dan proses bersosialisasi, bukan pada hasil belajar anak.

Slamet Suyanto mengemukakan hal yang sama namun ada beberapa hal yang berbeda dengan yang telah diungkapkan oleh Sofia Hartati dan Mulyasa. Slamet Suyanto (2005: 8-29) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran pada anak usia dini antara lain:

a. Sesuai tingkat perkembangan anak

Dalam pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran untuk anak disesuaikan dengan DAP (Developmentally Appropiate Practice) yang menyarankan bahwa pembelajaran disesuaikan dengan usia dan kebutuhan individual anak.

b. Sesuai kebutuhan individual

Pada dasarnya anak itu unik, ia memiliki karakteristik, bakat dan minat yang berbeda antar individu sehingga pembelajaran hendaknya memperhatikan kebutuhan individual anak, seperti bakat, minat, dan tingkat kecerdasan masing-masing anak.

c. Mengembangkan kecerdasan

(44)

kecerdasannya. Oleh karenanya perlu memahami teknik stimulasi otak yang sesuai untuk mengembangkan kecerdasan anak sehingga pembelajaran tidak sekadar menjejali anak dengan informasi hafalan.

d. Sesuai langgam belajar anak

Anak yang memiliki tipe kecerdasan dan modalitas belajar yang berbeda akan menyebabkan anak belajar dengan cara yang berbeda pula. Modalitas belajar yang dimaksud adalah semua organ indera yang mendukung fungsi belajar. Langgam belajar anak ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu haptik atau kinestetik, visual, dan auditorial. Dengan mengetahui langgam belajar masing-masing anak maka hendaknya dapat membantu anak dalam belajar sehingga optimal.

e. Terpadu

Pembelajaran untuk anak hendaknya bersifat terpadu atau terintegrasi sehingga apa yang dipelajari dapat menyeluruh. Dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.

f. Multikultural

Anak-anak dalam satu TK kecenderungan memiliki latar belakang kultur budaya yang berbeda. Cara membelajarkan anak hendaknya dikaitkan dengan dimensi kultural dan budayanya serta tidak memaksakan suatu kultur pada anak dari kultur lainnya namun menghargai setiap kultur yang ada.

(45)

(e) Belajar dilakukan melalui sensorinya, (f) Belajar membekali keterampilan hidup, (g) Belajar sambil melakukan, 3 prinsip pembelajaran menurut Mulyasa yaitu (a) Mulai dari yang konkret dan sederhana, (b) Pengenalan dan pengakuan, (c) Fokus pada proses, bukan pada produknya, dan 6 prinsip pembelajaran menurut Slamet Suyanto yaitu (a) Sesuai tingkat perkembangan anak, (b) Sesuai kebutuhan individual, (c) Mengembangkan kecerdasan anak, (d) Sesuai langgam belajar anak, (e) Terpadu, (f) Multikultural. Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif agar anak dapat belajar secara langsung dan menemukan pengalaman yang baru. Dengan demikian maka pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang telah diungkapkan tersebut sehingga pembelajaran dapat mencapai tahap perkembangan sesuai kemampuan anak seperti dalam penelitian ini melalui kegiatan finger painting.

C. Kegiatan Finger Painting 1. Pengertian Finger Painting

(46)

tangan secara bebas di atas bidang gambar (Sumanto, 2005: 53). Batasan jari disini adalah semua jari tangan, telapak tangan sampai pergelangan tangan. Oho Garha dan Md. Idris (1979: 6) mengemukakan hal yang sama bahwa jenis kegiatan finger painting merupakan suatu cara berkreasi di bidang datar dengan bubur berwarna sebagai bahan pewarnanya dan jari atau telapak tangan sebagai alatnya. Finger painting menurut Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2011: 3.35) adalah teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa bantuan alat menggunakan pewarna yang memiliki tekstur licin agar anak dapat menuangkan ide atau imajinasi secara cepat. Teknik melukis langsung dengan cat pewarna dinamakan finger painting, yaitu teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, 2010: 3.35).

Kesimpulan dari uraian di atas menunjukkan bahwa finger painting adalah kegiatan menggambar dengan cara menggoreskan bubur warna pada kertas menggunakan jari dan telapak tangan secara langsung. Finger painting dalam penelitian ini merupakan kegiatan berkreasi membuat gambar di bidang datar yang dilakukan dengan cara menggoreskan bubur berwarna menggunakan jari atau telapak tangan secara bebas.

2. Tujuan Finger Painting

(47)

Moir (2009: 97) berpendapat bahwa finger painting bertujuan untuk membantu meningkatkan kepekaan jari dan tangan. Melalui kegiatan ini anak mampu belajar mengkoordinasikan tangan untuk mewarnai, memotong, dan mengancingkan baju. Selain itu kegiatan ini melatih anak untuk bekerja dalam kelompok sehingga anak belajar bekerjasama dengan orang lain. Tujuan lain dari kegiatan finger painting

yaitu melatih motorik halus anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf, serta mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru) (Hajar Pamadhi, 2012: 36).

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kegiatan

finger painting bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika (perasaan keindahan) dengan menggambar karya-karya kreatif, membantu meningkatkan kepekaan jari dan tangan, melatih motorik halus anak yang melibatkan gerak otot-otot tangan/jari dan kematangan syaraf, koordinasi mata dengan tangan, melatih mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru) dan mengombinasikannya. Tujuan finger painting dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu melatih kemampuan koordinasi mata dengan tangan.

3. Manfaat Finger Painting

Kegiatan melukis bagi anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media sebagai pengganti kuas dan kanvas. Kegiatan melukis yang dapat dilakukan salah satunya adalah finger painting (melukis dengan jari). Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2011: 3.35) berpendapat bahwa

(48)

yang dimiliki anak agar tidak kandas dan hilang ketika melukis. Anak pada saat melukis menggunakan jari tangan, sehingga anak dapat merasakan bahwa anak dapat menyelesaikan lukisan dengan cepat. Suasana bermain melalui kegiatan

finger painting dapat diciptakan dalam pembelajaran karena anak seolah-olah bermain dengan warna-warna yang menarik. Selain itu media melukis ini terbuat dari bahan-bahan yang aman dalam penggunaannya. Melukis dengan jari kadang-kadang sangat baik digunakan sebagai latihan pemanasan untuk anak sebelum anak membuat gambar-gambar yang lebih representasional atau yang lebih bermakna. Melukis dengan jari memungkinkan anak membuat gambar dan mengubahnya dengan cepat atau menutupnya atau menghapusnya dengan cat (Kathryn Geldard dan David Geldard, 2012: 269).

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa manfaat kegiatan finger painting bagi anak usia dini yaitu; sebagai sarana untuk menuangkan ide, gagasan, dan imajinasi yang dimiliki anak agar tidak kandas dan hilang ketika melukis. Selain itu finger painting juga sangat baik digunakan sebagai pemanasan untuk anak sebelum anak membuat gambar-gambar yang lebih bermakna. Manfaat finger painting dalam penelitian ini adalah melatih kemampuan koordinasi mata dengan tangan.

4. Bahan dan Peralatan Finger Painting

Sumanto (2005: 54) menyebutkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam finger painting adalah sebagai berikut:

(49)

b. Bubur warna, dari adonan tepung terigu dicampur tepung warna, sedikit garam, dan air secukupnya. Tepung warna bisa dibeli di toko buku atau di toko bangunan.

c. Kertas koran untuk alas tempat menggambar atau alas meja kerja.

d. Kaleng yang berisi air bersih yang akan digunakan untuk mencuci tangan setelah selesai menggambar.

Guru menyiapkan bahan yang akan digunakan untuk membuat lukisan dengan teknik finger painting diantaranya yaitu; tepung kanji, tepung terigu, serbuk pewarna makanan, air serta kertas gambar (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 84).

Cara membuat bahan pewarna (Oho Garha dan Md. Idris, 1979: 7):

a. Sediakan dua bagian tepung terigu, lima bagian air biasa, tepung pewarna kue atau tepung pencelup kain secukupnya, dan sedikit serbuk tawas

b. Campurkan bahan pewarna yang telah disediakan dengan air

c. Kemudian aduk bahan ini sehingga menghasilkan cairan warna yang pekat d. Masukkan tepung terigu ke dalam cairan warna sambil diaduk sehingga

bahan-bahan itu bercampur dengan rata

e. Selanjutnya masukkan sedikit serbuk tawas ke dalamnya untuk menjaga agar bubur tidak cepat membusuk

f. Panaskan campuran ini hingga mendidih dan mencapai tingkat kepekatan lebih rendah dari perekat kanji

(50)

Cara lain membuat bahan pewarna agar menghasilkan lebih dari satu warna (Oho Garha dan Md. Idris, 1979: 7):

a. Campurkan dua bagian tepung terigu dengan lima bagian air, masukkan serbuk tawas ke dalamnya

b. Panaskan campuran itu sambil diaduk sehingga bahan-bahan tercampur dengan rata dan biarkan sampai mendidih sehingga tercapai tingkat kepekatan seperti diterangkan di atas

c. Setelah bubur ini dingin bagi-bagilah bubur itu sesuai dengan jumlah warna yang tersedia

d. Kemudian campurkan tepung pewarna yang tersedia dengan seonggok bubur e. Gunakan tangan untuk mencampurkan agar dapat dicapai campuran yang rata f. Demikian juga selanjutnya untuk bubur dengan warna yang lain sehingga

(51)

5. Langkah-langkah Pembelajaran melalui Finger Painting

Sumanto (2005: 54) menyebutkan langkah kerja menggambar dengan jari adalah sebagai berikut:

a. Siapkan kertas gambar, bubur warna (adonan warna) dan alas kerja.

b. Goreskan adonan warna tersebut dengan jari secara langsung sehingga menghasilkan jejak jari tangan dengan bebas sampai membentuk kesan goresan jari di bidang gambar. Agar hasil goresan lebih baik buatlah variasi goresan dengan beberapa jari mulai jari jempol sampai jari kelingking, telapak tangan, variasi goresan tebal-tipis, panjang-pendek serta kombinasi warna.

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 97-98) menyebutkan kegiatan dalam finger painting antara lain:

a. Anak-anak beserta guru mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

b. Guru memandu anak-anak untuk membuat adonan terlebih dahulu sebelum membuat finger painting.

c. Cara membuat bahan untuk finger painting yaitu: tepung kanji dan tepung terigu diaduk sampai rata. Masukkan air aduk sampai rata sehingga adonan terlihat encer. Langkah selanjutnya adonan dimasak hingga mendidih sambil diaduk terus hingga adonan mengental seperti lem. Setelah itu, angkat dan dinginkan. Setelah dingin, guru dapat membantu anak untuk membagi adonan dalam beberapa tempat untuk diberi warna sesuai dengan kebutuhan anak. d. Guru menyiapkan kertas gambar besar (ukuran kertas disesuaikan dengan

(52)

kemudian anak dapat menggambar dengan menggunakan jari yang sebelumnya sudah dilumuri dengan adonan finger painting tadi.

e. Di akhir kegiatan anak-anak menceritakan lukisan yang dibuatnya.

Sumanto (2005: 55) menyebutkan petunjuk mengajarkan finger painting di Taman Kanak-kanak antara lain:

a. Sekolah/guru menyiapkan kertas gambar lepas (tidak di buku gambar) dengan ukuran A4 atau sesuai keinginan.

b. Bubur warna disediakan oleh sekolah/guru dan untuk setiap warna sudah dimasukkan pada beberapa tempat misalnya mangkok plastik ukuran sedang sehingga cukup memudahkan bagi anak untuk mengambil/mencelupkan jari tangannya ke dalam bubur warna tersebut.

c. Alasi tempat menggambar dengan menggunakan kertas koran sehingga tidak akan mengotori meja dan ruang kelas.

d. Menggambar dengan jari bisa menggunakan satu jari saja atau semua jari agar diperoleh kombinasi warna dengan kesan goresan jari yang lebih menarik. e. Sediakan pula air bersih untuk mencuci tangan setelah selesai menggambar.

(53)

spontan. Karena pada jenis kegiatan ini anak-anak akan dengan leluasa menggerakkan tangannya, maka sebaiknya ukuran kertas yang digunakan paling kecil 30 x 40 cm. Jenis kertas yang baik untuk kegiatan ini ialah kertas yang daya serapnya kecil dan berpermukaan licin. Untuk kegiatan ini gunakan lebih dari satu warna agar anak-anak lebih senang karena warna-warnanya akan menjadi lebih kaya karena adanya campuran di antara warna-warna yang digunakan.

Kesimpulan dari uraian di atas menunjukkan bahwa langkah-langkah pembelajaran finger painting adalah (a) mempersiapkan bahan dan peralatan diantaranya; kertas gambar, bubur warna, kertas koran dan air, baik melibatkan anak maupun tidak misalnya dalam pembuatan bubur warna (b) memandu anak untuk menggoreskan bubur warna dengan jari dan telapak tangan secara langsung pada kertas gambar yang telah disediakan. Langkah-langkah pembelajaran finger painting dalam penelitian ini yaitu:

a. Peneliti mempersiapkan bahan dan peralatan finger painting

(54)

b. Pendidik membagikan kertas gambar, bubur warna dan kertas koran kepada anak

Pendidik dengan ramah membagi anak di dalam kelas menjadi 3 kelompok. Pendidik dibantu peneliti dengan ramah membagikan kertas gambar sesuai jumlah anak pada masing-masing kelompok, kertas koran untuk alas agar tidak mengotori meja, dan bubur warna yang telah ditempatkan pada cup-cup plastik untuk digunakan bersama dalam setiap kelompok.

c. Pendidik memandu anak untuk finger painting

Pertama-tama pendidik dengan senang hati memberikan contoh finger painting di papan tulis. Kemudian pendidik dengan ramah dan dalam suasana hati yang senang meminta anak untuk mencelupkan tangan ke dalam bubur warna, lalu menggoreskannya pada kertas untuk membuat gambar sesuai tema yang telah ditentukan. Pendidik dengan nada suara yang halus meminta anak-anak untuk tidak berebut menggunakan bubur warna. Pada saat anak melakukan kegiatan

finger painting, pendidik memberikan motivasi berupa kalimat positif seperti “Kamu pasti bisa”. Di akhir kegiatan pendidik memberikan reward berupa pujian

kepada anak yang hasil karyanya bagus.

D. Teori Belajar 1. Learning by Doing

(55)

pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui berbagai aktivitas mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengemukakan sendiri berbagai hal yang ditemukan di lingkungannya. Pendidik sebagai pembimbing dan fasilitator diharapkan dapat mengelola aktivitas sehingga anak dapat berperan aktif dalam pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Pendidik berusaha agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan fisik dan segala bentuk gerakan atau aktivitas.

Anak dapat belajar dengan melakukan sendiri sehingga anak akan aktif belajar, misalnya dalam kegiatan finger painting, pendidik menjelaskan dan memberikan contoh setelah itu anak melakukan sendiri sesuai yang dicontohkan. Dari kegiatan ini anak dapat menemukan masalah serta cara menyelesaikan masalah dan jika anak membutuhkan bantuan pendidik siap membantu.

2. Experiential Learning

Pengalaman menurut John Dewey (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 24) adalah istilah yang mengandung makna “aku”, dalam segala situasi yang di

dalamnya “aku” mengambil bagian. Oleh karena itu, belajar akan terjadi jika anak

terlibat secara aktif dan mengambil bagian dari setiap tahap kegiatan. Misalnya saat anak belajar berhitung, anak tidak secara pasif mendengar penjelasan pendidik tetapi secara aktif terlibat dalam kegiatan mengidentifikasi benda-benda tertentu, berpikir mengenai jumlahnya dan menghitung jumlah riil benda-benda tersebut.

(56)

yaitu apa yang dilakukan dan yang telah diketahui, apa yang dicoba dengan apa yang sudah bisa, apa yang ingin diketahui dengan apa yang sudah diketahui (John Dewey dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 25-26).

Di atas telah dijelaskan bahwa anak belajar melalui pengalaman. Selanjutnya tahapan-tahapan anak dalam mengembangkan pengalaman belajar menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 22) sebagai berikut:

a. Anak, sebagai pebelajar, menghadapi “pengalaman asli”, yaitu keterlibatan aktif anak dalam suatu aktivitas yang menarik bagi mereka

b. Di dalam pengalaman ini, anak menemukan berbagai masalah yang menstimulasi mereka untuk berpikir

c. Anak memroses informasi-informasi yang ada di sekitarnya dan melakukan

serangkaian “dugaan” untuk mendapatkan informasi-informasi yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah

d. Anak mengembangkan berbagai kemungkinan solusi atau alternatif yang mungkin dapat menyelesaikan masalah

e. Anak menguji alternatif-alternatif tersebut dan menerapkannya pada masalah yang sedang mereka hadapi. Ini merupakan suatu cara untuk menguji sendiri kesahihan alternatif tersebut.

(57)

3. Skill Learning

Sumantri (2005: 164) mengungkapkan bahwa memperkenalkan suatu keterampilan kepada anak merupakan suatu upaya untuk memotivasi anak. Agar tujuan pengembangan tercapai, tentunya upaya memperkenalkan keterampilan tadi harus memenuhi ketentuan, salah satu diantaranya adalah dengan memperkenalkan makna dan manfaat dari keterampilan yang dimaksud untuk masa-masa tertentu. Scmidt ( dalam Sumantri, 2005: 164) menyatakan bahwa memberikan penjelasan tentang manfaat suatu keterampilan di masa datang akan menjadikan anak memiliki tujuan dan arah dalam belajarnya.

Selain manfaat yang ditonjolkan, penjelasan tentang bagaimana keterampilan itu ditampilkan dalam tingkat yang sebenarnya akan memberikan pengaruh yang baik juga dalam hal memotivasi anak. Sebagai contoh pemutaran film atau video, menyajikan gambar-gambar menarik tentang suatu rangkaian gerakan keterampilan akan membantu anak menyadarkan tentang hakikat keterampilan itu sendiri. Kesadaran anak tentang bagaimana hasil akhir dari suatu keterampilan dengan sendirinya akan membuat anak termotivasi dan mempelajarinya.

(58)

memperkenalkan makna dan manfaat dari keterampilan yang dimaksud untuk masa-masa tertentu. Persamaan dari ketiga contoh pembelajaran di atas adalah adanya kesempatan untuk melakukan kegiatan.

E. Kerangka Pikir

Perkembangan motorik merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang penting. Dalam perkembangan motorik anak terdapat dua keterampilan yaitu keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus merupakan bagian dari keterampilan motorik yang bertujuan untuk melatih koordinasi antara mata dengan tangan anak secara tepat dan terampil. Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang mempunyai pengaruh terhadap keterampilan motorik kasar.

(59)

Beberapa permasalahan di atas menyebabkan keterampilan motorik halus anak rendah sehingga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu diadakan evaluasi dan inovasi dalam pembelajaran yang membuat anak tertarik akan pembelajaran motorik halus. Untuk itu, peneliti menerapkan kegiatan finger painting dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan penggunaan media juga lebih variatif. Kegiatan finger painting yang dilakukan peneliti dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran keterampilan motorik halus. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan masukan kegiatan yang menarik bagi anak berupa kegiatan finger painting yang juga dapat memberikan ketertarikan dalam pembelajaran. Adapun skema kerangka berpikir yang dapat peneliti gambarkan dari penelitian ini adalah:

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori tentang keterampilan motorik halus, anak usia 5-6 tahun dan kegiatan finger painting yang telah dikaji dalam kajian teori, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan finger painting pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

Penerapan kegiatan finger

painting

Melalui kegiatan finger

painting dapat

meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B1 Rendahnya

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

(61)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 5 anak laki-laki dengan rentang usia antara 5-6 tahun. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan permasalahan yang terjadi pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan yaitu masih rendahnya keterampilan motorik halus anak.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I bulan September-Oktober tahun ajaran 2015/2016.

D. Prosedur Penelitian

(62)

(reflection). Keempat komponen tersebut menggambarkan sebuah siklus seperti gambar di bawah ini :

Keterangan: Siklus 1:

1. Perencanaan (Plan)

2. Tindakan dan Observasi (Act and Observe)

3. Refleksi (Reflect) Siklus 2:

1. Perencanaan (Plan)

2. Tindakan dan Observasi (Act and Observe)

3. Refleksi (Reflect)

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011: 21)

Berdasarkan gambar 2, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Perencanaan

(63)

peneliti bekerjasama dengan pendidik. Hal-hal yang perlu direncanakan diantaranya:

a. Menentukan tujuan dan materi yang akan dibahas. Adapun tujuan kegiatan difokuskan pada peningkatan keterampilan motorik halus anak. Sedangkan materi yang digunakan sesuai dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung.

b. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) berupa rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang memuat serangkaian kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

c. Menentukan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran serta menentukan urutan langkah kegiatan pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar observasi atau pengamatan yang memuat aspek keterampilan motorik halus anak yang ditargetkan muncul pada setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan finger painting.

2. Tindakan dan Observasi

(64)

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan yaitu: a. Menentukan tujuan dan tema pembelajaran

b. Menentukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan c. Menentukan bahan dan media yang digunakan

d. Menentukan urutan langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran

e. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdiri dari:

1) Kegiatan awal yaitu persiapan yang meliputi mempersiapkan materi yang disampaikan dan tugas yang dikerjakan anak.

2) Kegiatan inti meliputi pemberian materi dan pemberian tugas kepada anak. 3) Kegiatan akhir meliputi pendokumentasian tugas setiap anak mengenai hasil

kegiatan finger painting, pemberian penghargaan kepada setiap anak dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

Sementara itu, pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi (checklist)

(65)

3. Refleksi

Refleksi adalah mengingat atau merenungkan suatu tindakan persis seperti yang dicatat dalam observasi (Suwarsih Madya, 2007: 63). Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator. Pelaksanaan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Kemudian berhadapan dengan kolaborator untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Peneliti bersama kolaborator menganalisis dan mengelola data hasil observasi dan interpretasi. Kegiatan tersebut kemudian menghasilkan kesimpulan mengenai ketercapaian tujuan penelitian. Jika masih ditemukan masalah atau hambatan sehingga tujuan penelitian belum tercapai, maka dilakukan langkah perbaikan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi. Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Suharsimi Arikunto, 2006: 127). Peneliti melakukan observasi atau pengamatan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas serta partisipasi yang ditunjukkan anak pada saat proses pembelajaran berlangsung tanpa mengganggu kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dalam bentuk

(66)

F. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 101) instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi berisikan daftar dari aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus. Lembar observasi dan rubrik penilaian (terlampir) digunakan untuk mengarahkan peneliti dalam melakukan observasi sehingga peneliti dapat mengetahui seberapa meningkat keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting yang dalam penelitian ini pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan. Kisi-kisi observasi keterampilan motorik halus dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Motorik Halus

Variabel Sub Variabel Indikator

Keterampilan motorik

(67)

Dalam menganalisis data hendaknya dilakukan dengan mengacu pada pendapat atau persepsi orang lain (usaha triangulasi) serta menggunakan teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman (Suwarsih Madya, 2007: 76).

Berdasarkan pandangan di atas, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 209), analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan langkah selanjutnya dalam penelitian adalah menganalisis data. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata persentase menurut Suharsimi Arikunto (2010: 190) yaitu sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : Persentase

F : Skor keseluruhan yang diperoleh anak N : Skor maksimal x jumlah anak

(68)

Setelah data dianalisis kemudian diinterpretasikan ke dalam empat kategori nilai. Kategori tersebut menurut Suharsimi Arikunto (2010: 44) namun dengan pengubahan disesuaikan dengan kriteria yang diterapkan di Taman Kanak-kanak dengan pedoman sebagai berikut:

Tabel 2. Persentase Kriteria Keberhasilan

No. Kriteria Keberhasilan Persentase

1. Berkembang Sangat Baik (BSB) 75% - 100% 2. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 50% - 74,99%

3. Mulai Berkembang (MB) 25% - 49,99%

4. Belum Berkembang (BB) 0% - 24,99%

H. Indikator Keberhasilan

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu berupa peningkatan keterampilan yang diperoleh anak. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan anak dalam melaksanakan kegiatan yaitu menyelesaikan kegiatan finger painting, menggerakkan jari dan tangan dalam kegiatan finger painting, dan mengontrol gerakan koordinasi mata dengan tangan dalam kegiatan finger painting. Anak dapat menyelesaikan kegiatan finger painting jauh sebelum waktu pembelajaran berakhir, menggerakkan jari dan tangan dalam kegiatan finger painting dengan sangat terampil, dan mengontrol gerakan koordinasi mata dengan tangan dalam kegiatan finger painting sesuai arah, urutan dan tujuan gerakan, sehingga peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting

(69)
(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Tindakan

Penelitian dimulai dengan pelaksanaan pra tindakan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan motorik halus anak sebelum dilakukannya tindakan. Pra tindakan dilakukan saat pembelajaran yang dipandu oleh pendidik, sedangkan peneliti melakukan pengamatan. Pelaksanaan pra tindakan dilakukan pada hari Sabtu, 11 April 2015 dan Senin, 13 April 2015. Hasil pengamatan pada pra tindakan ini akan dibandingkan dengan hasil pengamatan setelah dilakukan suatu tindakan menggunakan kegiatan finger painting. Pelaksanaan pra tindakan berupa kegiatan mewarnai, penugasan membuat garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran, dan kegiatan makan bersama. Semua anak mengalami kesulitan dalam membuat garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran dan 12 dari 15 anak tidak dapat membuka plastik dan melepas lidi bungkus makanan kemudian meminta pendidik untuk membantu membukanya. Pelaksanaan pra tindakan menggunakan pengamatan terhadap keterampilan motorik halus anak yang meliputi aspek ketepatan dalam menyelesaikan tugas, keterampilan menggerakkan, dan koordinasi mata dengan tangan. Hasil pengamatan keterampilan motorik halus pada pra tindakan ini diketahui bahwa masih perlu adanya upaya peningkatan keterampilan motorik halus pada anak.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
gambar di bawah ini :
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Motorik Halus
Tabel 2. Persentase Kriteria Keberhasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan melalui pembelajaran dengan finger painting dapat melatih serta meningkatkan kemampuan motorik halus anak sejak dini

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan melipat dengan berbagai media dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak

Secara keseluruhan dari 10 indikator dapat dilihat bahwa tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak kelompok B di TK ABA se-Kecamatan Minggir dari 223 anak tidak ada

pratindakan di gunakan untuk mengumpulkan data terkait permasalahan perkembangan keterampilan motorik halus khususnya keterampilan menggunting dan melipat pada anak

Untuk bagian ini akan membahas tentang penelitian kegiatan montase dengan kemampuan motorik halus anak, dan hubungan kegiatan motase dengan kemampuan motorik halus anak,

Jurnal Pendidikan Tambusai 12106 Penerapan Permainan Finger Painting dalam Meningkatkan Motorik Halus AUD di TK An-Nizam Medan Khadijah1, Wildani2, Risa Ummah Pratiwi3, Masdeani

Kisi-kisi Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Aspek-Aspek Motorik Halus Indikator Ketepatan Dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan tepat

Kata kunci: Motorik Halus; Kolase Serutan Pensil; Anak Usia Dini; Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan motorik halus anak di TK masih kurang optimal.Tujuan