• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Desa Adat Terhadap Keberadaan Villa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Desa Adat Terhadap Keberadaan Villa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

PERANAN DESA ADAT TERHADAP KEBERADAAN VILLA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA PERERENAN, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG

Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun

TIM PENELITI:

Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par 0014065808

Drs. I Ketut Suwena, M.Hum 0031126066

Dibiayai oleh

DIPA PNBP Universitas Udayana

Sesuai Dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 391-24/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 1 Juni 2015

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA FAKULTAS PARIWISATA

(2)
(3)

iii RINGKASAN

Perkembangan pariwisata di Desa Pererenan telah mendorong berkembangnya fasilitas pariwisata khususnya villa sebagai salah satu faktor pendukung sarana akomodasi pariwisata. Keberadaan villa yang ada di lingkungan perkotaan maupun perdesaan telah memberikan kontribusi serta dampak terhadap masyarakat setempat. Kontribusi villa bagi masyarakat kota maupun desa telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat terlihat dari bidang pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Dilihat dari segi pembangunan ekonomi, keberadaan pembangunan villa di suatu tempat akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru, peningkatan taraf hidup masyarakat, maupun membuka peluang usaha berkaitan dengan industri pariwisata. Namun disisi lain tentu perkembangan villa juga telah menyebabkan tingginya tingkat alih fungsi lahan di sekitar lingkungan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar pembangunan villa yang ada telah menyasar lingkungan yang jauh dari perkotaan dan lebih cenderung pembangunannya memanfaatkan suasana lingkungan perdesaan dan lingkungan persawahan.

Berdasarkan Pembahasan bahwa Kontribusi villa bagi desa adat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari bidang pembangunan, ekomomi, sosial dan budaya. Segi pembangunan kontribusi villa dapat membuka lapangan pekerjaan baru, peningkatan taraf hidup masyarakat, membuka peluang usaha berkaitan dengan industri pariwisata seperti penyewaan mobil (rent car), salon dan mini market serta peningkatan pendapatan desa. Segi sosial-budaya kontribusi villa yaitu : adanya partisipasi dalam setiap kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh kelompok anak muda atau sekaa taruna baik itu perayaan hari kemerdekaan, ulang tahun maupun hari raya nyepi. Optimalisasi keberadaan villa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek sosial-ekonomi, dampak sosial-budaya, dan dampak lingkungan. Persepsi masyarakat desa adat Pererenan dalam mengoptimalkan keberadaan villa guna mensejahterakan masyarakat berdasarkan skala Likert diperoleh rata-rata kategori baik/setuju. Hal ini bisa dilihat dari 17 indikator yang dipersepsikan oleh masyarakat Desa Pererenan terkait dengan keberadaan villa bahwa semua kategorinya yaitu baik dengan interval rata-rata dari 3,60 sampai 4,13.

(4)

iv PRAKATA

Berkat anugrah Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa, tim peneliti mengucapkanrasa terima kasih telah menyelesaikan laporan akhir penelitian Hibah Unggulan Program Studi dengan judul “Peranan Desa Adat Terhadap Keberadaan Villa Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung”. Melalui kerjasama serta kekompakan tim peneliti ini, kami akhirnya mampu menyelesaikan penelitian yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat lokal yang ada di lingkungan Desa Pererenan dan di Universitas Udayana pada khususnya.

Hasil penelitian yang telah berwujud laporan ini memuat data yang menggambarkan sudut pandang informan, observasi, dan interpretasi dari tim peneliti serta identifikasi permasalahan yang muncul dari adanya perkembangan villa. Penelitian ini lebih menekankan pada peranan desa adat Pererenan terhadap keberadaan Villa. Meskipun kami dari tim peneliti PS. S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana telah berusaha menghindari kesalahan, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan laporan, namun kami yakin laporan penelitian masih jauh dari kesempurnaan. Jika ada kritikan maupun masukan untuk menambah wawasan kami yang masih sangat terbatas, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Rektor Unud, Ketua LPPM Unud dan Dekan Fak. Pariwisata Unud yang telah memberikan kesempatan kepada tim peneliti memperoleh penelitian Hibah Unggulan Program Studi sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tidak lupa kepada Kepala Desa Pererenan Kabupaten Badung, tokoh masyarakat Desa Pererenan. kami tim peneliti mengucapkan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya atas segala kemudahan dalam kesediaannya memberikan data dan informasi

(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT ... 10

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 11

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN

(6)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Informan ... 14

Tabel 4.2 Skala Sikap ... 16

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 20

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 21

Tabel 5.4 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

Tabel 5.5 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Umur ... 29

Tabel 5.6 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Status ... 29

Tabel 5.7 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

Tabel 5.8 Karakteristik Masyarakat Jenis Pekerjaan ... 30

Tabel 5.9 Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Asal tempat Tinggal ... 31

Tabel 5.10 Persepsi masyakat terhadap keberadaan villa di Desa Adat Pererenan ... 32

Tabel 5.11 Persepsi masyarakat terhadap kinerja desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa ... 32

Tabel 5.12 Persepsi masyarakat terhadap bentuk kerjasama yang dilakukan antara investor atau pemilik villa dengan desa adat pererenan ... 33

Tabel 5.13 Persepsi masyarakat terhadap pembangunan villa di desa adat pererenan ... 34

Tabel 5.14 Persepsi masyakat terhadap sampah maupun pengelolaannya disepanjang Desa Adat Pererenan ... 34

Tabel 5.15 Persepsi masyarakat terhadap kebersihan dan pemanfaatan air di sekitar lokasi pembangunan villa ... 35

Tabel 5.16 Persepsi masyarakat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa pererenan ... 36

Tabel 5.17 Persepsi masyarakat terhadap kesempatan kerja masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan ... 36

Tabel 5.18 Persepsi masyakat terhadap perubahan harga-harga dari adanya villa ... 37

Tabel 5.19 Persepsi masyarakat terhadap pemungutan dana konstribusi bagi villa yang akan dibangun ... 38

Tabel 5.20 Persepsi masyarakat terhadap pemungutan uang keamanan setiap tamu menginap ... 38

Tabel 5.21 Persepsi masyarakat terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan desa pererenan ... 39

Tabel 5.22 Persepsi masyarakat terhadap peningkatan pembangunan insfrastruktur desa pererenan ... 40

(7)

vii sosial masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan ... 41 Tabel 5.25 Persepsi masyarakat terhadap penyimpangan

sosial dari keberadaan villa ... 42 Tabel 5.26 Persepsi masyarakat terhadap kesenian & adat istiadat

Desa Pererenan dengan adanya villa ... 43 Tabel 5.27 Rekapitulasi Persepsi Masyarakat Terhadap

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peranan pariwisata dalam pembangunan Bali sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan tidak adanya sumber daya alam seperti migas, hasil hutan maupun industri manufaktur yang berskala besar di Bali, maka pariwisata telah menjadi sektor andalan dalam pembangunan. Pengembangan pariwisata di Bali juga sangat didukung oleh beragam potensi yang dimiliki baik kesenian, budaya, adat-istiadat, keramah-tamahan penduduk maupun potensi alam sebagai aset dan daya tarik utama bagi pertumbuhan pariwisata.

Bali sebuah pulau kecil, namum memiliki potensi alam dan budaya yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Potensi-potensi yang menarik tersebut harus terus dikembangkan guna memeratakan dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan adanya potensi-potensi tersebut, nantinya dapat diciptakan objek-objek baru sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar objek tersebut.

Pengembangan objek wisata merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi utama daerah yang menjadi kegiatan ekonomi, dan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satu tolak ukur keberhasilan pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Badung merupakan salah satu kabupaten yang memiliki begitu banyak objek dan daya tarik wisata, baik berupa pantai, pura, air terjun, pedesaan, dan lain sebagainya. Perkembangan pariwisata tidak lepas dari pengaruh keberadaan sarana akomodasi untuk menunjang aktivitas wisata di suatu daerah. Salah satu sarana akomodasi yang yang menjadi trend dan digemari para wisatawan sekarang ini adalah villa. Villa merupakan tempat menginap yang nyaman dan sangat mengedepankan privacy dari calon konsumennya, karena biasanya berlokasi ditempat yang jauh dari keramaian.

(9)

2 permintaan jenis akomodasi yang lebih privasi. Villa sendiri menjadi salah satu akomodasi alternatif yang dibidik para wisatawan. Perubahan pola permintaan wisatawan itu menjadi lahan bisnis bagi investor untuk meraih keuntungan dengan merenovasi fasilitas kamar, menambah fasilitas villa hingga membangun villa di tempat terpencil dan jauh dari kebisingan kota.

Berdasarkan hasil penelitian Team Tourism Field Study (TFS) 2006 Mahasiswa Manajemen Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata (MKP STP) Bali, jumlah villa di Kabupaten Badung sebanyak 624 unit termasuk empat kompleks villa yang terdiri atas 56 unit dengan total 3.958 kamar. Persebaran jumlah villa terbanyak di Kecamatan Kuta Utara (45.6%), Kecamatan Kuta (18.31%), Kuta Selatan (17.78%), Mengwi (17.61%), Abiansemal (0.7%) dan tidak ditemukan villa di Kecamatan Petang. Sebagian besar villa dibangun di daerah pedesaan (57.41%) dan di pinggir pantai (14.83%).

Salah satu desa di Badung tepatnya di Kecamatan Mengwi yaitu desa Pererenan merupakan sebuah desa dengan keberadaan villa yang cukup banyak. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa Pererenan terdapat sekitar 58 villa tersebar di lingkungan desa adat Pererenan. Penelitian terkait keberadaan villa di Desa Pererenan juga pernah dilakukan oleh Sucita yanti dan kawan-kawan (2014), adapun hasil temuannya bahwa adanya pekembangan villa telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat desa Pererenan serta telah mengubah perilaku masyarakat setempat selama kurun waktu dari tahun 1990-2010.

Keberadaan villa yang begitu banyak di Desa Pererenan mulai dimanfaatkan baik oleh masyarakat maupun desa Pererenan dalam mengoptimalkan keberadaannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan Desa Pererenan itu sendiri. Untuk mengetahui peranan desa dalam memanfaatkan keberadaan villa, maka perlu diadakan penelitian tentang peranan desa adat terhadap keberadaan villa dalam meningkatkan kehidupan masyarakat Desa Pererenan.

1.2 Urgensi Penelitian

(10)

3 yang sangat cepat pertumbuhannya juga terjadi di Kabupaten Badung yaitu tepatnya berada di Desa Pererenan. Hal ini dibuktikan dari terus menjamurnya keberadaan villa yang telah memanfaatkan suasana perdesaan dan persawahan yang berada di lingkungan Desa Pererenan. Keberadaan villa ini tentu merupakan salah satu trend permintaan akan kebutuhan sarana akomodasi bagi wisatawan yang tinggal di Bali.

(11)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Peranan

Peranan dalam penelitian ini diarahkan pada pengertian secara sosiologis, dengan pertimbangan bahwa aspek peranan merupakan aspek dari kajian sosiologis dalam upaya mengungkapkan hubungan, baik secara individu maupun kelompok dalam masyarakat. Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, sehingga tidak ada peranan tanpa kedudukan, begitu pula sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peranan. Jadi, peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi dan merupakan suatu proses, apabila individu atau kelompok melakukan hak-haknya dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan, maka sudah dianggap menjalankan suatu peranan. Secara operasional sebagai pelaku dari peranan-peranan sosial (Soekanto, 1998) pengertian ini mencakup dua aspek, yaitu:

1. Bila individu atau kelompok menempati kedudukan-kedudukan tertentu, maka mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang di sekitarnya.

2. Dalam peranan yang menghubungkan dengan pekerjaannya, individu atau kelompok diharapkan menjalankan kewajiban-kewajiban yang sehubungan dengan peranan yang dipegang.

Bertitik tolak dari kedua pengertian peranan di tersebut, maka untuk memberikan penjelasan dari peranan yang dimaksud dari masalah yang dikaji adalah suatu fungsi dan proses yang dimiliki oleh individu atau kelompok di dalam melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, sehingga dapat memberikan harapan-harapan kepada orang di sekitarnya.

2.2 Tinjauan Tentang Persepsi

(12)

5 Menurut Koentjaraningrat (1983) dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropologi” menyebutkan :

“Persepsi merupakan proses akal manusia yang sadar dan dipengaruhi oleh berbagai macam getaran atau tekanan yang diolah menjadi sesuatu yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan fokus yang paling menarik perhatian individu, sering kali juga diolah dalam suatu proses dengan akal yang menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain yang sejenis yang pernah diterimanya dan proyeksinya oleh akal yang ditimbulkan kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadaran sehingga menghasilkan penggambaran baru yang disebut Apersepsi”

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses berwujud diterimanya rangsangan oleh individu melalui alat reseptor (alat inderanya). Namun proses ini tidak berhenti sampai disitu, melainkan rangsangan tersebut diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari akan apa dilihat, apa yang didengar dan sebagainya (Walgito, 1990 :530).

Ada tiga syarat untuk dapat mengadakan persepsi yaitu : 1. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera, stimulus ini dapat datang dari luar sedangkan mengenai alat indera dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syarat penerima yang bekerja sebagai alat indera. 2. Adanya alat indera

Adanya alat penerima stimulus, di samping itu, harus ada saraf sensoris untuk meneruskan stimulus kesusunan saraf sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan oleh saraf motorik.

3. Perhatian

(13)

6 tanggapan dan pendapat dari masyarakat terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan.

2.3 Tinjauan Tentang Villa

Villa sudah menjadi istilah yang menunjuk kepada jenis akomodasi wisata yang penuh dengan nuansa alami, sifat dan suasana yang sangat dekat dengan lingkungan alam yang masih asli, budaya lokal, sifat masyarakat setempat baik dari segi fisik, bentuk bangunan, denah, hiasan, perlengkapan dan fasilitas lainnya. Namun semuanya itu telah dibangun dan ditata tanpa mengurangi kenyamanan dan kelengkapan fasilitasnya bagi yang singgah atau menempatinya baik pemilik maupun penyewa atau tamu (Damardjati, 2006: 26).

Menurut Didi Purwanto, villa merupakan salah satu jenis akmodasi yang menawarkan tempat menginap dengan fasilitas, pelayanan yang mewah dan eksklusif. Villa dirancang untuk wisatawan yang menginginkan tempat menginap yang tenang, nyaman dan aman. Villa biasanya terdiri atas beberapa bangunan (lot) dengan masing-masing bangunan memiliki fasilitas sendiri seperti kolam renang, dapur, ruang baca, teras dan lain-lain.

Pengertian villa dalam penelitian ini adalah sarana akomodasi atau tempat menginap yang berada di Desa Pererenan, yang mana keberdaannya bisa dimanfaatkan atau dioptimalkan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

2.4 Tinjauan Tentang Desa Adat

Desa Adat menurut Perda No. 06 tahun 1986 (Supartha, 1999:165) merupakan kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Tingkat I Bali yang mempunyai satu-kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-menurun dalam ikatan Khayangan Tiga (Khayangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

(14)

7 yaitu prinsip keharmonisan antara manusia dengan tuhan, sesama warga desa dan dengan alam atau lingkungan. Prinsip keharmonisan itu terkenal dengan konsep Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kemakmuran/ kebahagiaan/ kesejahteraan. Jadi Tri Hita Karana pada dasarnya merupakan idiologi bagi masyarakat Bali dalam berperilaku (Tim Peneliti UNUD, 1993:10-11).

Adapun fungsi desa adat sesuai dengan Perda No.06 tahun 1986 adalah sebagai berikut.

1) Membantu pemerintah, pemerintah daerah/ pemerintah kelurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang terutama dibidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan.

2) Melaksanakan hukum adat dan istiadat dalam desa adatnya.

3) Memberikan kedudukan hukum menurut struktur adat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial keperdataan dan keagamaan. 4) Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat Bali dalam rangka memperkaya,

melestarikan dan menjaga kebudayaan Bali pada khususnya berdasarkan poros-poros selunglung sebayantaka / musyawarah mupakat.

5) Menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk kesejahteraan desa adat dan masyarakatnya.

Struktur kepengurusan desa adat, terdiri atas bendesa adat sebagai pimpinan tertinggi, penyarikan (sekretaris), petengen (bendahara), kasinoman (juru arah) (Surpha, 1993:12)

Adapun tugas dari prajuru adat sesuai dengan Perda No.06 tahun 1986 adalah sebagai berikut.

1) Membuat awig-awig.

2) Mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan bagi desa adat sesuai dengan sastra agama.

3) Mengusahakan perdamaian dan penyelesaian terhadap sengketa-sengketa adat 4) Mengembangkan kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya khasanah

kebudayaan nasional.

(15)

8 6) Mewakili desa adat dalam bertindak atas nama dan untuk desa adat atau masyarakat hukum adat dalam segala perbuatan hukum di dalam dan di luar peradilan.

7) Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat sehubungan dengan harta pustaka desa adat.

Sesuai dengan pengertian desa adat di atas, maka desa adat dalam penelitian ini adalah Desa Adat Pererenan. Konsep desa adat digunakan untuk menjelaskan permasalahan tentang desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa di Desa Pererenan.

2.5 Tinjauan Tentang Masyarakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata masyarakat memiliki arti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Menurut Soekanto (1998), masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjukkan pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dengan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Dengan demikian kriteria yang utama bagi adanya masyarakat setempat adalah adanya hubungan sosial antara anggota suatu kelompok. Lebih lanjut Soekanto juga menyebutkan bahwa dasar-dasar yang membentuk suatu masyarakat yaitu meliputi :

1. Adanya lokalitas, suatu masyarakat setempat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu yang biasanya mempunyai solidaritas yang kuat dengan pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.

2. Perasaan masyarakat setempat (Community sentiment) yaitu merupakan suatu perasaan diantara anggota bahwa mereka saling memerlukan.

(16)

9 berbagai golongan yang menempati suatu wilayah yang saling berinteraksi dan telah terikat oleh aturan adat-istiadat.

2.6 Tinjauan Tentang Kesejahteraan

Kesejahteraanberasal dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa, makmur, dan dasar itu mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi dalam dua arena perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas.

Kesejahteraan adalah kondisi puncak dari kepuasan individu-individu. Pengertian kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut bisa direpresentasikan secara tepat. Meskipun tidak ada suatu batasan substansi yang tegas tentang kesejahteraan, namun tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan, dan seringkali diperluas kepada perlindungan sosial lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan, dan sebagainya. Dengan kata lain, lingkup substansi kesejahteraan seringkali dihubungkan dengan lingkup kebijakan sosial. Sebagai atribut agregat, kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks atas suatu lingkup substansi kesejahteraan tersebut.

Kesejahteraan bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai keterkaitan antar dimensi dan ada dimensi yang sulit direpresentasikan. Kesejahteraan tidak cukup dinyatakan sebagai suatu intensitas tunggal yang merepresentasikan keadaan masyarakat, tetapi juga membutuhkan suatu representasi distribusional dari keadaan itu. Penentuan batasan substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan menjadi perdebatan yang luas. Perumusan tentang batasan tersebut seringkali ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.

(17)

10 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui kontribusi villa terhadap Desa Adat Pererenan.

2) Untuk mengetahui peranan desa adat terhadap keberadaan villa dalam mensejahterakan masyarakat Desa Pererenan.

3) Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan villa-villa yang ada di Desa Pererenan.

3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah

(18)

11 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian, mencakup penelitian yang direncanakan, serta rencana arah penelitian setelah kurun waktu kegiatan yang telah selesai dikerjakan. Kerangka penelitian merupakan rincian pelaksanaan program kegiatan penelitian yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sasaran kerangka penelitian ini lebih memfokuskan terkait dengan peranan desa adat Pererenan dalam memanfaatkan keberadaan villa yang tersebar di lingkungan Desa Pererenan.

Jenis penelitian ini lebih menekankan pada gabungan antara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data pengamatan langsung (observasi), wawancara (interview), penyebaran angket (questioner) dan dokumen. Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan, baik secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (dalam bentuk naratif).

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dipilihnya lokasi ini karena semakin banyaknya investor melirik lingkungan Desa Pererenan untuk membangun sarana akomodasi berupa villa karena letaknya sangat strategis berada di jalur wisata Kuta-Tanah Lot. Desa Pererenan merupakan desa yang berada di pinggir pantai dan lingkungan yang masih asri dengan pemandangan sawah dan pantai. Di samping itu, pemilihan lokasi ini didasarkan oleh pertimbangan semakin menjamurnya villa-villa di tengah-tengah kehidupan masyarakat di Desa Pererenan.

4.3 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas dan membatasi permasalahan penelitian, maka secara operasional variabel yang akan diteliti dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Kontribusi Villa Untuk Desa Adat Pererenan

(19)

12 dengan sumbangan-sumbangan yang diberlakukan kepada villa-villa yang ada sebagai sumbangan yang nyata kepada desa.

2) Peranan Desa Adat

Peranan desa adat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya desa adat dalam memanfaatkan atau mengoptimalkan keberadaan villa-villa di desa Pererenan guna mensejahterakan masyarakat.

3) Persepsi masyarakat

Persepsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa pendapat atau tanggapan dari masyarakat terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan, adapun yang akan dipersepsikan seperti keamanan dan kenyamanan lingkungan, apakah masyarakat setuju atau tidak dengan keberadaan villa-villa dan kebijakan yang diambi desa adat, manfaat apa yang belum dan sudah didapat setelah adanya keberadaan villa.

4.4 Jenis dan Sumber Data Jenis Data

Adapun jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1) Data Kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang meliputi gambaran umum, karakteristik villa serta peranan desa terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan.

2) Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka seperti data dan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung, jumlah villa, jumlah penduduk Desa Pererenan serta persepsi masyarakat Desa Pererenan. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu melalui pengamatan, wawancara dengan responden dalam hal ini yaitu : Kepala Desa Pererenan, Sekdes Pererenan, Bendesa Adat, Kelihan Dinas Banjar, dan BPD, dan masyarakat Pererenan.

(20)

13 Kepala Desa Pererenan dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam melengkapi data untuk mendukung penelitian yang dilakukan, maka data diambil dengan cara :

1) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapat gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.

2) Wawancara Mendalam, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab langsung secara mendalam kepada informan dan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Desa Pererenan, Sekdes Pererenan, Bendesa Adat, Kelihan Adat Banjar, dan BPD.

3) Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam hal ini masyarakat. Teknik ini digunakan untuk mengetahui persepsi atau tanggapan masyarakat terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan.

4) Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data melalui literatur-literatur, laporan-laporan penelitian dan bahan tertulis lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah yang dikaji, serta digunakan sebagai landasan teori yang sifatnya menunjang laporan ini.

4.6 Metode Penentuan Informan

(21)

14

Purposive Sampling adalah memperoleh informasi atau data yang lengkap dan mendalam dari orang-orang yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk dijadikan sumber data dan mengetahui masalah secara mendalam. Informasi yang lengkap dan mendalam diharapkan bisa memberikan data yang lengkap sehingga validitas data dapat diandalkan. Namun demikian informasi yang dipilih dapat menunjukkan informasi yang lain yang lebih tahu maka pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam memperoleh data ( Sutopo, 1998).

4.7 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel khususnya pencarian data mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan mempergunakan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan sampel yang diperoleh berdasarkan atas kebetulan bertemu di lokasi penelitian pada saat pencarian data, dan dipandang orang yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai sumber data. Dalam penelitian ini jumlah populasi (masyarakat) di Desa Pererenan adalah 3014 orang, sehingga yang dijadikan sebagai sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Slovin (1990) yaitu :

n = 2

N : ukuran populasi (jumlah masyarakat Desa Pererenan)

(22)

15 Dalam penelitian ini persentase kelonggaran dalam kesalahan pengambilan sampel adalah 10%.

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan villa-villa di Desa Pererenan ditetapkan sebanyak 96 orang responden. Teknik penyebaran kuesioner menggunakan sistem quota, karena di Desa Pererenan terdapat 6 banjar maka setiap banjar terdapat 16 responden dan untuk menentukan responden masing-masing banjar menggunakan sistem random atau acak.

4.8 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu gambaran yang disusun secara sistematis, aktual, dan akurat sesuai dengan fakta yang ada, dan juga deskriptif kuantitatif. Pada prinsipnya data kualitatif lebih cenderung berbentuk kata-kata (Arikunto, 1998:139), sehingga data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskripsi atau penggambaran tentang lokasi penelitian, serta diperkuat dengan gambar dan keterangan yang mendukung kesimpulan.

(23)

16 Likert diperoleh dengan menjumlahkan angka tiap-tiap jawaban. Skala Likert ini sering disebut dengan “Summated rattings Methode”.

Sesuai dengan kategori yang diberikan yaitu 1 (satu) untuk nilai terendah dan 5 (lima) untuk nilai tertinggi. Sedangkan untuk mencari rentang (interval) digunakan cara sebagai berikut ini :

Skor tertinggi – Skor terendah = Rentang Nilai (interval) Jumlah kategori

5 – 1 = 0,8 5

Berdasarkan rumus interval tersebut, maka dapat disusun kategori sikap masyarakat seperti tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Skala Sikap

Kriteria Tanggapan Skor Kategori

Sangat baik, sangat setuju 5 4,24 – 5,04

Baik, setuju 4 3,43 – 4,23

Cukup, ragu-ragu 3 2,62 – 3,42

Tidak baik, tidak setuju 2 1,81 – 2,61

Sangat tidak baik, sangat tidak

setuju 1 1,00 – 1,80

(24)

17 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Sejarah Desa Pererenan

Adanya nama suatu desa dapat diyakini mempunyai suatu latar belakang atau sejarah terhadap asal mula berdirinya suatu desa. Sejarah Desa Pererenan sendiri erat kaitannya dengan Desa Tibubeneng wilayah Desa Adat Padonan.

Pada jaman dulu di Desa Tibubeneng terdapat sebuah kerajaan kecil yang merupakan kekuasaan kerajaan Mengwi, adapun bukti tertulis terdapat dalam babad I Gusti Agung Meliling yang menjelaskan asal mula adanya Desa Pererenan. Pada jaman itu diceritakan Cokorde Munggu yang bernama I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng pergi berburu ke sebuah desa di Sukawati, setibanya disana beliau bertemu dengan Dalem Sukawati dan singgah di Puri Bun. Karena perjalanan sangat jauh, beliau memutuskan beristirahat disana dan meminta kepada Dalem Sukawati untuk dicarikan juru pijat yang bernama Ni Jero Meliling.

Setelah bertemu dengan Ni Jero Meliling, Cokorde Munggu merasa terpikat dan jatuh cinta kepadanya, setelah berapa lama akhirnya Ni Jero Meliling hamil dan lahirlah seorang putra tampan yang diberi nama I Gusti Gede Pererenan. Setelah dewasa beliau menghadap Sri Aji dan menceritakan bahwa dirinya adalah anak dari Ni Meliling, akhirnya Sri Aji pun mengakui dan memberikannya nama I Gusti Gede Meliling sekaligus menyerahkan kekuasaan di Padang luwih sebagai raja disana.

Setelah mendapat amanat untuk memerintah di kerajaan Padang Luwih, beliau memperistri seorang wanita dari Kerobokan dan melahirkan putra yang bernama I Gusti Gede Mangku, yang sekaligus menggantikan beliau sebagai raja. Dibawah pemerintahan I Gusti Gede Mangku kerajaan aman dan damai, beliau sangat memperhatikan masyarakat khusunya dibidang parhyangan sehingga beliau dianugrahi sebuah senjata keris di Pura Dalem Padonan yang diberi nama Don Buluh.

(25)

18 antara I Gusti Gede Mangku dengan I Gusti Ngurah Kaleran dari Puri Kaleran Denpasar yang mengakibatkan Gede Mangku gugur dalam peperangan. Berita tersebut didengar oleh Raja Mengwi, beliau sangat marah lalu mengutus seorang prajurit yang bernama I Gede Suda dari Munggu untuk menyelidikinya, sesampainya disana perang masih berkobar dan Gede Suda menuju Tibubeneng dan dilihatnya I Gusti Rai dan adiknya yang masih kecil serta senjata keris Don Buluh, gender, tetulupan beserta bagawantaya. Gede Suda langsung mengungsikan mereka disuatu desa yang sepi yaitu pipitan beserta rakyatnya.

I Gede Suda pun bertempur kembali, karena kuatnya musuh akhirnya beliau pun gugur. Setelah mendengar berita tersebut putra raja Tibubeneng pergi dari pipitan menuju munduk sempol yang aman dan beliau memutuskan untuk menetap disana. Kemudian beliau menata wilayah tersebut menjadi suatu desa pekraman dan mendirikan Grya Gede Kangkang, mendirikan linggih Ida Dalem Padonan, membangun jero serta lainnya. Setelah lama kemudian wilayah munduk sempol diberi nama Desa Pererenan. Yang diambil dari leluhur kerajaan Padang Luwih yang bernama I Gusti Meliling atau I Gusti Gede Pererenan.

5.1.2 Letak Geografis Desa Pererenan

Desa Pererenan terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang mempunyai letak yang strategis berada pada jalur wisata Kuta-Tanah lot. Desa Pererenan merupakan desa yang terletak di pesisir pantai. Adapun batas-batas Desa Pererenan antara lain :

Sebelah timur : Desa Canggu

Sebelah utara : Desa Tumbak Bayuh Sebelah selatan : Samudera Indonesia Sebelah barat : Desa Munggu

(26)

19 permukaan dan tanah basah untuk pertanian. Desa Pererenan berjarak 12 km dari ibu kota kecamatan, terdiri atas 6 Banjar Adat dan 5 Banjar Dinas yaitu :

1) Banjar Tiyingtutul 2) Banjar Kangkang 3) Banjar Jempinis 4) Banjar Delodpadonan 5) Banjar Pengembungan

5.1.3 Keadaan Penduduk Desa Pererenan 1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data Desa tahun 2014, jumlah penduduk Desa Pererenan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1

Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

(Orang)

Persentase (%)

1 Laki-laki 1.547 49,54

2 Perempuan 1.576 50,46

Jumlah 3.123 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Pererenan, 2014.

Data monografi Desa Pererenan tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk Desa Pererenan berdasarkan jenis kelamin berjumlah 3.123 jiwa dengan 632 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 1.547 orang laki-laki dengan persentase 49,54% dan 1.576 orang perempuan dengan persentase 50,46%.

2. Berdasarkan Mata Pencaharian

(27)

20 petani dan buruh banyak juga penduduk yang bekerja sebagai pegawai hotel/villa, PNS, POLRI, Perawat, Bidan, Dokter, Pengusaha dan jasa. Untuk dapat mengetahui jumlah penduduk Desa Pererenan berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2

Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Pekerja Persentase (%)

1 Petani 311 26,03

2 Petani Buruh Tani 106 8,87

3 Pegawai Negeri Sipil 106 8,87

4 Pengrajin Industri Rumah Tangga 2 0,17

5 Peternak 2 0,17

14 Pengusaha Kecil dan Menengah 33 2,76

15 Notaris 1 0,08

16 Dukun Kampung Terlatih 4 0,33

17 Dosen Swasta 3 0,25

18 Karyawan Perusahaan Swasta 570 47,75

Jumlah 1195 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Pererenan, 2014.

(28)

21 karyawan perusahaan swasta, pengrajin industri rumah tangga, peternak, nelayan, montir, dokter swasta, bidan swasta, perawat swasta.

3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa Pererenan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Usia 3 – 6 tahun yang belum masuk TK 134 4,86 2 Usia 3 – 6 tahun yang TK / Play Group 99 3,59 3 Usia 7 – 18 tahun yang tidak pernah

sekolah 97 3,52

4 Usia 7 – 18 tahun yang sedang sekolah 613 22,22 5 Usia 18–56 tahun yang tidak pernah

sekolah 415 15,04

6 Usia 18–56 tahun yang pernah SD tetapi

tidak tamat 406 14,72

7 Tamat SD Sederajat 494 17,91

8 Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat

SLTP 436 15,80

9 Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat

SLTA 65 2,36

Jumlah 2759 100,00

Sumber Data Monografi Desa Pererenan, 2014.

(29)

22 5.2 Kontribusi Villa Terhadap Desa Adat Pererenan

Keberadaan villa yang begitu banyak di Desa Pererenan memang harus dapat dimanfaatkan oleh aparatur desa dalam hal ini desa adat sebagai pemegang kekuasaan terhadap teritorial desa. Dengan peluang yang ada pemanfaatan yang baik diperlukan agar kontribusi villa terhadap desa adat maupun masyarakat dapat dimaksimalkan sehingga dapat menguntungkan semua pihak. Dalam hal ini, desa adat perlu mengambil atau membuat kebijakan-kebijakan yang bisa mengatur dan mengikat keberadaan villa agar bisa bermanfaat tetapi kebijakan ini harus saling menguntungkan agar tercipta situasi yang kondusif baik antara desa adat, masyarakat dan pengelola villa.

Adapun kontribusi villa terhadap Desa Adat Pererenan dapat diwujudkan dalam beberapa bidang, yaitu pembangunan, ekonomi, sosial dan budaya. Bidang-bidang itu dapat dirinci berikut ini.

1. Bidang Pembangunan

Dengan adanya villa memang sangat memberikan pengaruh terhadap proses pembangunan di Desa Pererenan baik dari pembangunan fisik maupun non fisik. Adapaun pembangunan yang dimaksud tersebut adalah :

a) Penataan wilayah desa menjadi lebih baik, karena daerah yang sebelumnya sangat kotor, gersang ataupun tandus setelah didirikan villa menjadi lebih diperhatikan, ditata dan dirawat. Misalnya daerah sempadan jalan ataupun sungai yang dulunya terabaikan dengan keberadaan villa sekarang ini ditata dan diperhatikan.

b) Banyaknya aktivitas yang masuk baik ke villa yang sudah beroperasi maupun yang masih berupa proyek memberikan dampak yang besar bagi keadaan jalan desa, sehingga villa dikenakan kontribusi pemeliharaan jalan. c) Pada sisi ekonomi, pembangunan villa memberikan peluang bagi para

tukang bangunan untuk bekerja di proyek-proyek pembuatan villa sehingga tenaga-tenaga kerja dibidangnya ditampung dan dipekerjakan.

(30)

23 sekarang ini menjadi sangat prospektif karena harganya yang mahal dan sangat ideal untuk membangun villa, khususnya tanah dipinggir pantai. e) Alih fungsi lahan namun dalam hal ini hanya diprioritaskan kepada lahan

yang tidak produktif seperti tanah gambut, tegalan, ataupun tanah kosong yang tidak bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

2. Bidang Ekonomi

a) Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh Desa Adat bahwa setiap villa yang akan merekrut tenaga kerja harus mengutamakan dari masyarakat setempat, minimal didalam satu villa terdapat 50% masyarakat lokal.

b) Peningkatan taraf hidup masyarakat, karena sebelum adanya villa pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat adalah sebagai petani ataupun pekerjaan swasta lainnya, tetapi sekarang kesejahteraan mereka lebih meningkat karena banyak masyarakat yang bekerja di villa.

c) Dengan adanya villa secara tidak langsung dapat membuka peluang bisnis yang terkait dengan aktivitas villa seperti penyewaan mobil (ren a car), mini market, spa, dan stand-stand tanaman atau kebun.

d) Peningkatan pendapatan desa melalui pungutan-pungutan yang dibebankan pada villa yang berada di wilayah adat Desa Pererenan, adapun jenis pungutan yang dimaksud adalah :

a. Setiap villa yang akan dibangun dikenakan pungutan uang pembangunan desa yang besarannya tidak ditentukan, biasanya para pemilik villa menyumbang Rp.1.000.000 sampai dengan Rp.2.000.000. b. Untuk kepentingan administrasi kependudukan maka setiap tamu yang

menginap di villa dikenakan pungutan sebesar Rp.15.000.

(31)

24 3. Bidang Sosial dan Budaya

Pemilik villa di Desa Pererenan sangat peduli terhadap kegiatan sosial yang ada di masyarakat, karena pemilik villa yang biasanya warga asing sangat senang dilibatkan dalam kegiatan adat yang ada di desa. Adapun kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi:

a) Kepedulian villa terhadap masalah sosial yang ada di masyarakat seperti memberikan beasiswa terhadap siswa SD yang tidak mampu.

b) Keikutsertaan villa membantu pembangunan pura-pura yang berdekatan dengan lokasi villa seperti renovasi pura dalem Desa Pererenan, villa-villa yang berada disekitar pura ikut membantu dengan menyumbang (medana punia).

c) Dengan adanya kegiatan kesenian dan budaya muda mudi di Desa Pererenan, seperti perayaan nyepi, ulang tahun sekaa taruna, dan perayaan 17 Agustus, biasanya villa-villa dimintai partisipasinya untuk memeriahkan perayaan tersebut baik dengan dukungan materi maupun dengan kedatangan pengelola atau perwakilan.

Dalam melanjutkan kontribusi yang diperoleh berupa pungutan-pungutan dari villa-villa yang ada di desa Pererenan, maka segala teknis pelaksanaan dan pertanggung jawaban dilakukan sepenuhnya oleh desa adat beserta stafnya. Adapun struktur organisasi pelaksana dari desa adat dapat disampaikan dibawah ini.

Pendapatan asli desa adat yang berupa pungutan dari villa-villa yang ada, pertanggung jawabannya dibahas melalui paruman desa adat bersama semua

Villa Bendesa

Adat

Bid. Parahyangan

Bid. Pawongan

n

Bid. Palemahan

Penyarikan

(32)

25 pengurus parumwulaka dan hasilnya agar bisa direalisasikan untuk pembangunan desa dan banjar.

5.3 Optimalisasi Keberadaan Villa Oleh Desa Adat

Perkembangan industri pariwisata dapat memberikan keuntungan yang begitu besar baik bagi pelaku industri, masyarakat maupun pemerintah. Namun sekarang bagaimana langkah-langkah yang diambil dalam memanfaatkan pariwisata sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan tersebut untuk kesejahteraan masyarakat bersama.

Dengan perkembangannya, pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat baik terhadap sosial-ekonomi, terhadap sosial budaya, maupun terhadap lingkungan. Berikut akan dijelaskan optimalisasi keberadaan villa oleh Desa Adat Pererenan yaitu :

5.3.1 Dilihat dari Aspek Sosial - Ekonomi

Dalam hal ini keberadaan industri pariwisata khususnya sarana akomodasi berupa villa di Desa Adat Pererenan sangat berpeluang besar untuk dimanfaatkan oleh pihak desa adat guna dapat mensejahterakan desa dan masyarakatnya. Adapun langkah-langkah optimalisasi desa adat dengan keberadaan villa berdasarkan aspek sosial-ekonomi adalah :

1) terhadap pendapatan masyarakat

Keberadaan villa yang begitu banyak telah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tingkat kehidupannya menjadi lebih baik dengan mengontrakkan tanahnya kepada investor yang ingin mendirikan villa.

2) terhadap kesempatan kerja.

(33)

26 usaha lainnya yang berada di wilayah adat Desa Pererenan dalam perekrutan karyawan diwajibkan mengutamakan merekrut tenaga kerja dari Desa Pererenan. 3) terhadap harga-harga

Dengan adanya villa memberikan dampak bagi peningkatan harga-harga seperti harga tanah terutama daerah dekat pantai yang dulunya tidak berharga sekarang harganya melambung tinggi mencapai kisaran Rp.350.000.000 per are.

4) terhadap pendapatan pemerintah

Keberadan villa memberikan keuntungan bagi peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes), karena dengan begitu banyaknya villa menambah sumber-sumber pemasukan kas desa dari sumbangan atau pungutan-pungutan yang dibebankan kepada villa seperti sumbangan penyanding IMB, uang keamanan, uang administrasi bagi tamu yang menginap, dan bagi penyelenggaraan acara-acara keramaian (pesta/party).

5) terhadap pembangunan

Dampak pembangunan yang dimaksud adalah bagaimana desa adat mampu mengoptimalkan keberadaan villa guna dapat meningkatkan pembangunan desa baik secara fisik maupun non fisik. Pembangunan secara fisik seperti peningkatan pembangunan sarana dan prasarana umum yang ada di desa misalnya kantor desa, puskesmas, jalan desa, sedangkan pembangunan non fisik seperti peningkatan derajat dan status sosial desa menjadi salah satu desa wisata. 6) terhadap kepemilikan dan kontrol

Perkembangan begitu banyak villa membuat aparat desa harus bertindak cepat dan tegas guna menghadapi ha-hal yang tidak diinginkan, seperti sekarang ini banyaknya berkembang atau bermunculan villa-villa gelap atau tanpa izin, yang keberadaannya sangat merugikan. Dalam hal ini bagaimana peranan desa adat sebagai lembaga pemerintahan tertinggi di desa sebagai Controller atau pengawas yang mengawasi setiap perkembangan yang terjadi dalam dunia pariwisata.

5.3.2 Dilihat dari aspek Sosial – Budaya

(34)

27 1. Villa diikutsertakan dalam setiap kegiatan kesenian dan adat istiadat di desa seperti perayaan hari raya nyepi, villa dimintai sumbangan guna mendukung kelancaran kegiatan tersebut. Dalam hal adat istiadat misalnya adanya renovasi atau pemugaran pura yang berdekatan dengan wilayah keberadaan villa, maka akan dimintai bantuan baik bantuan barang maupun uang.

2. Meningkatkan kepedulian villa terhadap permasalahan pendidikan di desa, dengan memberikan bantuan kepada siswa SD yang berprestasi dan kurang mampu.

3. Menjaga hubungan antara lembaga-lembaga sosial desa dengan villa-villa sehingga tetap terjalin mitra yang saling menguntungkan dan tidak terkesan memaksa dan memanfaatkan villa bagi kepentingan pribadi semata.

5.3.3 Dilihat dari Aspek Lingkungan

Lingkungan menjadi salah satu faktor penting sebagai modal pariwisata. Lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman merupakan sesuatu yang diinginkan baik masyarakat maupun wisatawan yang datang. Dengan keberadaan villa di desa Pererenan akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar dan dari pihak masyarakat bagaimana memberikan citra yang baik terhadap wisatawan bahwa lingkungan desa Pererenan sangatlah bersih, aman dan nyaman.

Adapun langkah-langkah optimalisasi pemanfatan keberadaan villa dari segi lingkungan adalah sebagai berikut.

1. Setiap villa memiliki tempat sampah sedikitnya 1 tong sampah untuk menampung limbah villa tersebut.

2. Desa adat membentuk suatu usaha jasa sampah untuk memungut sampah-sampah yang ada di seluruh wilayah Desa Adat Pererenan, baik itu di villa, rumah masyarakat, warung dan tempat-tempat umum seperti pura, bale banjar, lapangan umum dan lain-lain.

3. Setiap villa dikenai uang jasa sampah sebesar Rp.100.000 per bulan dan pelayanannya akan diangkut setiap seminggu sekali.

(35)

28 Pererena, mengontrol kerindangan tanaman atau pohon-pohon yang ada di sepanjang jalan, membersihkan got atau gorong-gorong jika ada yang mampet untuk menghindari banjir di musim hujan.

5.4 Karakteristik Responden

Dalam memberikan respon terhadap keberadaan villa di Desa Pererenan, tentunya terlebih dahulu akan dideskripsikan terkait dengan karakteristik responden yang telah mengisi kuesioner dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini terjadi interaksi yang melibatkan masyarakat sebagai responden. Berikut merupakan karakteristik masyarakat Desa Pererenan yang telah dijadikan responden yaitu sebagai berikut:

1. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4

Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 61 63,54

2 Perempuan 35 36,46

Total 96 100

Sumber: Diolah dari data penelitian

(36)

29 2. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Umur

Tabel 5.5

Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 ≤ 19 13 13,54

2 20-29 24 25,00

3 30-39 25 26,04

4 40-49 14 14,58

5 ≥ 50 20 20,83

Total 96 100,00

Sumber: Diolah dari data penelitian

Dari tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas yang memberikan tanggapan mengenai keberadaan villa di Desa Adat Pererenan yaitu masyarakat usia produktif . Tertinggi yaitu masyarakat yang berumur 30-39 tahun sebanyak 25 orang atau 26,04 % dan terendah yaitu masyarakat yang berusia ≤ 19 sebanyak 13 orang atau 13,54% masyarakat.

3. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Status Tabel 5.6

Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Status

No Status Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Singgle 25 26,04

2 Berkeluarga 71 73,96

Total 96 100

Sumber: Diolah dari data penelitian

(37)

30 4. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 5.7

Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak bersekolah 4 4,17

Sumber: Diolah dari data penelitian

Dari tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan masyarakat desa pererenan sangat beragam. Mayoritas pendidikan mereka berada pada tingkat SMK/SMA yaitu sebanyak 45 orang atau 46,88% dan yang tidak mengenyam pendidikan hanyak 4 orang atau 4,17 %.

5. Karakteristik Masyarakat Jenis Pekerjaan Tabel 5.8

(38)

31 Dari tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa pekerjaan masyarakat desa pererenan sangat beragam, 50 orang atau 52,08 % dari mereka bekerja sebagai wiraswasta, terendah yaitu 1,04 % bekerja sebagai Dukun (ahli obat tradisional), perawat, office assistant.

6. Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Asal tempat Tinggal Tabel 5.9

Karakteristik Masyarakat Berdasarkan Asal tempat Tinggal No Banjar/Dusun Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Delod Padonan 15 15,63

2 Kangkang 16 16,67

3 Batu 24 25,00

4 Tiying Tutul 9 9,38

5 Jempinis 9 9,38

6 Pengembungan 12 12,50

7 Pererenan 10 10,42

8 Budakeling 1 1,04

Total 96 100,00

Sumber: Diolah dari data penelitian

Dari tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas yang memberikan tanggapan mengenai keberadaan villa di Desa Pererenan yaitu warga yang tinggal di Banjar/Dusun Batu sebanyak 24 orang atau 25% dan terendah yaitu masyarakat dari daerah lain (Budakeling) sebanyak 1 orang atau 1,04%

(39)

32 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Villa Di Desa Adat Pererenan

Pada tabel 5.10 dibawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap keberadaan villa di Desa Adat Pererenan

Tabel 5.10

Persepsi masyakat terhadap keberadaan villa di Desa Adat Pererenan No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang)

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap keberadaan villa di Desa Adat Pererenan yaitu tertinggi 28 orang atau 29,17% masyarakat menyatakan baik/ setuju dan terendah 2 orang atau 2,08% masyarakat menyatakan tidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap keberadaan villa di desa Adat Pererenan berjumlah 395 dengan rata-rata 4,11. Katagori dengan nilai 4,11 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Desa Adat Dalam Memanfaatkan Keberadaan Villa

Pada tabel 5.11 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap kinerja desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa.

Tabel 5.11 Persepsi masyarakat terhadap kinerja desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 17 17,71

2 Baik /Seteju 49 51,04

3 Cukup baik/Cukup setuju 23 23,96

4 Tidak baik/Tidak setuju 5 5,21

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 1 1,04

Total 95 98,96

(40)

33 Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kinerja desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa yaitu tertinggi 49 orang atau 51,04% masyarakat menyatakan baik/setuju dan terendah 1 orang atau 1,04% masyarakat menyatakan sangat tidak baik/sangat tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap kinerja desa adat dalam memanfaatkan keberadaan villa berjumlah 361 dengan rata-rata 3,76. Katagori dengan nilai 3,76 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Bentuk Kerjasama Yang Dilakukan Antara Investor atau Pemilik Villa Dengan Desa Adat Pererenan

Pada tabel 5.12 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap bentuk kerjasama yang dilakukan antara investor atau pemilik villa dengan Desa Adat Pererenan

Tabel 5.12 Persepsi masyarakat terhadap bentuk kerjasama yang dilakukan antara investor atau pemilik villa dengan desa adat pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 6 6,25

2 Baik /Seteju 51 53,13

3 Cukup baik/Cukup setuju 35 36,46

4 Tidak baik/Tidak setuju 3 3,13

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 1 1,04

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

(41)

34 4. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Villa di Desa Adat Pererenan

Pada tabel 5.13 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap pembangunan villa di Desa Adat Pererenan

Tabel 5.13 Persepsi masyarakat terhadap pembangunan villa di desa adat pererenan No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 15 14,58

2 Baik /Seteju 61 64,58

3 Cukup baik/Cukup setuju 16 16,67

4 Tidak baik/Tidak setuju 4 4,17

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 0 0

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.13 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap pembangunan villa di Desa Adat Pererenan yaitu tertinggi 61orang atau 63,54% masyarakat menyatakan baik/setuju dan terendah 4 orang atau 4,17% masyarakat menyatakan tidak baik/tidak. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap pembangunan villa di Desa Adat Pererenan berjumlah 375 dengan rata-rata 3,91. Katagori dengan nilai 3,91 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

5. Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah Maupun Pengelolaanny Disepanjang Desa Adat Pererenan

Pada tabel 5.14 di bawah ini akan disajikan persepsi masyakat terhadap sampah maupun pengelolaannya disepanjang Desa Adat Pererenan

Tabel 5.14 Persepsi masyakat terhadap sampah maupun pengelolaannya disepanjang Desa Adat Pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 24 25,00

2 Baik /Seteju 41 42,71

3 Cukup baik/Cukup setuju 23 23,96

4 Tidak baik/Tidak setuju 7 7,29

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 1 1,04

Total 96 100,00

(42)

35 Berdasarkan tabel 5.14 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap keberadaan sampah maupun pengelolaannya disepanjang Desa Adat Pererenan yaitu tertinggi 41 orang atau 42,71% masyarakat menyatakanbaik dan terendah 1 orang atau 1,04% masyarakat menyatakan sangat tidak baik/sangat tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap keberadaan sampah maupun pengelolaannya disepanjang Desa Adat Pererenan berjumlah 368 dengan rata-rata 3,83. Katagori dengan nilai 3,83 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

6. Persepsi Masyarakat Terhadap Kebersihan dan Pemanfaatan Air di Sekitar Lokasi Pembangunan Villa

Pada tabel 5.15 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap kebersihan dan pemanfaatan air di sekitar lokasi pembangunan villa

Tabel 5.15 Persepsi masyarakat terhadap kebersihan dan pemanfaatan air di sekitar lokasi pembangunan villa

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kebersihan dan pemanfaatan air di sekitar lokasi pembangunan villayaitu tertinggi 38 orang atau 39,58% masyarakat menyatakan baik/setuju dan terendah 3 orang atau 3,13% masyarakat menyatakan sangat tidak baik/sangat tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap kebersihan dan pemanfaatan air di sekitar lokasi pembangunan villa berjumlah 348 dengan rata-rata 3,63. Katagori dengan nilai 3,63 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 18 18,75

2 Baik /Seteju 38 39,58

3 Cukup baik/Cukup setuju 29 30,21

4 Tidak baik/Tidak setuju 8 8,33

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 3 3,13

(43)

36 7. Persepsi Masyarakat Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa

Pererenan

Pada tabel 5.16 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa pererenan

Tabel 5.16 Persepsi masyarakat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 18 18,75

2 Baik /Seteju 45 46,88

3 Cukup baik/Cukup setuju 32 33,33

4 Tidak baik/Tidak setuju 1 1,04

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 0 0

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa pererenanyaitu tertinggi 45 orang atau 46,88% masyarakat menyatakan baik/setuju dan terendah 1 orang atau 1,04% masyarakat menyatakan tidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat desa pererenan berjumlah 368 dengan rata-rata 3,83. Katagori dengan nilai 3,83 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

8. Persepsi Masyarakat Terhadap Kesempatan Kerja Masyarakat dari Keberadaan Villa di Desa Pererenan

Pada tabel 5.17 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap kesempatan kerja masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan

Tabel 5.17 Persepsi masyarakat terhadap kesempatan kerja masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 21 21,88

2 Baik /Seteju 45 46,88

3 Cukup baik/Cukup setuju 26 27,08

4 Tidak baik/Tidak setuju 4 4,17

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 0 0

(44)

37 Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kesempatan kerja masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan yaitu tertinggi 45 orang atau 46,88% masyarakat menyatakan baik/setuju dan terendah 4 orang atau 4,17% masyarakat menyatakan tidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap kesempatan kerja masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan berjumlah 371 dengan rata-rata 3,86. Katagori dengan nilai 3,86 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

9. Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Harga-Harga dari Adanya Villa Pada tabel 5.18 di bawah ini akan disajikan persepsi masyakat terhadap perubahan harga-harga dari adanya villa

Tabel 5.18 Persepsi masyakat terhadap perubahan harga-harga dari adanya villa No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 27 28,13

2 Baik /Seteju 25 26,04

3 Cukup baik/Cukup setuju 31 32,29

4 Tidak baik/Tidak setuju 8 8,33

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 3 3,13

Total 94 97,92

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.18 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadapperubahan harga-harga dari adanya villa yaitu tertinggi 31 orang atau 32,29% masyarakat menyatakan cukup baik/ cukup setuju dan terendah 3 orang atau 3,13% masyarakat menyatakan sangat tidak baik/ sangat tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap perubahan harga-harga dari adanya villa berjumlah347 dengan rata-rata 3,61. Katagori dengan nilai 3,61masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

10. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemungutan Dana Konstribusi Bagi Villa Yang Akan Dibangun

(45)

38 Tabel 5.19 Persepsi masyarakat terhadap pemungutan dana konstribusi bagi villa yang akan dibangun

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 16 16,67

2 Baik /Seteju 51 53,13

3 Cukup baik/Cukup setuju 26 27,08

4 Tidak baik/Tidak setuju 3 3,13

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 0 0

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.19 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadappemungutan dana konstribusi bagi villa yang akan dibangunyaitu tertinggi 26 orang atau 27,08% masyarakat menyatakan cukup baik/ cukup setuju dan terendah 3 orang atau 3,13% masyarakat menyatakantidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap pemungutan dana konstribusi bagi villa yang akan dibangun berjumlah 368 dengan rata-rata 3,83. Katagori dengan nilai 3,83 masuk pada kriteria persepsi baik/setuju. 11. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemungutan Uang Keamanan Setiap Tamu

Menginap

Pada tabel 5.20 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap pemungutan uang keamanan setiap tamu menginap

Tabel 5.20 Persepsi masyarakat terhadap pemungutan uang keamanan setiap tamu menginap

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 15 16,67

2 Baik /Seteju 50 51,04

3 Cukup baik/Cukup setuju 25 26,04

4 Tidak baik/Tidak setuju 4 4,17

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak

setuju 0 0

Total 94 97,92

(46)

39 Berdasarkan tabel 5.20 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadappemungutan uang keamanan setiap tamu menginapyaitu tertinggi 50 orang atau 52,08% masyarakat menyatakanbaik/ setuju dan terendah 4 orang atau 4,17% masyarakat menyatakantidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap pemungutan uang keamanan setiap tamu menginap berjumlah 358 dengan rata-rata 3,73. Katagori dengan nilai 3,73masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

12. Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Keamanan dan Kenyamanan Desa Pererenan

Pada tabel 5.21 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan desa pererenan

Tabel 5.21 Persepsi masyarakat terhadap tingkat keamanan dan kenyamanan desa pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 22 22,92

2 Baik /Seteju 45 46,88

3 Cukup baik/Cukup setuju 24 25,00

4 Tidak baik/Tidak setuju 4 4,17

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 1 1,04

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

(47)

40 13. Persepsi Masyarakat Terhadap Peningkatan Pembangunan Insfrastruktur

Desa Pererenan

Pada tabel 5.22 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap peningkatan pembangunan insfrastruktur desa pererenan

Tabel 5.22 Persepsi masyarakat terhadap peningkatan pembangunan insfrastruktur desa pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 23 23,96

2 Baik /Seteju 53 55,21

3 Cukup baik/Cukup setuju 16 16,67

4 Tidak baik/Tidak setuju 3 3,13

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 0 0

Total 95 98,96

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.22 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadappeningkatan pembangunan insfrastruktur desa pererenanyaitu tertinggi 53 orang atau 55,21% masyarakat menyatakan baik/ setuju dan terendah 3orang atau 3,13% masyarakat menyatakantidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap peningkatan pembangunan insfrastruktur desa pererenanberjumlah 381 dengan rata-rata 3,97. Katagori dengan nilai 3,97masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

14. Persepsi Masyarakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Pererenan

(48)

41 Tabel 5.23 Persepsi masyarakat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 26 27,08

2 Baik /Seteju 51 53,13

3 Cukup baik/Cukup setuju 18 18,75

4 Tidak baik/Tidak setuju 1 1,04

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100,00

Sumber : Diolah dari data penelitian

Berdasarkan tabel 5.23 di atas dapat dilihat persepsi masyarakat terhadappeningkatan kesejahteraan masyarakat desa pererenan yaitu tertinggi 51 orang atau 53,13% peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pererenanbaik/ setuju dan terendah 1 orang atau 1,04% masyarakat menyatakantidak baik/tidak setuju. Perhitungan menurut skala Likert dari 96 orang masyarakat, skor persepsi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa pererenan berjumlah 390 dengan rata-rata 4,06. Katagori dengan nilai 4,06masuk pada kriteria persepsi baik/setuju.

15. Persepsi Masyarakat Terhadap Ritme Kehidupan Sosial Masyarakat dari Keberadaan Villa di Desa Pererenan

Pada tabel 5.24 di bawah ini akan disajikan persepsi masyarakat terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan

Tabel 5.24 Persepsi masyarakat terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat dari keberadaan villa di Desa Pererenan

No Tingkat Persepsi Masyarakat Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1 Sangat baik/Sangat setuju 20 20,83

2 Baik /Seteju 47 48,96

3 Cukup baik/Cukup setuju 27 28,13

4 Tidak baik/Tidak setuju 2 2,08

5 Sangant tidak Baik/Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100,00

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Informan
Tabel 4.2 Skala Sikap
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Desa Pererenan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Desa Pererenan
+7

Referensi

Dokumen terkait

kesehatan lingkungan, Lembaga Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) bersama petugas kesehatan desa meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk membangun sistem kewaspadaan

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian adalah peranan ibu rumah tangga dalam meningkatkan kehidupan keluarga

untuk mendeskripsikan kendala dalam pelaksanaan sambatan untuk meningkatkan karakter kepedulian sosial di lingkungan masyarakat Desa Trengguli Kecamatan Jenawi

untuk mendeskripsikan kendala dalam pelaksanaan sambatan untuk meningkatkan karakter kepedulian sosial di lingkungan masyarakat Desa Trengguli Kecamatan Jenawi

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana Dampak sosial judi togel (toto gelap) terhadap kesejahteraan masyarakat di desa jipang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten

pendidikannya, responden yang tidak sekolah dan SMA berpersepsi positif terhadap peranan Mahasiswa sedangkan responden dengan latar belakang SD, SMP dan

Hasil evaluasi secara langsung menyatakan bahwa Dana Desa cukup mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan yang memadai,

Pelayanan yang diberikan bidan desa dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat telah berjalan dengan baik, dimana peranan dari bidan desa dalam membantu responden dari