• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG TAHUN 2014."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG

TAHUN 2014

Oleh :

SYAHFITRI

No. BP. 1210336011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

Sripsi, Agustus 2014

SYAHFITRI, No. BP. 1210336011

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG TAHUN 2014

ix + 82 halaman, 21 tabel, 9 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK Tujuan Penelitian

Pneumonia merupakan salah satu infeksi pada anak yang sangat serius, salah satu penyakit ISPA yang paling banyak menyebabkan kematian pada balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko kejadian pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Ulak Karang Padang.

Metode

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain case control. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dari bulan Februari s/d Juli 2014. Pada balita yang menderita pneumonia dan tidak menderita pneumonia tahun 2013. Pengambilan sampel kasus dengan accidental sampling, kontrol dengan matching berdasarkan umur, jenis kelamin, tempat. Sampel terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol. Alat ukur kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (uji Chi-Square dan Mc.Nemar) dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa 35% balita tinggal di rumah yang padat hunian, 67,65% balita ada anggota rumah tangga yang merokok di rumahnya, 23,53% tidak diimunisasi lengkap, 54,42% tidak mendapatkan ASI eklusif, 17,65% balita tingkat pendidikan ibunya rendah. Ketidaklengkapan imunisasi secara statistik berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (p-value=0,001), balita yang imunisasinya tidak lengkap 13 kali lebih berisiko menderita pneumonia (95%CI=1,70-99,38). Kepadatan hunian, adanya anggota rumah tangga yang merokok, tidak dilakukannya pemberian ASI eklusif, dan tingkat pendidikan ibu yang rendah tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah ini.

Kesimpulan

Ketidaklengkapan imunisasi merupakan faktor risiko kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Diharapkan pihak puskesmas dapat meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor dan program agar dapat mengidentifikasi penyebab ketidaklengkapan imunisasi dan menemukan solusi yang tepat.

(3)
(4)

FAKULTY OF PUBLIC HEALTH ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate Thesis, 8th August 2014 SYAHFITRI, No. BP. 1210336011

RISK FACTORS OF PNEUMONIA INSIDENT ON CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD IN THE WORKING AREA OF ULAK KARANG PUBLIC HEALTH CENTRE PADANG IN 2014

ix + 82 halaman, 21 tabel, 9 gambar, 10 lampiran

ABSTRACT Objective

Pneumonia is one of serious infection in children, one of ARI which causes the most death in children under five years old. The aim of this research to determined risk factors of pneumonia insident on children under five years old in the working area of Ulak Karang Public Health Centre Padang.

Method

Type of this research is analytic with case control design. This research conducted in the work area of Ulak Karang Publick Health Centre Padang since February until July 2014 related to the children under five year old who suffered pneumonia and not suffer in 2013. Sampling of cause taken with accidental sampling and controls with matching based on age, gender, and place. Sample consisted of 34 cases and 34 controls with measuring questionnaire instrument. Data were analyzed by using univariat and bivariat by Chi square and Mc Nemar test. with 95% of Confident Internal (α=0,05).

Result

This research showed that children under five years old 7, 35 % live in dense residential house, 67,65% of household members who smoke at home, 23,53 % not fully immunized, 54,42 % not exclusively breastfed, 17,65 % mothers who had a low level of mother's education. Incomplete immunization was statisticaly have significant correlation with the occurrence of pneumonia(p-value = 0,001), incomplete immunization’s children under five years old 13 times more at risk of suffering from pneumonia (95%CI=1,70-99,38). Population density, the presence of household member who smoke, not fully immunized, low level of mother education are low were uncorelated with incident pneumonia of children under five years old in this area.

Conclusion

Incompleteness of immunization is a risk factor of pneumonia in children under five years old at the work area of Ulak Karang Public Health centre Padang. The Public Health Center should be expected to be able to increase coordination with cross-sector and programs in order to identify and find the right solutions.

Bibliography : 40 (1978-2013)

(5)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering

terjadi pada anak, yang menyerang satu bagian/ lebih saluran pernafasan, mulai dari

hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan

pneumonia berat. Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru

(alveoli) yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat/sesak, sering berawal

sebagai infeksi saluran pernafasan atas yang kemudian berpindah ke saluran

pernafasan bawah. ISPA belum tentu pneumonia tetapi pneumonia sudah pasti ISPA.

Pneumonia merupakan salah satu infeksi pada anak yang sangat serius, paling sering

terjadi pada anak berusia <5 tahun dan dewasa yang berusia >75 tahun, merupakan

salah satu penyakit ISPA yang paling banyak menyebabkan kematian.(1, 2)

Menurut Unicef/WHO 2006, WPD 2011 dalam Pedoman Pengendalian ISPA

pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan

gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak, membunuh lebih dari 2 juta anak

balita setiap tahun (1 balita/20detik), yang lebih sering terjadi di negara berkembang

dari pada di negara maju, dan menjadi penyebab utama kematian anak di negara

berpendapatan rendah.(3)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rudan (2008) dalam Buletin Jendela

Epidemiologi diketahui bahwa terdapat 15 negara dengan insiden pneumonia anak

balita paling tinggi, yang mencakup 74% dari 156 juta kasus diseluruh dunia. Lebih

dari setengahnya berkonsentrasi di 6 negara, antara lain India 43 juta, China 21 juta,

Pakistan 10 juta, dan Banglades, Indonesia, serta Nigeria masing masing 6 juta kasus

(6)

2

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, di Indonesia pneumonia merupakan

penyebab kematian kedua pada balita setelah diare dengan persentase 15,5%.

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia cakupan penemuan pneumonia pada balita

tahun 2010 yaitu sebesar 23% (499.259 kasus), pada tahun 2011 mengalami

peningkatan menjadi 23,95% (559.114 kasus), dan pada tahun 2012 mengalami

penurunan menjadi 23,42% (549.708 kasus). Berdasarkan SDKI (2012) yang

dilakukan BPS, BKKBN, dan Kemenkes pneumonia dan diare disebut sebagai

pembunuh nomor satu pada anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2013

berdasarkan Riskesdas diketahui bahwa cakupan penemuan pneumonia pada balita

tahun 2013 mengalami penurunan di bandingkan Riskesdas tahun 2007 dengan

period prevalensi 1,8%. (5-8)

Pada kasus pneumonia penurunan bukan selalu tanda yang baik sama halnya

pada kasus Tuberkulosis, karena penurunan bisa saja disebabkan karena kurangnya

perhatian pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat, dan secara global inilah

yang menyebabkan pneumonia di negara berkembang disebut sebagai pembunuh

balita yang terlupakan (the forgotten killer of children). (3)

Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Barat tahun 2012, diketahui bahwa

cakupan penemuan pneumonia tertinggi ditemukan di daerah Pesisir Selatan

(56,08%), dan Kota Solok (41,76%) sedangkan yang terendah di daerah Kabupaten

Solok Selatan (1, 57%), dan Kota Padang (4,96%), sedangkan pada tahun 2013

cakupan penemuan tertinggi di Pesisir Selatan (82,88%), dan Kota Bukittinggi

(43,59%), yang terendah di Kabupaten Pasaman Barat (7,15%), dan Kota Padang

Panjang (7,78%). Di Kota Padang pada tahun 2013 cakupan penemuan pneumonia

balita mengalami peningkatan beberapa kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu

(7)

3

Berdasarkan profil kesehatan Kota Padang Puskesmas Ulak Karang

merupakan Puskesmas dengan cakupan penemuan pneumonia pada balita yang selalu

masuk urutan 6 teratas di Kota Padang, yaitu sebesar 25,84% per tahun (Pada tahun

2010 urutan ke-6 dengan cakupan penemuan 18,66% (39 kasus), tahun 2011 urutan

ke-2 dengan cakupan penemuan 27,04% (63 kasus), urutan ke-1 pada tahun 2012

dengan cakupan penemuan 31,9% (61 kasus), dan pada tahun 2013 berada pada

urutan ke-3 dengan cakupan penemuan 25,79% (51 kasus) dari 22 Puskesmas di

Kota Padang). Cakupan penemuan penderita pneumonia pada balita merupakan

persentase jumlah penderita pneumonia pada balita baik pneumonia berat maupun

pneumonia, terhadap jumlah target penemuan pneumonia balita. Target penemuan

pneumonia balita ditentukan berdasarkan proporsi 10% dari jumlah seluruh balita.(11)

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang berkontribusi terhadap

peningkatan angka kematian bayi (AKB), merupakan penyebab utama kematian

balita di Indonesia maupun di dunia, yang dikenal dengan pembunuh balita yang

terlupakan. Untuk mengatasi masalah ini Kemenkes RI bersama beberapa lintas

sektor melakukan berbagai upaya dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian

akibat penyakit ini. Pneumonia balita termasuk dalam salah satu indikator

keberhasilan program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan seperti

yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014.(3)

Saat ini pneumonia pada balita masih menjadi masalah, agar kejadian

pneumonia tidak semakin parah dan menyebabkan kematian ataupun mempengaruhi

tumbuh kembang anak, langkah awal penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu

melakukan identifikasi faktor risiko yang berperan terhadap dengan kejadian

pneumonia pada balita. Berdasarkan teori sebab akibat suatu penyakit tidak

(8)

4

pneumonia merupakan hasil dari serangkaian proses beberapa faktor. Menurut

Nissan (1997) dalam buku Pneumonia Balita di Indonesia dan Peranan Kabupaten

dalam Menanggulanginya, beberapa determinan yang berperan terhadap kejadian

pneumonia yaitu intervensi kesehatan, lingkungan, host (Balita), dan agent.(3)

Puskesmas Ulak Karang merupakan salah satu Puskesmas non rawatan, yang

terletak di kecamatan Padang Utara Kota Padang. Variabel yang diteliti di daerah ini

yang diduga berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita yaitu faktor

lingkungan yang terdiri dari kepadatan hunian, polusi udara di dalam ruangan, faktor

dari host yaitu kelengkapan imunisasi dan ASI Eklusif. serta faktor dari ibu yaitu

tingkat pendidikan ibu(12)

Terdapat beberapa peneliti yang pernah melakukan riset tentang faktor risiko

pneumonia pada balita, pada variabel yang sama dengan orang, tempat, dan waktu

yang berbeda, dan berdasarkan penelitian yang dilakukan Nestie Annisa Bate’e

(2013) di wilayah kerja Tanjung Paku Solok diketahui bahwa balita yang tinggal di

rumah dengan padat hunian kamar berisiko 3,0 kali menderita pneumonia

dibandingkan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat hunian kamar, dan hasil

yang berbeda pada penelitian yang dilakukan Lina Yulianti, dkk (2012) di wilayah

kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis, kepadatan hunian rumah tidak

merupakan faktor risiko pneumonia pada balita. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Itma Annah, dkk (2012) polusi udara di dalam ruangan yang berhubungan

dengan kejadian pneumonia pada balita anak umur 6-59 bulan adalah, dan kebiasaan

merokok ART dengan besar risiko 5,31. (13-15)

Pada penelitian yang pernah dilakukan Sri Hastuti (2013) di wilayah kerja

Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi faktor intrinsik yang berhubungan dengan

(9)

5

imunisasi dengan besar risiko 5,67 kali pada balita yang status imunisasinya tidak

lengkap, dan hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan Diah andriani di

Puskesmas Mijen Kota Semarang dengan hasil tidak ada hubungan yang bermakana

antara status imunisasi dengan kejadian pneumonia.(16, 17)

Setiap penelitian tidak selalu memiliki besar risiko yang sama, dan variabel

yang sama bisa tidak menjadi faktor risiko pada penelitian lainnya, karena

keragaman masyarakat dengan budaya dan perilakunya. Inilah salah satu hal yang

melatar belakangi penulis tertarik untuk meneliti apakah yang menjadi faktor risiko

kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah

“Apakah faktor risiko kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Padang tahun 2014?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.2 Tujuan Umum

Mengetahui faktor risiko kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kepadatan hunian rumah pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

2. Mengetahui gambaran keberadaan anggota rumah tangga (ART) yang

merokok di dalam rumah pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ulak

(10)

6

3. Mengetahui gambaran ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

4. Mengetahui gambaran pemberian ASI tidak eklusif pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

5. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu yang rendah pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

6. Mengetahui hubungan dan kekuatan antara kepadatan hunian rumah dengan

kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang

Padang tahun 2014.

7. Mengetahui hubungan dan kekuatan antara keberadaan anggota rumah tangga

yang merokok di dalam rumah dengan kejadian pneumonia pada balita di

wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

8. Mengetahui hubungan dan kekuatan antara pemberian imunisasi yang tidak

lengkap dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Ulak Karang Padang tahun 2014.

9. Mengetahui hubungan dan kekuatan antara tidak dilakukannya pemberian

ASI eklusif dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014.

10. Mengetahui hubungan dan kekuatan antara rendahnya pendidikan ibu dengan

kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang

(11)

7

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam

pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat, khususnya mengenai faktor

risiko kejadian pneumonia pada balita.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan

program kesehatan, dapat menambah pengetahuan penulis tentang faktor risiko

penyakit pneumonia pada balita khususnya di kota padang, dan bagi masyarakat

diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang

faktor-risiko kejadian pneumonia pada balita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor risiko kejadian pneomonia pada

balita di wilayah kerja puskesmas Ulak Karang Padang tahun 2014, yang bertujuan

untuk melihat faktor risiko apa yang berpotensi menyebabkan pneumonia pada balita

di daerah ini. Jenis penelitian yang digunakan yaitu case control. Penelitian ini akan

dilakukan pada sekelompok balita yang menderita pneumonia dan tidak menderita

pneumonia, penelitian dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan alat ukur

Referensi

Dokumen terkait

antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja. Puskesmas Pedan Klaten dengan pengukuran BB/TB pada kasus

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Diwilah Kerja Puskesmas Global Mogoloto.. Gorontalo: Universtas

Oleh karena itu perlu penelitian untuk Mengetahui faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak Balita di wilayah kerja Puskesmas

2019 “Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Daerah Perkotaan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas),” Jurnal Kesehatan

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011.. ix+ 74 halaman, 6 tabel, 3 gambar,

Oleh karena itu perlu penelitian untuk Mengetahui faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak Balita di wilayah kerja Puskesmas

Ada hubungan antara pengetahuan ibu atau pengasuh balita dan keberadaan keluarga yang merokok dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mijen

Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang.. BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN