PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL
Dl KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN
(Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan
Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru)
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis untuk me menu hi sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana Bidang
Studi Pendidikan LuarSekolah
O l e h :
H. TONY KURNIAWAN
Nrp. 535/C/XVII-9
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. DR. ACHMAD SANUSI, SH. MPA.
PEMBIMBING
Prof. DR. SUTARYAT TRISNAMANSYAH, MA.
PEMBIMBING
7ER0GBAM PA3CA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
A B S T R A K
Penelitian ini mengetengahkan topik "Peranan Pendidikan
Luar Sekolah Dalam Program Pembangunan Inpres Desa Tertinggal
(IDT) di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan".
Fokus penelitian mengacu kepada permasalahan pokok yaitu :
bagaimana realisasi pelaksanaan program Pembangunan Desa
Tertinggal dalam pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana
Inpres Desa Tertinggal (IDT), bagaimana PLS dilaksanakan oleh
Dinas terkait dan bagaimana dampak PLS dalam IDT di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT II Kuningan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan
studi kepustakaan. Pengolahan data dan analisis data dilakukan
selama maupun setelah semua data terkumpul, sedangkan subyek yang
diteliti adalah anggota kelompok sasaran IDT yang berjumlah enam
orang dan pendamping berjumlah satu orang.
Studi ini menemukan bahwa kondisi dan situasi masyarakat
miskin yang merupakan kelompok sasaran IDT mampu meningkatkan
tarap hidupnya, walaupun diakui perkembangannya terlihat belum mengalami kemajuan yang berarti, karena pelaksanaan IDT di Kabupaten DT II Kuningan khususnya di Desa Mungkal Datar baru
direncanakan dimulai 1 April 1994.
Penelitian ini juga berhasil mengungkapkan beberapa
temuan, yaitu : sebagian besar program Pembangunan desa
tertinggal dalam pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana
IDT, baik di Desa Mungkal Datar maupun di Kabupaten DT,.II
Kuningan belum dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh anggota
kelompok sasaran bagi peningkatan kesejahteraannya.
Hal ini berarti pembinaan PLS melalui keterampilan anggota
kelompok sasaran IDT yang dilaksanakan belum nampak oftimal,
karena program IDT di Kabupaten DT II Kuningan belum berjalan
satu tahun. Pendamping masing perlu ditingkatkan wawasannya dalam
melaksanakan pembinaan keterampilan pada pelaksanaan dan
pengawasan pengendalian program IDT di Desa Mungkal Datar
Kecamatan Ciniru Kabupaten DT II Kuningan masih perlu
ditingkatkan.
Keadaan ini merupakan implikasi dari pengelolaan program
pembelajaran yang belum dilaksanakan secara terarah, terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan, padahal proses pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan program yang disusun oleh Kanwil
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat,
Penterintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, Direktorat
Pembangunan Desa Propinsi Jawa Barat serta Dinas/Instansi terkait
lainnya.
Dilihat dari hasil dan dampak pembinaan dan pengawasan
berdasarkan konsep PLS, program ini cukup menggembirakan, yaitu
terjadinya perubahan sikap ditandai dengan tampilnya kemampuan
dan keterampilan yang sudah dimiliki, dimana adanya peningkatan
taraf hidup dengan meningkatnya pendapatan para anggota kelompok
sasaran IDT, berkisar antara 40 % sampai dengan 55 %.
DAFTAR ISI
Halaman
A B S T R A K iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL X
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang masalah 1
B. Masalah dan perumusan 8
C. Tujuan penelitian 9
D. Kegunaan penelitian 9
E. Lokasi dan lamanya penelitian 13
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 14
A. Teori Pendidikan Luar Sekolah 14
B. Pendidikan Luar Sekolah dalam Kelompok
Sasaran Inpres Desa Tertinggal di Kabu
Paten Daerah Tingkat II Kuningan 23
C. Propil kemiskinan di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan 31
D. Peranan Pendidikan Luar Sekolah dalam
Pengentasan Kemiskinan 35
E. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Ting
-kat II Kuningan dalam Pengentasan Ke
-miskinan 39
F. Evaluasi dalam pengentasan Kemiskinan. 43
BAB III PROSEDURE PENELITIAN 45
A.' Metode Penelitian 45
B. Teknik Pengumpulan Data 46
C. Subyek yang Diteliti 47
D. Analisis dan Penafsiran Data 49
E. Langkah-langkah Penelitian 51
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA 54
i
A. Tinjauan Umum Daerah Penelitian, dan
Kondisi Desa Tertinggal 54
1. Kondisi Geografis 54
•1
2. Kondisi Demografis 56
3 . Kondisi Sosial Ekonomi 58
B. Doskripsi dan analisa Data Hasil Pene
litian 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 9 3
A. Kesimpulan 93
B. S a r a n 98
DAFTAR PUSTAKA .10.1
LAMPIRAN - LAMPIRAN ;1:Q5
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian luas tanah berdasarkan
peng-gunaannya 54
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi mata pencaharian
penduduk 59
Tabel 3. Responden pelaksanaan Pembangunan
Desa tertinggal Dalam Pengentasan
Kemiskinan dengan Dana IDT di Desa
Mungkal Datar Kecamatan Ciniru
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penanggulangan Kemiskinan dengan
Program IDT 22
Gambar 2. Hubungan Fungsional Antara
Kom-ponen-komponen PLS 28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kriteria dan batasan orang misrkin
105
Lampiran 2. Bagan istri sebagai penunjang naf
kah tambahan keluarga 106
Lampiran 3. Peta lokasi Desa obyek Penelitian
107
Lampiran 4. Rekapitulasi Desa Tertinggal
di
Jawa Barat 108
Lampiran 5. Bagan Kader Pendidikan Luar Seko
lah Dalam Pengentasan Kemiskinan 110
Lampiran 6. Indikator / Variabel Penanggula
-ngan Kemiskinan Desa
Tertinggal
di Kabupaten DT.II Kuningan 111
Lampiran 7. Peranan Pendidikan Luar Sekolah
Dalam Penanggulangan Kemiskinan
Di 54 Desa Tertinggal Di
Kabupa
ten DT.II Kuningan Tahun 1994 /
1995 112
Lampiran 8. Inventarisasi Desa tertinggal
di
Kabupaten DT.II Kuningan Tahun
1994 / 1995
115
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan dari pemerintah pusat,
khususnya program pembangunan dalam Pelita VI melalui
Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) ini semakin
ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di
ibukota Propinsi maupun Daerah Tingkat II, termasuk Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pada dasarnya bantuan program Inpres Desa
Tertinggal ( IDT ) dalam pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi mengingat sumber
dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sangat terbatas,
maka dalam pelaksanaannya pemerintah pusat menganggap
perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif,
terutama dalam penyelenggaraan pembangunan desa tertinggal
melalui dana Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) untuk
menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin dalam
meningkatkan tarap hidupnya dengan membuka kesempatan
berusaha untuk meningkatkan kesejahteraannya, sehingga
pelaksanaan pembangunan dengan bantuan Program Inpres Desa
Tertinggal di daerah, khususnya di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan, diharapkan berjalan lancar sesuai
Guna lancarnya pelaksanaan pembangunan dalam
Program Inpres Desa Tertinggal sangat diperlukan
tenaga-pendamping terampil melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Disini akan nampak Peranan Pendidikan Luar Sekolah
(PLS) dalam pelaksanaan pembangunan, baik pembangunan
desa tertinggal melalui dana Inpres Desa Tertinggal yang
direncanakan pelaksanaannya mulai tanggal 1 April 1994.
GBHN 1993 menunjukkan manusia sebagai upaya pembangunan
Menurut hasil penelitian BPS, jumlah penduduk
miskin di Jawa Barat :
Tahun 1984 = 5,6 juta (18,51 %)
Tahun 1987 = 5,0 juta (15,46 %)
Tahun 1990 = 4.8 juta (13,84 %)
Kondisi penduduk miskin di Jawa Barat umumnya,
khususnya penduduk miskin di Kabupaten Daerah Tingkat II
Kuningan masih cukup besar, sehingga diperlukan suatu
usaha khusus dalam membantu mereka untuk menanggulangi
kemiskinannya. Ciri kemiskinan umumnya ditandai dengan
lemahnya nilai usaha hasil produksi, rendahnya
produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki menyebabkan
rendahnya pendapatan. Hal ini dapat menyebabkan
keterbatasan berpartisipasi penduduk miskin itu sendiri
dalam pembangunan.
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) diarahkan
untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin dan
statistik Jawa Barat sampai dengan bulan Juni 1993, jumlah
desa tertinggal yang merupakan desa miskin di Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan ada 54 desa tertinggal (14,63%)
dari 357 desa dan 12 Kelurahan di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan.
Ruang lingkup Program Inpres Desa Tertinggal (IDT)
adalah kegiatan dalam bidang sosial ekonomi penduduk desa
miskin.
Konsep mempercepat kegiatan sosial ekonomi
dilakukan dengan membangun dan mengembangkan potensi
ekonomi desa, memenuhi kebutuhan pokok mengadakan
pelayanan dasar dan menciptakan suasana yang mendukung
penanggulangan kemiskinan.
Oleh karena penduduk miskin umumnya tidak mempunyai
pekerjaan tetap atau hasil kerjanya tidak menghasilkan
pendapatan yang wajar, maka program Inpres Desa Tertinggal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan, menciptakan dan
memperluas lapangan kerja melalui perluasan kegiatan
pembangunan di desa tertinggal.
Upaya tersebut berupa pemberian perhatian dan
bantuan khusus seperti modal usaha, latihan keterampilan,
bimbingan serta melaksanakan kegiatan yang dapat memacu
dalam meningkatkan pendapatan penduduk miskin itu sendiri.
Kebijaksanaan pemerintah Daerah Tingkat II
Kabupaten Kuningan dalam pengentasan kemiskinan di 54 desa
tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, adalah
memanfaatkan fasilitas Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten
masing-masing desa tertinggal sebanyak 73 orang disiapkan
untuk mensukseskan pelaksanaan program Inpres Desa
Teringgal tersebut, yang bertugas mengenai pengenalan
program IDT pada pertemuan Desa, pendataan dan pencatatan
sasaran, pembahasan detail kehidupan anggota kelompok
sasaran, mencantumkan prioritas masalah, menentukan waktu
pelaksanaan dan mendorong kreativitas aktivitas anggota
kelompok sasaran, dengan kegiatan yang berorientasi pada
peningkatan keterampilan dan pengembangan kemampuan
berusaha anggota kelompok sasaran tersebut.
Bantuan Inpres Desa Tertinggal jelas akan
memberikan dampak yang cukup berarti, melalui peningkatan
keterampilan anggota kelompok sasaran dalam menentukan
jenis kegiatan yang menumbuhkan kebersamaan, keterpaduan
dan berkelanjutan , dimana Peranan Pendidikan Luar Sekolah
dalam Program Pembangunan Desa Tertinggal di Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan, sangat berperan untuk
mempersiapkan penduduk dalam mengentaskan kemiskinan
secara berkelanjutan di desa-desa miskin umumnya,
khususnya di 54 desa tertinggal di Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan.
Di samping itu pula disediakan dana sebagai modal
bagi masyarakat desa tertinggal untuk membangun kemampuan
dirinya, dimana penyediaan dana ini diharapkan dapat
menambah kemampuan masyarakat sehingga meningkatkan
kemampuan
yang
melebihi
modal
yang
diberikan
oleh
Modal bantuan dari pemerintah melalui program
Inpres Desa Tertinggal (IDT) ini, dapat berkesinambungan
pemanfaatannya karena digunakan secara bergulir.
Adapun pelaksanaan Inpres Desa Tertnggal ini
dilaksanakan langsung oleh masyarakat desa miskin itu
sendiri, yang dibantu oleh aparat pemerintah daerah pada
tingkat yang paling dekat rakyat.
Di sini peranan aparat pemerintah yang terkait
sangat penting yang ditunjang oleh lembaga-lembaga
masyarakat yang ada di desa tertinggal itu sendiri,
seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan sebagainya.
Masyarakat miskin di desa tertinggal misalnya
pedagang kecil, petani, peternak, buruh dan sebagainya
akan sangat merasakan manfaatnya dengan adanya bantuan
Inpres Desa Tertinggal ini.
Peranan Pendidikan Luar Sekolah di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan dalam mensukseskan Inpres Desa
Tertinggal (IDT) ini, program-programnya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dalam pengentasan desa miskin itu
sendiri, di antaranya meliputi :
a. Program pembangunan melalui Program Inpres Desa
Tertinggal (IDT) dengan mengentaskan kemiskinan.
b. Penentuan desa tertinggal dan peta kemiskinan di
Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan.
c. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat II
d. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan melalui
Inpres Desa Tertinggal. (Pemda Tingkat II
Kuningan tahun 1993).
Diharapkan peranan pendidikan luar sekolah dalam
memperlancar pelaksanaan pengentasan kemiskinan dalam
menunjang pembangunan dengan bantuan program Inpres Desa
Tertinggal (IDT) sangat bermanfaat, maka penulis merasa
perlu mengadakan penelitian mengenai hal ini, untuk
mengetahui hambatan, jalan keluar dan hasil yang dicapai
dalam pencapaian tujuan maupun sasaran pembangunan dengan
bantuan Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia sangat terasa
sekali manfaat dan peranannya khususnya dalam menunjang
pengentasan kemiskinan di desa miskin melalui program
Inpres Desa Tertinggal (IDT), karena wilayah dan penduduk Indonesia sebanyak 80 % tinggal di desa. (Koentjaraningrat
1984 : 100).
Persyaratan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II Kuningan dalam program Inpres Desa
Tertinggal, (Ginanjar Kartasasmita, 1993), meliputi :
a. Pemilihan lokasi harus disesuaikan dengan
kebutuhan desa miskin daerah itu sendiri.
b. Kurikulum, berpedoman kepada panduan Inpres Desa
Tertinggal (IDT) serta penyesuaian faktor
c. Koordinasi dengan fihak terkait dalam hal ini
pemerintah daerah setempat serta Dinas/lnstansi,
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), juga
kelompok sasaran itu sendiri harus betul-betul
terlaksana dengan baik, hal ini supaya program
berjalan lancar.
Sekiranya persyaratan program Inpres Desa Tertinggal telah dipenuhi maka peranan pendidikan luar
sekolah dalam program pembangunan Inpres Desa Tertinggal
khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan akan
berjalan lancar, karena anggota kelompok sasaran tersebut
menguasai keterampilan dalam mengentaskan kemiskinan di 54
desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan,
masyarakat desa tertinggal tersebut diharapkan dengan
bantuan program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) akan lebih
kreatif pada dirinya, mempunyai pola pikir yang baik,
sikap dan tindakan yang cepat dalam meningkatkan kehidupan
sendiri kearah lebih baik.
Dengan menambah pengetahuan pada kelompok sasaran
di 54 desa tertinggal di Kabupaten Dati II Kuningan,
Pendidikan Luar Sekolah ( PLS ) untuk keluarga miskin
selaku anggota kelompok sasaran peranannya cukup besar, dimana mereka mempunyai keinginan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, keahlian dalam pemecahan masalah yang
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, nilai, sehingga yang
menerimanya mengalami perubahan cara berpikir, sikap dan
perilaku ke arah yang lebih baik.
B. Masalah dan Perumusannya
Apabila kita bandingkan antara keadaan ma
syarakat miskin yang nampak di lapangan dengan keadaan
masyarakat yang ideal, maka akan terdapat kesenjangan.
Kesenjangan tersebut perlu diatasi agar tidak
menimbulkan kemiskinan yang semakin berat. Untuk
itu diperlukan adanya upaya-upaya penanggulangan. Salah
satu upaya penanggulangannya antara lain melalui
pendidikan luar sekolah dengan program keterampilan.
Apabila kita bandingkan antara penanggulangan
masyarakat miskin melalui PLS yang ada di lapangan
dengan penanggulangan masyarakat miskin yang
diharapkan, maka terdapat pula kesenjangan yang perlu
diatasi.
Upaya melalui program keterampilan
PLS ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan, dengan
catatan kegiatan PLS tersebut betul-betul dikelola
dengan baik, disertai dana yang memadai.
Masalah penelitian ini terarah kepada suatu
gambaran yang jelas tentang peranan PLS dalam program
IDT di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT
1. Bagaimana realisasi pelaksanaan program Inpres Desa
Tertinggal ?
2. Bagaimana PLS dilaksanakan oleh dinas terkait dalam
mensukseskan program Inpres Desa Tertinggal ?
3. Bagaimana dampak PLS dalam program Inpres Desa
Tertinggal ?
C. Tujuan Penelitian :
Tujuan Penelitian dalam penulisan adalah :
1. Untuk mengungkapkan data tentang realisasi pelaksanaan
program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Kuningan.
2. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang
kegiatan yang menitik beratkan pada usaha bersifat
mandiri.
3. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang Peranan
PLS dalam program Inpres Desa Tertinggal untuk
pengentasan kemiskinan di Kabupaten daerah Tingkat II
Kuningan guna menunjang pelaksanaan pembangunan.
4. Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan Pendidikan
Luar Sekolah dalam kelompok sasaran program IDT untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok sasaran
tersebut.
D. Kegunaan Penelitian :
1. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan
Pendidikan Luar Sekolah pada Pelaksanaan Pembangunan
II Kuningan, agar pembangunan berjalan lancar, karena
program pendidikan luar sekolah ini dapat berkontribusi
terhadap program pengentasan kemiskinan, sehingga akan
menunjang keterampilan penduduk miskin.
Diharapkan penelitian ini hasilnya menjadi masukan
bagi
lembaga
atau
instansi,
baik
yang
dikelola/dilaksanakan oleh pemerintah, maupun swasta,
di antaranya Direktorat Pendidikan Masyarakat Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Depertemen Tenaga Kerja,
Direktorat Pembangunan Desa dan lain-lain dalam bentuk
kursus-kursus atau latihan ketrampilan lainnya. Hal
tersebut perlu adanya usaha peningkatan lebih lanjut, yang
merupakan masukan penting bagi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini dalam kaitan kegunaan
praktisnya, terutama partisipasi yang dapat memberikan
manfaat dalam menangani masalah pada pelaksanaan bantuan
pembangunnan dengan program Inpres Desa Tertinggal dimana
Pendidikan Luar Sekolah di Kabupeten daerah Tingkat II
Kuningan cukup berperan.
2. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini ditinjau dari segi teoritis di harapkan dapat mengembangkan teori-teori yang ada,
khususnya dalam kaitannya dengan peranan pendidikan luar sekolah, dalam menguji teori-teori yang ada sesuai dengan
masalah yang di bahas.
Aspek inti menyangkut sumber belajar dan
peserta pendidikan yang termasuk dalam ruang lingkup
pembahasan masalah Pendidikan Luar Sekolah pada
pelaksanaan program IDT, yang menyangkut tujuan dan
prinsip pendidikan luar sekolah dan metode yang digunakan.
Aspek teoritis maupun praktis operasional, di pandang sebagai aspek penting yang perlu dikaji secara
ilmiah, kearah keadaan yang menunjang peranan pendidikan
luar sekolah dalam pencapaian tujuan program pembangunan Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Kabupaten daerah Tingkat
II Kuningan harus produktif, efektif dan efesien.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari DR. Engkoswara
( 1985 ) yaitu :
Produktivitas lembaga pendidikan dalam arti
keseluruhan proses penataan sumber daya untuk. mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efesien, efesien organisasi dilihat dari dua segi
pertama segi hasil, suatu tertentu memberi hasil efesien kalau dengan usaha tertentu memberi hasil
yang maksimal, baik mengenai mutu atau jumlah suatu hasil karena segi usaha suatu pekerjaan disebut efesiensi kalau hasil tertentu tercapai dengan
usaha yang minimal.
Efektivitas dimaksud adalah pengaruh sistem atau inovasi yang diterapkan sehingga menghasilkan prestasi atau produk yang optimal ( Sudarwan
Danin, 1985: 56).
Kegunaan penelitian ini dilaksanakan, karena erat
hubungannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu :
-
Hasil-hasil
penelitian
ini
dapat
menjadi
tambahan
informasi
bagi
pengkaji
dan
pengembangan
ilmu
pendidikan,
khususnya
PLS
dalam
melengkapi
dan
mengembangkan pengentasan kemiskinan program IDT dan
konsep-konsep ke PLS-an yang telah ada.
- Memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat,
organisasi sosial,
pemuka masyarakat dan penduduk untuk
pertimbangan, pembinaan mengenai pengentasan kemiskinan.
- Secara
teoritis,
menerapkan
dan
menganalisis
aplikasi
teori-teori pendidikan pada daerah kasus yang dapat
mempengaruhi
pembentukan
perilaku
hidup
layak,
sekaligus
menunjang
peningkatan
pendapatan
masyarakat
miskin Desa Mungkal Datar.
- Bagi
penulis
diharapkan
dapat
menambah
wawasan,
pengetahuan, sikap keterampilan dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Kegunaan Khusus Bagi IKIP
Salah satu pembina Pendidikan Luar Sekolah di
Indonesia
diantaranya
IKIP,
menghasilkan
penelitian
ilmiah yang berkwalitas tinggi yang erat kaitannnya dengan
pembinaan profesi
bidang pendidikan luar
sekolah yang
merupakan tanggung jawab pembinanya.
Dari hasil-hasil penelitian semacam ini, diharapkan
adanya masukan-masukan yang berharga terhadap pengembangan
dan pembinaan profesi terutama dalam bidang Pendidikan Luar
Sekolah
(PLS) .
Teori
ini
bermanfaat
sekali
bagi
kepentingan
keilmuan
khususnya
dalam
pengembangan
teori
dan konsep pendidikan luar sekolah itu sendiri, dapat juga
digunakan
sebagai
materi
perkuliahan
bagi
mahasiswa
jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
E. Lokasi dan Lamanya Penelitian
Lokasi
penelitian
terhadap
kelompok
sasaran
dilakukan di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru
Kabupaten DT II Kuningan.
Adapun lama penelitiannya, adalah selama kurang lebih 3
(tiga) bulan yang dimulai sejak pertengahan
bulan Januari
1994.
Data diperoleh dengan jalan mengadakan wawancara
langsung dengan anggota kelompok sasaran, dimana untuk
melengkapi data yang diperlukan,
juga mengadakan wawancara
dengan
Bapak
Bupati
Kepala
Daerah
Tingkat
II
Kuningan
selaku
nara
sumber,
Ketua
Bappeda
Daerah
Tingkat
II
Kabupaten
Kuningan,
Kepala
Kantor
Pembangunan
Desa
dan
Instansi terkait.
Di
wilayah
kerja
penelitian
itu,
penulis
memfokuskan
perhatian
pada
warga
belajar
yang
ingin
meningkatkan taraf hidupnya.
BAB III
PROSEDURE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. "Penelitian kualitatif pada hakikatnya
adalah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
tentang dunia sekitarnya" (Nasution, 1988; 5). Bogdan & Biklen
(1982: 31) mengemukakan bahwa dalam pendekatan kualitatif,
penelitian berusaha mengerti arti dari peristiwa dan interaksi
itu sendiri yang ada sangkut pautnya dengan orang biasa pada
situasi tertentu. Oleh karena itu dalam mengumpulkan datanya
dilakukan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti
di tempat dimana mereka melaksanakan kegiatannya.
Pemilihan dan penggunaan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini mempelajari fenomeha yang terjadi pada
peranan pendidikan luar sekolah dalam program Inpres Desa
Tertinggal (IDT)
Metode yang dianggap sesuai untuk digunakan pada
penelitian ini adalah metode studi kasus yang bersifat
eksploratif, yaitu suatu metode yang dapat digunakan untuk
mempelajari
secara
intensif
latar
belakang,
status sekarang,
interaksi dengan lingkungan, dari suatu unit seperti individu,
kelompok.
Dalam studi ini peneliti mengarahkan pada perolehan
data yang menyangkut :
1. Penelitian program, dengan memperhatikan upaya
penanggulangan kemiskinan sebagai bagian dari proses
pembangunan.
2. Penelitian mengenai kegiatan yang menitik beratkan pada
usaha berdasarkan kemandirian.
3. Penelitian mengenai partisipasi masyarakat miskin sebagai
kelompok sasaran dalam pengambilan keputusan, mulai
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pemanfatan
hasilnya.
4. Penelitian mengenai peranan PLS dalam program Inpres Desa
Tertinggal (IDT) di Kabupaten DT II Kuningan, agar sasaran
pengentasan
kemiskinan
di
Kabpaten
DT
II
Kuningan
dapat
tercapai sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
B. Teknik Pengumpulan Data.
Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah
merupakan alat pengumpul data.
Lexy J. Moleong (1989: 132) mengemukakan bahwa
"kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup sulit, peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul
data,analisis, penafsir data, dimana pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian". Sedangkan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengamatan langsung
di lapangan.
p.il.in pi.'nq,\niatan, panel i v. i t: i.dc-,.k sepenuhnyn berperan dalam kegiatan iatihan keterampilan, diskusi, ceramah pada anggota
kelompok sasaran tetapi tetap melakukan fungsi pengamatan. Menurut Buford Junker, teknik ini disebut "pemeranserta
sebagai pengamat" (Lexy J. Moleong, 1989: 139). Sedangkan alat
yang digunakan. peneliti dalam kegiatan wawancara dan
pengamatan adalah tape recorder, catatan lapangan dan alat
pemotret (kamera) . Tape recorder digunakan pada waktu
mengadakan wawancara, lembaran catatan dan alat pemotret digunakan pada waktu peneliti mengadakan pengamatan.
Selain
kedua
teknik
pengumpul data
di
atas,
peneliti
juga berupaya memperoleh data yang relevan dengan ,memanfaatkan
'i
studi dokumentasi.
Dalam studi dokumentasi tersebut diperoleh
data
mengenai
hasil
Iatihan keterampilan,
diskusi,
ceramah,
perencanaan pemecahan masalah antar anggota kelompok sasaran
itu
sendiri,
berdasarkan
musyawarah
demokrasi
bahwa
ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota kelmpok sasaran program IDT
di Kabupaten DT II Kuningan.
C. Subyek vang Diteliti.
Subyek Penelitian ditentukan secara purposif sampling,
dimana
dilakukan
dengan
mengambil
anggota
kelompok
sasaran
yang terpilih oleh peneliti, menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah
"sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan
disain penelitian" (Nasution,1982; 113). Lexy J. Moleong
(1989:
1982)
mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri :sampel,
bertujuan sebagai berikut:
l)
Sampel' tidak dapat ditentukan
atau ditarik
terlebih dahulu;
2)
Tujuan
memperoleh
variasi
sebanyak-banyaknya
hanya dapat dicapai apabila
satuan sampel
dilakukan
jika
satuan
sebelumnya
sudah
dijaring
dan
dianalisis;
3)
Pada
mulanya
setiap
sampel
dapat
sama
kedudukannya, namun sesudah makin banyak informasi yang masuk
dan makin mengembangkan pertanyaan penelitian,
maka ternyata
bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian. 4)Pada
sampel
bertujuan,
jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan
informasi yang diperlukan.
Jika sudah terjadi pengulangan
informasi, maka penarikan sudah harus dihentikan." S. Nasution
(1988:11) mengemukakan bahwa "metode naturalistik tidak
menggunakan sampling" random atau acakan data tidak
menggunakan populasi sampel yang banyak. Sampel biasanya
sedikit dan dipilih menurut (purposive) penelitian".
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
masyarakat miskin selaku anggota kelompok sasaran Inpres Desa
Tertinggal di Wilayah Kabupaten DT II Kuningan. secara
keseluruhan jumlah anggota kelompok sasaran di 54 Desa
Tertiggal
pada
17 Kecamatan
di
Kabupaten
DT.II
Kuningan.
Berdasarkan data dari Kantor Pembangunan Desa (Bangdes) tahun
1993 berjumlah 4.872 anggota kelompok sasaran, dengan tenaga
yang tersebar di 248 kelompok sasaran, sedangkan tenaga
pendamping berjumlah 73 orang.
Cara pemilihan subyek yang diteliti dilakukan
berdasarkan perkembangan informasi yang berkaitan erat dengan
sejumlah
anggota
kelompok
sasaran
yang
melaksanakan
fungsi
kegiatan yang terampil sesuai jenis usaha padaprogram Inpres
Desa Tertinggal.
Anggota kelompok sasaran yang dijadikan subyek penelitian adalah 6 orang responden dari kelompok sasaran di
Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru, sedangkan' pendamping
program IDT yang menjadi subyek penelitian berjumlah 1 orang.
D. Analisis dan Penafsiran Data.
1. Analisis Data.
Patton (1980: 268) menyatakan bahwa analisis data
adalah suatu proses yang mengatur urutan data, dan
mengorganisasikannya
kedalam
suatu
pola,
kategori
dan
uraian pembahasan.
Demikian
juga
halnya
Bogdan
&
Biklen
(1982:
145)
mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu proses untuk
mencari
dan
menata
secara
sistematis
catatan
hasil
observasi,
wawancara
dan
studi
dokumentasi
untuk
meningkatkan peneliti tentang kasus yang diteliti
dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Bogdan & biklen
*1982:
146-162)
juga membedakan
analisis
data
itu
melalui
dua
langkah,
yaitu
analisis
selama
di
lapangan dan analisis sesudah meninggalkan
lapangan.
Langkah-langkah selama di lapangan adalah: (1) mempersempit
fokus studi,
(2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan
secara terus-menerus pertanyaan analitik, (4)' menuliskan
komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan
tema
penelitian
pada
subyek
sebagai
analisii
.spenjajagan, (6) membaca kembali pustaka yang relevan selama
di lapangan, (7) menggunakan metaphora, analogi dan
konsep. Langkah-langah analisis sesudah meninggalkan
lapangan adalah: (1) membuat kategori masalah dan menyusun
kodenya, (2) menata urutan penelaahannya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dikatakan
bahwa analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan data yang terkumpul, yang berupa abstrak dari
seluruh deskripsi hasil observasi transkrip hasil dari
wawancara, baik rekaman "tape recorder" maupun catatan
lapangan, dan abstrak dari hasil studi dokumentasi.
Peneliti memisah-misah data tersebut sesuai dengan
masalahnya.
- Menguraikan katagori tersebut untuk memahami aspek yang
terdapat di dalamnya, sambil menelaah hubungan antara
satu dengan lainnya.
- Menata urutan masalah, guna memberikan perkiraan yang
menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisi data tersebut.
2. Penafsiran Data.
Urutan kegiatan analisis data yaitu penafsiran data,
yang mana antara analisis data dan penafsiran data
merupakan satu kesatuan dari suatu kegiatan.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan langsung
dengan kelompok sasaran dan pendamping dianalisis dan
ditafsirkan. Analisis dan penafsiran data dilakukan terus
selama proses penelitian sampai data yang diperlukan semua
terkumpul.
Selama proses penelitian, analisis dilakukan, akan
muncul pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan dasar untuk
melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data
anggota kelompok sasaran melalui kegiatan Iatihan,
keterampilan,
ceramah,
diskusi dan Iain-lain dalam program
program IDT.
Oleh karena kasus yang diteliti
menyangkut
pola
kerjasama peningkatan keterampilan pengolahan bidang usaha
anggota kelmpok sasaran program IDT,
maka hasil penelitian
akan dianalisis dengan menghubungkannya dengan peranan
pendidikan luar sekolah itu sendiri.
E. Lanqkah-langkah Penelitian.
Yang dimaksud dengan langkah-langkah penelitian disini,
adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
selama proses penelitian berlangsung.
Menurut S.
Nasution
(1988:
33-34)
langkah-langkah penelitian tersebut adalah 1)
tahap orientasi, 2) tahap eksploitasi, dan 3)
tahap "member
ceck".
1. Tahap Orientasi.
Tahap awal
didahului
dengan
orientaisi
guna
mendapatkan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Hal ini meliputi
gambaran umum "KONDISI" anggota kelompok sasaran,
jenis
usaha yang dilaksanakannya yang dapat dijadikan fokus
penelitian.
2. Tahap Eksploitasi.
Tahap eksploitasi selalu didahului dengan orientasi.
Eksplorasi dilakukan hanya terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan studi ini. Metode yang digunakan adalah wawancara
intensif
dengan
anggota
kelompok
sasaran.
Metode
lain
adalah observasi langsung pelaksanaan aktivitas sehari-hari
anggota kelompok sasaran. Hasilnya langsung dianalisis guna
menemukan
pertanyaan-pertanyaan
apa
yang
menjadi
tujuan
diadakan penelitinan.
3. Tahap Member Check.
Guna mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh
selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan "member
check".
Hasil wawancaranya dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan, dipertahankan kepada responden untuk dibaca dar.
diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakan
ketika
peneliti
mengadakan
wawancara.
Jika
terdapat
kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden
untuk
memperbaikinya.
Cara
yang
ditempuh
adalah
peneliti
membacakan
kembali
hasil
wawancara,
kemudian
responden,
mendengarkan
apakah
sesuai
tidaknya
imformasi
yang
diberikan.
Hal
ini
dilakukan
atas
kesepakatan
responden
oleh karena mereka sering tidak mau membacanya dikarenakan
faktor
usia
yang
berakibat
penglihatannya
berkurang
atau
dikarenakan
pihak
responden
membacanya
kurang
lancar
disebabkan dasar pendidikannya yang rendah.
Selain dari langkah-langkah penelitian yang diuraikan
di atas, peneliti juga melaksanakan kegiatan "Trianguasi"
hal ini untuk membuktikan kebenaran dari informasi yang
diperoleh. Data yang diberikan oleh satu responden
diperiksa lagi kebenarannya kepada responden lainnya sampai
diperoleh persamaan. Sesuai dengan pendapat S. Nasution
(1988: 112) yang menjelaskan bahwa "data itu harus diakui
dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain
itu data tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber atau
informasi lainnya".
Untuk membuktikan kebenaran data yang dilaporkan
dalam penelitian ini, setiap informasi yang diperoleh
dicantumkan dalam satu bentuk laporan dengan keterangan
dari mana sumber informasi diperoleh dan kapan dilaksanakan
wawancara tersebut. Selain itu guna menjaga kerahasiaan
informasi tersebut, maka semua informasi yang diberikan
responden, diusahakan hanya diketahui peneliti. Dengan
demikian kredibilitas hasil penelitian diharapkan dapat
terjamin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
deskripsi
hasil
penelitian
dengan
hasil
analisisnya sebag'aimana dipaparkan pada bab terdahulu, pada Bab V
ini
yang merupakan
bagian
akhir dari
keseluruhan
tulisan,
diuraikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan.
Secara keseluruhan hasil
penelitian
(studi
kasus)
ini
dapat disimpulkan :
1. Secara
umum dapat diketahui
bahwa sebagian
besar
program
IDT belum dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh anggota
kelompok
sasaran
bagi
kemajuan/peningkatan
(dalam
rangka
peningkatan kesejahteraannya.
Ini berarti bahwa pembinaan keterampilan anggota kelompok
sasaran melalui kegiatan program IDT yang
dilaksanakan
belum nampak memberikan perubahan mereka karena program IDT
baru tiga bulan berjalan.
2. Bahwa pendamping yang membina anggota kelompok sasaran
melalui kegiatan program IDT di Desa Mungkal Datar secara
umum belum berhasil,
karena waktu
dan
dana yang
tersedia
pada
waktu
pelatihan
tidak
memadai
dan
waktunya
hanya
2
minggu.
3. Perlu peningkatan wawasan pendamping didalam melaksanakan
pembinaan
keterampilan
pada
pelaksanaan
program
IDT
tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor yakni
: latar
belakang diri dan keluarga anggota kelompok sasaran,
orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi anggota kelompok
orientasi
nilai
budaya,
kondisi
ekonomi
anggota
kelompok
sasaran, kondisi fisik psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa dan kredibilitas pendamping.
a. Latar belakang keluarga anggota kelompok sasaran. Dalam
hal ini termasuk latar belakang pendidikan formal, latar
belakang pekerjaan sebelumnya keuletan, rasa tanggung
jawab dan jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi
program pembangunan desa tertinggal dalan pengentasan
kemiskinan dengan memanfaatkan dana IDT di Desa Mangkal
Datar .
b. Orientasi nilai sosial. Pada umumnya anggota kelompok
sasaran sering mengadakan interaksi dengan
lingkungannya, baik didalam keluarga, kelompok maupun
dalam masyarakatnya. Hasil interaksi dapat membentuk
suatu pedoman untuk melakukan aktivitas yang menganut
nilai sosial terhadap alam sekitarnya, sehingga
cenderung sama-rata - sama-rasa yang mewajibkan
munculnya sikap konformis. Implikasi dalam pembinaan
pengentasan kemiskinan anggota kelompok sasaran melalui
kegiatan dalam program pembangunan desa tertinggal
dengan memanfaatkan dana Inpres Desa Tertinggal (IDT),
Pendamping harus sudah mengetahui keadaan sosial anggota
kelompok sasaran dalam rangka mendorong program PLS
untuk mencapai tujuan dalam mengentaskan kmiskinan.
c. Kondisi
ekonomi
anggota
kelompok
sasaran
pada
umumnya
sangat memprihatinkan, untuk itu pendamping program IDT
melalui kegiatan keterampilan haruslah diarahkan untuk
peningkatan pendapatan ekonomi keluarga mereka.
d. Kondisi
fisik dan
psikologis
anggota
kelompok
sasaran
sebagai orang dewasa. Berdasarkan penelitian menunjukkan
bahwa kondisi fisik dan psikologis sebagai orang dewasa
dalam proses "pembelajaran" belum begitu diperhatikan
dalam proses pembinaan melalui kegiatan keterampilan
sesuai bidang usahanya. Anggota kelompok sasaran dalam
proses
pembelajaran
masih
dipandang
sebagai
warga
belajar yangbelum berpotensi sehingga dianggap perlu
diberikan
segenap
pengetahuan
dan
keterampilan
dengan
belajar yang berpusat pada sumber belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses
pembelajaran dalam pembinaan keterampilan pada pelaksanaan
program IDT :
a. Kesesuaian materi pembinaan keterampilan dalam
pengelolaan paket sasaran bantuan IDT yang dikembalikan
secara gergulir tahun berikutnya pada kelompok sasaran
masyarakat miskin lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembinaan ketrampilan
melalui kegiatan program IDT, yang masing-masing anggota
kelompok sasaran mempunyai kegiatan yang berbeda
sehingga sangat sulit untuk memprogramkannya. Bila
materi yang diberikan diangkat berdasarkan kebutuhan,
kemungkinan permasalahannya tinggal memprogramkannya
namun apabila materi pembinaan ketrampilan diangkat dari
program "dari atas", maka tentu saja disesuaikan antara
materi
pembinaan keterampilan
anggota
kelompok
sasaran
dengan kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan adanya
anggota
kelompok sasaran yang menganggap materi program
IDT
sesuai
dengan
kebutuhan
mereka,
karena
sebelum
program
IDT disetujui,
perencanaannya
dimasyarakatkan
terlebih dahulu
dan
dibahas
diantara
anggota
kelompok
s a s a r a n .
b. Metode dan pendekatan.
Metode yang digunakan pendamping dalam pembinaan kerja
anggota kelompok sasaran melalui kegiatan yang terbatas
hanya menggunakan metode ceramah dan dialog yang tentu
saja tampaknya belum mencapai hasil yang optimal dalam
mencapai tujuannya. Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah
pendekatan
yang
berpusat
pada
sumber
belajar,
sehingga
pedamping
anggota
kelompok
sasran
banyak
mendominasi proses pembelajaran,
lebih berperan sebagai
pelaksana program IDT.
c. Media pembinaan keterampilan.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa salah satu faktor
yang
menyebabkan
anggota
kelompok
sasaran
kurang
memahami materi melalui kegiatan
program IDT adalah
karena
tidak
digunakannya
media
belajar
yang
diambil
dari
lingkungan tempat kerja anggota kelompok sasaran.
Padahal media pengalaman langsung sangat efektif
untuk
merangsang
pikiran,
perasaan.
kemauan dan
perhatian
anggota kelompok sasaran dalam proses pembelajaran oleh
karena materi pembelajaran yang diberikan tidak dianggap
sebagai sesuatu yang abstrak.
d. Waktu dan tempat pembinaan.
Penetapan waktu dan tempat pembinaan program kerja IDT
melalui kegiatan ceramah dan diskusi, pelaksanaan
program kerjanya belum begitu efektif bagi anggota
kelompok sasaran yang tenaganya sudah tersita seharian
di sawah, kebun, ladang dan home industri, harus
mengikuti kegiatan pada malam hari. Begitu juga lokasi
tempat pembinaan di aula desa atau di mesjid dirasakan sebagian anggota kelompok sasaran terlampau jauh. Hal
ini akan lebih efektif apabila anggota kelompok sasaran
diikutsertakan dalam menentukan waktu dan tempat
pembinaan sesuai dengan kesempatan.
e. Kredibilitas Pendamping.
Pendamping dianggap belum memahami dan menghayati
kondisi anggota kelompok sasaran yang sebagian besar
berpendidikan formal rendah. Pendamping dinilai terlalu
teoritis, kurang dekat dengan kebanyakan anggota
kelompok sasaran dan hal-hal yang diperkenalkan banyak
yang dianggap kurang sesuai dengan yang dibutuhkan
kelompok sasaran.
5. Hasil Pelaksanaan PLS yang diselenggarakan di Desa Mungkal
Datar memberikan dampak positif bagi anggota kelompok
sasaran yang aktif terus menerus mengikuti program PLS,
artinya kegiatan PLS yang dilaksanakan di Desa Mungkal
Datar secara umum telah berhasil, meskipun masih ada
kekurangan yang perlu ditingkatkan terutama mengenai
waktu, materi, pendanaan serta disiplin dan rasa tanggung
jawab aparat
pemerintah terkait terutama dalam pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program IDT dalam
pengentasan kemiskinan tersebut.
Keberhasilan
kelompok
sasaran
yang
mengikuti
kegiatan
PLS
terlihat
dan
terdengar
dari
peserta
itu
sendiri,
bahwa mereka merasa mendapatkan suatu pengetahuan
dan pemahaman baru mengenai tujuan hidup sejahtera.
Kekurang berhasilannya adalah dalam menularkan
pengetahuan dan mempraktekannya. Para peserta yang telah
mengikuti kegiatan PLS mengalami kesulitan dalam memberikan
pengetahuan yang telah diperoleh.
Hambatannya adalah mengenai waktu dan dana yang terbatas,
disamping sarana dan prasarananya tidak memadai.
B. Saran-saran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bagi enam
orang responden anggota kelompok sasaran dan satu orang
pendamping yang ada di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru
Kabupaten Kuningan, berikut ini diuraikan saran-saran :
1. Bagi lembaga terkait dengan upaya perencanaan Pendidikan
Luar Sekolah (PLS) seperti halnya bidang Pendidikan Masyarakat (DIKMAS) tingkat I, II dan penilik DIKMAS
Kecamatan, serta pihak lain yang langsung terkait dengan
upaya pengembangan masyarakat pedesaan, dalam hal ini
Departemen Penidikan dan Kebudayaan sebelum melaksanakan
kegiatan pendidikan luar sekolah,
kiranya perlu mengadakan
studi
awal
berkenaan
dengan
analisis
kebutuhan
terhadap
anggota kelompok sasaran. Hal ini dimaksudkan agar program
kegiatan
yang
dilakukan
akan
lebih
inovatif,
produktif,
menyentuh setiap kebutuhan masyarakat.
2. Kepada perencana program IDT pada kelompok sasaran,
hendaknya menggunakan pola pendekatan yang berpusat pada
modifikasi program dengan metode partisipatif dalam
penyusunan program melalui kegiatan PLS, agar program
belajar
tersebut
dianggap
oleh
kelompok
sasaran
sebagai
kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf
kehidupannya.
3. Perlu adanya kerjasama antara instansi Departemen Dalam
Negeri dan
Direktorat
Pembangunan
Masyarakat
Desa/Bangdes
sebagai penyelenggara program IDT dengan instansi lainnya
seperti Departemen Sosial, Departemen Dikbud, Departemen
Tenaga Kerja, Departemen Transmigrasi, Departemen
Pertanian, Perindustrian serta Bank Pemerintah, untuk
saling memberikan masukan dalam penanggulangan berbagai
hambatan yang dihadapi oleh anggota kelompok sasaran.
4. Dalam pelaksanaan program IDT melalui kegiatan kelompok
sasaran hendaknya perlu dipertimbangkan faktor pendidikan
formal anggota kelompok sasaran dan latar belakang
pekerjaan sebelumnya.
5. Dalam pelaksanaan program pembangunan desa tertinggal
dengan dana IDT perlu adanya tindak lanjut program, yang
akan berfungsi sebagai evaluasi dan monitoring pembinaan
lanjutan terhadap apa yang telah dilaksanakan melalui
kegiatan IDT, sehingga pengembalian dana IDT secara bergulir dapat dilaksanakan sesuai target dari pemerintah.
6. Kepada pendamping yang melaksanakan pembinaan kepada anggo
ta kelompok sasaran : a) Dalam proses pembelajaran, perlu
menggunakan bentuk pembinaan individual ditempat kelompok
sasaran, b) Hendaknya lebih berperan sebagai pembina dan
motivator
dalam
proses
pembelajaran,
c)
Hendaknya
menggunakan multi metode dalam proses pembelajaran,
d)
Hendaknya memanfaatkan sarana-sarana-di lingkungan kelompok
sasaran untuk media pembelajaran yang konkrit, f) Hendaknya
waktu dan tempat pembinaan, disepakati bersama dengan
kelompok sasaran, g) Hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan lebih lanjut dalam pelaksanaan IDT.
7. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan hal-hal sebagai
berikut :
7.1. Perlu diadakan penelitian lanjutan baik di desa
Mungkal Datar maupun di desa tertinggal lainnya di
wilayah Kabupaten DT II Kuningan penelitian ini,
terutama lebih diarahkan pada latar belakang pekerjaan
anggota kelompok sasaran pendamping terhadap
keberhasilan dalam program pembangunan desa tertinggal
dengan memanfaatkan dana IDT.
7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas terhadap keberhasilan PLS di kalangan anggota kelompok sasaran
dalam program pembangunan desa tertinggal dengan
memanfaatkan dana IDT.
7.3. Perlu diadakan penelitian berkenaan dengan tingkat
pendidikan sekolah anggota kelompok sasaran terhadap
pelaksanaan program pembangunan desa tertinggal dengan
memanfaatkan dana IDT.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja, (1988), Sosiologj Pendidikan: Isvu dan
Hipotesis Tentang Hubungan dengan Masyarakat.
Depdikbud
Dikti, P2LPTK, Jakarta.Arundale, R.B., (1971), The Concept of Process in Human
Communication Research, Michigan State University.
Artasasmita, Roni (1989), Pedoman merancang Sistem Kursus dan
Latihan j_ Jilid 1. PLS - IKIP Bandung.
Biro Pusat Statistik, (1991), Hasil Sensus Penduduk 1990. Jakarta.
Bodgan, Robert C. , Biklen Sari Knopp, (1982), Qualitative
Research
for
Education
j_
An
Introduction
to
theopry
and
Methods, Allyn and Bacon Inc., Boston.
Book et al., (1980), Agricultural Extension j_ The Training and
Visit System. Washington, DC, The Word Bank.
Botkin, James W., (1984), No Limits to Learning: Bridging The
Humas Gap, New York, Mc Graw Hill Book Co.
Clear et al., (1984), The Cooperative extension Service j_ An
Adaptable Model for Develoving Countries. Urbana II,
Interpkas.
Coombs, Philips, H., Ahmed, Manzzoor, (1984), Memeranai
Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Non-Formal.
Rajawali, Jakarta.
Depari, Edward, Colin, Mac, Andrews, (1982), Peranan Komunikasi
Massa Dalam Pembangunan. Gajahmada University.
Departemen Penerangan R.I., (1993), Ketetapan MPE RI: Tentang
GBHN 1993. Jakarta.
Departemen Pertanian, BPLPP, (1985), Pedoman Penyelenggaraan
Penyuluhan, Buku I, II dan III, Jakarta.
Dharmawijaya, (1985), Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan Non
Formal. Bandung, Jemmars.
Dirgagunarsa
Singih,
(1978),
Pengantar
Psykology,
Mutiara
Jakarta.
Effendi, Onong, U (1981), Komunikasi dan Modernisasi, Alumni,
Bandung.
Freire, Paulo, (1985), Pendidikan Kaum Tertindas. LP3S, Jakarta.
Hamidjojo, Santoso, S (1978), Aplikasi Model Komunikasi Daripada
Perubahan Sikap Dalam Pembangunan Masyarakat Desa,
BPP,
Jakarta., (1973),
Inovasi Pendidikan:
Meniniau
Beberapa Kerangka
Analisa untuk Penelitian dan Pelaksanaannya. IKIP - Bandung.
Hanafi, Abdullah, (1987), Memasyarakatkan Ide-ide Baru, Usaha
Nasional, Surabaya.
Haverlock, (1973), The Change Agents Guide to Innovation in
Educational. Englewood Cliffs.
Illich, Ivan, (1971), (Terjemahan), Bebas Dari Sekolah Sinar
Harapan, Jakarta.
Jarvis, Peter, (1983), Adult and Continuining Educational. Theory and Practice. Croom, Helm Ltd.
Kertasasmita, Ginanjar, (1993).Beberapa Prinsip Dalam Pengelolaan
Program Inpres Desa Tertinggal. Bappenas Jakarta.
Kindervatter, Suzana, (1979), Non-Formal Rducation. AS An
Empowering Process. Printes in The United States of America.
/(1993).Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Dalam Upaya
Menanggulangi Kemiskinan j_ Bappenas Jakarta.
Knowless, Malcolm, (1973) Self Directed Learning, Foltet Publishing Company.
, (1977), The Modern Practice of Adult Education. Combride The Adult Educational Company, New York.
, (1986), The Adult Leaner: A Neglected Species Gul Publishing Company.
Koentjaraningrat, (1984), Kebudayaan. Mentalitet dan Pembangunan.
Gramedia, Jakarta.
Krech, David, et al. , (1962), Indovidual in Society. Mc Graw Hill, Kogakusha, Ltd. Tokyo.
Majid, Nurcholis, Etos Keria Bangsa. Kompas, 17 Pebruari 1993.
Mappa, Syamsu, (1985), Teori Belajar Orang Dewasa. Depdikbud,
Jakarta.
Miarso, Yusufhadi, (1984), Teknologi Komunikasi Pendidikan.
Rajawali, Jakarta.
Mokodompit, Eddy Agussalam, (1990), Kajian Pengembangan Wilayah
Pedesaan Ditinjau dari Aspek Sosial,
Moleong. Lexy, J., (1989) Metodoloai Penelitian Kualitatif. Remaja Karya, Jakarta.
Mubyarto, (1982), Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.
Sinar Harapan, Jakarta.
Napitupulu, (1980), Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan
Kedewasaan, Depdikbud, Jakarta.
Nasution, Zulkarimein, (1990), Prinsip-prinsip Komunikasi untuk
Penvuluhan. UI, Jakarta.
Nasution, S., (1988) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.
Tarsito, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 73 Tahun 1991: Tentang Pendidikan
Luar Sekolah.
Purba,
(1990), Masalah Pendidikan Non-Formal. Gramedia, Jakarta.
Rahardjo, Dawan, (1984), Transformasi Pertanian. Industrialisasi dan Kesempatan Keria. UI, Press, Jakarta.
Rogers, Everett, M, (1983), Diffusion of Innovation. Third
Edition, The Free Press, Mc. Milan Publishing Co., New York.
Samsudin,
(1977), Pokok-pokok Penvuluhan Pertanian,
Bina Cipta,
Bandung.
Schramm, Wilbur, (1977) , Big Media Little Media,Sage
Publications, London.
Siagian,
Sondang P.,
(1984),
Proses
pengelolaan
Pembangunan
Nasional, Gunung Agung, Jakarta.
Sigman, V.A., dan Swanson, B.E.,
(1984),
Problem Facing National
Agricultural
Extention in Developing Countries.
Urban,
International Programs for Agricultural Knowledge Systems.
Sudjana, H.D.,(1989), Seri Pendidikan Luar Sekolah. (Wawasan.
Seiarah Perkembangan.
Falsafah dan
Faktor
Pendukuna.Yayasan
Pendidikan Terpadu Krida Nusantara, Bandung.
Sudjana, H.D., (1989), Seri Pendidikan Luar Sekolah (Asas
Kebutuhan, pendidikan sepaniang havat. Relevansi dengan
Pemabngunan Masyarakat dan Wawasan ke Masa Depan),
, Yayasan
Pendidikan Terpadu Krida Nusantara, Bandung.
Sumaatmadja,
Nursid,
(1988),
Studi
Geografi:
Suatu
Pendekatan
Analisa Keruangan. Alumni, Bandung.
, (1988) , Geografi Pembangunan, Depdikbud, P2LPTK, Jakarta.
, (1983), Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan
Non Formal, Theme, Bandung.
Susanto, Phil. Astrid, (1984), Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Jakarta.
Suwardi, Herman, (1980), Penelitian Petani di Jawa Barat, UNPAD-Bandung.
Trisnamansyah, Sutaryat, (1984), Pengaruh Motif Beraviliasi Keterbukaan Komunikasi Persepsi dan Status Sosial Ekonomi Terhadap Prilaku Modern Petani, Disertasi-SPS, IKIP
Bandung.
, (1987),
Pendidikan
Kemasyarakatan
(PLS)
Bahan Perkuliahan
MKDK, IKIP Bandung.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989: Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Dasita, Bandung.
Webstres, A. Meriem, (1975), New Collegiate Dictionary. Merriam Company, Springfield, Massachusestts, USA.
Wiriaatmadja, Soekandar, (1986). Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Yasaguna, Jakarta.
Yvonna, Lincoln, Cuba, Egon, G., (1985), Naturalistic Inguiry.
Sage Publications, Baverly Hills.
Zainudin, Arif, (1982), Motif Berprestasi dan Status Sosial
Ekonomi Sebagai Faktor Determinatif Terhadap Minat Belajar Orang Dewasa dalam Program Keiar Paket A, Teses, FPS-IKIP Bandung.
Zaltman, Gerald, Robert Duncan, Johny Holbek, (1973), Innovation and Organizational. Aweley-Interscience, Publication John Wiley & Sons, New York.
Zees, Syamsiah, (1988), Studi tentang Keberhasilan
Penyelenggaraan Latihan Keterampilan pada BLK Bitung dalam rangka Menanggulangi Masalah Ketenagakerj aan di Kabupaten Minahasa. Tesis, PLS FPS IKIP Bandung.