• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berada di atas ketinggian mdpl ini berbentuk alun-alun yang juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berada di atas ketinggian mdpl ini berbentuk alun-alun yang juga"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Taman Ghanjaran yang terletak di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto merupakan tempat rekreasi favorit masyarakat Mojokerto. Taman yang dibangun di atas lahan seluas 2,8 hektar (ha) dan berada di atas ketinggian 1.000 mdpl ini berbentuk alun-alun yang juga dilengkapi dengan berbagai macam wahana permainan untuk anak-anak dan orang dewasa (Datawisata.Com, 2020).

Taman Ganjaran juga merupakan salah satu daya tarik utama Kabupaten Mojokerto, karena taman ini bukan hanya dilengkapi dengan berbagai macam wahana, akan tetapi juga didukung dengan panorama alam yang indah, salah satunya yaitu Gunung Penanggungan dan Gunung Welirang yang dapat terlihat jelas dari Taman Ghanjaran (Explorewisata.Com, 2019).

Sebelum menjadi lokasi wisata seperti sekarang ini, Taman Ghanjaran dahulunya adalah lahan untuk pertanian (persawahan) yang di fungsikan sebagai bengkok (gaji) untuk perngkt desa. Ide untuk mengubah lahan menjadi lokasi wisata berangkat dari kecil dan rendahnya tunjangan gaji dari hasil pengelolaan sawah yang diterima oleh masyarakat dan kondisi lahan yang berada pada cekungan sehingga sering terendam air saat musim hujan. Masyarakat setempat mencoba untuk mengubah fungsi lahan guna meningkatkan penghasilan (Chariris, 2020).

(2)

2 Proses alih fungsi lahan ini dimulai sejak awal tahun 2016. Langkah pertama yang dilakukan oleh masyarakat setempat adalah mengajukan proposal kepada Pemerintah Kabupaten Mojokerto tentang perubahan fungsi lahan persawahan menjadi lokasi wisata. Selanjutnya, proposal yang diajukan oleh masyarakat kemudian disetujui dan masyarakat juga diberikan dana anggaran untuk pembangunan sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) (Rey, 2019).

Apabila diakumulasikan, pembangunan Taman Ghanjaran membutuhkan waktu sekitar 2 tahun terhitung sejak pengajuan proposal pengubahan fungsi lahan, hingga kemudian resmi beroperasi di awal tahun 2018. Berbeda dengan kasus alih fungsi lahan di daerah lain yang didominasi oleh konflik, alih fungsi lahan persawahan menjadi Taman Ghanjaran ini mendapat dukungan dan antusiasme dari masyarakat setempat (Lutfi Hermansyah, 2020).

Dalam operasionalnya, Taman Ghanjaran dikelola secara langsung oleh Pemerintah Desa Ketapanrame dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ketapanrame, bukan dikelola oleh perusahaan swasta atau perorangan. Hal ini dikarenakan bahwa ide untuk melakukan perubahan fungsi lahan ini berasal dari pihak pemerintah desa setempat, dan tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Ketapanrame (Chariris, 2020).

Dalam konteks pembagian keuntungan, karena Taman Ghanjaran dikelola oleh dua pihak yaitu Pemerintah Desa dan BUMDes, maka

(3)

3 pembagian keuntungan yang didapat dari operasional wahana yaitu 80%

untuk pengembangan modal BUMDes, dan 20% lainnya untuk tunjangan gaji perangkat desa setempat. Pembagian keuntungan ini telah disetujui oleh kedua belah pihak dan sudah diputuskan sesuai dengan besarnya manfaat yang akan diterima (Bastian, 2020).

Sesuai dengan tujuan pembangunan Taman Ghanjaran yang telah disebutkan di atas yaitu untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat, maka masyarakat setempat dilibatkan secara penuh mulai dari proses pembangunannya hingga operasional Taman Ghanjaran seperti sekarang ini.

Keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan Taman Ghanjaran dapat dikatakan sebagai bagian dari bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Desa terhadap masyarakatnya. Hurairah dalam Risky menyebutkan bahwa tujuan dari pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan yang berdasarkan pada potensi atau kekuatan masyarakat itu sendiri (Pusut, R kimbal &Mamentu 2017).

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Hurairah, Fahrudin juga menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan cara melakukan optimalisasi terhadap sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Selanjutnya, Sedarmayanti juga memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai prakarsa untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri (Fahrudin, 2012).

(4)

4 Chamber dalam Theresia selanjutnya memberikan uraian yang lebih detail mengenai beberapa aspek yang dapat dikategorikan sebagai pemberdayaan masyarakat, antara lain yaitu kegiatan peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan lingkungan, serta kegiatan peningkatan kemampuan masyarakat (Theresia, 2015).

Theresia juga menyebutkan bahwa dengan adanya konsep pemberdayaan dapat menciptakan kemandirian dalam masyarakat, baik secara ekonomi maupun secara sosial guna menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan hidup bagi tiap-tiap individu masyarakat, yang mana juga berbanding lurus dengan semakin membaiknya kualitas lingkungan sekitar (Theresia, 2015).

Nadhifa dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa pemberdayaan yang baik adalah pemberdayaan yang berorientasi pada pengembangan potensi dan kapasitas sumberdaya manusia, sehingga individu masyarakat memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan mencukupi kebutuhannya, tanpa harus bergantung kepada orang lain secara terus-menerus (Nadhifa, 2017).

Sejalan dengan konsep pemberdayaan yang telah diuraikan di atas, operasionalisasi Taman Ghanjaran Mojokerto juga menitikberatkan pada penerapan konsep pemberdayaan di dalam pengelolaannya. Dalam konteks ini, masyarakat bukan hanya dimanfaatkan tenaganya, akan tetapi masyarakat juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan (skill),

(5)

5 kapasitas, dan kreatifitas yang dimiliki terutama dalam hal ekonomi (Prihatin, 2016).

Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat dalam konteks ekonomi yang dilaksanakan di Taman Ghanjaran Mojokerto adalah dengan dibentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUB) Taman Ghanjaran. Sesuai dengan penamaannya, kelompok ini merupakan sebuah wadah yang dibentuk oleh Pemerintah Desa Ketanpanrame, di mana masyarakat setempat dapat ikut serta dalam pengembangan wahana di taman ghanjaran. (Lutfi Hermansyah, 2020).

KUB taman ghajaran ini di bentuk pada januaru tahun 2020 yang mana lembaga ini berdiri secara independen dan berkembang di wilayah taman ghanjaran. Lebaga ini berdiri atas inisiasi kepala desa terpilih sebagai solusi untuk menampung semua masyarakat yang ingin ikut serta dalam pengembangan taman ghanjaran melalui investasi wahana. Lembbaga ini di katakana sebagai bagaian dari taman ghanjran karena lembaga ini mengelola, merawat dan menjalankan wahana yang ada di kawasan taman ghanjran.

Modal awal pengadaan wahana di peroleh dari hasil penggalangan investasi skala kecil masyarakat ketapanrame. Melalui KUB ini masayarakat bisa berprtisipasi dalam pengembangan taman ghanjaran tanpa turun langsung ke lokasi, serta mendapatkan pasif income dari hasil pendapatan wahana taman ghanjaran.

Secara keseluruhan, ada 11 jenis wahana yang dibangun dari dana hasil program investasi wahana anggota KUB Taman Ghanjaran, antara lain

(6)

6 Pontang Panting, Sky Bike (Sepeda Udara), Cinema 9 Dimensi, Swinger, Rumah Balon, Kereta Jalan, Carousel, Bianglala, Tagada Rider, Bioskop Virtual Reality (VR), dan Bom-Bom Car (Novianti, 2020).

Anggota KUB Taman Ghanjaran sendiri terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari individu masyarakat, lembaga non-formal, serta lembaga formal yang tertarik untuk melakukan investasi di Taman Ghanjaran. Dana investasi taman ghanjaran ini di batasi mulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000,- (tiga pulu juta rupiah), hal ini di lakukan untuk menghindari monopoli bagi para investor dan membuka peluang yang sama bagi investor lain.

Hingga Pertengahan tahun 2020, dana yang diinvestasikan oleh anggota KUB Taman Ghanjaran untuk program investasi wahana ini mencapai Rp. 3,8 miliar, yang mana dana ini kemudian dialokasikan untuk membangun wahana Taman Ghanjaran sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Selanjutnya, pada tanggal 5 Juli 2020 kesebalas wahana yang pembangunanya berasal dari investasi KUB ini resmi dioperasikan dan dapat digunakan oleh mpengunjung ataupun Masyarakat yang datang berkunjung ke Taman Ghanjaran.

Sejalan dengan besarnya modal yang diinvestasikan, wahana hasil investasi ini juga menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Dalam kondisi normal, keuntungan yang diperoleh dari penggunaan wahana yang ada di Taman Ghanjaran dalam satu minggunya bisa mencapai Rp. 110.000.000 (seratus sepuluh juta rupiah). Semakin banyak pengunjung yang datang, maka

(7)

7 semakin meningkat pula keuntungan yang didapat oleh KUB Taman Ghanjaran. Keuntungan ini kemudian akan dibagikan kepada seluruh anggota KUB Taman Ghanjaran sesuai dengan sistem yang telah disepakati.

Fakta di atas menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan atau swadaya masyarakat dapat dilakukan melalui beragam aspek dan berbagai upaya, salah satunya yaitu seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Ketapanrame dengan cara membentuk KUB Teman Ghanjaran, yang mana tujuan utamanya tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat, akan tetapi juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kreatifitas yang dimilikinya, termasuk inovasi program di bidang investasi wahana.

Mengacu kepada perkembangan Taman Ghanjaran mulai dari pembangunan hingga beroperasi seperti sekarang ini, maka dapat dikatakan bahwa adanya KUB Taman Ghanjaran serta inovasi melalui investasi wahana memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap semakin maksimalnya kegiatan wisata yang dilakukan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya keuntungan yang didapat, dan adanya perbedaan besaran hasil pendapatan yang didapat sebelum dan sesudah dilaksanakannya program investasi wahana yang dilakukan oleh KUB Taman Ghanjaran.

Sesuai dengan hakikat dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri yaitu untuk menciptakan masyarakat yang mandiri, maka saat ini masyarakat Desa Ketapanrame terutama yang tergabung didalam KUB Taman Ghanjaran dapat dikatakan telah memasuki fase kemandirian. Di mana masyarakat mulai

(8)

8 mengurangi ketergantungan terhadap dana bantuan dari pemerintah, terutama dalam konteks ekonomi (Muslich, 2016).

Pemerintah selaku aktor pembangunan juga memiliki keterbatasan untuk membiayai semua pembangunan yang diharapkan oleh masyarakat.

Pertambahan penduduk yang semakin lama semakin tinggi juga memberikan tuntutan kepada pemerintah untuk menyediakan sarana yang lebih baik. Di lain sisi, jumlah penduduk yang besar juga merupakan potensi besar terutama dalam konteks tercukupinya kebutuhan sumber daya manusia yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pembangunan (Maulana et al., 2019)

Melihat penjelasan di atas di atas, ditegaskan bahwa persoalan pembangunan tidak hanya bersifat tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh aspek Masyarakat. Dengan demikian, maka pemerintah dan masyarakat setempat harus bersinergi untuk mencapai pembangunan yang maksimal. sehingga dapat mewujudkan terciptanya masyarakat yang makmur dan sejahtera (Mustanir, 2019).

Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Ketapanrame Trawas Mojokerto, ide untuk mengubah fungsi lahan pertanian menjadi lokasi wisata merupakan salah satu wujud kontribusi masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Selanjutnya, dengan dibentuknya KUB Taman Ghanjaran juga merupakan bentuk kontribusi atau partisipasi masyarakat untuk membantu Pemerintah merealisasikan pembangunan dan peningkatan perekonomian yang lebih baik (Murdani & Hadromi, 2019).

(9)

9 Penelitian ini penting karena, melalui pembangunan yang mengedepankan konsep pemberdayaan masyarakat, Pemerintah juga tidak serta-merta melepaskan tanggungjawab, akan tetapi juga harus selalu mengawasi setiap tahapan yang dilakukan. Pemerintah harus bisa memastikan bahwa masyarakat sudah mampu secara mandiri untuk mengelola dan mengorganisasikan sumber-sumber lokal baik yang bersifat dana, materiil, pikiran, maupun tenaga (Fathy, 2019).

Hal demikian yang juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Sebelum Taman Ghanjaran dikelola secara mandiri oleh masyarakat seperti sekarang ini dan belum adanya program investasi wahana yang dilakukan oleh KUB Taman Ghanjaran, Pemerintah Kabupaten Mojokerto memberikan bantuan dalam bentuk dana hibah awal untuk pembangunan, untuk kemudian digunakan dan dikembangkan sendiri oleh Pemerintah Desa Ketapanrame dan BUMDes.

Dengan demikian, maka suatu pembangunan juga harus diiringi dengan adanya program kegiatan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat bukan hanya dijadikan sebagai objek pembangunan, akan tetapi juga berperan sebagai subjek atau aktor pembangunan. Hal ini dilakukan bukan hanya bertujuan untuk menciptakan rasa tanggungjawab masyarakat, akan tetapi juga sebagai bentuk upaya untuk membentuk masyarakat yang mandiri (Maryani & Nainggolan, 2019).

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini akan berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui investasi wahana dalam

(10)

10 pengelolaan Taman Ghanjaran Mojokerto, di mana yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini adalah KUB Taman Ghanjaran selaku kelompok yang menjalankan program investasi wahana, serta Pemerintah Desa Ketapanrame dan BUMDes Ketapanrame selaku pengelola Taman Ghanjaran Mojokerto.

Pnelitian ini menarik menurut saya karena pemerintah desa mengutamakan masyarakatnya dalam pembangunan desa hal ini di tunjukkan dari sikap pemerintah desa yang melak investasi luar dan menggalang investasi local untuk menggalang partisipasi masayrakat. Selain itu topik ini merupakan hal baru bagi saya dimana desa tidak membutuhkan pihak luar untuk berkembang akan tetapi memberdayakan masyarakatnya secara penuh untuk mengembangkan desa.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam kajian penelitian ini yaitu “Bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Taman Ghanjaran desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.”

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan Taman Ghanjaran desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

(11)

11 1.4. Manfaat Penelitian

Melihat kepada tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka manfaat penelitian ini secara garis besar terbagi dalam ketiga aspek, yaitu teoritis, praktis dan akademis. Adapun manfaat yang dimaksud yaitu sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembaharuan dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan konsep pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan kawasan wisata dalam perspektif ilmu pemerintahan.

Selanjutnya, hasil penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan mengenai pola kerjasama dan hubungan antara Pemerintah Daerah, Desa, BUMDes serta masyarakat dalam menjalankan suatu program kegiatan.

1.4.2. Secara Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan rekomendasi bagi pihak yang terlibat di dalam kajian penelitian mulai dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Pemerintah Kecamatan Trawas, Pemerintah Desa Ketapanrame, maupun BUMDes Ketapanrame dalam rangka mengembangkan dan mengoptimalkan operasionalisasi Taman Ghanjaran sebagai salah satu wisata unggulan yang ada di Kabupaten Mojokerto.

Selanjutnya, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja KUB Taman Ghanjaran sehingga mampu

(12)

12 menciptakan inovasi-inovasi lain disamping inovasi program investasi wahana, yang mana dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

1.4.3. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau literatur bagi kajian penelitian selanjutnya yang memiliki fokus masalah yang serupa, yaitu yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan wisata khususnya yang ada di Kabupaten Mojokerto.

1.5. Definisi Konseptual

1.5.1. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Konsep ini berangkat pada ide utama bahwa pemberdayaan berkaitan dengan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka (Suharto, 2006)

Adapun Sumaryadi mendefinisikan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera dan dalam jangka waktu berkelanjutan (Sumaryadi, 2005).

Dwi Ratna dkk juga menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat memiliki arti yaitu Pemberdayaan dalam hal sosial dan ekonomi di dalam kelompok masyarakat. Hal ini memungkinkan

(13)

13 kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara lebih mandiri dan berperan dalam pembangunan masyarakat (Dwi Ratna Kamala Sari Lukman, Zulhadi & Dwi Hidayat Junaidi, 2019).

Sunyoto Usman memberikan beberapa strategi yang dapat di gunakan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu, pertama menciptakan suasana atau iklim yang cocok untuk meningkatkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat daya atau potensi yang dimiliki masyarakat (empowering). Ketiga, memberdayakan dapat pula diartikan melindungi (Protecting). (Suryo, 2016)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dimaknai sebagai sebuah upaya yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan masyarakat yang mandiri terutama dibidang ekonomi dalam jangka waktu yang berkelanjutan dengan cara menciptakan suasana yang memadai, menunjang pertumbuhan potensi dan melindungi potensi yang ada.

1.5.2. Program Investasi Pengembangan Ekonomi lokal

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.(UU No.25, 2004)

(14)

14 Investasi wahana merupakan kegiatan penggalangan dana yang di lakukan oleh KUB Taman ghanjaran desa ketapanrame kepada para investor. Hasil dari Investasi ini akan di gunakan untuk pengembangan wahana di taman ghanjaran Mojokerto. Serupa dengan mekanisme investasi pada umumnya, anggota KUB Taman Ghanjaran akan melakukan investasi sekala kecil dengan nominal yang beragam, mulai dari Rp.1.000.000,- hingga Rp.30.000.000,- .

Hasil investasi ini kemudian dialokasikan untuk pembangunan wahana Taman Ghanjaran. Hingga saat ini, dana dari hasil investasi wahana ini telah direalisasikan menjadi 11 jenis wahana, antara lain Pontang Panting, Sky Bike (Sepeda Udara), Cinema 9 Dimensi, Swinger, Rumah Balon, Kereta Jalan, Carousel, Bianglala, Tagada Rider, Bioskop Virtual Reality (VR), dan Bom-Bom Car (Novianti, 2020).

Dalam satu minggu, keuntungan yang dihasilkan dari operasionalisasi wahana ini mencapai Rp. 110.000.000,- (seratus sepuluh juta rupiah). Selanjutnya, keuntungan dari hasil operasi wahana ini akan dibagikan kepada anggota KUB Taman Ghanjaran yang terlibat di dalam program investasi wahana.

1.6. Definisi Operasional

Definisi operasional pada hakikatnya berperan sebagai tolak ukur dan landasan untuk mengetahui keberhasilan maupun kegagalan dari program kegiatan yang tengah dilaksanakan. Dalam konteks kajian penelitian ini, maka definisi operasional yang dimaksud yaitu:

(15)

15 a. Identifikasi permasalahan pemberdayaan.

b. Perencanaan program pemberdayaan.

c. Penentuan kelompok sasaran.

d. Proses pelaksanaan program.

e. Hubungan Antar Aktor & Pelembagaan KUB.

f. Monitoring dan Evaluasi.

g. Pemberdayaan Masyarakat di Taman Ghanjaran 1.7. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau metode pencarian, pengambilan, pengumpulan, dan pencatatan data baik dalam format primer maupun sekunder yang digunakan untuk penulisan atau penulisan karya ilmiah..

Data yang telah didapat kemudian dianalisis melalui cara-cara tertentu dalam rangka mencari jawaban atas pokok-pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam kajian penelitian yang tengah dilakukan. Rianto juga menyebutkan bahwa metode penelitian pada hakikatnya merupakan sebuah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (rianto adi, 2014).

1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bodgan dan Taylor Salim mengatakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang, perilaku, dan peristiwa yang diamati. (Salim, 2001).

(16)

16 Sejalan dengan metode yang dipakai, penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif atau naratif. Pendekatan ini mengacu kepada pengolahan data kualitatif menjadi dokumen narasi yang berisi gambaran atau penjelasan mengenai fakta atau jawaban dari permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian.

Sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yaitu tentang pemberdayaan masyarakat melalaui program investasi wahana dalam pengelolaan Taman Ghanjaran oleh KUB Taman Ghanjaran, maka hasil penelitian ini akan menggambarkan bagaimana program investasi wahana itu dilaksanakan, serta seber apa besar manfaat yang diterima oleh masyarakat terutama anggota KUB Taman Ghanjaran setalah adanya program tersebut.

1.7.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian berperan sebagai sumber infomasi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pokok kajian penelitian. Sumber data yang dimaksud juga harus dipastikan kevalidannya sehingga mendukung diperolehnya hasil penelitian yang akurat dan objektif.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian juga harus relevan dengan fokus kajian penelitian yang tengah dilakukan. Hal ini dilakukan guna memendapatkan data-data yang akurat sesuai dengan fakta yang ada di lokasi, sehingga hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai alternatif solusi atas masalah yang terjadi di lapangan.

(17)

17 Dalam penelitian tentang pemberdayaan masyarakat melalaui program investasi wahana dalam pengelolaaan Taman Ghanjaran yng dilaksanakan oleh KUB Taman Ghanjaran ini, maka sumber data penelitian ini bersumber dari dua sumber, yaitu primer dan sekunder.

Berikut uraian dari masing-masing sumber data:

a. Data Primer

Data primer merupakan informasi yang didapatkan langsung dari sumbernya. Sumber yang dimaksud yaitu subjek penelitian atau narasumber yang dianggap memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fokus kajian penelitian.

Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan cara observasi atau terjun langsung ke lapangan, maupun melalui proses wawancara, baik secara langsung bertatap muka (face to face) maupun melalui perantara media elektronik.

Proses wawancara juga dilakukan dengan subjek penelitian yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan serta telah mendapatkan kepercayaan dari peneliti untuk memberikan informasi secara lengkap dan tepat (Warsito, 1995).

b. Data sekunder

Berbeda dengan data primer yang bersifat sebagai sumber data utama, data sekunder bersifat sebagai data pendukung penelitian. Apabila data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya, maka data sekunder dapat diperoleh dari pihak lain,

(18)

18 sehingga peneliti tidak harus terjun langsung ke lapangan atau dalam makna lain peneliti berkedudukan sebagai pemakai data.

Data sekunder pada hakikatnya berupa dokumen-dokumen tertulis yang berisi informasi yang relevan dengan fokus kajian yang tengah dilakukan, serta memiliki peran dalam mendukung atau melengkapi data primer yang telah didapatkan oleh peneliti selama terjun ke lapangan.

Data sekunder yang dimaksud dapat berbentuk buku ilmiah, jurnal, artikel, dokumen-dokumen resmi, koran-koran lokal, aturan perundang-undangan, hasil penelitian terdahulu, berita- berita yang tersedia diinternet atau televisi, maupun dokumen- dokumen lain yang relevan dengan kajian penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Aturan perundang-undangan seperti UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permen DesPDTT) No.17 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa; serta Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2015 tentang tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan;

2) Buku tentang pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan pariwisata;

(19)

19 3) Jurnal tentang pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan

pariwisata;

4) Website KUB Taman Ghanjaran;

5) Berita-berita yang berkaitan dengan pengelolaan Tmana Ghanjaran dan program investasi wahana Taman Ghanjaran.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dipergunakan untuk mempermudah proses pengumpulan data, serta agar data yang diperoleh juga lebih akurat dan faktual. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rahardjo, ia mengatakan bahwa teknik pengumpulan data perlu dipilih secara cermat, guna meningkatkan peluang diperolehnya data yang valid dan memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

J.R Raco juga menyebutkan ada tiga teknik pengumpulan data yang sering digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi (Salim, 2001).. Berikut uraian dari masing-masing teknik pengumpulan data yang dimaksud:

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data melalui pengamatan dengan mengedepankan fungsi pancaindera, mulai dari penglihatan hingga pendengaran. Observasi juga dapat diartikan sebagai proses datang langsung ke lokasi untuk melihat dan mengetahui bagaimana peristiwa atau kejadian-kejadian yang

(20)

20 berkaitan dengan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian.

Bungin dalam tulisannya juga menyebutkan ada tiga bentuk observasi, antara lain 1) observasi partisipasi yaitu metode yang digunakan dengan cara pengamatan dan penginderaan dalam keseharian subjek atau narasumber; 2) observasi tidak terstruktur yaitu melakukan pengamatan dan penginderaan secara tidak terstruktur, sehingga peneliti mengembangkan hasil penelitian sesuai dengan kondisi di lapangan; dan 3) observasi kelompok yaitu melakukan pengamatan dan penginderaan secara berkelompok.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk observasi tidak terstruktur, di mana peneliti tidak terlibat secara langsung di dalam keseharian subjek ataupun narasumber penelitian, akan tetapi tetap melakukan pengamatan serta penginderaan dalam jangka waktu yang fleksibel, yang kemudian dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan.

b. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai proses interaksi atau komunikasi yang dilakukan oleh penelitian terhadap subjek atau narasumber penelitian dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan dengan kajian penelitian.

Adapun bentuk interaksi atau komunikasi yang dilakukan yaitu dengan cara melaksanakan tanya jawab, baik secara bertatap

(21)

21 muka atau melalui perantara media telekomunikasi karena adanya keterbatasan ruang, waktu dan tempat.

Berbeda halnya dengan observasi yang lebih mengedepankan pengamatan dan penginderaan, wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, detail dan mendalam sehingga data yang diperoleh selama proses observasi juga dapat dikonfirmasi keabsahannya.

Secara garis besar, wawancara terbagi kedalam dua bentuk, yaitu wawancara mendalam (in-depth interview) dan wawancara terarah (guieded interview). Berbeda dengan wawancara mendalam yang memfokuskan pada keterlibatan peneliti dalam kehidupan sehari-hari subjek atau narasumber dan bebas untuk melakukan tanya jawab tanpa adanya pedoman pertanyaan, maka wawancara terarah mengedepankan pada proses tanya jawab yang berlandaskan pada pedoman wawancara (interview guide) yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam kajian penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis wawancara terarah (guided interview), di mana peneliti melakukan wawancara atau tanya jawab dengan berlandaskan pada pedoman wawancara (interview guide) yang telah disiapkan sebelumnya. Dipilihnya jenis wawancara ini karena dapat mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang lebih runtut dan terstruktur.

c. Dokumentasi

(22)

22 Pengumpulan data melalui teknik ini dilaksanakan dengan cara melakukan pendokumentasian terhadap informasi atau dokumen-dokumen yang berbentuk surat, catatan, jurnal, arsip, foto, maupun dokumen lainnya yang relevan dengan kajian penelitian.

1.7.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekretariat BUMDes Ketapanrame, Taman Ghanjaran, dan Sekretariat KUB Taman Ghanjaran yang terletak di Dusun Sukorame, Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Mojokerto. Penelitian ini juga dilakukan selama 2 bulan, terhitung sejak 1 Oktober hingga 31 Desember 2021.

1.7.5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dipilih untuk memberikan informasi tentang permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian.

Dalam kajian penelitian ini, subjek ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana subjek yang terpilih merupakan orang-orang yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peneliti.

Pemilihan subjek dengan menggunakan teknik purposive juga dilakukan guna mendapatkan informasi yang akurat dari berbagai pihak yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan maupun terlibat secara langsung di dalam permasalahan yang terjadi di lapangan. Adapun subjek dalam penelitian ini antara lain:

1. Kepala Desa Ketapanrame

(23)

23 2. Ketua BUMDes Ketapanrame

3. Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Taman Ghanjaran

1.7.6. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kajian penelitian ini yaitu model analisis interaktif kualitatif yang dikemukakan oleh Miles, Huberman & Saldana. Pemilihan model analisis ini disesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.

Dalam model analisis interaktif kualitatif, maka ada tiga tahapan yang digunakan untuk menganalisis kajian penelitian, yaitu seleksi/reduksi, penyajian, dan yang terakhir yaitu penarikan kesimpulan serta verifikasi (Miles et al., 2014).

1. Seleksi/ reduksi data

Pada tahapan ini, peneliti melakukan penyeleksian terhadap data yang telah didapat selama hasil penelitian di lapangan.

Seleksi atau reduksi data ini dilakukan agar data yang didapat sesuai dengan fokus penelitian, serta agar proses penyajian data menjadi lebih mudah.

Seleksi data juga dilakukan untuk meminimalisir adanya data-data yang kurang penting atau kurang relevan dengan kajian penelitian masuk ke dalam pembahasan. Proses seleksi data dilakukan secara menyeluruh, baik terhadap data hasil observasi dan wawancara, maupun dokumentasi.

(24)

24 Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, scanning materi, serta memilah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis yang berbeda sesuai dengan sumber informasi.

2. Penyajian data

Sesuai dengan metode penelitian dan jenis pendekatan yang dilakukan, penyajian data hasil penelitian atau laporan penelitian dapat berbentuk narasi. Di dalam narasi ini, peneliti dapat menjelaskan atau memberikan uraian tentang latar belakang permasalahan, hingga rekomendasi yang dapat menjadi alternatif solusi atas permasalahan yang sedang terjadi.

Dalam rangka mendukung laporan hasil penelitian, peneliti juga dapat menambahkan dokumentasi pendukung seperti gambar atau tabel yang dapat memudahkan peneliti maupun pembaca agar lebih memahami apa yang ditulis oleh peneliti.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan tahapan akhir dari proses penelitian. Setelah data disajikan, maka peneliti menarik kesimpulan yang merupakan ringkasan atau inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Selama proses penelitian maupun penyusunan data, peneliti melakukan dua kali penarikan kesimpulan, atau yang disebut dengan kesimpulan sementara dan kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara diambil saat proses penelitian masih berlangsung, untuk kemudian dilanjutkan ke tahapan verifikasi pada penelitian selanjutnya untuk memastikan keabsahan dari kesimpulan sementara tersebut.

(25)

25 Selanjutnya, apabila hasil kesimpulan sementara sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan, maka kesimpulan sementara dapat ditetapkan sebagai kesimpulan akhir. Akan tetapi, jika setelah dilakukan verifikasi membuktikan bahwa kesimpulan sementara keliru atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, maka peneliti harus melakukan penelitian atau pengkajian ulang agar kesimpulan tersebut absah dan sesuai dengan fakta yang terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil wawancara bersama Bapak Indrah Dehimeli pada tanggal 19 juni 2017 mengenai pemahaman dan amalan ibadah kaum muslimin, beliau mengatakan bahwa

Konsep manajemen diri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen dalam ilmu ekonomi, karena dalam konsep manajemen diri yang dalam penelitian komunikasi

berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Analisis data hasil tes uraian adalah sebagai berikut: Setelah satu siklus tindakan selesai, kepada siswa diberikan

Laporan yang dikirmkan pada babak penyisihan kedua harus valid, tidak mengada ada, sesuai dengan yang dibuat, berisi data yang dibutuhkan, dan menjelaskan bagaimana perkembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

bisa memperoleh prestasi yang maksimal. Layanan bimbingan kelompok pada dasarnya telah terencana dalam program bimbingan dan konseling, dan sudah dilaksanakan tapi ada

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Metro sebagai ruang terbuka publik Metode deskriptif 7 Desti Rahmiati , Bambang Setioko, Gagoek Hardiman, 2013, Universitas Bandar Lampung Pengaruh Perubahan Fungsi