• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK PRA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK PRA SEKOLAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK

PRA SEKOLAH

Sittatil Fauziyah¹, Nurul Devi A²

Mahasiswa Program Studi D3 KeprawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta

[email protected]

Dosen Program Studi D3 KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta [email protected]

ABSTRAK

Tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah dimulai pada usia 2,5 – 5 tahun. Pada anak pra sekolah keterampilan motorik yang harus dikembangkan terdiri atas motorik halus dan motorik kasar, perkembangan motorik halus pada anak pra sekolah harus mulai memiliki kemampuan untuk melambaikan tangan, makan sendiri, mengikat sepatu, menggunakan gunting dan membuat coretan diatas kertas. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan motorik halus yaitu kegiatan finger painting. Tujuan study kasus yaitu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga pada anak pra sekolah di wilayah Puskesmas Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Jenis studi kasus ini adalah diskriptif dengan menggunanakan metode pendekatan studi kasus. Subyek dalam studi kasus ini adalah satu klien dengan keterlambatan perkembangan motorik halus. Hasil pada klien yang telah diberikan kegiatan finger painting yang dilakukan sebanyak 6 kali kunjungan mengalami peningkatan motorik halus.

Kegiatan ini sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak. Bagi pelayanan keperawatan diharapkan mampu memotifasi keluarga dalam melaksanakan kegiatan finger painting untuk meningkatkan motorik halus pada anak.

Kata kunci: Perkembangan motorik halus, finger painting

(2)

FAMILY NURSING CARE IN THE STAGE OF

DEVELOPMENT FAMILY WITH PRESCHOOL CHILDREN

Sittatil Fauziyah¹, Nurul Devi A²

1Student of D3 Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta Surakarta

[email protected]

2Lecturer of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta [email protected]

ABSTRACT

The stage of family development with pre-school children starts at the age of 2.5 - 5 years. In pre-school children, motor skills must be developed which consists of fine motor and gross motor skills. Fine motor development in pre- school children should have the ability to wave hands, eat by themselves, tie shoes, use scissors, and make scribbles on paper. One of the activities to improve fine motor skills is finger painting. The purpose of this case study was to apply family nursing care at the family development stage of pre-school children in the work area of Puskesmas Gondangrejo, Karanganyar Regency. This type of case study was descriptive with a case study approach. The subject was a client with delays in fine motor development. The results of studies on clients who performed finger painting activities with 6 visits experienced an increase in fine motor skills.

Finger painting is very effective for improving fine motor development in children. Nursing services are expected to be able to motivate families to carry out finger painting activities to improve fine motor skills in children.

Keywords: Fine Motor Development, Finger Painting.

(3)

I. PENDAHULUAN

Melatih perkembangan motorik halus adalah hal yang sangat penting maka dibutuhkan kegiatan yang dapat

membantu dalam proses

perkembangan motorik halus, salah satunya melalui kegiatan finger painting, finger painting adalah teknik melukis dengan jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan (Sukerti, Raga dan Murda, 2013). Manfaat dari kegiatan ini dapat melatih kemampuan motorik halus anak seperti mengembangkan dan mengenalkan berbagai warna dan bentuk, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak, meningkatkan koordinasi mata dan tangan, melatih konsentrasi, serta dapat dijadikan sebagai media mengekspresikan emosi anak.

Melalui perkembangan motorik yang normal akan memungkinkan anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, dan semakin banyaknya keterampilan motorik yang dimiliki akan semakin baik penyesuaian sosial yang didapat anak dan semakin pula akan meningkatkan prestasi anak disekolah. sedangkan anak dengan perkembangan motorik tidak normal akan menghambat anak dalam bergaul dengan teman sebayanya bahkan akan muncul perasaan yaitu anak merasa terkucilkan atau menjadi anak (fringer) terpinggirkan (Yuniarti, 2015). Keterlambatan motorik halus pada masa ini dapat menyebabkan anak menjadi rendah diri, terjadi kecemburuan pada anak yang lain, ketergantungan dan timbul rasa malu. Hal tersebut dapat membuat anak kesulitan untuk memasuki bangku sekolah karena motorik halus sangat diperlukan

dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Rasa ketergantungan pada anak berakibat penurunan prestasi jauh dibawah kemampuan anak (Sulistyaningsih, 2010). Maka dalam meningkatkan motorik halus pada anak prasekolah dibutuhkan kegiatan yang dapat membantu dalam proses perkembangan motorik halus, salah satunya dengan kegiatan finger painting.( Riyanto, 2004 ).

II. II. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan waktu studi kasus

Tempat dan Waktu

pelaksanaan studi kasus ini dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas gondangrejo kabupaten karanganyar selama 6 x kunjungan rumah, terhitung tanggal 23 febuari sampai 28 febuari 2019.

b. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus ini adalah 1 keluarga pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah

III. METODE STUDI KASUS Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keprawatan pada keluarga pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah dengan memberikan finger painting pada anak usia pra sekolah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Studi kasus ini dipilih 1 orang sebagai subyek studi kasus yaitu sesuai dengan kriteria yaitu keluarga dengan tahap perkembangan anak usia pra sekolah. Klien adalah An. A

berusia 4 tahun yang belum masuk sekolah.

(4)

4.1. Hasil Pengkajian Awal

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis didapatkan data keluarga beranggota Tn. W sebagai kepala keluarga berusia 33 tahun, Ny. T sebagai ibu rumah tangga berusia 32 tahun dan An. A berusia 4 tahun. Tipe keluarga Tn. W termasuk tipe keluarga inti, keluarga inti adalah yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggung jawabnya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya (Friedman, 2010).

Didapatkan data subyektif keluarga mengatakan anak tidak pernah dan beranggapan tidak harus dilatih kegiatan untuk meningkatkan motorik halus sebelum masuk sekolah dan tidak tahu cara untuk meningkatkan motorik halus. Data obyektif keluarga tampak belum mengerti pentingnya melatih atau dengan cara apa untuk meningkatkan tumbuh kembang (motorik halus) pada anak, klien tampak malu dan enggan untuk memulai kegiatan disaat awal pertemuan. Tugas keluarga yang belum terpenuhi yaitu dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan stressor jangka panjang keluarga beranggapan tidak harus melatih untuk meningkatkat motorik halus sebelum masuk sekolah.

Implementasi dilakukan Rabu, 23 Febuari 2019 jam 15.00 WIB berdiskusi dengan keluarga tentang motorik halus dan tanda anak yang mengalami keterlambatan motorik halus serta memberikan kegiatan finger painting yaitu mengenal warna dasar, menyalin gambar garis lurus,

garis melengkung, garis miring, huruf, angka, lingkaran, segitiga,

kotak, mewarnai dengan gerakan satu arah, rumah dengan atap dinding dan jendela serta orang dengan kepala badan tangan kaki, tetapi anak hanya mampu meyelesaikan 1 perintah yaitu mengenal warna terlihat anak masih malu dan enggan untuk memulai kegiatan.

Jum’at, 24 Febuari 2019 jam 15.00 WIB memberikan kegiatan finger painting anak mampu menyelesaikan 3 dari 7 perintah kegiatan yaitu mengenal warna dan meniru garis lurus, lengkung, silang dan lingkaran, segitiga dan kotak, terlihat anak senang dipertemuan kedua.

Kamis, 25 Febuari jam 14.00 WIB memberikan kegiatan finger painting anak mampu menyelesaikan 4 dari 7 perintah yang diberikan yaitu mengenal warna dan meniru garis lurus, lengkung, silang dan lingkaran, segitiga, kotak dan mewarnai dengan gerakan satu arah, terlihat anak mulai aktif dan mandiri.

Jumat, 26 Febuari jam 14.20 WIB memberikan Kegiatan finger painting namun anak tidak adanya perkembangan seperti sebelumnya atau peningkatan kemampuan menyelesaikan perintah yang diberikan.

Rabu, 27 Febuari jam 15.00 memberikan kegiatan finger painting terjadi peningkatan yaitu anak mampu menyelesaikan 6 dari 7 perintah yang diberikan, data subyek anak tampak senang.

Sabtu, 28 Febuari jam 14.00 WIB mengevaluasikan kegiatan finger painting. media yang

(5)

digunakan adalah kertas katon, cat warna, handuk atau lap. Adapun tahapan

dalam kegiatan finger painting tersebut pembukaan dan penutup dilakukan dalam waktu 60 menit.

Kegiatan pembukaan meliputi,

mengucapkan salam,

memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan. Kegiatan yang kedua penyuluhan meliputi, menjelaskan materi secara sistematis mengenai motorik halus dan cara meningkatkan motorik halus yang efektif dan menyenangkan dengan menggunakan kegiatan finger painting, berdiskusi dengan keluarga pentingnya memberikan kegiatan meningkatkan motorik halus sedini mungkin agar anak tidak mengalami keterlambatan tumbuh kembang motorik halus dan memberikan sesi tanya jawab kepada audien. Kegiatan terakir yaitu memberikan kegiatan peningkatan motorik halus dengan menggunakan finger painting, evaluasi, memberikan kesimpulan, dan mengucapkan salam.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini penulis akan menyimpulkan bahwa pemberian kegiatan finger painting sangat efektif untuk meningkatka motorik halus anak usia pra sekolah dengan diberikan sesering mungkin sebelum anak memasuki bangku sekolah.

5.1. Saran

Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah mengelola kasus asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah dengan keterlembatan motorik halus:

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat meningkatkan pemberian pelayanan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terhadap keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berada di wilayah binaanya terkait dengan perkembangan anak.

2. Bagi Insitusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan bahan referensi khususnya Keperawatan Keluarga dalam penangan masalah motorik halus sehingga dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai tindakan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan status kesehatan keluarga.

3. Bagi Klien dan Keluarga Diharapkan agar klien dan keluarga dapat menjaga kesehatan anggota keluarganya dalam peningkatan status kesehatan keluarga dan memperhatikan perkembangan anak.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Andarmoyo. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Friedman. 2010. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktik.

Jakarta: EGC.

Gumilang. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta: Bineka Cipta.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hidayat. 2010. Metode Penelitian Paradigma Kesehatan. Jakarta.

(6)

Maghfurah., & Putri, K,C (2017) Pengaruh finger painting Terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah di TK Sartika Lamongan. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol, No.1

Muhlisin. 2012. Keperawatan keluarga.

Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing.

NANDA International. 2018. Nursing Diagnosa: ICNP 2018. Jakarta:

EGC.

Notoatmojo. 2010. Promosi Kesehatan Dan Ilmu perilaku. Jakarta: Renika Cipta.

Nursalam. 2009. Penelitian ilmu keperawatan praktis. Jakarta:

Salemba Medika.

Padila. 2015 . Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwanto. 2009. Evaluasi hasil belajar.

Surakarta: Pustaka Belajar.

Riasmini, Ni Made et al. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, Dan Komunutas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, NIC, Di Puskesmas Dan Masyarakat.

Jakarta: UI Pres.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Alien Dayinta Mahendra, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Faktor Atribut Produk, Persepsi Nilai dan

Sesuai dengan wasiat beliau, Dadan Sunandar selaku anak kedua dari Abah Asep melanjutkan peran Abah Asep dalam perkembangan padepokan Giri Harja, sehingga padepokan Giri

 Saratoga menghasilkan laba yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 369 miliar pada semester ini dibandingkan dengan Rp 1,191 miliar untuk periode

[r]

The inside pipe protection against corrosion uses lining and epoxy and the outside one. uses

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains. Program Studi

Responden dari Puskesmas di Provinsi Banten 4,2 kali lebih banyak yang baik dalam praktek pencegahan penyakit menular dibandingkan yang dari Provinsi Kalimantan Selatan,