• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visual Analysis Of Jepara Carved Batik Using Five Design Principles

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Visual Analysis Of Jepara Carved Batik Using Five Design Principles"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

ANALISIS VISUAL BATIK BERMOTIF UKIR JEPARA MENGGUNAKAN LIMA PRINSIP DESAIN

Visual Analysis Of Jepara Carved Batik Using Five Design Principles

Eka Amalia Wulandari¹, Zuriyah Zuriyah², dan Irfa’ina Rohana Salma²

¹Program Studi Seni Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Jl. Parangtritis KM 6,5 Sewon, Bantul, Yogyakarta

²Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian Jl. Kusumanegara No 7. Yogyakarta

Korespondensi penulis

Email : [email protected], [email protected] dan [email protected]

Kata kunci: batik, Jepara, motif ukir,analisis, prinsip-prinsip desain Keywords: batik, Jepara, carving motifs, analysis, design principles

ABSTRAK

Jepara selain terkenal sebagai “kota ukir” kayu, juga memiliki industri kreatif yang lainnya salah satunya adalah batik. Batik Jepara memiliki corak yang khas berbeda dari motif daerah lain. Hal ini menarik untuk diteliti, terutama motif batik yang sumber inspirasinya dikembangkan dari motif ukiran kayu. Penelitian ini bertujuan menganalisis visual dari batik motif ukir Jepara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif dengan analisis menggunakan 5 (lima) prinsip desain, yaitu; kesatuan (unity), keseimbangan (balance), ritme (rhytm), penekanan (emphasis), dan proporsi (proportion). Hasilnya yaitu; (1) Motif ukir batik Jepara memiliki corak yang unik karena dikembangkan dari ragam hias ukiran kayu khas Jepara; (2) Batik motif ukir Jepara disusun dari unsur-unsur visual yang disusun menjadi kesatuan motif hias yang harmonis menggunakan prinsip-prinsip desain untuk menghasilkan motif yang indah dan khas.

ABSTRACT

Jepara is not only known as the “city of wood carving”, but also has other creative industries, one of which is batik. Jepara batik has a distinctive style that is different from other regional motifs. This is interesting to study, especially batik motifs whose source of inspiration was developed from wood carving motifs. This study aims to analyze the visuals of Jepara carved batik motifs. The research method used is descriptive-qualitative method with analysis using 5 (five) design principles, namely;

unity, balance, rhythm, emphasis, and proportion. The results are; (1) The Jepara batik carving motif has a unique style because it was developed from a typical Jepara wood carving ornament; (2) Jepara carved batik motifs are composed of visual elements that are arranged into a harmonious decorative motif using design principles to produce distinctive decorative motifs.

(2)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 2 PENDAHULUAN

Jepara merupakan kota kecil di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah yang merupakan ibu kota dari Kabupaten Jepara, tepatnya 71 KM dari Kota Semarang arah Timur Laut yaitu di Semenanjung Muria. Jepara secara umum dikenal sebagai “kota ukir” karena banyak industri kerajinan ukir dari bahan kayu yang produknya telah mendunia (Eskak, 2013a; Pratiwi

et al

., 2017; Ichsan, 2019). Selain produk kreatif dari bahan kayu, Jepara sebenarnya juga mempunyai industri kreatif dari material lainnya yang terdapat di berbagai sentra, antara lain yaitu: tenun di Troso (Adriani, 2017), rotan di Teluk Wetan (Anam

et al

, 2019) , perhiasan monel di Kriyan (Umam, 2019), konveksi di Sendang, mainan anak

(toys)

di Karanganyar, serta batik di beberapa desa di Jepara (Wulandari & Salma, 2019).

Industri batik dewasa ini menjadi primadona baru di industri kreatif Jepara, walaupun sebenarnya industri ini sudah sejak lama ada (Sutarya, 2014), namun keberadaannya kurang berkembang (Syafrudin, 2019). Kemunculannya kembali dan mencuat berpotensi menjadi industri baru yang unggul disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain yaitu munculnya keberanian berwirausaha dari anak-anak muda Jepara yang memiliki latar belakang pendidikan kriya tekstil baik lulusan dari SMK maupun Perguruan Tinggi (Salma, 2021), dan kemampuan generasi pengusaha muda dalam penguasaan menggunakan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di era digital ini (Eskak, 2020). Selain itu, promosi dan pemasaran

on line

juga memberi sumbangsih dalam keberhasilan produk IKM batik Jepara untuk lebih dikenal masyarakat luas sehingga mendapatkan akses pasar ke konsumen yang tepat (Zuriyah, Salma, & Azizah, 2020).

Gambar 1. Batik Jepara Motif Lung-Lungan Ukir

Selain beberapa faktor tersebut di atas, batik Jepara saat ini dapat diterima dan disukai konsumen adalah karena keunikan motif hiasnya. Batik Jepara memiliki corak khas yang

(3)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 3 berbeda dari motif-motif hias daerah lain. Salah satu yang diinginkan konsumen batik adalah motif yang eksklusif, yaitu motif yang indah dan unik berbeda dari motif-motif yang dipakai oleh masyarakat umum (Sartika

et al

, 2017). Motif batik Jepara menghadirkan motif yang berbeda dari motif batik pada umumnya, karena sumber inspirasi penciptaannya dikembangkan dari motif ukiran kayu tradisional khas Jepara, seperti dapat dilihat dalam Gambar 1. Batik motif ukir Jepara ini secara visual menarik karena berbeda dari gaya (

style

) motif batik pada umumnya.

Keunikan Motif Batik

Keutamaan kain batik selain pada proses pembuatannya juga terletak pada keindahan motif hiasnya. Keindahan motif batik terwujud (visual) sebagai hasil dari penyusunan unsur- unsur rupa yaitu titik, garis, bidang, warna, dan tekstur (Eskak, 2013b). Gabungan unsur- unsur rupa tersebut menjadi sub-sub motif yaitu: (1) Motif pokok, (2) Motif pengisi, dan (3) Motif isian/

isen-isen

(Salma & Eskak, 2012a). Motif pokok adalah motif utama atau motif inti yang umumnya berukuran lebih besar dari ukuran motif sekelilingnya. Motif pokok juga dominan dalam menentukan makna filosofis dari motif batik (Eskak & Salma, 2018). Motif pengisi adalah motif yang melengkapi atau mendukung motif pokok, motif berukuran sedang atau lebih kecil dari motif utama, disusun disela-sela motif pokok untuk mengisi bidang-bidang kosong, yang menjadi konektor harmonisasi antara motif-motif pokok (Salma

& Eskak, 2012b). Motif isian atau

isen-isen

adalah merupakan motif berukuran kecil

(ukel, cecek-cecek, sawut, galaran, gringsing, sisik melik,

dan lainnya) atau elemen terkecil seni rupa (titik, garis). Motif isian dapat pula dimanfaatkan untuk mengisi bidang-bidang kosong yang sesuai untuk memperindah dan memberi kesan lembut/rumit pada bidang motif batik misalnya

sawut

untuk memberi isian pada motif daun,

sisik melik

untuk memberi isian pada motif ikan ataupun naga, dan lain sebagainya.

Motif batik berdasarkan jenis dan penyusunan unsur-unsur hiasnya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: motif geometris, motif non geometris dan motif kombinasi. Motif Geometris adalah motif hias yang cara menyusun pola dan visual yang dihasilkan mengandung kaidah ilmu ukur (titik/garis berpola ritmis, bangun/bujur berpola ritmis). Motif non geometris adalah motif yang bentuk dasarnya tidak menggunakan kaidah ilmu ukur presisi, komposisi motif disusun mengikuti pola bebas, namun masih tersusun secara rapi dan harmonis.

Struktur motif non geometris umumnya terdiri atas motif tumbuhan, motif binatang, dan bentuk-bentuk lainnya secara bebas. Motif kombinasi merupakan motif gabungan geometris dan motif non geometris (Salma, 2012; Eskak, 2013; Susanto, 2018). Motif berdasarkan arah pergerakan citra garis (pola) dapat dibedakan menjadi dua yaitu pola simetris dan dan pola asimetris. Pola simetris adalah pola penyusunan motif disusun dalam pola yang sejajar berimbang terlihat langsung (visual) kanan dan kiri atau atas dan bawah. Pola asimetris adalah pola penyusunan motif yang bebas namun sebenarnya perimbangannya disamarkan,

(4)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 4 tidak diperlihatkan secara jelas (Salma

et al,

2012; Eskak, 2016). Penggarapan arah perimbangan pola dalam struktur motif batik yaitu secara: horisontal, vertikal, sentral, diagonal, dan bebas (Salma

et al

, 2020).

Prinsip Desain Dalam Motif Batik

Dalam penggarapan karya seni/desain, seniman/desainer memerlukan acuan standard artistik yang menjadi suatu

guide

yang dapat membantu kelancaran dalam membuat karya seni/desain. Dalam membuat motif batik pun menggunakan prinsip-prinsip desain yang berjumlan 5 (lima) hal yaitu: kesatuan

(unity),

keseimbangan

(balance),

ritme

(rhytm),

penekanan

(emphasis),

dan proporsi

(proportion).

Adapun penjelasan masing-masing prinsip adalah sebagai berikut: (1) Kesatuan dalam sebuah hasil karya seni/desain adalah bersatunya semua unsur-unsur pembentuk rupa (ide/tema, unsur-unsur rupa) dalam karena adanya kohesi antara unsur-unsur saling berbaur menyatu menghasilkan motif dalam komposisi yang harmonis. (2) Keseimbangan adalah komposisi unsur-unsur rupa secara seimbang, tidak berat sebelah. (3) Ritme adalah penyusunan unsur-unsur rupa dalam suatu irama (pengulangan atau variasi). (4) Penekanan adalah memberikan perlakuan berbeda (ukuran, warna, tekstur) terhadap unsur rupa sehingga lebih terlihat menonjol

(center of interest).

(5) Proporsi adalah keterukuran ideal yang membuat nyaman secara visual (Eskak, 2000; Sanyoto, 2010; Irawan & Tamara, 2014)

Penelitian yang telah ada sebelumnya dan memiliki relasi dengan penelitian ini antara lain: Wulandari & Salma (2019) yang melakukan penelitian untuk penciptaan motif batik khas Jepara yang sumber inspirasi dari ukiran kayu tradisional Jepara yang berkaitan dengan fenomena budaya masyarakatnya (budaya merantau, sepak bola, dan lain-lain). Alamsyah, Maziyah & Supriyono (2020) melakukan penelitian tentang perkembangan motif batik Jepara Tahun 2008-2019, sebagai identitas baru Jepara berbasis kearifan lokal. Salma (2021) juga telah melakukan kajian tentang model pengembangan industri batik Jepara. Pada ketiga penelitian tersebut di atas, mereka berfokus pada penggambaran proses penciptaan dan perkembangan motif yang berdampak pada kemajuan industri batik di Jepara. Tulisan ini memiliki pembeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu bertujuan melakukan analisis visual terhadap batik motif ukir Jepara dengan menggunakan 5 (lima) prinsip desain.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah metode yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (fenomena yang ada di alam/masyarakat).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menjawab secara lebih rinci fenomena yang akan diteliti berupa: suatu objek, tokoh/individu, suatu kelompok, kumpulan objek, atau suatu fenomena sosial yang nyata. Data dapat berupa penyataan

(5)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 5 oral/tertulis, teori, benda maupun gambar yang sesuai dengan keadaan sebenarnya (Nazir, 2013; Sugiyono, 2020). Penelitian ini akan melakukan analisis visual terhadap Batik Motif Ukir Jepara yang dihasilkan oleh IKM batik di Jepara, dengan analisis menggunakan 5 prinsip desain, yaitu; kesatuan (

unity

), keseimbangan (

balance

), ritme (

rhytm

), penekanan (

emphasis

), dan proporsi

(proportion).

Prinsip desain adalah suatu dasar kebenaran yang dijadikan landasan/pedoman untuk berpikir dan berkarya seni rupa/desain (Eskak, 2000;

Sanyoto, 2010; Salma, 2013; Irawan & Tamara, 2014; (Yoga

et al,

2015) Eskak, 2016a). Berikut ini sample karya batik yang dianalisis (Gambar 2.a dan Gambar 2.b).

a b

Gambar 2. a. Batik Jepara Motif Lung-Lungan Ukir b. Batik Jepara Motif Kembangmulyo Kawung

HASIL DAN PEMBAHASAN

Batik motif ukir Jepara memiliki keunikan yang menjadi pembeda dengan motif batik secara umum. Keunikan suatu produk merupakan daya tarik sehingga suatu produk memiliki nilai ekonomi. Hasil analisis terhadap sampel motif menggunakan 5 (lima) prinsip desain dapat diketahui bahwa: (1) Motif-motif batiknya memiliki corak unik (memiliki bentuk menarik yang berbeda dari motif batik pada umumnya) karena dikembangkan dari ragam hias ukiran kayu tradisional Jepara, (2) Batik bermotif ukir Jepara, dihasilkan dengan cara menyusun unsur-unsur dengan menggunakan prinsip-prinsip desain, sehingga menghasilkan kesatuan motif hias yang harmonis. Motif-motif batik khas Jepara bermotif ukir tersebut antara lain:

Batik Lung-lungan Ukir (

Gambar 1 dan Gambar 2.a),

Batik Ceplok Ukir, Batik Kembang Mulyo Kawung

(Gambar 2.b),

Batik Lereng Lung Jepara, ,

dan lain-lain.

Motif Lung-lungan Ukir (Gambar 2.a) bila ditinjau secara visual merupakan jenis motif non-geometris, sedangkan pada Motif Kembangmulyo Kawung (Gambar 2.b) termasuk jenis motif kombinasi, yaitu kombinasi motif non-geometris (lung-lungan kembang) dengan motif geometris (kawung). Sumber inspirasi yang diangkat dalam motif adalah ragam nias seni ukir, yang merupakan bentuk-bentuk alam flora dan fauna yang telah distilasi (digayakan).

(6)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 6 Motif-motif batik terbentuk dari susunan unsur-unsur rupa yang sudah disusun dalam sub- sub motif, contoh pada Motif Kembang Mulyo: motif pokoknya adalah untaian/lung bunga, motif pengisinya adalah kawung, dan motif isiannya (isen-isen) adalah sawut, cecek, sisik melik. Motif Lung-Lungan Ukir berdasarkan arah pergerakan citra garis (pola) termasuk pola simetris, sedangkan Motif Kembangmulyo Kawung termasuk pola campuran. Analisis berdasarkan lima prinsip desain terhadap Motif Lung-Lungan Ukir hasilnya adalah kesatuan (baik), keseimbangan (lugas), ritme (dinamis), penekanan (bunga, warna), dan proporsi (baik).

Analisis terhadap Motif Kembangmulyo Kawung hasilnya adalah kesatuan (baik), keseimbangan (tersembunyi ), ritme (runtut), penekanan (bunga, warna), dan proporsi (baik).

Hasil analisis rerata karya motif telah baik/bagus dan aplikatif untuk bahan sandang, terutama busana. Hasil analisis terhadap sampel secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Visual Batik Jepara Bermotif Ukir Menggunakan Lima Prinsip Desain

No Motif/Gambar Lima Prinsip Desain

Kesatuan Keseimbangan Ritme Penekanan Proporsi

1

Lung-Lungan Ukir

baik lugas runtut bunga

warna

baik

2

Merak Ukir kurang tersembunyi dinamis variasi

merak warna

cukup

3

Ceplok Ukir cukup lugas runtut bunga

lingkaran

cukup

(7)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 7

No Motif/Gambar Lima Prinsip Desain

Kesatuan Keseimbangan Ritme Penekanan Proporsi

4

Lung-Lungan Ulir baik lugas dinamis bunga

warna

baik

5

Lung Merak baik lugas variatif merak

warna

cukup

6

Kembang Setaman baik tersembunyi dinamis variatif

bunga baik

7

Lung Bimo Kurdo baik lugas dinamis bunga baik

8

Lung Gunung baik lugas statis lung

gunung

baik

9 Kembangmulya Kawung

baik tersembunyi dinamis variasi

bunga warna

baik

(8)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 8

No Motif/Gambar Lima Prinsip Desain

Kesatuan Keseimbangan Ritme Penekanan Proporsi

10 Lung Lereng Jepara baik tersembunyi runtut bunga warna

baik

11

Lung Seno baik tersembunyi Dinamis variasi

bunga ukuran bentuk

cukup

12

Lung Kangkung kurang lugas runtut bunga

warna cukup

(Diolah dari berbagai sumber)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Batik motif ukir Jepara merupakan batik khas Jepara. Analisis terhadap sampel motif menggunakan 5 (lima) prinsip desain (keseimbangan, kesatuan, ritme, penekanan, dan proporsi) dapat diketahui bahwa: (1) Batik motif ukir Jepara memiliki corak unik karena dikembangkan dari ragam hias ukiran kayu tradisional khas Jepara; (2) Batik motif ukir Jepara disusun dari unsur-unsur rupa menjadi kesatuan motif hias yang harmonis menggunakan prinsip-prinsip desain, sehingga dapat menghasilkan motif yang indah, unik, dan khas.

Saran

Perlu promosi lebih gencar baik daring maupun luring, agar produk batik khas Jepara semakin lebih dikenal publik. Pembina industri baik pemerintah (dinas, institusi) maupun

(9)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 9 swasta (yayasan, ormas, industri besar/bapak angkat) juga menjadi konsumen produk batik khas Jepara sebagai media promosi maupun penyerapan pasar industri lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, R. N. (2017). Implementasi Program One Village One Product (Ovop) Pada Koperasi Paguyuban Tenun Troso Kabupaten Jepara. Universitas Diponegoro.

Alamsyah, Maziyah, S., & Supriyono, A. . (2020). Perkembangan Motif Batik Jepara Tahun 2008-2019:

Identitas Baru Jepara Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Sejarah Citra Lekha, 5(1), 45–56.

https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jscl.v5i1.28360

Anam, K. A. & Setyawan, M. (2019). Strategi Pengembangan Produk Unggulan Daerah Berbasis Klaster Pada Sentra Kawasan Industri Rotan Di Kabupaten Jepara. MANDAR, Management Development and Applied Research Journal, 1(2), 1–8. Retrieved from

https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/mandar/article/view/368/185

Eskak, E. & Salma, I. R. (2018). Solidarity Values In The Indonesian Batik Motifs. Jantra, 13(2), 11–28.

Retrieved from http://jantra.kemdikbud.go.id/index.php/jantra/article/view/68

Eskak, E. (2000). Pemanfaatan Kayu Limbah Industri Mebel Untuk Penciptaan Karya Seni. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Eskak, E. (2013). Krisis Bahan Baku Seni Kerajinan Kayu di Jepara dan Solusi Pemecahannya. Dinamika Kerajinan dan Batik, 30(2), 73–84. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v30i2.1112 Eskak, E. (2020). Kajian Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Untuk Meningkatkan Daya

Saing Industri Kreatif Kerajinan dan Batik di Era Industri 4.0. Prosiding Online Seminar Nasional Batik Dan Kerajinan,2(1), B.10. Retrieved from

https://proceeding.batik.go.id/Index.Php/Snbk/Article/View/60

Eskak, E. (2016a). Eksplorasi Bambu Betung untuk Pembuatan Lampu Hias. Ornamen. Retrieved from http://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/ornamen/article/view/1041

Eskak, E. (2016b). Identifikasi Pola Laminasi Tempurung Kelapa. Dinamika Kerajinan dan Batik, 32(2), 107–116. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v32i2.1366

Eskak, Edi. (2013). Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik Pada Generasi Muda Kritik Seni Karya Pemenang Lomba Desain Batik Bbkb 2012. Dinamika Kerajinan dan Batik, 30(1), 1–10.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v30i1

Ichsan, A. (2019). Pesona Ukiran Kayu Jepara. Retrieved May 14, 2020, from https://www.inacraftnews.com/pesona-ukiran-kayu-jepara/

Irawan, I. & Tamara, P. (2014). Dasar-dasar Desain Untuk Arsitektur, Interior, Seni Rupa, Desain Produk Industri dan Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Griya Kreasi.

Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pratiwi, A. P., Kenang, K. K., & Ruki, U. A. (2017). Analisa Perkembangan Motif Ukiran di Jepara Pada Abad Ke-16 Hingga Abad Ke-17. 2. Kreasi, 2(2), 5–25.

Salma, I. R., & Eskak, E. (2012). Kajian Estetika Desain Batik Khas Sleman Semarak Salak. Dinamika Kerajinan dan Batik, 32(2), 1–8. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v32i2.1026 Salma, I. R., Eskak, Edi., Farida., Wibowo, A. A., Satria, Y. M., & Atika, V. Lestari, D. W., Haerudin, A.

Ristiani, S., & Sumarto, H. (2020). Ornamen Etnis dalam Pengembangan Motif Batik. In Isnaini (Ed.) (p. 59). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Salma, I. R., &, & Eskak, E. (2012). Redesain Motif Batik Tradisional Berorientasi Pasar. In

Pengembangan Teknologi Manufaktur untuk Menunjang Penguatan Daya Saing Bangsa (pp.

A31–A35). Yogyakarta: Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.

Salma, I. R. (2012). Kajian Estetika Karya Batik Khas Mojokerto: Surya Citra Majapahit. Ornamen, Jurnal Kriya Seni ISI Surakarta, 9(2), 123–135.

(10)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 10 Salma, I. R. (2013). Pasuryaning Ati Dalam Tekstil Laminasi. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Salma, I. R. (2021). Review: Model Pengembangan Industri Batik Jepara. Dinamika Kerajinan dan Batik, 38(1), 55–64. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v38i1.6316.g5331

Sanyoto, S. E. (2010). Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra.

Sartika, D., Eskak, E., & Sunarya, I. K. (2017). Uma Lengge dalam Kreasi Batik Bima. Dinamika Kerajinan dan Batik, 34(2), 73–82. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v34i2.3365

Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Susanto, S. K. S. (2018). Seni Kerajinan Batik Indonesia. (Tim Ahli BBKB, Ed.). Yogyakarta: ANDI.

Sutarya. (2014). Eksistensi Batik Jepara. Disprotek, 5(1), 19–33.

Syafrudin, R. R. (2019). Sistem Pemasaran Kain Batik Dewi Kunthi Jepara Berbasis Website. Universitas Muria Kudus. Retrieved from https://eprints.umk.ac.id/10581/

Umam, M. K. (2019). Animasi 3d Pembuatan Kerajinan Monel Jepara. Universitas Muria Kudus.

Retrieved from https://eprints.umk.ac.id/11775/

Wulandari, E. A., & Salma, I. R. . (2019). Motif Ukir dalam Kreasi Batik Khas Jepara. Dinamika Kerajinan dan Batik, 36(1), 17–34. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v36i1.4777.g4020

Yoga, W. B. S., & Eskak, E. (2015). Ukiran Bali dalam Kreasi Gitar Elektrik. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 32(2), 117–126. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v32i2.1367.g1156

Zuriyah, Z., Salma, I. R., & Azizah, S. A. N. (2020). Promosi Industri Kecil Menengah Batik Jepara di Era Sosial Media. In Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan Dan Batik, 2(1) (p. A11).

Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik. Retrieved from https://proceeding.batik.go.id/index.php/SNBK/article/vi

(11)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik

Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi

Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

A.11 | 11 Lembar Tanya Jawab

Moderator : Masiswo Notulis : Mutiara Triwiswara

1. Penanya : Masiswo (BBKB)

Pertanyaan : Pelaku usaha industri batiknya apakah sama dengan pelaku usaha ukir Jepara atau berbeda? Dari sisi pasar, bagaimana perkembangan atau besaran pasar batiknya seperti apa?

Jawaban : Pelaku usaha ukir dan batiknya berbeda. Di Jepara ada sekolah seni kriya kayu dan kriya tekstil. Perajin ukir sudah lama ada di Jepara, sedangkan perajin batik kebanyakan dari

background

kriya tekstil. Pada tahun 2009 baru ada 2 IKM dan sekarang berkembang menjadi 16 IKM dan 2 sentra batik karena didukung pemasaran

online

. Pemasaran kebanyakan dilakukan melalui media sosial terutama Whatsapp dan Facebook. Pemasaran lebih dapat dijangkau masyarakat luas sehingga relatif berkembang.

2. Penanya : Novritsar

Pertanyaan : Motif non-geometri yang dimaksud apakah dapat dijadikan suatu kekhasan yang membedakan dengan motif batik dari daerah lain?

Jawaban : Motif utama batik Jepara mengambil dari motif ukiran tradisional jepara sehingga beda dengan motif batik lain, tapi pada aplikasinya bisa dikombinasikan dengan motif pedalaman seperti Parang dan Kawung. Contoh motif non-geometri yang khas yaitu Lung-lungan ukir.

3, Penanya : Sugiyem (UNY)

Pertanyaan : Motif ukir jepara apakah ada motif khasnya? Sumber idenya dari mana? Apakah dari flora khas jepara atau dari sumber lain?

Jawaban : Motif khas ukir Jepara yaitu motif Ukir Wuni, sumbernya dari buku karya Sukatno tahun 2004 berupa motif tumbuhan dan ada motif burung merak.

Referensi

Dokumen terkait