• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Analisis Online Brand Community Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng” (Survey Pada Anggota Komunitas Fanbase Facebook Asyikberatid).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Analisis Online Brand Community Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng” (Survey Pada Anggota Komunitas Fanbase Facebook Asyikberatid)."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Galang Putra N, 2015

Analisis Online Brand Community Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Galang Putra N (0906752), “Analisis Online Brand Community Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng” (Survey Pada Anggota Komunitas Fanbase Facebook Asyikberatid). Di bawah bimbingan Dr. Hj. Ratih Hurriyati, MP.

Persaingan yang kompetitif di industri makanan khususnya kategori produk wafer coklat beng beng yang ditandai dengan menurunnya pengetahuan, ekspektasi dan evaluasi atas keseluruhan kinerja merek dari konsumen yang merupakan indikasi dari penurunan brand attitude. Brand attitude menjadi suatu hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Solusi yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan kinerja online brand community.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk memperoleh gambaran mengenai online brand community produk wafer coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook asyikberatid, 2) untuk memperoleh gambaran mengenai brand attitude produk wafer coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook asyikberatid dan 3) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh online brand community terhadap brand attitude produk wafer coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook asyikberatid. Objek penelitian ini adalah anggota komunitas fanbase facebook asyikberatid. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah online brand community. Sedangkan variabel terikat adalah brand attitude. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik simple random sampling, dengan jumlah sampel 100 responden anggota komunitas fanbase facebook asyikberatid. Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan alat bantu software komputer SPSS 21.0. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menyatakan bahwa kinerja online brand community berpengaruh terhadap brand attitude.

Penulis merekomendasikan agar perusahaan meningkatkan kinerja dari online brand community terutama dalam hal social networking sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan brand attitude.

(2)

Galang Putra N, 2015

Analisis Online Brand Community Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Galang Putra N (0906752), Analysis Online Brand Community on Brand

Attitude Chocolate Wafer Beng Beng” (Survey on the community member of

Fanbase Facebook Asyikberatid). Guidance of Dr. Hj. Ratih Hurriyati, MP.

Competitive rivalry in the food industry in particular product category chocolate wafer beng beng marked by declining knowledge, expectations and evaluation of the overall performance of a consumer brand is an indication of the decrease in brand attitude. Brand attitude becomes a thing that could not be ignored for granted. The solution that the company can do is to improve the performance of online brand community.

The purpose of this research was: 1) to obtain an overview of the online brand community products brand chocolate wafer Beng beng on the community of Fanbase Facebook Asyikberatid, 2) to obtain an overview of the brand attitude product brand chocolate wafer Beng beng on the community of Fanbase Facebook Asyikberatid and 3) to find out how much influence online brand community on brand attitude product brand chocolate wafer Beng beng on the community of Fanbase Facebook Asyikberatid. The object of this research is a community member of Fanbase Facebook Asyikberatid. The independent variable in this study is an online brand community. The dependent variable is the brand attitude. This type of research is descriptive, verifikatif, and the method used was explanatory survey with simple random sampling techniques, with a total sample of 100 respondents community member of Fanbase Facebook Asyikberatid. Data analysis technique used is a simple linear regression with SPSS computer software tools 21.0. The results obtained in the study stated that the performance of online brand community influence on brand attitude.

The author recommends that companies improve the performance of online brand community especially in terms of social networking as a strategy to enhance the brand attitude.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi global telah mempercepat pergeseran kekuatan ekono

mi dunia. Emerging market dan negara berkembang menjadi menjadi penopang

utama pertumbuhan ekonomi dunia. Asia adalah wilayah yang paling menonjol.

China dan India berada pada lapisan pertama dan pada lapisan kedua ialah

Korea, Indonesia, Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Ketujuh perekonomian

ini yang dijuluki Emerging Asia (EA‐7) tumbuh pesat dan semakin

meninggalkan G‐7. Berikut Tabel 1.1 menunjukan tingkat pertumbuhan ekonomi

dunia tahun 2009-2012.

TABEL 1.1

TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA 2009-2012 Country Group Name 2009 2010 2011 2012

World -0.59 5.221 3.954 3.152

Advanced economies -3.47 3.012 1.634 1.249

Euro area -4.387 2.005 1.446 -0.578

Major advanced economies (G7) -3.842 2.791 1.465 1.449 Other advanced economies (Advanced

economies excluding G7 and euro area)

-1.082 5.848 3.285 1.823

Emerging market and developing economies

2.668 7.614 6.367 5.061

Developing Asia 6.91 9.95 8.14 6.639

ASEAN-5 1.743 6.968 4.512 6.097

Latin America and the Caribbean -1.534 6.064 4.582 2.999 Middle East, North Africa, Afghanistan,

and Pakistan

2.945 5.256 3.894 4.731

Middle East and North Africa 2.969 5.489 3.974 4.815

Sub-Saharan Africa 2.715 5.418 5.258 4.786

(4)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia

mengalami penurunan termasuk Negara-negara maju yang juga berdampak bagi

Negara di wilayah Asia. Develoving asia masih memberikan kontribusi terbesar

bagi perekonomian dunia dengan menyumbang 6,639 %. Kondisi ini disebabkan

masih besarnya permintaan domestik dan tumbuhnya keterikatan ekonomi antar

negara berkembang yang menyebabkan ketahanan ekonomi cukup kuat. Salah

satu negara Asia yang mengalami pertumbuhan yaitu Indonesia yakni sebesar 6,2

%.

Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat para

investor asing tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Berikut

Tabel 1.2 menunjukan perkembangan investasi penanaman modal asing (PMA)

sektor industri sampai September tahun 2012.

TABEL 1.2

PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2012 (US$ JUTA)

No SEKTOR 2010 2011 2012

P I P I P I

1 Industri Makanan 194 1.025,7 308 1.104,6 334 1.148,8 2 Industri Tekstil 110 154,8 166 497,3 133 378,1 3 Industri Barang dari Kulit dan

Alas Kaki

30 130,4 59 255,0 71 130,1

4 Industri Kayu 31 43,1 29 51,1 21 16,4

5 Industri Kertas dan Percetakan 32 46,4 42 257,5 55 1.69,7 6 Industri Kimia dan Farmasi 159 793,4 223 1.467,4 214 2.476,9 7 Industri Karet dan Plastik 100 104,3 148 370,0 133 585,8 8 Industri Non Logam 8 28,4 46 137,1 52 123,4 9 Industri Logam, Mesin dan

Elektronik

269 589,5 383 1.772,8 332 1.284,4

10 Industri Intrumen Kedokteran Presisi & Optik dan Jam

2 1,4 5 41,9 2 1,6

11 Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain

97 393,8 147 770,1 156 1.308,0

12 Industri Lainnya 59 27,6 87 64,7 68 70,8

Jumlah 1.096 3.357 1.643 6.789,6 1.571 8.594,1 Keterangan : P (jumlah ijin usaha) ; I (nilai investasi)

(5)

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukan selama periode tahun 2010 hingga

September tahun 2012 sektor makanan mengalami kenaikan, jumlah investasi

perusahaan milik asing pada sektor industri makanan menempati urutan keempat

yaitu US$ 1.148,8. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya dengan jumlah

investasi sebesar US$ 1.104,6.

Meningkatnya jumlah investasi asing terhadap industri makanan

menunjukan bahwa industri ini memiliki peluang yang baik di masa depan.

Kondisi ini juga akan menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan

asing dan dalam negeri. Berikut Tabel 1.3 menunjukan perkembangan investasi

penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri sampai September tahun

2012.

TABEL 1.3

PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2012 (RP MILIAR)

No SEKTOR 2010 2011 2012

P I P I P I

1 Industri Makanan 277 16.405,4 258 7.940,9 176 7.719,4 2 Industri Tekstil 26 431,7 52 999,2 51 3.247,2 3 Industri Barang dari Kulit

dan Alas Kaki

4 12,5 3 13,5 6 62,9

4 Industri Kayu 6 451,3 14 514,9 5 52,1

5 Industri Kertas dan Percetakan

25 1.102,8 53 9.296,3 56 4.997,2

6 Industri Kimia dan Farmasi 64 3.266,0 106 2.711,9 81 4.213,0 7 Industri Karet dan Plastik 48 522,8 81 2.295,7 78 2.310,7 8 Industri Non Logam 13 2.264,6 39 7.440,5 36 9.088,4 9 Industri Logam Mesin Dan

elektronik

50 789,6 76 6.787,0 68 5.838,6

10 Industri Intrumen

Kedokteran Presisi & Optik dan Jam

- 0 1 0,0 - 0

11 Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain

15 362,2 16 529,1 15 569,0

12 Industri Lainnya 2 3,7 7 4,8 5 11,5

(6)

Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukan selama periode 2010 hingga

September 2012 pertumbuhan investasi PMDN industri makanan mengalami

penurunan. Penurunan ijin usaha mengalami penurunan sebesar -31,78% dari

tahun sebelumnya. Dalam hal investasi perusahaan dalam negeri yang juga

mengalami penurunan di tahun sebelumnya sebesar 9,72%. Hal ini berbanding

terbalik dengan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan asing yang

mengalami pertumbuhan baik jumlah ijin usaha maupun nilai investasi.

Semakin menurunnya jumlah ijin usaha dan nilai investasi perusahaan

dalam negeri dibandingkan perusahaan asing dapat merugikan perusahaan dalam

negeri karena sektor industri makanan merupakan industri penting yang menjadi

penyumbang utama kepada ekonomi penduduk di sebuah Negara. Berikut Tabel

1.4 kontribusi masing-masing sektor industri terhadap pertumbuhan industri.

TABEL 1.4

KONTRIBUSI MASING-MASING SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN INDUSTRI (PERSEN)

No Lapangan usaha 2010 2011 2012

1 Makanan, Minuman dan

Tembakau 33,60 35,20 35,94

2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas

Kaki 8,97 8,97 9,12

3 Barang Kayu dan Hasil Hutan

lainnya 5,82 5,82 4,99

4 Kertas dan Barang Cetakan 4,75 4,75 3,95

5 Pupuk Kimia dan Barang dari

Karet 12,73 12,73 12,56

6 Semen dan Barang Galian

Bukan Logam 3,29 3,29 3,39

7 Logam Dasar Besi dan Baja 1,94 1,94 1,95

8 Alat Angkutan Mesin dan

Peralatannya 28,14 28,14 27,42

9 Barang Lainnya 0,76 0,76 0,69

Sumber : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2012

Berdasarkan Tabel 1.4 menujukan jumlah kontribusi makanan, minuman

(7)

makanan, minuman dan tembakau merupakan industri yang memberikan

kontribusi paling besar yakni 35,94 %.

Makanan merupakan suatu kebutuhan primer bagi manusia oleh karena itu

kebutuhan manusia akan makanan dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal

ini mendorong manusia menginginkan makanan yang semakin beragam.

Makanan ringan menjadi salah satu pasar yang digemari oleh anak, remaja

dan dewasa karena sebagai sebuah cemilan yang memiliki banyak variasi rasa.

Salah satu makanan ringan yang disukai anak yaitu Wafer coating coklat . Berikut

Tabel 1.5 menunjukan perusahaan wafer coating coklat terbesar Indonesia.

TABEL 1.5

PERUSAHAAN WAFER COATING COKLAT TERBESAR INDONESIA

Perusahaan Merek

PT. Garudafood Gery

PT. Delfi Top

PT. Mayora Indah Tbk Beng beng

PT. Arnott’s Indonesia Timtam

Sumber : Data diolah dari internet

Berdasarkan Tabel 1.5 terdapat perusahaan yang mendominasi pasar wafer

coating coklat yaitu PT. Garudafood, PT. Delfi dan PT. Mayora Indah Tbk. PT.

Mayora Indah Tbk telah menjadi salah satu pelaku bisnis terbesar di industri

consumer goods di Indonesia, sejak tahun 1977. Perusahaan yang berada pada

sektor industri barang konsumsi di Indonesia semakin berkembang sehingga

persaingan antar industri barang konsumsi semakin ketat dengan semakin

meningkatnya permintaan konsumen dan jumlah perusahaan di industri ini yang

(8)

Departemen Riset dan Pengembangan Produk Mayora yang tidak pernah

berhenti melakukan penelitian. Hal ini terus dilakukan guna menemukan inovasi

maupun formula baru dalam menciptakan suatu produk. Termasuk menciptakan

produk baru yang menggunakan bahan baku lokal atau substitusi dari gandum.

Selama beberapa dekade, Mayora Group telah tumbuh menjadi salah satu nama

yang diakui di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen untuk

menghasilkan produk berkualitas telah membuat kelompok Mayora memiliki

merek-merek terkenal di dunia, antara lain Kopiko, Danisa, Astor, Energen, dan

Torabika. Dalam menghadapi persaingan global yang terus meningkat, perseroan

secara konsisten terus berupaya untuk mempertahankan mutu produk.

(http://www.koran-sindo.com akses 1/10/2013, 09:10).

Persaingan menjadi salah satu bagian penting dalam dunia bisnis.

Membaiknya tingkat ekonomi, telah meningkatkan permintaan akan produk

konsumsi sehingga menyebabkan munculnya produsen makanan dan minuman

baru, dan importir yang memasukan barang dari luar negeri. Hal ini

mengharuskan Perseroan untuk terus berinovasi dari segala aspek agar dapat terus

bertumbuh.

Salah satu produk yang menjadi unggulan PT. Mayora Indah Tbk dalam

kategori wafer coating coklat yaitu beng beng. Bengbeng merupakan salah satu

pelopor wafer caramel berlapis cokelat di Indonesia. Dalam menjalankan proses

(9)

wafer wafer coating coklat. Berikut Tabel 1.6 yang menunjukan brand share

wafer coating coklat tahun 2013.

TABEL 1.6

BRAND SHARE WAFER COATING COKLAT TAHUN 2011-2013

Merek Brand share

2011 2012 2013

Gery 59,3 38,5 51,5

Tim tam 3,8 29,0 17,9

Beng beng 15,0 17,5 16,5

Top 10,5 5,1 5,8

Roma superstar - - 6,8

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

SWA No. 20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012 SWA No. 19/XXIX/12 - 25 September 2013

Berdasarkan Tabel 1.6 menunjukan bahwa peringkat pertama ditempati

oleh gery kemudian dikuti oleh tim tam di peringkat 2 dan seterusnya. Merek

Beng beng menempati urutan ke 3 di tahun 2013 dengan 16,5% angka ini turun

dari tahun sebelumnya yakni 17,5%. Hal ini menunjukan bahwa brand share dari

produk Beng beng masih rendah keinginan konsumen dalam menggunakan merek

Beng beng sebagai merk wafer coating coklat masih rendah dibandingkan dengan

merek lain. Berikut Tabel 1.7 yang menunjukan Top Of Mind (TOM) dari tahun

2011 - 2013.

TABEL 1.7

TOM BRAND 2011-2013

Merek TOM Brand

2011 2012 2013

Gery 35,5 26,3 36,9

Tim tam 3,4 16,1 13,5

Beng beng 6,0 8,7 7,9

Top 3,6 4,1 4,3

Roma superstar - - 4,9

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

(10)

Berdasarkan Tabel 1.7 menunjukan bahwa merek Gery masih menjadi

urutan pertama dalam hal produk yang pertama kali muncul di benak konsumen

dengan 36,9 % angka ini meningkat dari tahun sebelumnya 26,3%, sedangkan

merek Beng beng mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 8,7%

menjadi 7,9%. TOM Brand merupakan suatu indikator sebuah brand diingat dan

dikenal oleh konsumen ketika menyebutkan suatu kategori produk tertentu.

Semakin tinggi nilai mind share maka semakin kuat merek tersebut. Dengan

menurunnya nilai mind share merek beng beng dapat menjadi suatu ancaman bagi

perusahaan untuk dapat bersaing dengan merek lain.

Perusahaan melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan ingatan

konsumen. Strategi-strategi pemasaran tersebut dilakukan guna meraih awareness

dari konsumen salah satunya dengan media iklan berikut Tabel 1.8 menunjukan

TOM AD 2011-2013.

TABEL 1.8

TOM AD 2011-2013

Merek TOM Ad

2011 2012 2013

Gery 58,0 37,6 50,0

Tim tam 5,8 25,7 17,7

Beng beng 12,2 15,1 12,3

Top 6,5 6,6 5,7

Roma superstar - - 5,1

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

SWA No. 20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012 SWA No. 19/XXIX/12 - 25 September 2013

Berdasarkan Tabel 1.8 menunjukan bahwa iklan masih merupakan media

yang digunakan produsen untuk memperoleh awareness dari konsumen. TOM ad

menjadi suatu indikator sebuah iklan produk diingat oleh konsumen. Merek Gery

(11)

oleh konsumen, sedangkan merek Beng beng justru mengalami penurunan dalam

hal efektivitas iklan yakni dari 15,1% menjadi 12%. Iklan merupakan suatu

media promosi yang membutuhkan biaya tinggi dan cukup efektif dalam

memperoleh awareness konsumen semakin dikenal sebuah iklan maka semakin

tinggi pengetahuan konsumen akan sebuah produk.

Menurunnya tingkat awareness konsumen tehadap produk Beng beng

dalam TOP Mind dan TOP Ad menunjukan bahwa pengetahuan akan sebuah

produk beng beng semakin rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi

permasalahan dalam sikap konsumen terhadap merek beng beng.

Kepuasan konsumen menjadi hal yang penting dalam pembentukan sikap

terhadap suatu merek. Konsumen yang merasa puas akan memberikan respon

positif yang akan memberi dampak kepada pembelian ulang dan bahkan dapat

merekomendasikan kepada orang lain. Berikut Tabel 1.9 menunjukan satisfaction

2011-2013.

TABEL 1.9

SATISFACTION 2011-2013

Merek Satisfaction

2011 2012 2013

Gery 99,0 98,6 99,8

Tim tam 100,0 98,8 100,0

Beng beng 99,5 100,0 99,2

Top 100,0 100,0 100,0

Roma superstar - - 98,6

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

SWA No. 20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012 SWA No. 19/XXIX/12 - 25 September 2013

Berdasarkan Tabel 1.9 menunjukan bahwa kepuasan merek beng beng

menurun dari tahun sebelumnya dari 100% menjadi 99,2% . Nilai ini merupakan

(12)

merek Beng beng mengalami masalah dalam kepuasan konsumen yang dapat

berakibat pada menurunnya pembelian ulang akan produk tersebut. Situasi ini

terbukti dengan menurunnya gain indeks merek Beng beng. Berikut Tabel 1.10

menunjukan Gain indeks 2011-2013.

TABEL 1.10

GAIN INDEKS 2011-2013

Merek Gain indeks Peringkat

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Gery 17,6 18,3 25,9 4 3 4

Tim tam 102,4 9,6 28,4 1 5 3

Beng beng 33,3 30,1 23,0 2 1 5

Top 28,9 23,5 38,5 3 2 1

Roma superstar - 13,3 28,6 - 4 2

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

SWA No. 20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012 SWA No. 19/XXIX/12 - 25 September 2013

Berdasarkan Tabel 1.10 menunjukan bahwa gain indeks merek beng beng

terus menurun dari tahun 2011-2013 bahkan di tahun 2013 merek bengbeng

menempati urutan terakhir dengan nilai 23%. Gain indeks merupakan kemampuan

suatu merek untuk mendapatkan konsumen baru di masa depan (SWA No.

19/XXIX/12-25 September 2013: 51). Hal ini menunjukan terdapat permasalahan

dari merek beng beng dalam upaya memperoleh konsumen di masa depan.

Keinginan atau niat untuk membeli produk beng beng semakin menurun. Kondisi

ini dapat menyebabkan menurunnya jumlah pembeli dan memberi dampak buruk

pada penjualan produk Beng beng.

Menurunnya satisfaction dan gain indeks menunjukan adanya respon sikap

negatif dari konsumen terhadap produk beng beng. Menurut Peter dan Olson

(13)

Sikap konsumen terhadap merek dapat diartikan sebagai penyampaian apa yang diharapkan pembeli agar dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan pembeli. Karena itu sikap konsumen dapat memacu keinginan atau niat untuk membeli suatu produk.

Berdasarkan pendapat diatas menujukan bahwa kepuasan konsumen dan

keinginan atau niat membeli suatu produk didasarkan pada sikap konsumen

mengenai produk tersebut. Semakin turunnya kepuasan dan keiinginan membeli

disebabkan karena adanya sikap negatif dari konsumen terhadap produk beng

beng.

Rendahnya awareness, kepuasan dan keinginan untuk membeli merek

bengbeng ditunjukan kembali dalam hasil survey frontier consulting group.

Berikut Tabel 1.11 yang menujukan kinerja top brand indeks dari tahun

2011-2013.

TABEL 1.11

TOP BRAND INDEKS TAHUN 2011-2013

Merek Brand Indeks Peringkat

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Bengbeng 54,6 8,9 6,4 1 2 3

Sumber : modifikasi dari www.topbrand-award.com (akses 2/10/2013, 21:00)

Berdasarkan Tabel 1.11 Top Brand Index diformulasikan berdasarkan 3

variabel: Mind Share, Market Share dan Commitment Share. Variabel pertama,

Mind Share, mengindikasikan kekuatan merek di dalam benak konsumen kategori

produk masing-masing. Market share menunjukkan kekuatan merek di pasar

tertentu dalam hal perilaku pembelian aktual konsumen. Ketiga variabel,

commitment share, mengindikasikan kekuatan merek dalam mendorong

(14)

Frontier menentukan nilai dari tiga variabel, dengan menggunakan 3

parameter: top of mind awareness (merek yang pertama kali disebut oleh

responden ketika mereka mendengar kategori produk), last used (merek yang

terakhir kali dikonsumsi oleh responden dalam 1 siklus pembelian kembali), dan

future intention (merek yang responden berniat untuk mengkonsumsi di masa

depan).

Berdasarkan top brand indeks menunjukan bahwa merek Beng beng dari

tahun 2011-2013 terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa ketiga

parameter yang dijadikan acuan dalam pengukuran yaitu mind awareness, last

used dan future intention juga mengalami penurunan. Rendahnya penguasaan

pasar dari merek beng beng juga diperkuat dengan nilai akan merek yang terus

menurun dari tahun ketahun. Berikut Tabel 1.12 menujukan brand value tahun

2011-2013.

TABEL 1.12

BRAND VALUE TAHUN 2011-2013

Merek Brand value

2011 2012 2013

Gery 70,3 50,2 60,1

Tim tam 43,0 43,8 37,7

Beng beng 48,3 36,0 35,5

Top 46,1 30,9 30,0

Roma superstar - - 29,6

Sumber : SWA No. 15/XXVII/18- 27 Juli 2011

SWA No. 20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012 SWA No. 19/XXIX/12 - 25 September 2013

Berdasarkan Tabel 1.12 menunjukan bahwa tingkat brand value merek

Beng beng dari tahun 2011 ke 2013 mengalami penurunan terus menerus. Nilai

dari sebuah brand, tidak hanya sekedar nilai asset yang berupa asset yang tangible

(15)

pada perusahaan, seperti nilai dari costumer loyality, image perusahaan di mata

costumers (http://johngudil.wordpress.com akses 26/7/2013, 04:47).

Semakin menurunnya nilai top brand indeks dan brand value pada merek

beng beng menunjukan kembali adanya masalah dalam sikap konsumen terhadap

brand tersebut, hal ini sejalan dengan pendapat Percy dan Rossiter (1992: 264)

yang mengatakan “sikap terhadap merek (attitude toward to the brand) adalah

perilaku konsumen yang erat kaitannya dengan nilai merek bagi konsumen dan

ekspekstasi konsumen.”

Berdasarkan hasil data dan pengkajian yang diperoleh menunjukan

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan merek beng beng yaitu sikap

konsumen terhadap merek (brand attitude). Menurut Shiffman dan Kanuk (2007:

225-226) yang menjadikan penilai sikap diukur berdasarkan kognitif, afektif dan

konatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Till et al. dalam Soesatyo, N (2013: 2)

yang menyatakan “Sikap terhadap merek dinilai positif tergantung pada merek

tersebut lebih disukai, merek tersebut lebih diingat. Merek tersebut lebih dipilih

dibanding merek pesaing.”

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa ukuran kognitif sejalan

dengan pengetahuan konsumen akan merek yang diingat, afektif sesuai dengan

perasaan konsumen akan merek yang disukai kemudian konatif berhubungan

dengan tindakan konsumen terhadap merek yang akan dipilih. Berikut Tabel 1.13

yang menunjukan hasil Pra penelitian yang dilakukan secara online kepada

(16)

TABEL 1.13

INDEKS PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP MEREK WAFER COKLAT DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (DALAM PERSEN)

Nama Merek Diingat Disukai Keinginan membeli

Gery 40.0 20.0 13.3

Tim tam 33.3 60.0 53.3

Top 13.3 6.7 6.7

Beng beng 6.7 6.7 6.7

Roma Superstar 6.7 6.7 13.3

Lainnya 0.0 0.0 6.7

Jumlah 100 100 100

Sumber: Pra Penelitian 2013

Berdasarkan Tabel 1.13 menunjukan bahwa pembentukan sikap positif

konsumen terhadap merek beng beng masih rendah hal ini ditujukan dengan

persentase yang rendah dalam diingat, disukai dan keiinginan membeli

dibandingkan pesaing. Hal ini menujukan adanya sikap negatif konsumen

terhadap merek beng beng.

Berikut Gambar 1.1 menunjukan grafik aktivitas secara online komunitas

asyikberatid.

Sumber: http://www.socialbakers.com(akses 24/11/2013, 17:30)

GAMBAR 1.1

GRAFIK AKTIVITAS SECARA ONLINE KOMUNITAS ASYIKBERATID

Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukan bahwa aktivitas secara online dari

komunitas asyikberatid menunjukan penurunan. Hal ini menunjukan adanya

(17)

Berikut Tabel 1.14 menunjukan persentase penilaian konsumen terhadap

kinerja wafer coklat merek beng beng.

TABEL 1.14

PERSENTASE PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP KINERJA MEREK WAFER COKLAT BENG BENG

ALASAN PERSENTASE

Iklan yang menarik 33.3

Keunggulan Produk 26.7

Variasi rasa semakin beragam 13.3

Harga terjangkau 20.0

Memiliki social networking yang baik

6.7

Jumlah 100%

Sumber: Pra Penelitian 2013

Berdasarkan Tabel 1.14 menunjukan bahwa penilaian konsumen terhadap

iklan beng beng menunjukan persentase cukup baik dengan 33,3% kemudian

diikuti oleh keunggulan produk 26,7%, harga 20,0%, variasi rasa 13,3%, dan

social networking yang baik 6,7%. Hal ini menujukan penilaian konsumen

terhadap social networking yang dilakukan merek beng beng masih rendah.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi menunjukan pentingnya sebuah

perusahaan untuk memperbaiki sikap terhadap merek (brand attitude) dari

pelanggan agar tidak beralih ke produk lain dan terus menggunakan produk beng

beng. Perusahaan PT. Mayora Indah Tbk dengan merek Beng beng melaksanakan

program-program pemasaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen.

PT. Mayora indah Tbk. pada merek Beng beng melaksanakan

program-program guna mengahadapi persaingan dengan perusahaan lain. Dalam

melaksanakan program pemasarannya perusahaan beng beng lebih memfokuskan

(18)

Era digital mendorong perusahaan untuk semakin inovatif dan kreatif

dalam menjalankan program pemasarannya semakin tingginya biaya promosi

melalui media elektronik seperti televisi dan radio mendorong perusahaan

memanfaatkan kemajuan teknologi seperti menggunakan social media sebagai

tempat komunikasi dengan pelanggan di dunia maya. Media sosial banyak

digunakan oleh produsen untuk menciptakan hubungan yang baik antara produsen

dan konsumen.

Menurut Ricky Afriyanto Direktur Marketing PT. Mayora Indah Tbk.

mengatakan “jika digunakan dengan tepat, media sosial mampu memberikan

impact yang luar biasa bagi marketing public relation (MPR) dengan segala

kelebihannya.” (MIX No. 1/I/ Januari 2013 : 46)

Menciptakan suatu komunitas di social media sebagai tempat yang baik

bagi perusahaan dalam menciptakan interaction, conversation dan engagement.

Komunitas sebuah merek merupakan tempat dimana konsumen dapat memperoleh

pengetahuan lebih banyak mengenai sebuah produk.

Melalui komunitas di social media diharapkan konsumen lebih mengenal

akan merek beng beng. Perusahaan Mayora lebih fokus dalam menggarap pasar

komunitas di social media hal ini terbukti dengan dialokasikannya budget yang

cukup besar yakni lebih dari 10% dari total budget komunikasi pemasaran (MIX

No. 1/I/ Januari 2013 : 47).

Dalam menciptakan hubungan yang baik dengan konsumen maka

perusahaan Mayora dengan merek beng beng membuat sebuah komunitas sebagai

(19)

media facebook, twitter, dan youtube. Saat ini jumlah fanbase facebook beng beng

sebesar 32.014 , follower twitter sebesar 12.776 dan viewer youtube sebesar 4636

(akses 2/10/2013, 22:30).

Hal ini menunjukan adanya peluang besar bagi merek Beng beng untuk

memperoleh konsumen dari target market anak muda. Berdasarkan hasil riset

markplus insight dan marketers bahwa aktivitas yang paling digemari anak muda

di Indonesia adalah suka berkumpul dan bersosialisasi apakah itu di dunia offline

ataupun dunia online (MARKETEERS edisi Mei 2012:54). Menurut Laroche et,

al. dalam Rahmayadi, D. (2012:8) menyatakan bahwa:

Komunitas merek berbasis media sosial terdiri dari dua konsep, yaitu media sosial dan komunitas merek. Melalui media sosial dapat meningkatkan kualitas hubungan yang terjadi. Anggota komunitas menggunakan media sosial untuk membuka halaman situs merek, memberi komentar, berbagi foto atau pengalaman, berinteraksi dengan pemasar, bertanya atau menjawab komentar dari anggota lain, hal ini membuat interaksi yang seolah tidak terlihat menjadi terlihat sehingga interaksi yang terjadi akan semakin intensif dan bersifat resiprokal.

Melalui komunitas merek diharapkan dapat tercipta suatu hubungan yang

baik antara konsumen dan produsen. Berdasarkan McAlexander, et. al dalam

Basalamah, F.M (2010:79) menjelaskan bahwa:

Hubungan dalam komunitas merek dapat dibagi menjadi empat macam hubungan, yaitu hubungan antara konsumen dengan produk (customer-product relationship), antara konsumen dengan merek (customer- brand relationship), antara konsumen dengan perusahaan (customer-company relationship), dan antara konsumen dengan konsumen (customer-customer relationship).

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa tujuan terbentuknya

komunitas adalah untuk menciptakan hubungan antara konsumen dengan produk,

(20)

konsumen. Berikut Tabel 1.15 mengenai implementasi online brand community

melalui media sosial merek Beng beng.

TABEL 1.15

IMPLEMENTASI ONLINE BRAND COMMUNITY MELALUI MEDIA SOSIAL MEREK BENG BENG

DIMENSI PELAKSANAAN

Social Networking Menanyakan keadaan konsumen dalam komunitas, menyapa konsumen dalam komunitas, memberikan tips yang bermanfaat bagi konsumen sehingga konsumen merasakan bahwa ada kepedulian merek beng beng terhadap komunitasnya.

Menyediakan KB3 (Kamus Besar Bahasa Beng-Beng) sebagai panduan dalam beraktifitas di dalam komunitas dengan berisi istilah bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi seperti KerMaxx: Keren Maksimal, Karmel: dari kata “Karamel” yang artinya

“Manis” dan Krispi: Garing alias gak lucu Impression

Management

Menyediakan informasi mengenai produk seperti: Beng-Beng adalah produk wafer chocolate yang di produksi PT. Mayora Indah Tbk. Beng-Beng merupakan wafer chocolate yang memiliki 4 kelezatan dalam sekali gigit yaitu Real Chocolate, Caramel, Rice Crispy dan Wafer. Varian "Beng beng Regular, Beng beng Hazelnut dan Beng beng Stick" ini menjadikan Beng beng Asyik Berat.

Mengadakan program-program yang disesuikan dengan kesukaan anak muda seperti:

1. Weekly Quiz Alter Bridge

Kuis mingguan yang berhadiah tiket konser Alter Bridge

2. Kuis #JanjiGengBeng2

Tiap orang mengirimkan janji bersama geng nya masing masing berhadiah BB Curve, iPod Shuffle, dan Flashdisk

3. #ngejazzasyik

Berhadiah tiket konser jak jazz dengan mengirimkan foto ke fanbase dengan menjadikan beng beng seperti alat musik

4. Photo Booth Competition

5. Fans paling asyik

(21)

DIMENSI PELAKSANAAN

Community Engagement

Dalam membina hubungan antara konsumen, merek bengbeng menentukan target pasar yang merupakan anak muda. Topik yang dipilih pun disesuaikan dengan knowledge dan wisdom anak muda sehingga terjadi interaction, conversation dan engagement berikut cara yang dilakukan untuk membina hubungan dengan antar konsumen

1. Menyediakan tips kesehatan tentang coklat atau lainnya

2. Menciptakan trigger dengan menggunakan hashtag seperti: jujurasyik, faktaasyik, eaaa, dll. 3. Mengunggah foto atau twitpic

Meminta komentar mengenai sebuah topik sesuai dengan perpektif audience

Brand Use Menyediakan informasi mengenai informasi merek

melalui link asyikberat.com, memberikan informasi saat yang tepat untuk mengkonsumsi beng beng, menampilkan penghargaan penghargaan yang diperoleh merek, informasi mengenai manfaat merek, menyajikan tampilan backround website yang menarik baik dalam website www.asyikberat.com maupun social media, memberi informasi mengenai event dan promosi yang diadakan dan memberi jawaban mengenai informasi yang ingin diketahui oleh audience.

Sumber: MIX No. 1/I/ Januari 2013 dan diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan Tabel 1.15 menunjukan bahwa merek beng beng

menggunakan social media untuk meningkatkan hubungan yang baik dengan

konsumen dan menciptakan komunikasi pemasaran yang efektif. Merek beng

beng menganggap bahwa social media merupakan hal yang penting sehingga

menganggarkan budget lebih tinggi.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang sedang

dihadapi oleh merek beng beng berkaitan dengan sikap negatif konsumen

terhadap merek (brand attitude) maka strategi online brand community

merupakan strategi yang tepat. Sesuai dengan pendapat Algesheimer et al. dalam

(22)

to positive attitude towards the company and its products, and foster brand

loyalty “. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil makna bahwa dengan

membentuk sebuah pengalaman atau kesan yang baik dalam sebuah komunitas

akan memberikan dampak positif bagi pembentukan sikap konsumen terhadap

sebuah merek.

Permasalahan mengenai pembentukan sikap negatif konsumen yang

terjadi pada merek beng beng merupakan hal yang penting untuk segera diatasi,

kurangnya pengetahuan akan merek yang ditunjukan dengan TOM brand dan

TOM ad yang semakin turun, ekpektasi konsumen terhadap merek beng beng

yang ditunjukan satisfaction, gain indeks yang juga semakin turun.

Hasilnya sikap terhadap sebuah merek yang dinilai dari evaluasi atas

keseluruhan kinerja merek yang ditunjukan dengan angka TBI dan brand value

dari tahun ketahun yang dialami oleh merek beng beng juga mengalami

penurunan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, menunjukan pentingnya

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi pemasaran yang dilakukan

oleh beng beng dalam mengatasi permasalahannya maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian dengan tema “Analisis Online Brand Community

Terhadap Brand Attitude Wafer Coklat Beng Beng (Survey Pada Anggota

Komunitas Fanbase facebook Asyikberatid)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, merek wafer coklat Beng

(23)

konsumennya tidak beralih ke merek lain dan dengan terciptanya sikap positif

konsumen akan merek dapat menjadi alat promosi kepada keluarga, kerabat dan

orang lain sehingga dapat meningkatkan pangsa merek sehingga dapat bersaing

dengan merek lain. Maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi

sebagai berikut :

Permasalahan yang dihadapi oleh wafer coklat beng beng adalah mengenai menurunnya pembentukan brand attitude yang terjadi pada merek beng beng. Hal ini harus segera diatasi jika merek beng beng tidak ingin produknya dilupakan dan konsumen beralih ke merek lain situasi ini ditunjukan dengan menurunnya pengetahuan akan merek yang ditunjukan dengan TOM brand dan TOM ad yang semakin turun, ekpektasi konsumen terhadap merek yang ditunjukan kepuasan, gain indeks mengalami penurunan dan sikap terhadap sebuah merek yang dinilai dari evaluasi atas keseluruhan kinerja merek yang ditunjukan dengan menurunnya TBI dan brand value dari merek beng beng. Berdasarkan hal tersebut maka merek beng beng berupaya melakukan strategi untuk meningkatkan sikap positif terhadap merek salah satunya dengan melakukan online brand

community di social media. Dengan dilakukannya program online brand community melalui social networking, impression management, community engagement dan brand use diharapkan meningkatkan brand attitude wafer beng beng menjadi lebih baik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai online brand community produk wafer

coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook asyikberatid.

2. Bagaimana gambaran mengenai brand attitude produk wafer coklat

(24)

3. Seberapa besar pengaruh online brand community terhadap brand attitude

produk wafer coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook

asyikberatid.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi dan gambaran

mengenai Pengaruh online brand community Terhadap Brand Attitude. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai online brand community produk

wafer coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook

asyikberatid.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai brand attitude produk wafer

coklat merek Beng beng di komunitas fanbase facebook asyikberatid.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh online brand community

terhadap brand attitude produk wafer coklat merek Beng beng di

komunitas fanbase facebook asyikberatid.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan secara akademik dan

praktis yang antara lain diuraikan sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

pengembangan ilmu pengetahuan umumnya berkaitan dengan manajemen

pemasaran khususnya mengenai online brand community yang dapat

(25)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan praktis yang dapat

berguna bagi perusahaan PT. Mayora Indah Tbk dalam mengembangkan

produk wafer coklat merek Beng beng yang dapat dijadikan pertimbangan

(26)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh online brand community

terhadap brand attitude pada Anggota Komunitas Fanbase facebook Asyikberatid.

Variabel bebas (independent variable) yang diteliti yaitu online brand community

di social media yang meliputi social networking, impression management,

community engagement dan brand use, kemudian yang menjadi variabel terikat

(dependent variable) brand attitude yang meliputi komponen Kognitif, Afektif

dan Konatif.

Pada penelitian ini, objek yang dijadikan responden adalah Anggota

Komunitas Fanbase facebook Asyikberatid di Indonesia. Oleh karena itu akan

diteliti pengaruh online brand community terhadap brand attitude.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, maka

pendekatan yang digunakan menurut Husein Umar (2008:45) adalah pendekatan

cross sectional, yaitu “Metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam

satu kurun waktu tertentu/tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang”.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis dan Metode Penelitian yang Digunakan

Berdasarkan jenis variabel yang diteliti, maka penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dan verifikatif. Pengertian penelitian deskriptif dan penelitian

(27)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskriptif tentang ciri-ciri variabel. Sedangkan sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

Pengertian mengenai penelitian deskriptif dikemukakan pula oleh

Sugiyono (2010:11) yang menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan antara satu dengan variabel yang lain”. Sedangkan menurut Asep

Hermawan (2009: 17) menjelaskan bahwa “penelitian verifikatif dilakukan

apabila penelitian sebelumnya masih jarang. Tujuannya adalah untuk melihat

pola, gagasan, atau merumuskan hipotesis bukan untuk menguji hipotesis”.

Penelitian deskriptif ini mempunyai maksud untuk mengetahui gambaran

secara keseluruhan mengenai pengaruh online brand community yang terdiri dari

social networking, impression management, community engagement dan brand

use terhadap brand attitude yang meliputi komponen Kognitif, Afektif dan

Konatif.

Sedangkan penelitian verifikatif bermaksud untuk menguji kebenaran dari

suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Jadi,

penelitian verifikatif ini untuk menguji pengaruh online brand community yang

terdiri dari social networking, impression management, community engagement

dan brand use terhadap brand attitude yang meliputi komponen Kognitif, Afektif

dan Konatif.

Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan

(28)

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey yaitu

metode survei untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis.

Survei ini menggunakan media internet dilakukan dengan cara menyebar

kuesioner kepada sampel responden secara online untuk mendapat data dan fakta

yang relevan mengenai hubungan kausal dari pengujian hipotesis.

3.2.2 Operasional Variabel

Sugiyono (2010: 58) mengungkapkan bahwa “operasional variabel

merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian

diambil kesimpulan”. Operasional variabel menjabarkan variabel ke dalam konsep

menurut para ahli, indikator, ukuran, dan skala sehingga memungkinkan bagi

suatu variabel untuk diukur.

Variabel dalam dalam penelitian ini meliputi dua variabel inti yang akan

diteliti, yaitu variabel dependen dan variabel independen.

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2010:59). Variabel independen yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah online brand community yang terdiri dari 4 (empat)

dimensi meliputi: social networking, impression management, community

(29)

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Variabel

dependen yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah brand attitude

terdiri dari 3 (tiga) dimensi meliputi: komponen Kognitif, Afektif dan

Konatif.

Penjabaran operasionalisasi variabel-variabel yang akan diteliti dapat

dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel/Sub

Variabel

Konsep Variabel/Sub

variabel Indikator Ukuran Skala

No

Item

Online Brand Community (X)

A brand community as a

“specialized, non

-geographically bound community, based on a structured set of social relations among admirers of a brand.

Muniz and O’Guinn dalam Laroche, M. et al. (2013: 77)

social

networking(X1)

berfokus pada menciptakan,

meningkatkan dan mempertahankan

hubungan antara anggota komunitas merek.

Schau H. J. et al. (2009: 32-35)

 Kepedulian merek terhadap konsumen dalam komunitas

 Ketersediaan informasi yang dibutuhkan

konsumen dalam komunitas.

 Kemampuan menerima opini dari anggota komunitas

 Kedekatan

konsumen dengan

 Tingkat kepedulian merek terhadap konsumen dalam komunitas

 Tingkat ketersediaan informasi yang dibutuhkan

konsumen dalam komunitas.

 Tingkat kemampuan menerima opini dari anggota komunitas.

Tingkat kedekatan konsumen dengan

(30)

Variabel/Sub

Variabel

Konsep Variabel/Sub

variabel Indikator Ukuran Skala

No

Item

anggota lain dalam komunitas.

 Sambutan terhadap anggota dalam komunitas

 Penghargaan komunitas terhadap anggota komunitas

anggota lain dalam komunitas.

Tingkat sambutan terhadap anggota dalam komunitas.

 Tingkat penghargaan komunitas terhadap anggota komunitas. Interval Interval 5 6 impression management

(X2)

fokus pada menciptakan

kesan yang

menguntungkan dari merek, penggemar merek dan komunitas merek di lingkungan sosial.

Schau H. J. et al. (2009: 32-35)

 Keterkaitan

informasi dengan merek

 Kemampuan kontribusi merek mendukung sesuatu yang disukai konsumen

 Kemampuan merek memahami

keinginan konsumen

 Kemampuan merek memberikan kualitas terbaik kepada konsumen

 Tingkat keterkaitan

informasi dengan merek.

 Tingkat kemampuan kontribusi merek beng beng mendukung

sesuatu yang disukai konsumen

 Tingkat

kemampuan merek

beng beng

memahami keinginan konsumen

 Tingkat

kemampuan merek

beng beng

memberikan kualitas terbaik kepada konsumen. Interval Interval Interval Interval 7 8 9 10 community engagement

(X3)

berhubungan dengan memperkuat dan meningkatkan keterlibatan anggotanya dengan komunitas merek.

Schau H. J. et al. (2009: 32-35)

Daya tarik untuk berpartisipasi dalam komunitas.

Keinginan untuk berpartisipasi dalam komunitas

Keuntungan yang diperoleh di dalam komunitas

Tingkat daya tarik untuk berpartisipasi dalam komunitas.

Tingkat keinginan untuk berpartisipasi dalam komunitas.

Tingkat keuntungan yang diperoleh di dalam komunitas. Interval Interval Interval 11 12 13

brand use (X4) berhubungan dengan

meningkatkan dan menambahkan kegunaan

Kemampuan merek dalam meningkatkan kegunaan merek

Tingkat

kemampuan merek dalam

(31)

Variabel/Sub

Variabel

Konsep Variabel/Sub

variabel Indikator Ukuran Skala

No

Item

dari merek.

Schau H. J. et al. (2009: 32-35)

Kemampuan

komunitas dalam berbagi pengalaman menggunakan.

meningkatkan kegunaan merek

Tingkat kemampuan komunitas dalam berbagi pengalaman menggunakan.

Interval 15

Brand Attitude

(Y)

Sikap terhadap merek yaitu predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu obyek, dalam bentuk suka atau tidak suka.

Shiffman dan Kanuk (2004: 253)

Kognitif Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Shiffman dan Kanuk (2007: 225)

 Mudah dingat

 Keyakinan

Keistimewaan

 Informatif

 Kepercayaan

 Tingkat kemudahan mengingat produk merek beng beng

 Tingkat keyakinan produk merek beng beng dibandingkan pesaing

Tingkat keistimewaan produk merek beng beng dibandingkan pesaing

 Tingkat kejelasan informasi produk merek beng beng

 Tingkat kepercayaan terhadap produk merek beng beng

Interval Interval Interval Interval Interval 16 17 18 19 20

Afektif Emosi dan perasaan komponen mengenai produk atau merk tertentu. Shiffman dan Kanuk (2007: 225)

Disukai

 Kesan positif

Menyenangkan

 Tingkat kesukaan produk merek beng beng

 Tingkat kesan positif terhadap produk merek beng beng

 Tingkat kesenangan terhadap produk

(32)

Variabel/Sub

Variabel

Konsep Variabel/Sub

variabel Indikator Ukuran Skala

No

Item

merek beng beng

Konatif Kemungkinan atau

kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap tertentu.

Shiffman dan Kanuk (2007: 226)

 Kecenderungan untuk membeli

 Keinginan membeli

 Tingkat kecenderungan membeli di masa mendatang produk merek beng beng

 Tingkat keinginan membeli di masa mendatang produk merek beng beng

Interval

Interval 24

25

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan ke

dalam dua kelompok data yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2010:193). Jadi data primer merupakan data

yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian kepada responden

menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, kuesioner,

wawancara dan lain sebagainya.

2. Data sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen (Sugiyono, 2010:193). Jadi data sekunder adalah data yang

dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam

(33)

dipublikasikan melalui berbagai media yang dianggap relevan dengan

topik penelitian.

Berikut data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

[image:33.595.112.516.219.756.2]

dikumpulkan dan disajikan pada Tabel 3.2.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Data Jenis

Data

Sumber Data

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2009-2012

Sekunder IMF, WEO database

2. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (US$ Juta)

Sekunder Kementrian Perindustrian (Kemenperin)

3. Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri Sampai September Tahun 2012 (Rp Miliar)

Sekunder Kementrian Perindustrian (Kemenperin)

4. Kontribusi Masing-Masing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Industri (Persen)

Sekunder Kementrian Perindustrian (Kemenperin)

5. Perusahaan Wafer Coating Coklat Terbesar Indonesia

Sekunder Data diolah dari internet

6. BRAND SHARE Wafer

Coating Coklat Tahun 2011-2013

TOM Brand 2011-2013 TOM Ad 2011-2013 Satisfaction 2011-2013 Gain Indeks 2011-2013 Brand Value 2011-2013

Sekunder Majalah SWA No.

15/XXVII/18- 27 Juli 2011

Majalah SWA No.

20/XXVIII/20 September - 3 Oktober 2012

Majalah SWA No.

19/XXIX/12 - 25 September 2013

7. Top Brand Indeks Tahun 2011-2013

Sekunder www.topbrand-award.com (akses 2/10/2013, 21:00) 8 Jumlah Populasi pada

fanbase facebook beng beng Pada Wafer Coating Coklat Merek Beng Beng

Sekunder http://www.facebook.com/As yikBeratID (akses 2/10/2013, 22:30).

9 Grafik Aktivitas Secara

Online Komunitas

Asyikberat

Sekunder http://www.socialbakers.com( akses 24/11/2013, 17:30)

(34)

No. Data Jenis Data

Sumber Data

Terhadap Merek Wafer Coklat di Media Sosial Facebook (Dalam Persen) 11 Persentase Penilaian

Konsumen Terhadap Kinerja Merek Wafer Coklat Merek Beng Beng

Primer Pra penelitian

Sumber: Hasil pengolahan data 2012-2013

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.4.1 Populasi

Populasi merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber

penelitian. Menurut Sugiyono (2010:115), “Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populasi

sasaran pada penelitian ini adalah Komunitas Fanbase facebook Asyikberatid

yang berjumlah 32.014 orang (akses 2/10/2013, 22:30).

3.2.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari ciri-ciri atau keadaan tertentu yang

dimiliki oleh populasi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Riduwan (2012:56) “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai

ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.

Dalam mengambil sebuah sampel dari populasi harus benar-benar

representatif atau mewakili. Menurut Sugiyono (2010:116) menyatakan bahwa:

(35)

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Tujuan dari penggunaan sampel ini untuk mempermudah penelitian yaitu

dengan mengambil sebagian objek dari populasi yang memiliki peluang yang

sama untuk menjadi sampel, sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi

yang diteliti.

Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin (Husein Umar,

2008:141), yaitu ukuran sampel merupakan perbandingan dari ukuran populasi

dengan persentase kelonggaran ketidaktelitian, karena kesalahan dalam

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, maka taraf

kesalahan yang ditetapkan adalah sebesar 10%.

Adapun rumusnya adalah :

n = N

1+Ne2

Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir maka ukuran sampelnya,

n = 32.014

1+ 32.014 (0,1)2

n = 99.68 100 responden

Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel atau jumlah

(36)

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Sugiyono (2010: 116) menyatakan teknik sampling adalah merupakan

teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan.

Sugiyono (2010: 117) menjelaskan teknik sampling pada dasarnya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability

sampling. Sampel probability merupakan sampel dimana setiap elemen atau

anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel

sedangkan sampel nonprobability kebalikan dari probability dimana setiap elemen

atau populasi tidak memiliki peluang yang sama dan pemilihan sampel bersifat

objektif.

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini penulis menggunakan teknik

Simple Random Sampling. Menurut Riduwan (2012:58) Simple random sampling

adalah cara pengambilan sampel dan anggota populasi dengan menggunakan acak

tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut.

Selain itu Simple Random Sampling dipilih karena populasi dianggap

homogen. Simple Random sampling merupakan penelitian dimana peneliti

memberikan hak yang sama kepada responden untuk mengisi kuesioner. Hal

tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:118) yang

menyatakan bahwa peneliti memberikan hak yang sama kepada responden untuk

(37)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2011:224).

Sumber data dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data

dengan menggunakan berbagai teknik, meliputi :

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku,

makalah, jurnal asing maupun nasional, situs web-site dan majalah guna

memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan

konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang diteliti yang

terdiri dari online brand community dan brand attitude

2. Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan

tertulis kepada responden yaitu Komunitas di Fanbase facebook

Asyikberatid di Indonesia. Dalam kuesioner ini penulis mengemukakan

beberapa pertanyaan yang mencerminkan pengukuran dari indikator

variable X (Online Brand Community) dan variable Y (brand attitude).

Kemudian memilih alternatif jawaban yang telah disediakan pada

masing-masing alternatif jawaban yang dianggap paling tepat. Langkah-langkah

penyusunan kuesioner sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan

b. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawabannya. Jenis

(38)

bersifat tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan

disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan, sehingga

responden hanya memilih jawaban yang tersedia.

c. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada

penelitian ini setiap pendapat responden atas pertanyaan diberi nilai

dengan skala interval

3. Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang

berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah

variabel yang diteliti yang terdiri dari Online Brand Community dan brand

attitude. Studi literatur ini tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:

1) perpustakaan, 2) skripsi, tesis 3) buku asing maupun Indonesia, 4)

internet, serta 5) artikel dan lain sebagainya.

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Data merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu

penelitian karena merupakan gambaran mengenai variabel yang sedang diteliti.

Tingkat kebenaran data yang digunakan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya

mutu penelitian tersebut sehingga untuk membuktikan kebenaran suatu data dapat

dilihat dari instrument pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang baik harus

memenuhi dua persyaratan yaitu Validitas dan Reliabilitas.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

(39)

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical Product

for Service Solutions) 21.0. for windows.

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Validitas adalah ukuran mengenai tingkat ketepatan suatu data yang

sesungguhnya dengan data hasil penelitian. Sebuah instrumen dapat dikatakan

valid apabila mengungkapkan data dari variabel yang diteliti sudah tepat.

Suharsimi Arikunto (2010:168) mengemukakan bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.

Adapun untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai

korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor keseluruhan yang merupakan

jumlah setiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus

korelasi product moment seperti berikut.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

(Sugiyono, 2010:248)

Keterangan:

rXY = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

∑ = Jumlah skor dalam distribusi X

∑ = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

(40)

keputusan pengujian validitas responden ditentukan oleh ketentuan sebagai

berikut:

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika

rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel (rhitung > rtabel)

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid

jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel)

Selanjutnya perlu diuji apakah validnya instrumen yang ditentukan dengan

menguji kepada 30 orang dari jumlah sampel responden yang akan diteliti

sebanyak 100 orang, maka perlu dihitung dengan uji-t dengan rumus sebagai

berikut :

(Riduwan, 2012:98)

Keterangan :

thitung = Nilai t hitung r = Koefisien korelasi

r2 = Kuadrat koefisien korelasi n = Banyaknya responden

Dengan keputusan pengujian validitas menggunakan kriteria sebagai

berikut ;

a. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabeldengan α = 0,05 dan dk = n-2.

b. Jika thitung > ttabel maka item pertanyaan dikatakan valid.

c. Jika thitung < ttabel maka item pertanyaan dikatakan tidak valid.

Hasil uji coba intrumen penelitian untuk variabel Online Brand

Community berdasarkan hail perhitungan validitas item intrumen yang dilakukan

(41)

pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar dibandingkan

[image:41.595.107.529.179.635.2]

dengan rtabel yang bernilai 0,374. Seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

TABEL 3.3

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL

ONLINE BRAND COMMUNITY (X)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket

ONLINE BRAND COMMUNITY Social Networking

1 Kepedulian merek beng beng terhadap konsumen dalam komunitas

0.755 0,374 Valid

2 Ketersediaan informasi yang dibutuhkan konsumen dalam komunitas.

0.719 0,374 Valid

3 Kemampuan menerima opini dari anggota komunitas 0.714 0,374 Valid 4 Kedekatan konsumen dengan anggota lain dalam

komunitas

0.605 0,374 Valid

5 Sambutan dari merek beng beng terhadap anggota dalam komunitas

0.723 0,374 Valid

6 Penghargaan dari merek terhadap anggota komunitas 0.475 0,374 Valid Impression Management

7 Keterkaitan informasi dengan merek 0.731 0,374 Valid 8 Kemampuan kontribusi merek mendukung sesuatu

yang disukai konsumen

0.756 0,374 Valid

9 Kemampuan merek memahami keinginan konsumen 0.627 0,374 Valid 10 Kemampuan merek memberikan kualitas terbaik

kepada konsumen

0.796 0,374 Valid

Community Engagement

11 Daya tarik untuk berpartisipasi dalam komunitas 0.582 0,374 Valid

12 Keinginan untuk berpartisipasi dalam komunitas 0.783 0,374 Valid 13 Keuntungan yang diperoleh di dalam komunitas 0.684 0,374 Valid Brand Use

14 Kemampuan merek dalam meningkatkan kegunaan merek

0.783 0,374 Valid

15 Kemampuan komunitas dalam berbagi pengalaman menggunakan

0.813 0,374 Valid

Sumber: Hasil pengolahan data 2014

Berdasarkan Tabel 3.3 pada instrumen variabel online brand community

dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi brand use dengan

item pertanyaan kemampuan komunitas dalam berbagi pengalaman menggunakan

(42)

networking dengan item pertanyaan Penghargaan dari merek terhadap anggota

komunitas bernilai 0.475.

Hasil uji coba intrumen penelitian untuk variabel Brand Attitude

berdasarkan hasil perhitungan validitas item intrumen yang dilakukan dengan

program SPSS 21 for windows. Menunjukan bahwa item-item pertanyaan dalam

kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar dari rtabel yang bernilai 0,374. Seperti

[image:42.595.109.524.305.640.2]

dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini.

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL

BRAND ATTITUDE (Y)

No Pernyataan rhitung rtabel Ket

BRAND ATTITUDE

Kognitif

16 Kemudahan dalam mengingat produk merek beng beng

0.651 0,374 Valid

17 Keyakinan terhadap produk merek beng beng dibandingkan pesaing

0.839 0,374 Valid

18 Keistimewaan produk merek beng beng dibandingkan pesaing

0.786 0,374 Valid

19 Kejelasan informasi produk merek beng beng 0.746 0,374 Valid 20 Kepercayaan terhadap produk merek beng beng 0.922 0,374 V

Gambar

TABEL 1.1 TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA 2009-2012
TABEL 1.2  PERKEMBANGAN INVESTASI PMA SEKTOR INDUSTRI SAMPAI
TABEL 1.3  PERKEMBANGAN INVESTASI PMDN SEKTOR INDUSTRI SAMPAI
TABEL 1.4 KONTRIBUSI MASING-MASING SEKTOR INDUSTRI TERHADAP
+7

Referensi

Dokumen terkait