"PERILAKU" SISWA WNI KETURUNAN CINA DAN
PRIBUMI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM 5 K
(Studi deskriptif analitik tentang Siswa-siswa SMA
Swasta di Kotamadya Palembang)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh :
A. SYAR1FUDDIN ADENAN No. 4S4/G/XVI-8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 3 A N D U N G
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing,
^ ^ o
Prof.Dr. S. Nasution. M.A,
Pembimbing I.
Prof.Dr. Soepard.io Adikusumo
Pembimbing II
Dr. Nursid Sumaatmad.ja Pembimbing III
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ±
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR BAGAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
1. Peningkatan Pembangunan di bidang
Pendidikan • • • '
2. Alasan Pemilihan Judul k
B. Permasalahan
8
1. Masalah Integrasi Siswa WNI
keturun-an Cina °"
2. Rumusan Masalah 31
C. Tujuan Penelitian
35
D. Kegunaan Penelitian
35
E. Asumsi dan Hipotesis
36
1. A s u m s i 36
2. Hipotesis
37
BAB II. Pi^DMjii'iU iLUHioi-xiUAL 'J^'ILiU^ iUJ^iLtUiiAii bEKOiiaii x»Eiv(iAiil P-ttUUitaiyi 5 1L ±>Ai* PiiCLLAKU
A. Ketahanan Sekolah 38
1. Pengertian Ketahanan Sekolah
38
2. Ketahanan Sekolah Dengan Program 5*- 43 3. Cinta Tanah Air dan Bangsa dengan
Ketahanan Sekolah ko
B. Perilaku 53
1. Pengertian Perilaku 53
2. Definisi Operasional tentang Perila
Halaman
C. Siswa WNI Keturunan Cina dan Pribumi .. 58
1. Siswa WNI Keturunan Cina 58:
2. Siswa Pribumi 59
D. Pengertian Istilah 60
BAB III. MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .•• 63
B. Teknik Penelitian 63,
1. Teknik Pengumpulan Data 63
a. Studi kepustakaan 63
b. An gk e t 63
2. Teknik Analisis
64-C. Populasi dan Sampel \ 65
1. Populasi
65-2. S a m p e 1 66
D. Instrumen Variabel Perilaku dalam Me
laksanakan Program 5 K • 6?
E. Metode Analisis 7X
BAB IV. PROSEDUR PENELITIAN
A. Pengumpulan Data 73
1. Tahap Persiapan 73
a. Izin Penelitian 73
b. Metode Penelitian .r 75
c. Penarikan Responden Uji Coba .... To
d. Uji Validitas Alat Ukur &±
e. Uji Reliabilitas &6
2. Tahap Pelaksanaan &7-;
a. Menentukan Populasi dan Sampel .. 87
b. Penyebaran Angket 94,
B. Pengolahan Data dan Analisis Statistik. 97 1. Data ji&iig Diperoleh 97
2. Langkah-langkah Analisis 97
C. Hasil Pengolahan Data 99
Halaman
1. Pengujian Hipotesis
99-2. Hasil Pengujian Hipotesis 100.
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian 108
B. Implikasi Penelitian 109
&•- &»xan/ii«koflienda&i••.•••-•••• Iii2
'liAPHiAR . ;Pu£>fJ!jULJl. - 1-15"
lAMPIHAJa-iAM'liijU 120
HAP'XAii 'rABEL JJAU lAttPI&AJI
TaBEL : Halaman
1. tiambaran Ji-eseluruhan dumber iiata Pene
l i t i a n 6
2. Populasi dan Sub Populasi serta
Prosentase-nya 6
3. ^isi-kisi Skala PsatiLlaku i>alam Melaksana-kan Program 5 ^ pada ketahanan Sekolah...69
4. Siswa yang. iJijadikan Sampel Uji Coba 78
5. Sampel Uji Ooba 80
6. Perbitungan Jumlab Sampel 89
7. Prosedur Penarikan Prosentase Jumlah Sam
pel i'iasing-masing Sekolab/Stratum
91
8. Perbitungan dan Penarikan Jumiak Sampel
dari IVsing-masing Stratum 92
3% JLelas iJengan Jumlab Siswa yang I&jadikan
Sampel pada. Stratum ABU
93
10. Jtomor Urut itesponden Pada 'liap-tiap Stra
tum 96
IiAMPIBAisl A i Instrumen Pengumpul Bata dan Kun-ci Lembar Jawaban . . . 120
JuAMPIiUi* B : U^i ¥aliditas Alat Ukur dan Uji
Jtteliabilitas Alat ukur . . . 133 11. Oontob Perbitungan Pembobotan Sebuab. Item
Positif yang JJiu^ieobakan 134 12. Uontob Perbitungan Pembobotan Sebuab Item
•Wegatif yang xJiu-jieobakan • 135
13. Masil Perbitungan Pembobotan Item yang
Dinyatakan ^ugurdan iidak <*ugur
135
14. iailai Sesunggubnya untuk 75 Item
136
15. itorot Urut Baru iiesponden 137
16. Uambaran Perbitungan i&lai t untuk Sebuab
Item 138
31ABEL s balaman
17. &ilai-nilai t 39 item Viiriabei Perilaku... 139
18. Item-item yang tidak diterima
141
19. Perbitungan untuk Beliabilitas Mencari
Koefi-sien Korelasi untuk 35 item 142
LjLMPIRaDA U i Skor Utama itesponden 146
20. Skor Utama iiesponden 147
ItAMPIBiUi
h
i.
Skor i^ilai. Mean dan Simpangan Baku
pada i£ap-ti«tp Stratum dan Ketiga •
A
Stratum ••• 154
21. Skor J^ilai Siswa taKL keturunan Cina dan Sis
wa Pribumi
155
22. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-amanan pada Stratum a UMa Xaverius
1)
i&ewa
teiil Keturunan Cina 1-)'
23. ifean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-amanan pada Stratum A (SMA Xaverius
1)
Siswa
Pribumi X5'
24. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-beraihan pada Stratum A (SMA Xaverius i )
,
Siswa bt-ul Keterunan Uina i->°
25. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-bersiban pada Stratum A (SWA Xaverius 1J,
,
Siswa Pribumi • 15°
26. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-tertiban pada Stratum A (SWA Xaverius 1/
,••
Siswa v*-isiX Keturunan. Uij&a, 15927. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-tertiban pada Stratum A (SMA Xaverius 1; :
r •.._
Siswa Pribumi 159
28. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-indaban pada Stratum A (SMA Xaverius 1>
,
Siswa Hi-WI" Keturunan Uina
29. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ke-indahan pada Stratum A (SMA Xaverius
1)
»
Siswa. Pribumi • lt>Q
TABiiL : halaman
30. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan pada •Stratum A (SMA Xaverius
1 )• Siswa MM Keturunan Cina
t
161
31. Mean dan Simpangan Baku Variabel PerilakuKekeluargaan pada Stratum A (SMA Xaverius
\) iiisWa. Pribumi •• 161
32. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keamanan pada Stratum B (SMA Xaverius 2
)
Siswa tfiOL keturunan flina. 162 33. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keamanan pad* Stratum B (SMA Xaverius 2 )
.Siswa .Pribami 162
34. Mean dan Simpangan -baku Variabel Perilaku
Kebersiban pada stratum B (SMA Xaverius
2)
Siswa *^I Keturunan Cina 163
35. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku Kebersiban pada Stratum B (SMA Xaverius 2)
Siswa Pribumi 163
36„ Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ketertiban pada Stratum B (SMA Xaverius 2)
Siswa ^M Keturunan Cina 164
37 Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
ketertiban pada Stratum B (SMA Xaverius 2)
Siswa Pjcibumi • 164
38. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keindaban pada Stratum B (SMA Xaverius 2)
siswa w.*ij& keturunan Cina 165
39. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku Keindaban pada Stratum B (SMA Xaverius 2)
Siswa Pribumi 165
40. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan pada Stratum B (SMA Xaverius
2 ) Sisws, wisli Keturunan Cina 166 41. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan pada Stratum B ^SMA Xaverius
2), .Siswa Pribumi » 166
42. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku Keamanan pada Stratum C (SMA Metbodist lj
Siswa WiiLKeturunan Cina 167
^ABEL : balaman
43. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keamanan pada Stratum C (SMA Methodist
1)
Siawa Pribumi 167
44. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kebersiban pada Stratum C (SMA Metbodist1 ), Siswa W-WI Keturunan Cina
« 168
45. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kebersiban pada Stratum C (SMA. Metbodist
1 ),^iswa Pribumi
•• 168
46. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ketertiban pada Stratum G (SMA Metbodist1
)t
.aiswa to .Ml Keturunan Cina. •
169
47. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ketertiban pada Stratum C V.SMA Metbodist
1
) 9
Siawa Pribumi
169
48. Mean dan Simpangaai -Baku Variabel Perilaku
Keindaban pada Stratum C (SMA Metbodist li
Siswai ii*J&. keturunan Cina 170
49. Mean dan Simpangan -Baku Variabel Perilaku
Keindaban pada Stratum 0 ISMA Metbodist
1)
Siswaa. Pribumi .. • • 1™
50. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan pada Stratum G (SMA Metbodist
1 J Siswato. Jul Keturunan Cina •••• 171
51. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan pada Stratum C (SMA Metbodist
1 J,Siswa Pribumi
I'l
52. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keamanan Siswa. toial keturunan Cina 172
53. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keamanan Siswa Pribumi.... 172
54. Mean dab Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kebersiban Siswa toitf. keturunan Cina
173
55. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kebersiban Siswa Pribumi ... 173
56. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ketertiban Siswa toiill Keturanan ^inst m57. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Ketertiban Siswa Pribumi
•
^^
!£ABKB i balaman
58. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keindaban Siswa tola Keturunan Cina 175 59. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Keindaban Siswa Pribumi 175
60. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan Siswa toiili Keturunan Cina.... 176
61. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
Kekeluargaan Siswa Pribumi 176 LAMPIBAJt K i Mean dan Simpangan Baku }umlab skor 5 K
pada masing-masing Stratum dan Uji
Hormali-tas Iiistribusi Irekuensi skor 5 *> pada
masing-masing Stratum. 177
62. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum A ( SMA Xaverius 1 J,
Siswa Nj&H Keturunan Cina ••♦ 178
63. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum A ( SMA Xaverius 1
)
isiswa Pribumi 178
64. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum B ^ SMA Xaverius 2 J,
Siswa toisil keturunan Cina 179
65. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum B ( SMA Xaverius 2
)
,
Siswa Pribumi 179
66. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum G ( SMA Metbodist 1
) ,
Siswa W.JJI Keturunan Cina 180
67. Mean dan Simpangan Baku Variabel Perilaku
5 K pada Stratum 0 ( SMA Metbodist
1 ; ,
Siswa Pribumi 180
68. Uji Jaarmalitas Bistribusi Prekuensi Skor
5 K pada Stratum A ( SMA Xaverius 1 ) ,
siswa to-Ul Keturunan Cina 181
69. Uji iVormalitas Bistribusi Prekuensi Skor
5 K pada Stratum A ( SMA Xaverius 1 )
,
siswa Pribumi 182
'iAB±;L : nalaman
70. Uji Jiiormalitas JJistribusi Prekuensi Skor
5 K pada Stratum B UMA Xaverius 2) Siswa
toJII keturunan Cina 183
71. Uji iiormalitas iJistribusi Prekuensi Skor
5 K pada stratum B (SMA Xaverius 2) Siswa
Pribumi 184
72. Uji Wormalitas Bistribusi Prekuensi Skor
5 K pada Stratum C (SMA Methodist 1 )
Siswa to-Wl Keturunan Cina 185
73. Uji iiormalitas -Uistribusi Prekuensi Skor 5 K pada Stratum C C SMa Metbodist 1)
Siswa Pribumi.••••••... 186
LAMPIBAW P i Uji Bomogenitas Variabel 5 K ,pada
-Siap-tiap stratum dan Ketiga Stratum..187 74. Uji nomogenitas Varians Skor 5 K pada
Stratum A (SMA Xaverius 1 j 188
75. Uji Bomogenitas Varians Skor 5 K pada
Stratum B (SMA Xaverius 2) 189
76. Uji Bomogenitas Varians Skor 5 K pada
Stratum 0 (SMA Methodist l). 190 77. Uji homogenitas Varians Skor 5 K pada
antar ketiga Stratum/sekolah Sisaaa toJMI
Keturunan Cina • 191
78. Uji Bomogenitas Varians Skor 5 K pada
antar ketiga Stratum/sekolah Siswa *
4J2ribiami „•••«...•.*... 192
lAMJfIBAi\l <* - Uji t Variabel masing-masing Perilaku
5 K pada masing-masing Stratum dan
Uji t Variabel Perilaku bagi Kedua
ifc-elompok Siswa" 193
79. Uji t Variabel Perilaku Keamanan pada
Stratum A (SMA Xaverius 1) 194
80. Uji t Variabel Perilaku Kebersiban pada
Stratum A (SMA Xaverius 1} 195
81. Uji t Variabel Perilaku Ketertiban pada
Stratum A (SMA Xaverius 1)• 196
TABBB
i
halaman
82. Uji t Variabel Perilaku Keindahan
pada Stratum A (SMA Xaverius
1)
197
83. Uii t Variabel Perilaku Kekeluargaan
pada Stratum A (SMA Xaverius IJ... 198
84. Uji t Variabel Perilaku Keamanan
pada Stratum B (.SMA Xaverius 2J
199
85. Uji t Variabel Perilaku Kebersiban
pada Stratum B ISMA Xaverius
2).
200
86. Uji t Variabel Perilaku Ketertiban
pada Stratum B ISMA Xaverius
2)
201
87. Uii t Variabel Perilaku Keindaban
pada Stratum B ^SM Xaverius 2J
202
88. Uii t Variabel Perilaku Kekeluargaan
pada Stratum B (SMA Xaverius
2)
203
89. Uii t Variabel Perilaku Keamanan
pada Stratum
0 (SMA Methodist 1 J... 204
90. Uii t Varibael Perilaku Kebersiban
padaStratum C (SMA Methodist 1 J.... 205
91. Uji t Variabel Perilaku Ketertiban
pada Stratum G (SMA Methodist l).... 206
92. Uii t Variabel Perilaku Keindaban
pada Startum G (SMA Methodist
IJ.... 207
93. Uji t Variabel Perilaku Kekeluargaan
pada Startum C (SMA Methodist IJ
208
94. Uji t Variabel Perilaku
5 K ,pada
Perilaku Keamanan ^uy
95. Uji t Variabel Perilaku
5 K ,pada
Perilaku Kebersiban 210
96. Uji u Variabel Perilaku
5 K ,pada
Perilaku Kexertiban 211
97. Uji t variabel Perilaku
5 K ,pada
Perilaku Keindaban
• 212
98. Uji t Variabel Perilaku
5 K ,pada
Perilaku Kekeluargaan ^-L^
99. Baltar Basil Pengujian Hipotesis Varia
bel Perilaku 5 K dengan Uji t ... 214
-UaP'IaR bau-aw
BaUA-M i balaman
1. Komponen-komponen Pembinaan Pendi
dikan Moral Pancasila 3
2. Paradigma Permasalahan 33 3. Paradigma Penelitian 34 4. Komponen-komponen Balam Bingkungan
Sekolah • 42
BAB I
PENDAHUliUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Peningkatan Pembangunan di Bidang Pendidikan
Keanekaragaman suku bangsa Indonesia, serta berbicara dalam berbagai bahasa daerah merupakan satu Kesatuan Bangsa yang bulat dalam arti yang
seluas-luasnya.
Hakekat pembangunan di Indonesia ialah pem
bangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangun
an seluruh masyarakat Indonesia *.
.Peningkatan' pembangunan di; bid'ang pendidikan 'tidak- hanya pe'ndirian prasar'aha..- berupa gedung seko--lah,-laboratoriumtperpustakaa.n:'dan melengkapi sarana
seperti buku-buku*'pelaja<canibuku,-buku kepustakaan
tetapi yang lebih utama adalah meningkatkan kualitas
manusianya.Iang" dimaksudkan kualitas manusiaiiya
ada-lah kepribadian dan kemampuannya.
Pengembangan kepribadian dan kemampuan da lam upaya untuk meningkatkan kualitas dan kreati-vitas hidup manusia Indonesia melalui pendidikan
adalah jalur yang strategis guna menumbuhkan manu sia pembangunan yang bertanggung jawab sesuai de ngan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga
masyarakat dan pemerintah.
Balam rangka melaksanakan upaya-upaya pendidikan
diperlu-kan peningkatan usaha-usaha penghayatan dan pengamalan
Panca-sila oleh celuruk lapisan masyarakat.
Pendidikan Moral Pancasila dengan perilaku cinta tanah air
dan bangsa,merupakan isi dan posisi pendidikan dengan
keduduk-annya yang mendasar,yaitu sebagai bagian dari pembinaan bangsa.
Apabila diresapi dan dihayati.maka nilai-nilai luhur Panca
sila akan menjadi pendorong dan penggerak perilaku seseorang
untuk berbuat.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.upaya men
ciptakan ketahanan Sekolah dengan program 5 K,yaitu Keamanan,
Kebersihan,Ketertiban,Keindahan dan Kekeluargaan adalah menja
di sangat penting,
Melalui proses pendidikan .tujuannya agar siswa memperoleh
bekal pengetakuan sehingga akan tumhuh kemauan keras pada diri
nya untuk berbuat terhadap sesuatu0
Dalam hubungannya dengan Pendidikan Moral Pancasila waka
di-harapkan agar siswa berperilaku melaksanakan program 5 K
menu-rut bekal pengetakuan Pancasila yang diperolehnya dari segi
moral Pancasila.
Siswa sebagai pribadi manusia seutuhnya ( indera,rasa,pikir,
karsa.cipta.karya dan budi nuranij.perlu dibina terutama aspek
pengetakuan dan penalaran,moral,sikap,dan perilaku,serta
ke-terampilan. Komponen-komponen Pembinaan Pendidikan Moral Panca
UMPAN BALIK EVALUASI t
\
M A S Y A R A K A T P A N C A S I L A KURIKULUMN
ANTAR-AKSIi S i
M ' E *H
O U ' D
R , A iK
A \ R Ju
L ' A 'm
1 H '
T A T A N E G A R A M ! U R D INDRA PIKIR RASA KARSA
CI FT A KARYA BUDI : ' -Sikap i -Ilmu 1 -Keterampil-i an U. U. D.
1945 P M P
1
G Metoda\
SuasanaSarana /
"
,/
\
TAP MPRNO. I I
Kepribadian
\
manusia Indone
sia yang utuh /
GBHN
/
1/
/
>
INDISI INTEE
TUJUAN
1
KELUARGACATATAN :
L_
KC tfAL k1. Kurikulum dengan tiga aspek utama : Moral-Sejarah-Hukum Tata Negara.
2. Murid dengan potensi-potensi kepribadian dengan pot ensi-pot ensi yang di
bina melalui sikap, ilmu, keterampilan (tingkahlaku, praktek)
Bagan 1. Komponen-komponen Pembinaan Pendidikan Moral Pancasila
(Tim Penatar PMP Dirjen PDM Depdikbud, 1979 : 222).
2. Alasan Pemilihan Judul
a. Integrasi lambat
Keanekaragaman bangsa Indonesia yang
ter-diri atas berbagai suku bangsa dan golongan me
rupakan potensi yang besar untuk membangun bangsa
yang ber-iihinneka ^unggal Ika. A^an tetapi keane
karagaman penduduk dapat juga sebagai penghftmbat
pembangunan,apabila tidak mendapat penanganan
yang sebaik-baiknya.
Warga negara Indonesia keturunan Cina
ken-datipun telah menjadi warga negara
Indonesia,tam-paknya lambat untuk berintegrasi dengan penduduk
Indonesia pribumi. £epexti yang dikemukakan oleh
Koentjaraningrat (1971 i 375) adalah :u... faktor
integrasi dengan lain-lain penduduk adalah suatu
soal yang terutama menyangkut orang Cina di Indo
nesia ..."
^iswa-siswa ^wl keturunan Cina tampaknya
bersekolab hanya ke sekolab-sekolah tertentu
sa-ja yang mensa-jadi pilihan mereka,sehingga keadaan
yang demikian dapat menjadi salah satu faktor
penyebab integrasi lambat.
Oleh karena mereka tampaknya hanya memi-lih sekolah-sekolah tertentu saja sehingga me
b. Kehidupan berkelomnok
Dalam kehidupan orang-orang Cina, kenda-tipun mereka sudah menjadi warga negara Indone
sia senantiasa tampak bahwa dalam kehidupan me reka selalu bertempat tinggal secara
berkelora-pok antara sesamanya. Dan sekolah-sekolah ter
tentu saja yang hanya menjadi tempat bersekolah bagi anak-anak warga negara Indonesia keturunan
Cina.
Dengan melalui pengamatan langsung pada sekolah-sekolah yang merupakan sekolah relatif banyak siswa warga negara Indonesia
berketurun-an Cina-nya, adalah SMA Xaverius 1, SMA Xave rius 2, SMA Methodist 1, serta SMA Methodist 2.
Untuk mengetahui gambaran secara keselu-ruhan dari sumber data penelitian pada keempat sekolah tersebut di atas, diterakan dalam tabel
1 berikut i n i .
Adapun sumber data penelitian tersebut, ma sing-masing diperoleh dari sumber data dokumen se kolah. Banyak siswa pada tabel ini masih termasuk
siswa yang berstatus warga negara asing (WNA).
Setelah siswa yang berstatus WNA tidak diperhitung -kan, maka diperoleh tabel selanjutnya yaitu tabel
TABEL 1
GAMBARAN KESELURUHAN SUMBER DATA PENELITIAN
No.
Urt Nama Sekolah
Banyak Ke]. a s Banyak Siswa "1 II1 T T T ^ r~" j j i I I I C
1. SMA Xaverius 1 16 15 14 45 700 614 525 1839
2. SMA Xaverius 2 10 10 10 30 455 413 406 1274 3. SMA Methodist 1 18 15 17 50 841 693 786 2320 4. SMA Methodist 2 5 4 3 12 233 160 145 538
e: 49 44 44 137 2229 1880 1862
5971 _
Sumber : Data dokumen sekolah
Untuk mengetahui lebih Ianjut tentang populasi
siswa WNI keturunan Cina, diperoleh data yang bersumber
dari data penelitian diterakan pada tabel berikut ini.
TABEL 2
POPULASI DAN SUB POPULASI SERTA PROSENTASENYA
No.
Urt Nama Sekolah
Populasi ' Sub Populasi Sub ]Dopulasn
Keselu-ruhan A
Prosen-t a s e B
Prosen-t a s e 1.
2.
3. 4.
SMA Xaverius 1 SMA Xaverius 2 SMA Methodist 1 SMA Methodist 2
1765 1137 1993 558 707 616 515 275 40,06 54,18 25,84 51,12 1058 521 1478 265 59,94 45,82 74,16 48,88 C 5435 i
2115 58,89 5520 61,11
Sumber : Data dokumen sekolah
Uata
tersebut
di atas
menunjukkan bah
wa pada SMA Xaverius 2, ternyata siswa WNI keturun
an Cina sebanyak 54,18 % sedangkan siswa WNI Pri
bumi sebanyak 45,82 %t berarti siswa WNI keturunan
Cina lebih banyak daripada siswa Pribumi.
Demikian pula pada SMA Methodist 2, ternya ta bahwa siswa WNI keturunan Cina sebanyak 51,12 %
sedangkan siswa WNI Pribumi sebanyak 48,88 %, yang
berarti bahwa siswa WNI keturunan Cina lebih ba nyak daripada siswa WNI Pribumi.
. Pada SMA Xaverius 1 terdapat 40,06 % siswa
WNI keturunan Cina, sedangkan siswa WNI Pribumi sebanyak 59,94 %% dan SMA Methodist 1 terdapat sis
wa WNI keturunan Cina sebanyak 25,84 % sedangkan
siswa WNI Pribumi sebanyak 74,16 %
Kurikulum yang dipakai adalah sesuai dengan kurikulum dari Departemeh Pendidikan dan
Kebudaya-an R.I. berserta petunjuk-petunjuk lainnya di da lam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di dalam lingkungan sekolah. Masing-masing sekolah tersebut telah mempunyai ruang perpustakaan dan
laborato-rium untuk praktek seperti praktek biologis, ruang
fisika.
Ketahanan sekolah diupayakan oleh
8
kegiatan, yaitu : Keamanan, Kebersiban, Ketertib
an, Keindahan dan Kekeluargaan. Kegiatan dilakukan antara lain upacara bendera, peringatan dan pera-yaan hari-hari besar agama, dan hari - hari besar nasional serta pembinaan kerokhanian. Pelaksanaan kegiatan oleh pengurus OSIS dengan mendapat
bim-bingan dari para guru pembimbing.
Dengan data - data yang diperoleh seperti tersebut di atas, penelitian ini dapat dilakukan
untuk mengetahui bagaimanakah perilaku siswa WNI
keturunan Cina dan Pribumi melaksanakan program 5K dalam lingkungan sekolah tersebut, sehingga akan terwujud Ketahanan Sekolah dan integrasi antara
siswa WNI keturunan Cina dengan siswa WNI Pribumi.
B. Permasalahan
1. Masalah Integrasi WNI Keturunan Cina
Dalam rangka pembangunan bangsa, yang dalam raasa proses perkembangan, maka hubungan yang sela-ras, serasi dan seimbang antara suku bangsa serta
golongan tersebut perlu diupayakan. Oleh sebab
itu-lah, maka Koentjaraningrat (1971 : 581) menegaskan
pula yang diperlukan adalah : "... sikap dan pan-dan gan dari suku bangsa atau golongan terhadap
Proses pembinaan dan perkembangan bangsa mela
lui pendidikan dalam lingkup sekolah
merupakan jalur
yang strategis.
Integrasi siswa WNI keturunan Cina dengan sis
wa Pribumi dalam lingkungan sekolah merupakan suatu
masalah yang perlu mendapat perhatian untuk diteliti. Bagaimana perilaku siswa WNI keturunan Cina berinteg-"
rasi sesama siswa Pribumi melaksanakan program 5 K di sekolah sehingga akan terwujud Ketahanan Sekolah.
Adapun masalah integrasi WNI keturunan Cina di dalam penelitian ini ditinjau melalui beberapa
pende-katan, yaitu :
a. Pendekatan Budaya
Kedatangan orang Cina di Indonesia sebagai
emigran telah berlangsung lama dan melalui proses
yang panjang, mereka menetap dan mempunyai mata
pencaharian. Mereka dapat dibedakan atas dua ke-lompok, yaitu Cina Totok dan Cina Peranakan.
Adapun Cina totok ialah yang mempunyai ciri
10
dengan bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari ada
lah bahasa Melayu (Indonesia) sebagai bahasa pertama
dan bahasa Cina sebagai bahasa kedua. Mereka
dilahir-kan di Indonesia.
Namun demikian dalam berbagai aspek kehidupan, mereka masih banyak persamaan yang bisa dikenali atau diamati dalam tata kehidupan dan norma-norma yang
ber-laku berasal dari tanah leluhurnya.
"Rasa kesatuan keluarga tidak hanya terbatas
di satu tempat tinggal/negara di mana mereka menetap saja, tetapi meliputi juga orang- orang Cina Ji selu-ruh dunia di mana mereka merantau dan menetap".
(Siswono Yudo Husodo, 1985 : 57).
Menyelusuri berbagai pandangan orang Cina, ti-daklah hanya dalam alam kemerdekaan tetapi sejak awal abad 20 sebelum Perang Dunia Kedua. Cina totok
meng-anggap negara Cina adalah negara mereka,sedangkan me
reka berternpat tinggal di Indonesia adalah sebagai orang asing. Cina peranakan mempunyai anggapan yang berbeda-beda terhadap posisi mereka, sehingga dapat
dibedakan ada tiga kelompok.
Kelompok pertama, beranggapan bahwa mereka se bagai orang asing berada di Indonesia, sedangkan ne
gara Cina adalah negara mereka sendiri yang berhak
11
dengan pandangan Cina Hotok.
Sedangkan kelompok kedua beranggapan bahwa Indo
nesia ( hindia Belanda sebelum Perang Dunia Kedua)
adalah tanah jajahan Belanda,maka mereka berorientasi
kepada pemerintab belanda dengan tidak melepaskan
ke-terikatan emosional dengan negeri Cina.
Konperensi Semarang tahun 1917,yang untuk perta
ma kalinya konperensi orang Cina di Jawa, seperti yang
diungkapkan oleh Beo Suryadinata (1986 J 15
)
yang
aebagian besar diikuti oleh golongan
peranakan,menya-takan bahwa: "... mereka adalah orang asing dan tidak
ingin terlibat dalam masalah politik setempat..."
iHlereka menyekolahkan anak-anak mereka ke negeri
Belanda,setelah selesai sebagian kembali,tetapi
seba-gian besar menetap di luar negeri.
Seperti yang diungkapkan oleh Siswono *udo Busodo
(1985 i 114) yaitu :
Bagian terbesar
di antara rekan-rekan
WKL
keturunan Cina ini,belajar di luar negeri atas
biaya sendiri.Kita mendengar bahwa di antara
mereka setelah menamatkan pendidikannya baik
pada tingkat Bachelor, Waster ataupun PluD, bebe
rapa di antaranya tetap tinggal di negara terse
but, belajar,berkeluarga dan tidak kembali ke ta
nah air.Sebagian besar di antara mereka-mereka
yang tidak kembali tersebut,kita dengar umumnya
pemuda-pemuda ^BI keturunan Cina.
Sedangkan kelompok ketiga adalah peranakan yang
berorientasi kepada perauangan bangsa Indonesia sesuai
12
Sikap dan perilaku orang Cina tersebut di atas
sebelum Perang Dunia Kedua berkelanjutan dalam alam kemerdekaan Indonesia. Sikap dan perilaku orang Cina tersebut di atas merupakan warisan dalam alam kemer dekaan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti yang diterakan di bawah ini#
1) Sifat dan solidaritas kelompok
Kehidupan orang-orang Cina di Indonesia
bagian besar bergerak di bidang ekonomi.Mereka
se-laku pedagang, me ski pun ada yang menjadi petani,
tukang atau yang lainnya. Kehidupan menjadi peda gang ataupun sebagai pengusaha yang tampaknya pa
ling berhasil. Mereka hidup cenderung sesama me
reka, mempunyai sifat dan ikatan solidaritas serta
kesatuan hidup yang kuat.
Seseorang keturunan Cina adalah mereka yang
memiliki sikap hidup (Siswono Yudo Husodo, 1985 :
62), yaitu : "Sikap hidup yang
eaklusif, hubungan
keluarga yang ketat, serta kecenderungan untuk mem-bent uk kelompok lingkungannya sendiri".
Mereka sangat kuat ikatan kesatuan kelompoknya dan
sukar berintegrasi dengan kelompok lain. Dan
Con-toh yang dapat dilihat (Siswono Yudo Husodo, 1985:
58) pada :
13
mereka selalu mempunyai lingkungannya sendiri, hidup secara esklusif,. dengan tetap
mempertahan-kan serta meneruskan adat kebiasaan kebudayaan dari t r a d i s i leluhur • . .
Sikap hidup seperti tersebut di atas adalah merupakan ciri atau perilaku dalam kehidupan mere ka, sehingga . tampak berbeda identitasnya dari
golongan-golongan lainnya, yaitu WNI keturunan la-innya. Kenyataan pula, bahwa orang tua murid WNI
keturunan Cina masih banyak menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah tertentu, sehingga tampak semacam pengelompokkan.
2) Ketaatan kepada tanah air asal/leluhur
Kendatipun telah lama menjadi penduduk In donesia dengan melalui proses yang panjang, akan tetapi mereka masih terlkat den gan tradisi leluhur mereka, hidup berkelompok, bahkan keadaan yang
de-mikian didukung oleh konsepsi hukura negara Cina, yaitu di manapun ia lahir tetan j*di ..wargft ..0figelra Cina, karena ayahnya adalah keturunan Cina. Mereka merasa di manapun orang-orang Cina itu berada akan menganggap diri mereka adalah tetap warga negara
Cina.
5) Kenedulian kepada kehiduxian
kebangsaan/nasionalis-me
14
bahwa orang- orang Cina diperkenankan untuk mendi-rikan sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak Cina.
Sekolah yang didirikan tersebut adalah sekolah
Tionghoa Hwee Koa dengan tujuan untuk memupuk pe-rasaan nasionalisme Cina menyatakan orang-orang Ci na perantauan, memupuk kebudayaan dan bahasa Cina.
Selain dari itu, pemerintab Hindia Belanda secara khusus mendirikan sekolah untuk keturunan Cina HCS (Hollandsch Chineesche School). Pendidik an bagi anak-anak Cina terdapat adanya pemisahan,
yaitu :
Sebagian yang mengikuti pendidikan Cina ber orientasi ke negara Cina dan sebagian lagi yang mengikuti pendidikan Indonesia dan Barat (Belan da) , maka timbul pemisahan antara golongan yang berpendidikan berlainan itu. (Koentjaraningrat, 1971 : 565).
Karena pendidikan tersebut, sebagian orang Cina merasa lebih dekat terhadap tradisi dan nege ri leluhur mereka, sebab mendapat didikan dari se kolah Cina dan sebagainya, merasa lebih dekat de ngan orang Belanda daripada kaum Pribumi. Sekolah yang bercorak khusus tersebut keadaannya berlanjut
hingga dalam masa kemerdekaan.
4) Kepedulian dalam kehidux>an ekonomi
15
kita (Indonesia) yang sebagian besar bergerak di bidang ekonomi. Mereka selaku pedagang, meskipun
ada yang menjadi petani, tukang ataupun lainnya. Kehidupan menjadi pedagang ataupun pengusaha yang
tampaknya paling berhasil.
Dalam masa - raasa penjajahan selaku penduduk
Indonesia mereka mempunyai kedudukan yang berbeda lebih baik daripada bangsa Indonesia sendiri. Hal demikian dapat dilihat melalui peraturan dari Pe-merintah Hindia Belanda yang disebut dengan Rege-rings Reglements 1907.
Menurut Regerings Reglements 1907, penduduk
Indonesia digolongkan ke dalam orang Eropa,golong
an orang Timur Asing, dan golongan orang Pribumi (Bumi Putera) yang masing-masing dikenakan hukum
perdata yang berbeda-beda walaupun hukum pidananya disamakan.
Orang Cina di Indonesia sebagai golongan Ti mur Asing dalam hal hukum dagang disamakan dengan
hukum Eropah, Kesempatan yang demikian itu merupa kan peluang bagi orang-orang Cina untuk meningkat kan aktivitas mereka dan mengembangkan usaha dalam berbagai segi kehidupan terutama di bidang ekono
mi.
Betapa besarnya konsentrasi orang-orang
16
terlihat dari perbandingan dengan golongan-golong an lain, di mana : "Menurut sensus 1950 dari etnis Tionghoa 55,4 persen, dari orang Eropah 15,4
per-sen, sedangkan dari orang etnis Indonesia hanyalah
5,4 persen berkecimpung dalam perdagangan". Selanjutnya menurut Mely G. Tan, bahwa :
Perbandingan tahun 1950 dengan tahun 1956 memperlihatkan pada mereka yang dilahirkan di
Indonesia, persentase dalam perdagangan kurang
lebih konstan, sedangkan para profesional (dok-ter, insinyur, dokter gigi) bertambah hampir
dua k a l i .
Keberhasilan golongan Cina dalam perdagang an selain dari peluang peraturan Pemerintah Hindia
Belanda, juga karena masyarakat Cina memiliki si-fat-sifat yang menonjol (Siswono Yudo Husodo,1985:
75), yaitu : "Hemat, tekun, luwes, berani
berspe-kulasi serta bersemangat wirausaha yang tinggi. Faktor ini turut menunjang keberhasilan mereka da lam meningkatkan usaha-usaha perdagangannya".
Menurut Ong Eng Die (Mely G. Tan, 1981 : 54)
bagi orang Tionghoa, bahwa : "Perdagangan sebagai
lapangan pekerjaan yang terpenting, ... adalah
sua-tu lapangan yang vital".
Dalam kenyataan hidup di kota-kota khususnya dalam kotamadya Palembang, ternyata pusat-pusat
perbelan-jaan, toko-toko besar, seperti di daerah Pasar 16
17
oleh pedagang-pedagang Cina, dan sekaligus mereka bertempat tinggal di sana.
Kenyataannya juga menunjukkan seperti yang dituturkan oleh J. Panglaykim dan I. Palmer (Mely G. Tan, 1981 : 92), bahwa : "Anak - anak Tionghoa disekolahkan, dan dipersiapkan untuk meneruskan
usaha orang tua mereka ... bahkan sampai kepada
cu-cu • • "
Dalam kehidupan yang bertahun - tahun terse but, dan bagi anak-anak mereka yang bersekolah un tuk meneruskan usaha orang tua, maka perilaku da-gang itulah yang akan menonjol di dalam kehidupan orang-orang Cina yang berarti perilaku kepada per-timbangan untung rugi, acuh tak acuh terhadap ling
kungan sekitar.
b. Pendekatan Politik
Masalah integrasi WNI keturunan Cina berhu-bungan erat dengan perilaku dalam kehidupan orang Cina itu sendiri yang selalu berorientasi lebih banyak ke negara Cina sebagai tanah asal mereka, tidak terlepas dari situasi dan perkembangan poli
tik di tanah air Indonesia ataupun di negeri Cina
18
kewarganegaraan dan pendidikan anak-anak Cina, se
lain dari aspek-aspek kehidupan lainnya yang
juga
memegang peranan penting dalam bermacam-macam
ku-run waktu.
Adapun status kewarganegaraan dan pendidik
an, adalah sebagai berikut :
1) Status Kewarganegaraan orang-orang Cina Indone
s i a
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan
bahwa golongan Cina peranakan terdiri dari tiga
kelompok dengan masing-masing kelompok
pertama
berorientasi kepada negara Cina, kelompok kedua
berorientasi kepada pemerintah Hindia Belanda,
dan kelompok ketiga berorientasi kepada para
pe-mimpin bangsa Indonesia, yang berjuang menuntut
Indonesia Merdeka.
Sejalan dengan keadaan yang demikian pe
merintah negeri Cina pada tahun 1909 sebelum
perang dunia I, mengeluarkan undang-undang ten
tang kebangsaan yang isinya, bahwa semua orang
keturunan Cina, atau setiap anak yang sah atau
pun tidak sah dari seorang ayah Cina (atau
seo-rang ibu Cina bila bapaknya tidak diketahui)ada
lah berkebangsaan Cina. Dengan demikian
19
Cina (azas iois. sanguinis).
Sedangkan tahun 1910, penguasa Belanda
me-ngeluarkan Undang-Undang tentang Kawula Negara Be
landa, yang menyatakan bahwa semua orang Cina Be landa adalah Kawula Belanda, diberlakukan. Dengan demikian orang-orang Cina di Indonesia, mempunyai kewarganegaraan secara rangkap. Timbul kegelisahan bagi orang Cina dan sebagian tidak setuju melan-carkan kegiatan yang memihak perjuangan bangsa In
donesia, sehingga tahun 1952 didirikanlah Partai
Tionghoa Indonesia, bahkan berusaha akan
menjadi-kan orang-orang Cina peranamenjadi-kan menjadi Indonesiens seperti yang ditegaskan oleh Liem Koen Hian, bahwa
"Indonesia adalah tanah air dan negara dari golong an Cina peranakan". (Leo Suryadinata, 1986 : 82).
Terhadap gagasan Liem Koen Hian ini, para pemimpin
bangsa Indonesia bersikap hati-hati.
Kendatipun Partai Tionghoa Indonesia (PTI) mengidentifikasikan dirinya dengan gerakan nasio-nalis Indonesia, partai ini menurut kenyataannya tetap merupakan suatu partai Cina peranakan, oleh
karena itu belum merupakan suatu partai Indonesia,
bahkan banyak dipengaruhi oleh pihak Komunisme.
20
mengalami perubahan dan penambahan) tentang warga negara Indonesia dan penduduk negara Indonesia,ma ka Cina peranakan telah dikategorikan sebagai war
ga negara Indonesia. Akan tetapi negara Cina sejak
tanggal 1 Oktober 1949 terpisah menjadi dua, yaitu negara daratan Cina disebut Republik Rakyat Cina
(RRC) dengan ibu kota Peking, dan berhaluan
komu-nis, sedangkan Republik Taiwan yang beribukotakan
Taipeh berhaluan nasionalis.
Republik Rakyat Cina (RRC) tentang kewarga-negaraannya menganut azas ius sanguinis, dan menya takan bahwa orang-orang Cina di Indonesia adalah warga negara RRC. Hal yang demikian berakibat ter hadap orang-orang Cina yang berpihak kepada Repu
blik Taiwan menjadi kehilangan kewarganegaraannya, dan mereka tidak mempunyai status kewarganegaraan sehingga dianggap sebagai orang asing, sedangkan
Republik Indonesia mengakui RRC.
Persetujuan perjanjian antara Republik In donesia dengan Republik Rakyat Cina mengenai soal Dwi-Kev/arganegaraan dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1958. Adapun isi daripada perjanji
an tersebut adalah : "Tunduk kepada Undang-undang dan kebiasaan dari negara di mana mereka tinggal dan tidak akan ikut dalam kegiatan politik di ne
21
masih tersirat, bahwa orang-orang Cina di Indone sia bukan yang pro pemerintah Taiwan adalah
status-nya warga negara Cina.
Sejak tahun 1958, pengaruh RRC semakin
ber-tambah, lebih -lebih setelah pemerintah Republik
Indonesia mengusir orang-orang Cina yang pro Tai wan dan menutup sekolah-sekolahnya, karena
terbuk-ti membantu pemberontakan PRRI/Permesta dan
seka-ligus pula memperlakukan Peraturan Pemerintah No. 10/1960 (PP 10/1960) yang isinya melarang pedagang
Cina beroperasi di pedesaan.
Orang-orang Cina di Indonesia kendatipun telah menjadi warga negara Indonesia, akan tetapi
orientasinya masih tetap ke tanah leluhur dan ikat an solidaritasnya kuat, lagi pula mendapat dukung-an dari PKI ddukung-an RRC, menimbulkdukung-an suatu permasalah
an. Tidak semua pejabat pemerintah yang mendukung dibentuknya "Poros Jakarta - Peking", karena akan memberikan peluang kegiatan dalam berbagai bidang pada golongan PKI, serta golongan Cina peranakan
yang mendapat bantuan dan dukungan dari RRC.
Kenyataan menunjukkan dengan lahirnya pem berontakan G.50.S/PKI yang berusaha merubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara Komunis, go
22
dan akhirnya pemberontakan tersebut berhasil
ditum-pas. PKI beserta dengan ormas-ormasnya raulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat daerah
dibu-barkan, Tahun 1967 hubungan diplomatik antara Re
publik Indonesia dengan Republik Rakyat Cina
dibe-kukan.
Masalah dwi kewarganegaraan yang mengambang ini mempunyai dampak membahayakan terhadap kehidup an negara Republik Indonesia, akhirnya oleh peme
rintah Republik Indonesia dinyatakan tidak berla-ku lagi, dan sebagai penggantinya diberlakukanlah
Undang-Undang No. 4 tahun 1969, yang isinya antara lain : "Seorang anak keturunan Cina di bawah umur
secara otomatis mengikuti garis kewarganegaraan
orang tuanya, sebab orang tuanya memilih kewarga
negaraan Indonesia".
Kekhawatiran terhadap orang Cina Indonesia sebenarnya telah lama dikemukakan oleh Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia
(Leo Suryadinata, 1986 : 19), bahwa : "Selama ta hun 1945-1946 banyak orang Cina yang dipakai seba
gai alat Belanda baik sebagai polisi maupun seba
gai pedagang".
Pada bagian lain yang sama halamannya, Moh. Hatta juga berpendapat, bahwa : "Orang Cina bersikap
orang-25
orang Indonesia, serta kepentingan mereka yang pa
ling utama adalah memperoleh keuntungan".
Sejalan dengan diberlakukannya Undang-un-dang Nomor 4 tahun 1969, seandainya anak yang ba ru dilahirkan dengan status telah menjadi warga negara Indonesia, yaitu WNI keturunan Cina berarti
usianya sekarang + 18 tahun dan duduk di bangku
sekolah dengan jenjang tingkat SMTA, dan hidup da lam pemerintahan Orde Baru, maka penelitian yang
dilakukan adalah sangat tepat dengan segala perma-salahannya, terutama masalah integrasi warga nega
ra Indonesia keturunan Cina tersebut.
2) Pendidikan
Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak Cina peranakan bermacam-macam adalah sesuai dengan
orientasi dalam kehidupan mereka.
Golongan Cina peranakan yang berorientasi-kan ke nagara Cina mendiriberorientasi-kan sekolah Cina yang di-sebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) , dengan mengguna-kan bahasa pengantar Cina, dan juga dari golongan Cina Totok. Golongan Cina peranakan yang berorien-tasikan ke negara Belanda (pemerintah Hindia Be
24
bahasa pengantarnya bahasa Belanda yang disesuai-kan dengan model sekolah Eropah yang sengaja didi
rikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
mengim-bangi sekolah Cina Tiong Hoa Hwee Koan.
Golongan Cina peranakan yang berorientasi kepada negara dan perjuangan bangsa Indonesia me-masuki SD (Sekolah Dasar), yaitu sekolah negeri dan swasta yang menggunakan bahasa pengantarnya
bahasa Melayu (bahasa Indonesia). Pembukaan Seko lah Dasar untuk orang-orang Indonesia ini sesuai
dengan politik pemerintah Hindia Belanda sendiri, yaitu Politik Ethisch di bidang pendidikan yang perlu di Hindia Belanda diberikan pendidikan de
ngan jalan mendirikan sekolah-sekolah.
Lagi pula
negeri Belanda dipimpin oleh pemerintah yang
ber
haluan Liberal.
Sedangkan pada masa pendudukan Jepang yang
diperkenankan hanyalah sekolah-sekolah dasar yang
berbahasa Melayu, dan dianjurkan juga dengan meng
gunakan bahasa pengantar Cina, sedangkan sekolah yang berorientasikan kepada pemerintah Hindia Be
landa ditutup oleh Jepang. Corak pendidikan seper
ti di atas berlanjut hingga setelah Indonesia
Mer-deka.
25
Belanda mendorong dan memajukan sekolah - sekolah
Cina, bahkan dalam bulan Oktober
1947,dikeluarkan-lah peraturan pemberian bantuan kepada seko1947,dikeluarkan-lah-se
kolah yang berbahasa Cina. Kita memahami bahwa si kap dan perilaku pemerintah Belanda tersebut,
di-maksudkan agar supaya orang-orang Cina peranakan
memberikan dukungannya terhadap penjajahan kembali
Indonesia bagi Belanda.
Seperti telah dikemukakan terdahulu Mohamad
Hatta Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia,
menyatakan bahwa : "Cina peranakan bersikap netral terhadap perjuangan bangsa Indonesia melawan pen
jajahan Belanda".
Sejalan dengan situasi politik di negara
Cina sejak tanggal 1 Oktober 1949, negara Cina ter-bagi menjadi dua, yaitu berdirinya Republik Rakyat
Cina yang berhaluan Komunis, dan Republik Taiwan yang berhaluan Nasionalis, maka seolah - olah Cina peranakan di Indonesia jadi terpecah dua,yaitu se
kolah-sekolah yang di bawah pimpinan orang- orang Cina Nasionalis atau Cina Kou Min Tang dan sekolah sekolah yang berada di bawah pimpinan orang-orang Cina Komunis dengan mendapat dukungan dari Partai
Komunis Indonesia, di mana sekolah-sekolah terse
26
Dari uraian yang dikemukakan di atas, jelas
sekali pendidikan bagi orang-orang Cina peranakan
sa-ngat berorientasi kepada negara leluhur mereka, yaitu
negara Cina (RRC dan Taiwan), lebih-lebih lagi penga
ruh ideologi komunisrae kepada sekolah-sekolah yang di bawah naungan Cina peranakan yang berorientasi ke Re
publik Rakyat Cina.
Sekolah-sekolah yang diasuh oleh Cina peranak
an Taiwan akhirnya ditutup dan diambil alih oleh pe
merintah Indonesia, karena dalam kenyataannya
orang-orang Cina peranakan Taiwan ikut membantu dalam
pem-berontakan PRRI/Permesta, menyelundupkan amunisi dan
senjata dari Taiwan melalui Singapura, yang mana Cina
peranakan Taiwan diperalat untuk kepentingan
pemberon-takan tersebut.
Sehubungan dengan pengambilalihan sekolah-se
kolah Cina peranakan Taiwan oleh pemerintah Indonesia
maka sekolah-sekolah yang diasuh oleh Cina peranakan berhaluan komunis semakin berkembang dengan pesatnya, terutama oleh Baperki (Badan Permusyawaratan Kebang-saan Indonesia) yang merupakan salah satu organisasi
massanya PKI.
Demi kepentingan Nasional, maka Pemerintah In
donesia menetapkan pada sekolah-sekolah Cina tersebut
untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
27
juga Sejarah dan Ilmu Bumi Indonesia menjadi mata
pe-lajaran wajib. Akan tetapi pemerintah Indonesia sejak
tahun 1959, kendatipun telah kembali kepada UUD 1945,
pelaksanaan dalam pemerintahan didominasi oleh PKI.
Di bidang pendidikan, Menteri Pendidikan
Peng-ajaran dan Kebudayaan Prijono raenetapkan 5 Pokok
Per-kembangan atau yang dikenal dengan Panca Wardhana ya
i t u :
1. Perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral
nasional/internasional/keagamaan. 2. Perkembangan inteligensi.
5. Perkembangan emosional-artistik atau rasa
keha-ruan dan keindahan lahir dan bathin.
4. Perkembangan keprigelan (kerajinan) tangan.
5. Perkembangan jasmani. (SaidM., 1981 : 20).
Panca Wardhana mengecilkan arti dasar negara
Pancasila khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa hanya dengan istilah keagamaan saja, yang menga-kibatkan terbukanya peluang bagi golongan komunis un
tuk mengembangkan ideologi komunisnya lewat dunia pen
didikan.
Dalam pada itu Penetapan Presiden No. 19/1965,
berbunyi : "Pengkhususan
sistem
Pendidikan Nasional
diperkenankan, sesuai dengan aliran politik dan
keya-kinan agama yang dianutnya masing-masing dalam rangka
Pancasila Manipol USDEK". (Said
M. ,
1981 : 20).
Dengan pasal 5 Penetapan Presiden No. 19/1965, partai
28
bahkan perlindungan untuk membina serta mengembangkan
ideologi komunis melalui pendidikan.
Dapat dipahami kalau terhadap orang-orang Cina
peranakan selalu diragukan
itikadnya yang baik, atau
"niatnya yang tulus" (Hamka, 1970 : 83) terhadap
pe
rilaku mereka kendatipun mereka itu dilahirkan,
ber-tempat tinggal di Indonesia serta mendapat pendidikan
di Indonesia.
Lebih-lebih
lagi setelah
Kudeta
tahun 1965
yang dilakukan oleh G.30.S/PKI serta
didalangi
oleh
Partai Komunis Indonesia yang mendapat dukungan dari
Republik Rakyat Cina, ternyata golongan Cina peranak
an banyak terlibat di dalamnya, kendatipun tidak
se-muanya. Kudeta 1965 itu akhirnya
menemui
kegagalan
dan berhasil ditumpas. Sejalan dengan itu pada tahun
1966 melalui SUPERSEMAR-nya, PKI
dibubarkan
beserta
ormas-ormasnya mulai dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat daerah. Sekolah-sekolah Cina ditutup
dan
di-ambil alih oleh pemerintah Indonesia, karena terlibat
serta ikut dalam pemberontakan PKI.
Guna menyalurkan sisv/a-siswa dari sekolah-se kolah Cina yang telah ditutup dan diambil alih terse but serta untuk menampung anak-anak Cina peranakan,
29
dalam masyarakat Cina. Sekolah-sekolah tersebut
dise-but dengan Sekolah Nasional Proyek Khusus (SNPK) yang
berdiri pada tahun 1969.
Menurut pokok-pokok penjelasan tentang Sekolah Nasional Proyek Khusus dari Keputusan Menteri Pendi
dikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 015/1968,
tentang inti dari Konsepsi SNPK, adalah :
1) Melenyapkan exclusivisme
di bidang
pendidikan
baik rasial maupun tehnis educatif,yaitu dengan membaurkan pendidikan anak - anak Cina dengan anak-anak Indonesia menurut sistem pendidikan
nasional.
2) Menggunakan sejumlah
besar penduduk
Indonesia
yang kebetulan berciri bukan sebagai orang Indonesia asli yang tanpa kemungkinan ke luar da
ri wilayah Republik Indonesia, dari usaha-usaha
destruktif yang raemusuhi pemerintah Indonesia,
dengan jalan membina tunas-tunasnya untuk dapat
berjiwa dan bersikap mental sebagai patriot Indonesia.
5) Meniadakan psychological unrest dari masyara kat Cina pemegang potensi ekonomi financiil
yang mendominir kehidupan ekonomis bangsa Indo
nesia, dengan jalan memberi jaminan
kesejahte-raan spirit uii bagi anak-anaknya, sehingga me reka tidak mudah dihasut untuk mengacaukan si-tuasi di dalam negeri ataupun melarikan
modal-nya ke luar negeri. (Kantor Urusan Penduduk DKI
Jakarta, 1972 : 97).
Sekolah Nasional Proyek Khusus adalah bersifat
sementara, oleh karena itulah pada tahun 1974
sekolah-sekolah tersebut ditutup, dan pada tahun 1975 menjadi
sekolah-sekolah Indonesia biasa. Sesuai dengan
peng-amatan di kota Palembang, anak-anak Cina peranakan
yang berstatus v/arga negara Indonesia
ataupun
30
pada Sekolah Xaverius dan Perguruan Wethodist.
Apabila mereka telah memilih satu pilihan kewarga
negaraan ,yaitu warga negara Indonesia dengan melepaskan
warga negara Cinanya, telah digolongkan kedalam
adanya
kecenderungan berpikap positif.
Akan tetapi mengingat sifat dan ikatan solidaritas
mereka kuat,pendidikan yang herorientasikan kenegara Cina
dan Belanda serta dari menganut status kewarganegaraan
rangkap.dan adanya keterlibatan orang-orang Cina dalam
pemberontakan li.30.3/PkI,maka penelitian ini ditujukan
ter-utama dari segi perbuatan atau perilaku,yang terwujud dan
tampak dalam interaksi- sosialnya dalam melaksanakan program
5
L
dalam lingkungan sekolah bagi siswa *BI keturunan Cina
dan Pribumi.
Seperti yang diungkapkan oleh Oiim.Penatar
2t>&-\
(1979 i 256 j adalah :
" Perbuatan atau pengamalan Pancasila oleh anak dapat
dianggap sebagai basil akhir yang dicapai di dalam_
Pendidikan i^ral, karena apabila seseorang mempunyai perbuatan baik maka ditafsirkan bahwa dia mempunyai
sikap yang baik.Akan tetapi sebaliknya seseorang yang
bersikap baik belum tentu mengamalkan secara baik
pula."
Perilaku siswa yang ditelitl adalah perilaku siswa
Witt keturunan Oina dan Pribumi dalam melaksanakan program
5 K^karena program 5 ^ salah satu unsur pokok untuk
mewu-judkan. Hetahanan Sekolah.
Pada kenyataannya para orang tua siswa WNI keturunan
31
sekolah tertentu saja,sehingga tampak semacam pengelompokan.
Pengelompokan yang demikian dapat menumbuhkan kesan
ne-gatif pada siswa terhadap lingkungan sekolahnya,pergaulan
antar sesama siswa tertutama pergaulan siswa WNI keturunan
^ina dengan siswa Pribumi„
2. Rumusan Masalah
Uari pembeberan masalah pada uraian terdahulu,maka
di-susun
tesis dengan judul : » P^IhAkU" SISWA WNI mUKUiiAfl
CIjsia DaH PRIbUMI UaLaK IyJELAKSANiiKAN PROGRAM 5 K."
( Studi deskriptif analitik tentang siswa-siswa SMA swasta
di Kotamadya Palembang J*
Penelitian diarahkan
kepada
perilaku siswa WNI ketu
-runan Cina dan Pribumi dalam melaksanakan program 5 £ ter
sebut di lingkungan sekolah.
Judul tesis tersebut bertitik tolak dari rumusan masalah
sebagai berikut :
M ^ampai. s.eberapa .iaubkah
siSSa ML Kffit¥rttttaft Sifla
nakan pro, gram 5JL ? "
Rumusan ma&jlah tersebut di atas diturunkan ke dalam
beberapa sub masalah,yaitu :
( 1 ) Apakah siswa «,NI keturunan ^ina aaasiliki perilaku
po?i-tif dan dapat melaksanakan program 5 & di sekolah
52
(2) Apakah siswa WNI keturunan Cina dan Pribumi mempu
nyai nersamaan dan nerbedaan perilaku dalam melak
sanakan program 5 K ?
(5) Bagaimanakah persamaan dan perbedaan, perilaku sis
wa WNI keturunan Cina dengan siswa Pribumi
dalam
melaksanakan program 5 K di sekolah ?
Masalah penelitian ini dapat disimpulkan seba
gai berikut :
(1) Inti masalah dalam penelitian ini adalah, masalah
l**lakaanaan program 5 *•, di lingkungan sekolah.
(2) Obyek penelitian diarahkan kepada perilaku 5 K ya
itu Keamanan, Kebersihan, Ketertiban,Keindahan dan
Kekeluargaan.
(5) Yang menjadi subyek penelitian (sampel) ialah ke
lompok siswa WNI keturunan Cina dan siswa Pribumi.
Penelitian pada kelompok yang dimaksud (sampel)
berada di Sekolah Menengah Tingkat Atas dalam wilayah
Kotamadya Palembang, pada sekolah-sekolah yang mempu
nyai siswa WNI keturunan Cina relatif banyak yaitu pa
da SMA Xaverius 1, SMA Xaverius 2, SMA Methodist 1,SMA
Methodist 2.
Adapun paradigma permasalahan
dan
penelitian
SISWA
«
o
u
H 0:
H
PERILAKU
pi
o
M
WNI
KETURUNAN CINA
INTEGRASI
PRIBUMI
PERILAKU
KETERANGAN :
A = Siswa WNI Keturunan Cina
B = Siswa Pribumi
KETAHANAN SEKOLAH
KEAMANAN
KEBERSIHAN
KETERTIBAN
KEINDAHAN
KEKELUARGAAN
A
V
K A R A K T E R I S T I K
1. Rela berkorban, mengutamakan ke pentingan masyarakat dan lingkung
an hidup, di samping kepentingan pribadi.
2. Ikut aktif berusaha, ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan
so-sial.
3. Ikut melibatkan diri secara
lang-sung, dan percaya pada diri sen
diri.
k. Patuh dan taat, serta setia pada
norma, konsep-konsep nilai sosial budaya tanah air dan bangsa.
35
C '-En-Juan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk J
1.. Mengetahui apakah siswa Witt keturunan Cina dan siswa
Pribumi mempunyai persamaan dalam melaksanakan pro gram 5 k dalam lingkungan sekolah.
2. Memperoleh gambaran bagaimanakah perilaku. siswa toEI
keturunan Cina dan siswa Pribumi dalam melaksanakan
program 5 k- dalam lingkungan sekolah,
3, Mengetahui bagaimanakah persamaan dan perbedaan peri
laku siswa *HL keturunan Cina dengan siswa Pribumi da
lam melaksanakan program 5 ^ dl lingkungan sekolah.
®. Keeunaan Pgnelitiaft
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
diguna-kan dalam usaha •
1# Membina perilaku 5 & pada siswa melalui program 5 ^
dalam rangka meningkatkan ketahanan sekolah.
2. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap strategi proses
belajar mengajar pada guru-guru,terutama guru Pendidikan
Moral PancasilaCi'Mri.guru Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa
i
PSP^
)
dan guru Olah kaga agar perilaku 5 &
selalu mendapat perhatian dan pengarahan sebaik-baiknya.
3. meningkatkan kecintaan siswa terhadap tanah air dan bang
sa dengan perilaku 5 *- sebagai perbuatan-perbuatan nyata
56
E. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi
a. Perilaku ialah hasil belajar yang dibentuk oleh
informasi, dengan mempunyai aspek kognisi,
mo-tivasi, dan kecenderungan berbuat, sehingga me
rupakan perilaku individu yang bersangkutan.
Perilaku siswa WNI keturunan Cina masih terikat oleh - ikatan solidaritas sosial budaya,
prin-sip untung rugi, dan berorientasi kepada tanah
leluhur mereka, kendatipun mereka telah menjadi
warga negara Indonesia.
Sedangkan perilaku siswa Pribumi terikat.oleh'
prinsip kemanusiaan.musyawarah^dan'
kekeluargaan-nya dis'amping. kepentingan. diri pribadi.
b. Perilaku anak- anak dalam usia belasan tahun dan mulai menginjak remaja, banyak yang sukar untuk
dikendalikan, nakal, berbuat keonaran, dan ber-macam - ber-macam perbuatan yang bisa mengganggu -.
keamanan dan ketertiban unmm , bahkan Be ring merusak keindahan, mencorat- coret di tem pat- tempat yang seharusnya dipelihara
kebersih-an dkebersih-an keindahkebersih-annya.
Siswa tingkat SMTA dengan usia seperti tersebut di atas tampaknya mempunyai kecenderungan penuh
37
oiswa-siswa "^ keturunan Uina,ataupun siswa Pri
bumi tidaklab terlepas dari adanya rasa kegelisahan
yang tampak pada perilaku yang sesuai dengan
pertum-buhan dan perkembangan usia mereka.
2. bj-potesis
a. Perilaku siswa ""I keturunan Uina dengan
perilar-ku siswa Pribumi memeliharaJteamanan yang meru
pakan unsur program 5 k- dilingkungan sekolah
me-nunjukkan banyak persamaan.
b. Perilaku siswa vtml keturunan Uina dengan perila
ku siswa Pribumi memelihara kebersihan yang me
rupakan unsur program
5 ^
dilingkungan sekolah
menunjukkan banyak persamaan.
c. Perilaku siswa w^I keturunan ^ina dengan perila
ku siswa Pribumi mentaati peraturan tata tertib
sekolah atau memelihara ketertiban yang merupa
kan unsur program 5 ^ dilingkungan sekolah me
-nunjukkan banyak'persamaan.
d. Perilaku siswa »•'-"! keturunan Uina dengan perila
ku siswa Pribumi memelihara keindahan yang meru
pakan unsur program 5 ^ dilingkungan sekolah me
nunjukkan banyak persamaan.
e. Perilaku siswa v-wl keturunan Cina dengan perila
ku siswa Pribumi dapat menjalin hubungan dalam suasana kekeluargaan yang merupakan unsur progr.,
ram
5 k dilingkungan sekolah menunjukkan banyak
«r>
*<*&•-
x
w) <& <£*
Wv
) ,
r>.
A
V"'
•A If
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Guna mencapai hasil dan tujuan penelitian, ma ka diperlukan metode dan teknik yang setepat-tepatnya.
Di dalam penelitian ini dipergunakan metode deskrip
si analitik. Metode deskripsi adalah cara penelitian
yang dilakukan dengan seobyektif mungkin berdasarkan data dan fakta yang ada.
Data yang dikumpulkan dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun penggunaan metode deskripsi
dikarenakan sifatnya yang menggambarkan ataupun
mene-rangkan gejala yang ada atau perilaku yang tampak.
B. Teknik
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kenustakaan
Sebelum melakukan penelitian ke lapangan terle-bih dahulu mencari dan mengurapulkan data dari buku-buku pustaka untuk memperoleh teori-teori
dan informasi yang mendukung terhadap peneliti
an i n i .
b. Angket
Yang dimaksudkan dengan angket adalah :
64
•Gara pengumpulan data dengan -JWJJ*^SS^S-SS
daftar pertanyaan *«« *•*«* htSa tinggal
mengisi/.enandai-kiamrupa,sehinggaJ^"*? YKdiana,1984
«ya dengan mudah dan ceiav
• v wum.j»«»»
'•
7 J.
Bala, penelitian ini digunakan angk.t ».°ara langsune
tar-taoa, 1«wa HA k.tur»nan Cina dan 2ribu»i yang dijadikan
.a.p.1 untuk «.P«ol^ data.bagai*^ ,«»«aan perilaku
«»k».3fat*» «• ***" -uOaksanakan program 5*• tfeamanan.
t.bersihant«..tertiban.JteindahaB,dan lt«k»luareaa» ).
Jexilaku daOa. «la*sanakan program 5<• »•?««- dis.butkan
di ataB.mempunyai pernyataan a.banyak « tartix dengan empat
pilihan kemungkinan jawaban.
Angket ini menggambarkan tentang perilaku di dalam melaksa
nakan program 5 ^ ,» dilingkungan sekolah •
2. teknik Analisis
&una menganalisa data basil penelitian ini maka
^
dilakukan pengujian terhadap 6buah hipotesis dengan
cara masing-masing akan diuji dengan menguji kesamaan dua
rata-rata,ujl dua. pihak.dan dengan menggunakan pendekatan
""" Sp in1-lJS^Cn9-l)4 ;
i Sudjana.1984 *• 232J.
•2 "——a"^-2
KrtftrflBgari ;
s2
„ Varians gabungan
n-,
* Jumlah sampel kelompok 1
n.
= iumlah- aaapel kelompok 2
a?
- varians sampel kelompek 1
65
- X,
I Sudjana,1984 * 232 J.
Hi n^
Keterangan :
t - Uji t
I„ s Eata-rata hitung sampel kelompok 1 i„ = Eata-rata. hitung, sampel kelompok 2 s = Simpangan baku gabungan
n^ = Jumlah sampel kelompok 1
n2 = Jumlah sampel kelompok 2
G. Populasi djifi Sampel
l. Pepglagi
Xang dimaksud dengan populasi pada penelitian ini adalah semua siswa di SMA dalam Kotamadya Palembang yang
menjadi tempat penelitian ini.
Sesuai dengan tujuan penelitian ialah untuk menge
tahui dan mendapatkan gambaran tentang perilaku siswa WJff
keturunan Gina dan siswa £ribumitmaka perlu diperoleh
ka-rakteristik populasi yang akan diteliti.
Adapun pengertian populasi menurut Sudjana (1984;5)
adalah sebagai berikut •
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin
basil, aenghitung ataupun pengukuran,kuantitatil' maupun
knalitatix daripada karakteristik tertentu mengenai
se-kuapulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin
dipela-jari sifat-sifatnya.
66
Pribumi dengan karakteristik perilaku dalam melak sanakan program 5 K (Keamanan, Kebersihan, Keter
tiban, Keindahan, dan Kekeluargaan)
guna mewujud
kan Ketahanan Sekolah.
Penelitian dilakukan pada SMTA dalam Kota madya Palembang, yaitu pada SMA Xaverius 1, SMA
Xaverius 2, SMA Methodist 1, dan SMA Methodist 2 yang mempunyai siswa WNI keturunan Cina yang
rela-tif banyak.
2. Sampel
Sejalan dengan tujuan penelitian maka yang
menjadi sampel adalah kelompok siswa WNI keturunan
Cina dan Pribumi dengan populasi pada tempat pene
litian.
Adapun pengertian sampel menurut Sudjana,
adalah sebagai berikut : "Segala karakteristik po pulasi hendaknya tercerminkan pula di dalam sampel yang diambil " (1984 : 5).
Untuk mendapatkan sampel, dipergunakan tek
nik random sampling yang ditujukan pertama - tama
kepada siswa WNI keturunan Cina dan yang selanjut nya ditujukan kepada siswa Pribumi dari kelas yang sama dengan jalan melakukan Undian dengan maksud,
untuk memberikan kesempatan yang sama supaya
67
Sampling dilakukan secara acak untuk mencapai
ge-neralisasl. Jumlah keseluruhan sampel memiliki jum lah yang sama dari masing-masing kelompok.Oleh ka
rena itu populasi cukup homogen, maka dalam penen-tuan jumlah sampel dipergunakan dengan dasar per-hitungan sebagai berikut :
"Populasi di bawah 100 dapat dipergunakan
sampel sebesar 50 %, dan di atas serlbu sebesar 15
%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditam bah sedikit lagi dari jumlah matematik tadi". (Winarno Surakhmad, 1985 : 100).
Penarikan sampel mula-mula menentukan ter-lebih dahulu populasi siswa WNI keturunan Cina me lalui data dokumentasi sekolah, antara lain meng gunakan Kartu Identitas Pribadi, dan Angket dengan meraperhatikan kelas pada jurusan yang berbeda bagi kelas II dan III, yaitu jurusan fisika, biologi ,
dan s o s i a l .
D. Instrumen Variabel Perilaku Dalam Melaksanakan Prog
ram ^ K.
Kuesioner pada variabel perilaku ini masing-masing item memiliki 4. alternatif jawaban mulai dari
68
•exupakan jawaban mengenai perilaku kegiatan subyek yang
di-lakukannya dalam melaksanakan program 5 ^ littgkungan
se-kolah.
Instrumen atau alat pengukur ini berskala biasa dengan
4 kategori , kemudian untuk kadiCtkasinya dipergunakan anali
sis item berdasarkan kdward.kllen 1. 11957 • 149 s.d. 154 ).
Adapun skala ini mempunyai bentuk jawaban yang terentang
dari seringkali sampai dengan tidak pernah dengan bobot item "
sebagai berikut '*
1}
Seringkali (SKJI dengan bobot item
- 3
2) Sering
^SJJdengan bobot item
- 2.
3)
kadang-kadang t kk
)
dengan bobot item - 1
4) Sidak Pernah I
^ )
dengan bobot item = 0
kegiatan dilingkungan sekolah dilakukan pada ruang kelas,
ruang guru,ruang kamar mandi/WC, ruang perpustakaan,ruang iada
laboratorium/praktikum , halaman sekolah dan berbagai ke
-giatan dalam lingkungan sekolah pada umnmnya*
Pendekatan yang dipergunakan dalam berbagai aspek pada
ketahanan sekolah ini adalah pendekatan sosiologis dan
pende-katan paikologis.
iiari pemyataan - pemyataan tersebut, tampak perilaku
yang ada pada diri pribadi seseorang untuk dapat berbuat ter
hadap ebyek-obyek lingkungannya.
Perilaku yang positii adalah seringkali atau soring pada
69
perbuatan rela berkorban, kesetiaan, taat serta patuh
yang merupakan ciri perilaku dalam melaksanakan prog ram 5 K yang terwujud pada ketahanan sekolah.
Perilaku kadang-kadang adalah perilaku dengan
kecenderungan positif/negatif, aedangk&n perilaku tidak
pemah. ad^laJt yang mexufak&m perilaku negatif masa
bo-doh, merupakan perilaku tidak terpuji, sehingga meru pakan kerapuhan bagi ketahanan sekolah.
Untuk lebih jelasnya tentang gambaran kisi-kisi skala perilaku dalam melaksanakan program 5 K yang ter wujud pada ketahanan sekolah diterakan pada tabel 3.
TABEL 3
KISI-KISI SKALA PERILAKU DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM
5 K, YAITU KEAMANAN, KEBERSIHAN, KETERTIBAN, KEIN
DAHAN DAN KEKELUARGAAN
Perilaku
Ruang Lingkup
Pemya
taan. Jum lah
Komponen Aspek + —
(1) (2) (3) U) (5) (6)
[image:58.595.69.494.281.675.2]Ketahanan
sekolah.
1.Keaman
a n .
a. Ruang kelas
b.Ruang guru
+ 1
1
c.Ruang Perpustakaan + 1
d.Kegiatan Umum/Pawai - 1
^
e.Pertandingan antar
kelas. + 1
f.Kegiatan umum
per-pisahan sekolah. _ 1
Lanjutan Tabel 3 Perilaku Komponen Ketahanan sekolah. Aspek 2. Keber sihan. 3. Keter tiban 4. Keindah a n .
Ruang Lingkup
a. Ruang kelas
b. Ruang guru
c.Kamar mandi/WC d.Ruang perpustakaan e.Ruang laboratorium f.Kerjabakti got on g
royong
Jumlah
a.Dalam kelas pelajar an kosong/hadir