• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT POSITIF DAN NEGATIF TERHADAP KETERAMPILAN GERAK PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 CILEGON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT POSITIF DAN NEGATIF TERHADAP KETERAMPILAN GERAK PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 CILEGON."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh Indri Sulistyani

1201051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

INDRI SULISTYANI 1201051

PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT POSITIF DAN NEGATIF TERHADAP KETERAMPILAN GERAK PESERTA DIDIK

DI SMP NEGERI 2 CILEGON

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd NIP 19530111 198003 1 002

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

(3)

PENGARUH PEMBERIAN REINFORCEMENT POSITIF DAN NEGATIF

TERHADAP KETERAMPILAN GERAK PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 CILEGON

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanki apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

(4)

ABSTRAK

Indri Sulistyani. 1201051. Pengaruh Pemberian Reinforcement Postif dan Negatif Terhadap Keterampilan Gerak Peserta Didik

di SMP Negeri 2 Cilegon.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian reinforcement positif dan negatif terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik di SMP Negeri 2 Cilegon. Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (1 kelompok reinforcement positif dan 1 kelompok reinforcement negatif) dengan desain pretest posttest design. Tahapan dalam penelitian ini adalah observasi, mempersiapkan program perlakuan, pretest, pemberian perlakuan, posttest, analisis dan menarik kesimpulan. Dari hasil penelitian diperoleh kelompok reinforcement positif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik

dengan nilai (sig.) ,000 < α=0,005. Sedangkan pada kelompok reinforcement negatif diperoleh nilai (sig.) ,000 < α=0,005. Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan pemberian reinforcement positif dan negatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik, namun pengaruh reinforcement positif lebih signifikan dibandingkan

reinforcement negatif.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHLUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Pendidikan Jasmani ... 10

2. Reinforcement Positif ... 12

3. Reinforcement Negatif ... 16

4. Penerapan Penguatan yang Efektif ... 18

5. Langkah-langkah Pemberian Reinforcement ... 19

6. Keterampilan Gerak ... 21

7. Tahapan Belajar Gerak ... 21

8. Teori Belajar Behavioristik ... 22

9. Teori Belajara Kognitif ... 24

B. Hasil Penelitian Relevan ... 26

(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Desain Penelitian ... 31

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 31

C. Instrumen Pengumpul Data ... 34

D. Analisis Data ... 39

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Temuan ... 44

1. Analisis Data Tes Awal ... 44

2. Uji Normalitas Tes Awal ... 45

3. Uji Homogenitas Tes Awal ... 46

4. Uji Signifikan Rata-rata Pretest ... 47

5. Analisis Data Tes Akhir ... 48

6. Uji Normalitas Tes Akhir... 49

7. Uji Homogenitas Tes Akhir ... 50

8. Uji Signifikan Rata-rata Postest ... 51

9. Uji T antar Klasifikasi ... 51

B. Pembahasan ... 53

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 56

A. Simpulan ... 56

B. Implikasi ... 56

C. Rekomendasi ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

RIWAYAT HIDUP ... 64

(7)

Gambar

3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Tes Shuttle Run ... 35

3.3 Tes Lempar Tangkap Bola ... 35

3.4 Tes Hexagon... 36

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Contoh Reinforcement Positif ... 14

2.2 Contoh Reinforcement Negati ... 17

3.1 Data Peserta Didik Kelas 9 ... 31

3.2 Jumlah Sample Representatif ... 31

3.3 Program Pemberian Reinforcement... 38

4.1 Hasil Pretest Kelompok Reinforcement Positif ... 44

4.2 Hasil Pretest Kelompok Reinforcement Negeatif ... 45

4.3 Uji Normalitas Skor Tes Awal ... 45

4.4 Uji Homogenitas Varian Skor Tes Awal ... 46

4.5 Uji Signifikan Perbedaan Rata-rata Pretest Reinforcement Positif dan Reinforcement Negatif ... 47

4.6 Hasil Posttest Kelompok Reinforcement Positif ... 48

4.7 Hasil Posttest Kelompok Reinforcement Negatif ... 48

4.8 Uji Normalitas Skor Tes Akhir ... 49

4.9 Uji Homogenitas Varian Skor Tes Akhir ... 50

4.10 Uji Signifikan Perbedaan Rata-rata Posttest Reinforcement Positif dan Reinforcement Negatif ... 51

4.11 Uji Berhubungan Kelompok Reinforcement Positif ... 51

4.12 Uji Berhubungan Kelompok Reinforcement Negatif ... 52

(9)

Lampiran

1. SK Pembimbing Tesis ... 66

2. Surat Izin Penelitian ... 68

3. Surat Keterangan Penelitian ... 69

4. Perpanjangan SK Pembimbing Tesis ... 70

5. Program Pelaksanaan Penelitian ... 72

6. Program Pembelajaran ... 73

7. Instrumen Pengumpul Data ... 77

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

9. Foto-foto ... 88

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum, bertujuan membentuk peserta didik secara menyeluruh dengan mengembangkan aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor, sosial, dan mental peserta didik. Pendidikan jasmani adalah pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani yang dalam bahasa aslinya “physical education is education of and through movement” (Adang Suherman, 2009: 5). Gerak merupakan bahan kajian utama yang terdapat dalam kurikulum pendidikan jasmani. Melalui gerak manusia dapat berfungsi dan melakukan segala hal yang ingin dilakukannya mulai dari gerak yang paling sederhana sampai dengan gerak yang paling kompleks. Akan tetapi kemampuan gerak (motor ability) setiap individu akan sangat beragam dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar lingkungannya terutama dalam hal perkembangan, kematangan, dan pertumbuhan.

Perkembangan merupakan istilah umum yang merujuk pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat, sedangkan pertumbuhan merupakan aspek struktural dari perkembangan, sedangkan kematangan berkaitan dengan fungsi pada perkembangan manusia (Saputra, 2010: 1.4).

(11)

Potensi gerak anak telah ada sejak awal kehidupan dan menjadi bagian penting dalam kehidupan anak sejak dini seperti yang dikemukakan oleh

studi-studi berikut: “Research has shown that physical activity behavioral patterns are

established early in life” (Jago et al., 2005),”...it is essential that physical activity

becomes an essential part of a child’s life early in age” (Moore et al., 2003). Adapun tujuan primer atau tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah mendorong perubahan jangka panjang dalam perilaku beraktivitas fisik (jasmani). Seperti dinyatakan Auwelee (1999: 23), bahwa : “...a primary aim of P.E should

be to encourage long-term change in physical activity”.

Begitu pentingnya pendidikan jasmani diterapkan di sekolah dan menjadi salah satu mata pelajaran yang harus dikedepankan dalam membantu mengoptimalkan kompetensi setiap peserta didik. Sehubungan dengan ungkapan tersebut, Rusli Lutan (1999, hlm. 8) mengungkapkan usulan utama agar tujuan tersebut tercapai, yaitu: 1) Pentingnya upaya untuk memajukan pendidikan jasmani dan karena itu diperlukan sumber-sumber untuk meluncurkan program yang bermutu dalam pendidikan jasmani di berbagai negara, baik yang telah tersedia maupun yang mengalami penurunan. 2) Upaya tersebut berpengaruh terhadap kesehatan, well being dan perkembangan, lengkap menyeluruh pada arah di seluruh dunia juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan jasmani dan olahraga.

Pada kesempatan lain, Wakil Presiden ICSSPE Margaret Talbot, dari Leeds Metropolitan University Inggris dalam Rusli Lutan (2001, hlm. 2) menjelaskan,

The case for Physical Education, memaparkan peranan penting pendidikan

jasmani dalam pendidikan dan pembinaan olahraga. Hal itu dapat dicapai dengan cara menyelenggarakan bidang studi itu melalui kurikulum sekolah. Pendidikan jasmani merupakan landasan bagi pembinaan olahraga secara berkelanjutan sebuah proses yang tidak tergantikan untuk memberikan perkembangan kognitif dan sosial.

(12)

3

keterlibatan dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kesemua itu memerlukan sumber daya untuk mencapai kualitas program yang baik, sistematis dan melalui program itu ditanami investasi dalam pendidikan jasmani untuk pendidikan, untuk anak, dan untuk olahraga.

Menurut Rusli Lutan (1997, hlm. 65), apabila anak terus menerus menghapal saja seperti kecenderungan pendidikan kita saat ini, belahan otak kirilah yang berfungsi, hal ini akan menjadi peserta didik cranky (sakitan) dan sangat peka untuk merespon secara bermusuhan terhadap tegur sapa seseorang.

Tidak mengherankan jika mudah sekali terbentuk sikap bermusuhan di antara peserta didik, dikarenakan kurang optimalnya pemberdayaan organ tubuh secara menyeluruh, termasuk terhadap gerak atau kegiatan sehari-hari yang terdapat dalam pendidikan jasmani. Uraian di atas jelas sekali memberikan sinyal bahwa begitu pentingnya pendidikan jasmani bagi kehidupan manusia dalam mengoptimalkan anggota tubuh yang dimilikinya dan pendidikan jasmani dapat dijadikan salah satu fasilitator dalam dunia pendidikan ke arah yang lebih baik lagi.

Pada bagian awal, peneliti telah memaparkan tentang pendidikan jasmani yang mempunyai tujuan ideal, program pendidikan jasmani itu bersifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya. Termasuk aspek intelektual, emosional, sosial dan moral, dengan maksud kelak peserta didik menjadi percaya diri, disiplin, sehat, bugar, dan hidup bahagia.

(13)

secara menyeluruh. Karena itu para ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani.

Guru yang mengajar pendidikan jasmani adalah ahli dalam pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani. Keahliannya itu penting untuk memberdayakan peserta didik melalui aktivitas jasmani dan keterampilan motorik yang diperlukan untuk menjalani pengalaman dalam aneka bentuk budaya gerak di satu pihak, dan dalam mendorong pertumbuhan, perkembangan individu serta sosial melalui aktivitas jasmani di pihak lainnya. Berbagai lembaga dan organisasi yang memainkan peranan dalam pembinaan kesehatan dan aktivitas jasmani, kaum muda di anjurkan untuk kerjasama.

Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual motorik, menegaskan bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Dengan kata lain dari aspek prilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal, yaitu: 1) Belajar untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak. 2) Belajar melalui gerak bersama.

Fakta yang terjadi dilingkungan sekolah peneliti, peserta didik yang dalam masa pubertas merasa kurang percaya diri, takut melakukan kesalahan pada saat melakukan aktivias jasmani dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Terutama anak perempuan, peserta didik yang berbadan gemuk, atau peserta didik yang merasa berbeda dengan peserta didik yang lain.

Pendidikan jasmani memberikan cakupan yang lebih luas lagi yaitu terhadap kecerdasan intelegensi (intelegensi emosional) yaitu terdiri dari beberapa aspek, yaitu pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk berempati. Intelegensi emosional ini merupakan hal yang sangat penting dalam menyelaraskan akal dan emosi agar dapat hidup berdampingan (bermasyarakat / berorganisasi).

(14)

5

sebuah kumpulan individu yang berbeda, tetapi guru juga harus mampu memperagakan adegan aktivitas gerak dalam tugas ajarnya. Dalam upaya meningkatkan kemampuan gerak peserta didik, seorang guru juga dituntut tahu cara untuk memberikan dorongan agar peserta didik tertarik untuk melakukan tugas gerak lebih baik lagi. Hal tersebut dikenal dengan istilah reinforcement.

Reinforcement diberikan kepada peserta didik sebagai penguat / pengukuh agar

tampilan yang dilakukan lebih baik.

Rusli Lutan (1997, hlm. 2) mengungkapkan: “Guru pendidikan jasmani, sibuk dengan serangkaian kegiatan, memberikan bantuan, koreksi, reinforcement berupa kata-kata yang selalu memberikan semangat, mengawasi anak didik

jangan sampai ada yang terpeleset / cidera”.

Dalam sisi lain Robert S. Weinberg & Daniel Gould (1995, hlm. 21) mengungkapkan bahwa:

Untuk menciptakan sebuah lingkungan yang membantu mengembangkan perkembangan, para ahli menggunakan teknik motivasi yang berdasarkan pada prinsip penguatan. Penguatan adalah penggunaan penghargaan dan hukuman yang meningkat dan menurun pada tanggapan di masa yang akan datang. Prinsip penguatan (reinforcement) ini ada di antara penelitian yang luas dan diterima secara psikologi.

Akarnya adalah dari teori modifikasi prilaku dan kondisi kerja B.F Skinner, para ahli teori menjelaskan bahwa pengajaran sebagian mengambil dari prinsip penguatan. Mengajar adalah susunan sebuah penguatan terhadap cara pembelajaran peserta didik. Mereka belajar tanpa pengajaran dalam lingkungan mereka sendiri, tapi guru menyusun sebuah unsur penguatan khusus untuk mempercepat pembelajaran, mempercepat prilaku yang diminta secara perlahan atau untuk memastikan prilaku yang tidak pernah muncul.

(15)

mamapu memperagakan rangkaian tugas gerak yang sulit menjadi mudah dan mampu dilakukan oleh peserta didik.

Pada kesempatan yang lain Thorndike (1986, hlm. 7) mengungkapkan

teori yaitu: ”Reinforcement diasosiasikan dengan respon, karena respon itu

beroperasi memberi reinforcement. Dalam hal ini menggambarkan bila tingkah laku sebelumnya belum pernah dimiliki, ketika ia melakukan tingkah laku tersebut

berpeluang untuk sering terjadi”. Penguatan atau reinforcement terbagi menjadi

reinforcement positif dan reinforcement negatif. Reinforcement positif berfungsi

untuk menguatkan prilaku dengan memotivasi peserta didik dalam penampilannya. Para ahli pendidikan jasmani menyarankan untuk melakukan pendekatan positif untuk memotivasi dan menghindari pengaruh efek samping yang potensial sebagai pendekatan utamanya.

Penelitian menunjukkan bahwa atlet yang bermain dengan orientasi positif dari pelatihnya akan bermain dengan baik. (Martin & Hyrcaiko, 1983). Penguatan positif bisa memberikan kebutuhan para atlet dan ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengetahui orang yang disukai atau tidak dalam satu tim. Menurut Walker & Shea (1984, hlm. 29) menjelaskan bahwa reinforcement positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan dengan tujuan agar tingkah laku tersebut cenderung diulang meningkat dan menetap di masa yang akan datang. Jadi reinforcement positif yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku tersebut dikehendaki berpeluang diulang karena bersifat disenangi. Reinforcement positif akan dominan merubah prilaku seseorang, pada kenyataannya banyak peneliti menyarankan bahwa 80% sampai 90% penguatan harus bersifat reinforcement positif / penguat positif, walaupun hukuman memberikan dampak negatif, tetapi jangan sampai hal itu dilakukan secara terus menerus.

Reinforcement negatif adalah jika seseorang melakukan sesuatu dan

(16)

7

Skinner yaitu menghilangkan aversive stimulus (negative reinforcement) yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang.

Reinforcement negatif yaitu peristiwa atau sesuatu tingkah laku yang tidak

dikehendaki kecil peluang untuk diulang. Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan atau tidak memberi dampak pada perubahan tingkah laku tujuan (Sukadji, 1983, hlm. 12). Dalam pemberian reinforcement negatif setiap guru harus berpatokan bahwa hanya kepada prilakunya saja yang dikenakan

reinforcement negatif bukan kepada orangnya.

Penguatan (reinforcement) akan memiliki efek yang lebih bermakna bila diberikan segera setelah tingkah laku yang diinginkan dilakukan oleh peserta didik. Alasan pemberian reinforcement dengan segera ialah untuk menghindari terdapat tingkah laku lain yang menyela tingkah laku yang diharapkan. Apapun

reinforcement yang diberikan guru kepada peserta didik diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan gerak peserta didik menjadi lebih baik. Karena pada dasarnya pemberian reinforcement untuk memberikan motivasi belajar peserta didik, selain itu peserta didik diharapkan lebih percaya diri, berani dan tidak minder pada saat melakukan aktivitasa jasmani dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian reinforcement positif dalam pendidikan jasmani terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik?

2. Apakah ada pengaruh pemberian reinforcement negatif dalam pendidikan jasmani terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pemberian

reinforcement positif dan reinforcement negatif terhadap peningkatan

keterampilan gerak peserta didik ?

4. Apakah pengaruh pemberian reinforcement positif lebih baik daripada

reinforcement negatif terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta

(17)

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu saja ada tujuan yang ingin di ungkap, maka penulis bagi menjadi sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tantang pengaruh pemberian reinforcement positif dan negatif terhadap keterampilan gerak peserta didik. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani guru hendaknya menggunakan kedua

reinforcement dengan tepat untuk menghindari prilaku peserta didik yang

kurang baik. 2. Tujuan Khusus.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberian reinforcement positif terhadap keterampilan gerak peserta didik.

b. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemberian reinforcement negatif terhadap keterampilan gerak peserta didik

c. Untuk mengetahui besarnya perbedaan pengaruh pemberian

reinforcement positif dengan reinforcement negatif terhadap keterampilan gerak peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dijadikan referensi bagi guru pendidikan jasmani dalam mengajar keterampilan gerak. Adapun manfaat penelitian ini penulis bagi ke dalam:

1. Teoritis

(18)

9

2. Praktis

Penelitian ini juga memberikan sumbangan yang praktis bagi para guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan kemampuan gerak peserta didik dan memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk belajar gerak lebih banyak lagi.

E. Stuktur Organisasi Tesis

(19)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penilitian ini menggunakan Pretest-Posttest Design (Ali Maksum, 2012 : 98). Adapun gambaran mengenai desain tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

T1 X1 T2

T1 X2 T2

Gambar 3.1 Desain penelitian Keterangan :

T1 : pretest (tes keterampilan gerak) X1 : pemberian reinforcement positif X2 : pemberian reinforcement negatif T2 : postest (tes keterampilan gerak)

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini peserta didik SMP Negeri 2 Cilegon kelas IX Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 242 orang dari 9 kelas yang ada di SMP Negeri 2 Cilegon. Adapun data jumlah peserta didik kelas 9 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Peserta Didik Kelas 9 Tahun 2014 – 2015

No Kelas Jumlah Peserta Didik

1 9 A 27

2 9 B 27

3 9 C 27

4 9 D 26

5 9 E 27

6 9 F 27

7 9 G 27

8 9 H 27

(20)

33

J U M L A H 242

b. Teknik Pengambilan Sampel

Langkah-langkah dalam menentukan sampel pada penelitian ini yaitu:

1) Tahap pertama, melakukan pengundian menggunakan cluster random dengan cara mengundi sembilan kelas IX menjadi dua kelas yang berjumlah 242 peserta didik, terdiri dari kelas A 27 peserta didik, kelas B 27 peserta didik, kelas C 27 peserta didik, kelas D 26 peserta didik, kelas E 28 peserta didik, kelas F 27 peserta didik, kelas G 27 peserta didik, kelas H 27 peserta didik dan kelass I 27 peserta didik.

2) Tahap ke dua, melakukan random assigment dengan cara mengundi kembali dua kelas tersebut untuk menentukan kelas reinforcement positif dan kelas reinforcement negatif.

3) Setelah pengundiandilakukan secara random, maka diperoleh kelas C sebagai kelompok reinforcement negatif dan kelas G sebagai kelompok

reinforcement positif.

Alasan pengambilan sampel seperti ini adalah agar kelompok

reinforcement positif dan negatif tidak bersamaan pada saat pemberian

perlakuan, karena adanya perlakuan yang berbeda.

Langkah-langkah dalam menentukan sampel ini merupakan teknik

cluster random sampling. Fraenkel dkk(2012, hlm.95-96) menegaskan

tentang clusterrandom sampling bahwa:

Frequently, researchers cannot select a sample of individuals due to administrative or other restrictions. This is especially true in schools… The advantages of cluster random sampling are that it can be used when its difficult or impossible to select a random sample of individuals, its often far easier to implement in schools.

Keuntungan dari pengambilan sampel melalui teknik cluster random

sampling ini yaitu dapat digunakan ketika pengambilan sampelnya sulit atau

(21)

telah dijelaskan sebelumnya.

Maksum (2012, hlm.57) juga menjelaskan bahwa “Dalam cluster random sampling, yang dipilih bukan individu melainkan kelompok atau area

yang kemudian disebut cluster.Misalnya propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya.Bisa juga dalam bentuk kelas dan sekolah. Sedangkan menurut Sudjana (2005, hlm.173) menyebutkan bahwa: “Dalam

cluster sampling, populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau

klaster. Secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada di dalam klaster-klaster tadi merupakan sampel yang diperlukan”. Sedangkan menurut Craswell (2009, hlm.2018) memaparkan bahwa:

Prosedur sampling multi tahap atau cluster sampling adalah prosedur sampling yang ideal ketika peneliti merasa tidak mungkin mengumpulkan daftar seluruh elemen yang membentuk populasi.(Babie, 2007).Dalam prosedur multi tahap atau clustering, peneliti terlebih dahulu menentukan kluster-kluster, lalu mengidentifikasi nama-nama individu dalam setiap cluster, baru kemudian men-sampling individu-individu tersebut.

Sudjana (2005, hlm.173) menyebutkan bahwa: “Dalam cluster sampling, populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau klaster.

Secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada di dalam klaster-klaster tadi merupakan sampel yang diperlukan”.Sesuai dengan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pengambilan sampel, teknik cluster random sampling dirasa cocok untuk dijadikan landasan konsep dalam teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini.

c. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah dua kelas yang telah dipilih yaitu kelompok yang diberi reinforcement positif dan kelompok yang diberi

reinforcement negatif. Masing-masing kelompok terdiri atas 27 siswa.

(22)

35 berapa jumlah sampel yang representatif itu”. Meskipun demikian mereka merekomendasikan sejumlah petunjuk sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Jumlah Sampel Representatif (Fraenkel dan Wallen, 2002)

Jenis Penelitian Minimal Jumlah Sampel

Deskriptif/Survei Korelasional Eksperimen/kausal-komparatif

100 Subjek 50 Subjek

30 subjek atau 15 subjek dengan kontrol yang sangat ketat

1. Sampel

Alasan untuk mengambil sampel pada dua kelas yang akan menjadi kelompok yang diberi reinforcement positif dan reinforcement negatif mengacu pada pernyataan Freankel (2012) yang menyebutkan bahwa,‘Tiga hal yang harus diperhatikan mengenai randomisasi subjek untuk kelompok, salah satunya adalah proses penentuan atau pengelompokan individu ke dalam kelompok bukan merupakan akibat dari pengelompokan tersebut, tetapi kelas yang dijadikan sampel memang sudah terbentuk sejak awal. 2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Cilegon, Jl. Rinjani No.13 Kavling Blok-F Cilegon, Banten. Alasan mangambil lokasi ini adalah karena SMP Negeri 2 Cilegon merupakan sekolah Pilot Project di Kota Cilegon selain itu peneliti juga mengajar di SMP Negeri 2 Cilegon. Pelaksanaan penelitian 4 Agustus – 27 September 2014.

C. Instrumen Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen pretest – posttest menggunakan tes keterampilan gerak

Berkaitan dengan penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah tes keterampilan gerak yang digunakan meliputi tes kelincahan,

(23)

reliabilitas sebesar 0.87 (Nurhasan, 2000). Adapun tata cara pelaksanaan tes keterampilan gerak dasar adalah sebagai berikut:

Tes Shuttle Run 4 x 10 meter

a. Tujuan: Mengukur kelincahan dalam bergerak mengubah arah. b. Alat / Perlengkapan: Stopwatch, lintasan yang lurus dan datar dengan

jarak 10 meter antara garis start dan finish.

c. Pelaksanaan: Start dilakukan dengan berdiri. Pada aba-aba “bersedia” orang coba atau berdiri dengan salah satu ujung jari sedekat mungkin dengan garis start.

Gambar 3.2 Tes Shuttle-Run

Tes Lempar Tangkap Bola Jarak 1 meter ke tembok

a. Tujuan: mengukur kemampuan koordinasi mata dan tangan b. Alat / Perlengkapan: Bola tenis, stopwatch, dan tembok yang rata.

c. Pelaksanaan: Subyek berdiri di belakang garis batas sambil memegang bola tenis dengan kedua tangan di depan dada. Aba-aba “ya” subyek dengan segera melakukan lempar tangkap ke dinding selama 30 detik. d. Penyekoran: Dihitung jumlah tangkapan bola yang dapat dilakukan

selama 30 detik.

D

in

d

in

g

G

ar

is

B

atas Gar

is

B

atas

(24)

37

Gambar 3.3

Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter ke tembok Tes Stork Stand Positional Balance

a. Tujuan: mengukur keseimbangan tubuh. b. Alat / Perlengkapan: stopwatch.

c. Pelaksanaan: Subyek berdiri dengan tumpuan kaki kiri, kedua tangan bertolak pinggang, kedua mata dipejamkan, lalu letakkan kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Pertahankan sikap tersebut selama mungkin.

d. Penyekoran: Dihitung waktu yang dicapai dalam mempertahankan sikap di atas sampai dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempat semula.

Tes Hexagon

a. Tujuan: mengukur keseimbangan tubuh, kelincahan dan power tungkai. b. Koefisien validitas = 0,88 dan reliabilitas = 0,62.

c. Alat / Perlengkapan: stopwatch.

d. Pelaksanaan: Subyek berdiri di bagian dalam suatu bidang berbentuk hexagon (segi 6). Pada aba-aba “Ya” sample melompat dengan kedua kaki ke arah luar bidang dari bidang pertama sampai bidang ke enam yang setiap lompatannya dimulai dari bagian tengah bidang. Lompatan dilakukan sebanyak satu putaran

e. Penyekoran: Dihitung waktu yang dicapai dalam melakukan lompatan segi enam dari bidang tengah sampai kembali ke tempat semula.

(25)

Gambar 3.4 Tes Hexagon

2. Instrumen untuk treatmen berupa pemberian reinforcement

Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan selama 12 kali pertemuan sesuai jadwal jam pelajaran Pendidikan jasmani. Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Adapun uraian pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Sebelum melakukan pembelajaran, peserta didik diinstruksikan untuk melakukan pemanasan dengan bimbingan dari penulis, yaitu melakukan peregangan statis, lari mengelilingi lapangan dan peregangan dinamis yang lamanya kurang lebih 10 menit.

Materi pendahuluan yang diberikan berupa penjelasan mengenai materi pembelajaran, tata cara dan peraturan yang harus dipatuhi. Selanjutnya melakukan pemanasan berupa peregangan statis yaitu meregangkan seluruh anggota badan secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai ke kaki. Kemudian lari keliling lapangan dan diakhiri oleh peregangan dinamis, yaitu suatu bentuk latihan yang meliputi gerakan memantul-mantulkan anggota badan secara berulang-ulang.

b. Inti

Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang ditetapkan. Masing-masing kelompok mendapat reinforcement yang berbeda yaitu reinforcement positif dan negatif.

c. Penutup

(26)

39

Pemberian Reinforcement Positif dan Negatif Dalam Kegiatan Belajar Keterampilan Gerak Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani

Tabel 3.3

Program Pemberian Reinforcement Kompetensi

Dasar Gerak Siswa

Reinforcement

Positif

Reinforcement

Negatif Keterangan Memahami pengetahuan modifikasi teknik dasar permainan bola besar Mempraktikkan modifikasi teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamental Memegang bola basket Menggirirng bola basket Melempar bola basket Koordinasi menggiring dan melempar bola basket - Anggukkan - Tepuk tangan - Jabat tangan - Pujian

- Melotot - Kepalan

tangan - Hukuman - Tidak ada

hadiah

Untuk kelompok

reinforcement

positif.walaupun ada peserta didik yang melakukan kesalahan tetap tidak di berikan hukuman.Contoh kamu telah berusaha

Memahami konsep

gabungan pola gerak dominan dalam bentuk rangkaian keterampilan dasar senam lantai.

Mempraktikkan gabungan pola gerak dominan menuju teknik dasar senam lantai Melakukan teknik dasar guling depan, sikap awal jongkok dan sikap awal berdiri - Anggukkan - Tepuk tangan - Jabat tangan - Pujian - Hadiah

berupa materi

- Melotot - Kepalan

tangan - Hukuman - Tidak ada hadiah Untuk kelompok reinforcement negatif yang melakukan kesalahan saja yang diberikan hukuman, yang benar keterampilan geraknya di biarkan

(27)

peningkatan derajat kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan, dan pengukuran hasilnya. Mencoba mengukur komponen kebugaran jasmani terkait kesehatan dan keterampilan berdasarkan norma

instrumen yang digunakan kebugaran jasmani. Melakukan tes kebugaran jasmani,lari cepat 50 M,angkat tubuh (30 detik pi,60 detik pa),baring duduk/60 detik,loncat tegak,lari jauh/800m pi dan 1000m pa.

- Jabat tangan - Pujian

tangan - Hukuman

Tidak ada hadiah

Untuk memperjelas alur penelitian, maka dibuat bagan alur penelitian, berikut merupakan bagan alur penelitian yang disajikan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Kesimpulan Temuan dan pembahasan Kelompok B Reinforcement (-) Post-test Reinforcement (+) Kelompok A Pre test Populasi dan Sampel

Realita Permasalahan

(28)

41 Alur Penelitian

D. Analisis Data

Setelah data hasil tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data tersebut secara statistik. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari Sujana (2001) sebagai berikut:

 Xi

X = n

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: X = Skor rata-rata yang dicari

Xi = Nilai data

 = Jumlah

n = Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sujana (2001) sebagai berikut:

(X-X)2 S =

n – 1

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari

n = Jumlah sampel

 (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

(29)

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini

dinyatakan S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata  yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh

dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Sujana (2001) adalah sebagai berikut:

Variansi terbesar F =

Variansi terkecil

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α)

= 0,05.

5. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

menggunakan rumus:

(30)

43 S

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

6. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

7. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini dinyatakan

S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

8. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

9. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata  yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan

melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

10. Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t dengan rumus:

t =

n S

B

B

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: t = nilai kritis untuk uji signifikansi beda

B = rata-rata beda

SB = simpangan baku beda

n = jumlah sample

11. Pengujian signifikansi perbedaan peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t:

(31)

S2 =

n1 + n2– 2

Keterangan:

S2 = Simpangan baku gabungan n = Jumlah sampel

S12 = Varians

b. Mencari harga t hitung, dengan rumus:

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku

n1 = Jumlah Sampel Kelompok 1

n2 = Jumlah Sampel Kelompok 2

X1 = Rata-rata Kelompok 1

X2 = Rata-rata Kelompok 2

12. Pengujian Hipotesis

Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t > t1 –α.

Untuk harga lainnya Ho diterima, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1 – 1).

X1– X2

t =

(32)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan strategi pembelajaran reinforcement positif lebih signifikan bila dibandingkan dengan strategi pembelajaran reinforcement negatif.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian reinforcement positif dalam pendidikan jasmani mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak dasar peserta didik.

2. Pemberian reinforcement negatif dalam pendidikan jasmani mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan gerak dasar peserta didik.

3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pemberian

reinforcement positif dengan reinforcement negatif terhadap peningkatan

keterampilan gerak peserta didik.

4. Pemberian reinforcement positif menunjukkan hasil yang lebih signifikan daripada pemberian reinforcement negatif terhadap peningkatan keterampilan gerak peserta didik.

Para pelatih atau para guru hendaknya dihimbau lebih sering menggunakan pemberian reinforcement positif karena peserta didik akan lebih termotivasi untuk melakukan tugas gerak yang lebih baik.

B. Implikasi

Implikasi yang dibahas meliputi : (1) implikasi terhadap dampak teori dan (2) implikasi terhadap penerapan praktis.

Implikasi terhadap dampak teori. Pemberian reinforcement positif dalam

(33)

motivasi belajar peserta didik sehingga kemauan dan kesungguhannya dalam belajar semakin baik. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Rusli Lutan (1997:2) bahwa; Guru pendidikan jasmani sibuk dengan serangkain kegiatan, memberikan bantuan, koreksi, reinforcement berupa kata-kata yang selalu memberikan semangat, mengawasi anak didik jangan sampai ada yang terpeleset

atau cidera’’. Robert S Weinberg & Daniel Gould (1995:21) mengungkapkan bahwa: “Untuk menciptakan sebuah lingkungan yang membantu mengembangkan perkembangan, para ahli menggunakan teknik motivasi yang berdasarkan pada

prinsip penguatan”. Teori reinforcement berasal dari teori modifikasi prilaku dan kondisi kerja B.F Skinner (1968:64) yang mengatakan bahwa: Mengajar adalah susunan sebuah penguatan terhadap cara pembelajaran peserta didik. Mereka belajar tanpa pengajaran dalam lingkungan mereka sendiri, tapi guru menyusun sebuah unsur penguatan khusus untuk mempercepat pembelajaran, mempercepat prilaku yang diminta secara perlahan atau untuk memastikan prilaku yang tidak pernah muncul.

Skinner percaya bahwa tingkah laku yang paling berarti adalah tingkah laku yang dikontrol dengan akibat-akibat yang diistilahkan dengan reinforcement atau punishment. Asumsi dasar yang disajikan oleh B.F Skinner yaitu bahwa tingkah laku dapat diramalkan, tingkah laku dapat dikontrol atau dimanipulasi. Tingkah laku dikontrol dengan teknik analisis fungsional dalam bentuk hubungan sebab akibat dan bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu yang dikontrol penyebabnya.

Pemberian reinforcement negatif dalam pendidikan jasmani ternyata menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan gerak peserta didik. Namun reinforcement terkadang menimbulkan efek yang kurang baik untuk peserta didik yang masih berusia remaja seperti peserta didik merasa terpaksa mengikuti kegiatan pendidikan jasmani. Dengan kata lain dapat mempengaruhi mental peserta didik termasuk motivasi belajarnya, sehingga kemauan dan kesungguhan dalam belajarnya cenderung turun. Rushall (1983:12)

mengungkapkan bahwa: “beberapa pelatih mendukung untuk menggunakan

(34)

58

utamanya”. Hukuman bisa mengontrol kesalahan para pemain, dan ini dilakukan agar pemain tidak melakukan kesalahan yang sama dan mengurangi tingkat kesalahannya. Reinforcement negatif yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki kecil peluang untuk diulang. Reinforcement dapat bersifat tidak menyenangkan atau tidak memberi dampak pada perubahan tingkah laku tujuan (Sukadji, 1983:12).

Reinforcement negatif menurut B.F Skinner yaitu menghilangkan aversive

stimulus (negatif reinforcement) yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang.

Implikasi terhadap penerapan praktis. Dengan adanya hasil penelitian ini,

bagi guru pendidikan jasmani di SMP dapat dijadikan sumber pertimbangan dalam pemberian penguatan (reinforcement) ketika akan melakukan proses pembelajaran. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi guru pendidikan jasmani dalam hal psikologis peserta didik, khususnya kelas IX.

C. Rekomendasi

Bagi Prodi Pendidikan Olahraga. Menjadi acuan bagi prodi untuk

mengarahkan peneliti selanjutnya agar dapat menambah variabel-variabel penelitian.

Bagi Sekolah. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan bagi guru

pendidikan jasmani selain peneliti untuk dapat menerapkan dalam pembelajaran.. Pemberian reinforcement tidak hanya untuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan saja tapi juga dapat diberikan pada pembelajaran lain disesuaikan dengan kebutuhan

Bagi Guru-guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Pemberian reinforcement dalam pembelajaran pendidikan jasmanai olahraga dan kesehatan. dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak mesti reinforcement positif saja atau reinforcement negatif saja. Tapi, dapat dikombinasikan agar peserta didik tidak merasa benar terus atau merasa salah terus.

Bagi Peneliti selanjutnya. Jika berminat meneliti ulang, disarankan

(35)

keterampilan gerak antara peserta didik laki-laki dengan peserta didik perempuan;

kelompok kontrol, yakni dengan meneliti perbedaan peserta didik yang diberi

(36)

60 DAFTAR PUSTAKA

Abu A. (1999), Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Abdul G. (1986). Disain Instruksional : Langkah Sistematis Penyusunan Pola

Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala : Tiga Serangkai.

Adang S. (2007). Revitalisasi Pendidikan Jasmani. Bandung. CV . Warli Bintang Artika.

Agus M. (2004). Penjas dan Olahraga Sebagai Alat Kecakapan Hidup Remaja, Jakarta: Jurnal Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu Keolahragaan Amung dan Yudha (1996). Teori Belajar Motorik. FPOK IKIP Bandung

Arikunto S. (1986). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara

Auweele, et. al. (1999). Psychology for Physical Education. Champaign.IL : Human Kinetics

Bloom, etc, (1964). Taxonomi of Education Objective. Lomans Green Co.Ltd Bovart, (1949). Test and Measurement in Physical Education, Philadelphia ;

Saunders. Co.

Bucher, C.A. (1979). Foundation of Physical Education. St. Louis. Mosby Company

Caron, A. A. (1980). Social Psychology of Sport, University of Western Ontario : London Gary Wasden.

Cronbach, Lee J. (1954). Education Psychology, new York Chicago : Hardcourt Brace and Co

Davis. Et, al. (1995). Physical Education and the Study of Sport. Bercelona : By Grafos S.A.

Edwards. A.L. (1957). Techniques of Attitude Scale Construction. New York : Appeton- Century-Crofts, Inc.

Eka W dkk. (2009). Modul pendidikan dan latihan guru.UNJ. Jakarta

(37)

education (Sixth Edition). New York: McGraw-HillInc.

Gabbard, et al. (1987). Physical Educatin. For Children Building The Foundation. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Gerungan, W.A. (2004) Psikolog Sosial, Edisi Ketiga, Bandung. PT Refika Aditama.

Hurlock, E.B. (1974). Personality Development, New Delhi : Mc Graw-Hill Publising. Co

Ikin S. (2011). Pengaruh Reinforcement Terhadap Minat Siswa dan Jumlah

Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 17 Kota Cirebon. Tesis :

Sekolah Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kalish, J. (1968). The Psychology of Human Behavior. California, Wadswort Publishing Co Inc.

Maksum A. (2012). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Massofa, (2010). Penguatan, Variasi dan Ketrampilan Menjelaskan dalam

Mengajar. [online]

http://massofa.wordpress.com/2010/01/25/penguatan-variasi-dan-ketrampilan-menjelaskan-dalam-mengajar/

Neitzel, Z. (2009). Overview of Reinforcement. Chapel Hill, NC : The National Professional Development Center on Autism Spectrum Disorders, Frank Porter Graham Child Development Institute, The University of North Carolina.

Nicole A. Murrey, B.S. (2007). The Effects of Combining Positive and Negative

Reinforcement During Training. Thesis : University of North Texas

Pangrazi & Dauer. (1995). Dynamic Physical Education For Elementry School

Chidren. Massachusetts : by Allyn and Bacon. Inc

(38)

62 Riasat A, at.al. (2011). Use of Reinforcement Practices in The Educational

Institutions and Its Impacts on Student Motivation. International

Journal or Academic Research. Vol. 3. No.1. January Part III.

Rusli Lutan, (1997b). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud Ditjen Dikdasmen Bagian proyek PMG Penjaskes SD setara D-II. Universitas Terbuka

Rusli L, (2000). Strategi Belajar Mengajar Penjas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Dikdasmen.

Rusli L. (2001a). Keniscayaan Pluralitas Budaya Daerah. Bandung: Angkasa Rusli L, (2001b). Olahraga dan Etika Fair Play. Jakarta: Direktorat jenderal

Olahraga. CV. Berdua Satu Tujuan.

Saifudin A, (1995). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sears, at.al. (1991). Psikologi Sosial. Alih bahasa Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.

Siedentop, (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport, California: By Myfield Publishing Company.

Singer, R. (1968). Motor Learning and Human Performance, London. The Macmalan Co. coller, Ltd.

Skinner, B.F. (1953). The Science of Human Behavior. New York : McMillan.

Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning, Theory, Research and Practice. USA : Allymand and Bacon

Sk. Rezaul H. (2013). Effect of Reinforcement on Taeching – Learning Process.

IOSR Journal of Humanities and Social Science (IOSR-JHSS). Volume 7, Issue 1 (Jan-Feb. 2013), PP13-16.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thorndike, R. L. (1971). (Ed). Educational Measurement (2nd.Ed). Washington,

D.C : American Council on Education.

Walgito B. 1972) Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta. Yayasan penerbit Fakultas Psokologi UGM.

(39)

Exercise Psychology. United states of Amerika: Human Kinetics

(40)

64

RIWAYAT HIDUP

Nama : Indri Sulistyani, S.Pd

NIM : 1201051

PRODI : Pendidikan Olahraga

Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 08 April 1980

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Gedong Cilegon Damai B.41 No. 8a Kalitimbang, Cibeber, Cilegon, Banten.

No. Telp / Hp : (0254) 395925 / 081808020118 Nama Suami : Widodo Purnomo, S.S.

Nama Anak : 1. Daffa’ AlKahfi Purnomo (Laki-laki / 8,5 tahun) 2.Daffi’ AlKalifii Purnomo (Perempuan/4,5 tahun) 3. Diva AlKhalifah Purnomo (Perempuan/1 tahun) Pendidikan Terakhir : S-1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Unit Kerja : SMP Negeri 2 Cilegon

Jl. Rinjani No. 13 Kav. Blok – F Cilegon Banten Telp. (0254) 391182

Pengalaman :

(41)

2006 – 2011 : Tim Pengembang Kurikulum Kota Cilegon 2003 – 2007 : Sekretaris MGMP Penjas SMP Kota Cilegon 2004 – 2008 : Guru Penjas SMK YP “17” Kota Cilegon 2002 – sekarang : Guru Penjas SMP Negeri 2 Cilegon

2002 – 2003 : Dosen Penjas Akper Faletehan Kota Serang

Gambar

Tabel 3.1 Data Peserta Didik Kelas 9
Tabel 3.2.  Jumlah Sampel Representatif (Fraenkel dan Wallen, 2002)
Gambar 3.2  Tes Shuttle-Run
Gambar 3.3 Tes Lempar Tangkap Bola jarak 1 meter ke tembok
+2

Referensi

Dokumen terkait