• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPINI PELAJAR SMA SURABAYA TERHADAP BERITA PEMUKULAN WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6 JAKARTA (Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta Pada Pemberitaan Televisi).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPINI PELAJAR SMA SURABAYA TERHADAP BERITA PEMUKULAN WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6 JAKARTA (Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta Pada Pemberitaan Televisi)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskr iptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan War tawan Oleh Siswa SMA 6 J aka rta Pada Pember itaan Televisi)

SKRIPSI

Oleh :

ALVINA ROSALINA

0643010307

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR FAKULTAS ILMU

SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh : ALVINA ROSALINA

NPM 0643010307

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “ Veteran” J awa Timur Pada tanggal 20 J anuar i 2012

Pembimbing Utama 1. Ketua

J uwito S.Sos, M.Si J uwito S.Sos, M.Si

NPT. 3 6704 95 0036 1 NPT. 3 6704 95 0036 1

Tim Penguji,

2. Seker tar is

Dr a. Sumar djijati, M.si NIP. 196203231993092001

3. Anggota

Dr s. Kusnar to, M.si

NIP. 1955808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

(Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan Oleh

Siswa SMA 6 J akarta Pada Pemberitaan Televisi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

Oleh :

ALVINA ROSALINA

NPM 0643010307

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(4)

Disusun Oleh :

ALVINA ROSALINA

NPM 0643010307

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi

Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitasPembangunanNasional“ Veteran” J awaTimur

Pada tanggal 20 J anuar i 2012

Tim Penguji,

Pembimbing Utama

J uwito S.Sos, M.Si

NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Sekertaris

Dra.Sumardjijati, M.si

NIP. 196203231993092001

1.

Ketua

J uwito S.Sos, M.Si

NPT. 3 6704 95 0036 1

3. Anggota

Dr s. Kusnarto, M.si

NIP. 1955808011984021001

Mengetahui,

DEKAN

(5)

KATA PENGANTAR

OPINI PELAJ AR SMA SURABAYA TERHADAP PEMUKULAN

WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6 J AKARTA

(Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Sur abaya Ter hadap Pemukulan Wartawan Oleh

Siswa SMA 6 J akarta Pada PemberitaanTelevisi)

Disusun Oleh :

ALVINA ROSALINA

0643010307

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama

J uwito S.Sos, M.Si

NPT. 3 6704 95 0036 1

Mengetahui

DEKAN

(6)

hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “OPINI PELAJ AR SMA

SURABAYA TERHADAP BERITA PEMUKULAN WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6

J AKARTA” (Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan

Oleh Siswa SMA 6 Jakarta Pada Pemberitaan Televisi) dapat penulis susun dan terselesaikan

dengan baik.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Juwito, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat,

arahan serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1.

Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa mengilhami

penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2.

Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

3.

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4.

Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN

“Veteran” Jatim dan sebagai pembimbing utama.

5.

Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

6.

Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga

(7)

pertamanya, Bapakku yang pasti bias melihatku bahagia di atas sana, I love you ma..pa..

Terima kasih yang tiada hentinya atas segala pengorbanan dan perjuangan tulus suci

untuk menjadikanku manusia yang mampu memahami dan menjalani kehidupan serta

dukungan menjalani semua proses ini dan doa-doa yang tiada henti. Sungguh doamu

tiada pernah percuma.

8.

Teman-teman angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, yang tidak pernah berhenti

memberi suportnya, Terima kasih sekali.

Penulis menyadari bahwa didalam skrispsi ini akan ditemukan banyak kekurangan.

Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini

dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak secara umumnya dan

penulis khususnya.

Surabaya, 20 Januari 2012

Penulis

(8)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Secara Teoritis ... 12

1.4.2 Secara Praktis ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.2 Fungsi Media ... 16

2.3 Berita Pemukulan ... 18

2.4 Pemirsa Televisi ... 20

(9)

2.7 Teori S-O-R ... 32

2.8 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Definisi Operasional ... 37

3.2 Berita Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta di

Televisi ... 39

3.3 Jenis Penelitian ... 41

3.4 Pengukuran Variabel ... 41

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5.1 Populasi ... 46

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5.4 Metode Analisis Data ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Umum Pelajar SMA Surabaya ... 52

4.1.2 Berita Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta

di Televisi ... 54

4.2 Penyajian Data Analisis dan Analisis Data ... 57

4.2.1 Identitas Responden ... 58

(10)

4.3.2 Durasi Dalam Menonton Tayangan... 60

4.4 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Berita Pemukulan

Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta di Televisi ... 62

4.4.1 Opini Pelajar SMA tentang adanya tayangan

kronologi pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6

Jakarta ... 62

4.4.2 Opini Pelajar Surabaya Terhadap Alibi Siswa

SMA 6 Jakarta Yang Merampas Kaset

Rekaman Milik Wartawan ... 63

4.4.3 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pernyataan

Wartawan Bahwa Mereka Adalah Pihak Yang Dirugikan

atas Peristiwa Tersebut………... 65

4.4.4 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tindakan

Wartawan Yang Menerudkan Ke Jalur Hukum... 66

4.4.5 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pernyataan

Bahwa Siswa Yang Terlibat Dalam Bentrokan Dengan

Wartawan Harus Diproses Secara Hukum... 67

4.4.6 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tindakan

Wartawan Yang Memicu Tawuran Kembali... 69

4.4.7 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Terhadap

(11)

4.4.8 Opini Pelajar SMA Surabaya Tentang Penyataan

Wartawan Yang Meliput Tawuran Untuk Unsur

Berita... 71

4.4.9 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tayangan

Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta

Dianggap Memicu Perilaku Tawuran Di Kalangan

Pelajar………... 72

4.5

Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tayangan dan

Pemberitaan Tentang Anarkisme Pelajar... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ...

77

Lampiran 2. Tabel Hasil Pengolahan Data 1 ...

80

Lampiran 3. Tabel Hasil Pengolahan Data 2 ...

82

Lampiran 4. Tabel Hasil Pengolahan Data 3 ...

84

Lampiran 5. Data BPS Pelajar SMA di kota Surabaya ...

86

(13)

Tabel 1.1 Usia Responden...

58

Tabel 2.1 Fr ekuensi Responden dalam menyaksikan tayangan berita

hingga akhir acara... 60

Tabel 2.2 Durasi dalam menonton tayangan berita pemukulan wartawan

oleh siswa SMA 6 J akarta di televisi... 61

Tabel 3.1 Opini tentang adanya tayangan kronologi pemukulan

wartawan oleh siswa SMA 6 J akarta di televisi... 63

Tabel 3.2 Opini terhadap alibi siswa SMA 6 J akarta yang merampas

kaset rekaman milik wartawan karena tidak

mau beritanya dieksploitasi... 64

Tabel 3.3 Opini terhadap pernyataan wartawan bahwa mer eka

adalah pihak yang dir ugikan atas terjadinya peristiwa tersebut

65

Tabel 3.4 Opini terhadap tindakan wartawan yang meneruskan

ke jalur hukum... 66

Tabel 3.5 Opini terhadap pernyataan bahwa siswa yang ter libat

dalam bentr okan dengan wartawan har us

dipr oses secara hukum... 68

Tabel 3.6 Opini terhadap tindakan wartawan yang memicu tawur an

kembali... 69

Tabel 3.7 Opini terhadap pernyataan bahwa tayangan pemukulan

wartawan oleh siswa SMA 6 J akarta adalah tayangan negatif….. 70

Tabel 3.8 Opini tentang pernyataan wartawan yang meliput tawuran

untuk unsur berita... 71

Tabel 3.9 Opini pelajar SMA Sur abaya terhadap tayangan pemukulan

wartawan oleh siswa SMA 6 J akarta dianggap dapat

memicu perilaku tawur an di kalangan

pelajar... 72

Tabel 4.1 Opini terhadap tayangan dan pemberitaan tentang anarkisme

(14)

Gambar 1.1 Gambar Model Teori S-O-R ...

34

Gambar 1.2 Gambar Kerangka Berpikir ...

36

Gambar Potongan Video 1...

91

Gambar Potongan Video 2...

91

Gambar Potongan Video 3...

92

Gambar Potongan Video 4...

92

Gambar Potongan Video 5...

93

Gambar Potongan Video 6...

93

Gambar Potongan Video 7...

94

Gambar Potongan Video 8...

94

Gambar Potongan Video 9...

95

Gambar Potongan Video 10 ...

95

Gambar Potongan Video 11 ...

96

(15)

ALVINA ROSALINA, OPINI PELAJ AR SMA SURABAYA TERHADAP BERITA

PEMUKULAN WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6 J AKARTA (Studi Deskr iptif Opini

Pelajar SMA Sur abaya Ter hadap Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 J akarta Pada

Pemberitaan Televisi)

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini pelajar SMA di

Surabaya mengenai pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi.

Opini adalah pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

Sedangkan penarikan sample dari penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan

pertimbangan sebagai contoh kasus yang ada di masyarakat yang mana memiliki hubungan dan

kepentingan dengan pelajar SMA di kota Surabaya. Dari pembahasan yang dilakukan peneliti

maka hasil temuan dan analisis data yang dilengkapi dengan penyajian data terangkum dalam

bentuk tabel – tabel frekuensi

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah responden memberikan opini yang netral

terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi.

ABSTRACT

ALVINA ROSALINA, OPINION OF SURABAYA SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT

J OURNALIST BEATING BY J AKARTA 6 SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT

(Descr iptive Opinion Of Sur abaya Senior High School Student Beating J our nalists Against

By J akarta 6 Senior High School On News Television)

The purpose of this study the authors did was to find out lots of Surabaya Senior High

School Student opinion on beating journalists by Jakarta 6 Senior High School on news

television. Opinion is the expression of an attitude on the issue containing the conflict.

The method used in this study is a research method kuantitatif. Then fixed sample for this

study are using purposive sampling with consideration as examples of cases that exist in society

which have the relationships and interests with Surabaya Senior High School student. From the

discussion conducted research findings and analysis of the data that comes with the presentation

of the data summarized in tabular form - the frequency table

(16)

rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul

“OPINI PELAJ AR SMA SURABAYA TERHADAP BERITA

PEMUKULAN WARTAWAN OLEH SISWA SMA 6 J AKARTA” (Studi Deskriptif Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan Oleh

Siswa SMA 6 Jakarta Pada Pemberitaan Televisi) dapat penulis susun dan

terselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat, arahan serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang

senantiasa mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

(17)

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

7. Kedua Orang Tua saya, Terima kasih yang tiada hentinya atas segala pengorbanan dan perjuangan tulus suci untuk menjadikanku manusia yang mampu memahami dan menjalani kehidupan serta dukungan menjalani semua proses ini dan doa-doa yang tiada henti dari seorang mama.

8. Teman-teman angkatan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, yang tidak pernah berhenti memberi suportnya, Terima kasih sekali.

Penulis menyadari bahwa didalam skrispsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak secara umumnya dan penulis khususnya.

Surabaya, 20 Januari 2012

Penulis

(18)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Secara Teoritis ... 12

1.4.2 Secara Praktis ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.2 Fungsi Media... 16

2.3 Berita Pemukulan ... 18

2.4 Pemirsa Televisi ... 20

(19)

2.7 Teori S-O-R ... 32

2.8 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Definisi Operasional ... 37

3.2 Berita Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta di Televisi ... 39

3.3 Jenis Penelitian ... 41

3.4 Pengukuran Variabel ... 41

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5.1 Populasi ... 46

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5.4 Metode Analisis Data ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 52

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Umum Pelajar SMA Surabaya ... 52

4.1.2 Berita Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta di Televisi ... 54

4.2 Penyajian Data Analisis dan Analisis Data ... 57

4.2.1 Identitas Responden ... 58

(20)

4.4 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Berita Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta di Televisi ... 62

4.4.1 Opini Pelajar SMA tentang adanya tayangan kronologi pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta ... 62 4.4.2 Opini Pelajar Surabaya Terhadap Alibi Siswa

SMA 6 Jakarta Yang Merampas Kaset

Rekaman Milik Wartawan ... 63 4.4.3 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pernyataan

Wartawan Bahwa Mereka Adalah Pihak Yang Dirugikan atas Peristiwa Tersebut………... 65 4.4.4 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tindakan

Wartawan Yang Menerudkan Ke Jalur Hukum... 66 4.4.5 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pernyataan

Bahwa Siswa Yang Terlibat Dalam Bentrokan Dengan Wartawan Harus Diproses Secara Hukum... 67 4.4.6 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tindakan

Wartawan Yang Memicu Tawuran Kembali... 69 4.4.7 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Terhadap

(21)

4.4.8 Opini Pelajar SMA Surabaya Tentang Penyataan Wartawan Yang Meliput Tawuran Untuk Unsur

Berita... 71

4.4.9 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tayangan Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta Dianggap Memicu Perilaku Tawuran Di Kalangan Pelajar………... 72

4.5 Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Tayangan dan Pemberitaan Tentang Anarkisme Pelajar... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(22)
(23)

Tabel 1.1 Usia Responden... 58 Tabel 2.1 Fr ekuensi Responden dalam menyaksikan tayangan ber ita

hingga akhir acar a... 60 Tabel 2.2 Dur asi dalam menonton tayangan ber ita pemukulan war tawan oleh siswa SMA 6 J akar ta di televisi... 61 Tabel 3.1 Opini tentang adanya tayangan k ronologi pemukulan

war tawan oleh siswa SMA 6 J akar ta di televisi... 63 Tabel 3.2 Opini ter hadap alibi siswa SMA 6 J akar ta yang mer ampas

kaset r ekaman milik war tawan kar ena tidak

mau ber itanya dieksploitasi... 64 Tabel 3.3 Opini ter hadap per nyataan war tawan bahwa mer eka

adalah pihak yang dir ugikan atas ter jadinya per istiwa ter sebut 65 Tabel 3.4 Opini ter hadap tindakan war tawan yang mener uskan

ke jalur huk um... 66 Tabel 3.5 Opini ter hadap per nyataan bahwa siswa yang ter libat

dalam bentr okan dengan war tawan har us

dipr oses secara hukum... 68 Tabel 3.6 Opini ter hadap tindakan war tawan yang memicu tawur an

Tabel 3.7 Opini ter hadap per nyataan bahwa tayangan pemukulan

war tawan oleh siswa SMA 6 J akar ta adalah tayangan negatif….. 70 Tabel 3.8 Opini tentang per nyataan war tawan yang meliput tawur an

untuk unsur ber ita... 71 Tabel 3.9 Opini pelajar SMA Sur abaya ter hadap tayangan pemukulan

war tawan oleh siswa SMA 6 J akar ta dianggap dapat memicu per ilaku tawur an di kalangan

(24)
(25)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Keberadaan media massa saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena media massa mempunyai peranan menjadi penyampai informasi mengenai kejadian atau peristiwa baik yang telah terjadi dalam negeri maupun luar negeri. Media massa memiliki khalayak yang heterogen dan anonim. Selain itu, ciri dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserentakan (simultanety) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang

disebarkan (Effendy, 1993:4).

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi tersebut tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun ada juga yang menggunakan alat bantu media untuk menyampaikan pesan. Media yang menyediakan jasa untuk menyampaikan pesan pada khalayak disebut media massa (Effendy, 2002:50).

(26)

proses komunikasi, yang mana dalam proses komunikasi selalu membutuhkan sarana atau media dalam menyampaikan informasinya, baik melalui media massa atau melalui media komunikasi interpersonal. Agar informasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, media yang digunakan harus tepat pula.

(27)

televisi, dengan membawa dampak yang begitu besar baik dampak positif maupun negatif.

Media televisi pada hakekatnya adalah “movie”atau “motion picture in the home” yang membuat pemirsanya tidak perlu keluar rumah untuk

menontonnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh televisi. Keunggulan yang lain adalah televisi tersaji dalam bentuk audio visual, dengan kata lain televisi adalah perpaduan antara radio dan film dan ini menjadi daya tarik yang kuat bagi televisi. Selain mempunyai unsur kata-kata, sound effect, televisi juga mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa.

(28)

Televisi memang diakui cukup kuat dalam daya tarik dan jangkauannya juga sangat luas serta mempunyai pengaruh yang sangat besar kepada setiap pemirsa yang menonton acara televisi. Media televisi banyak digunakan oleh pemirsa karena memberikan kesempatan untuk menghibur, mendidik dan lain-lain. Keberadaan televisi mempunyai jasa yang sangat besar dan berarti bagi kehidupan manusia untuk memenuhi akan hiburan serta dapat memuaskan kebutuhan pemirsa.

Mar’at dalam Effendy (1992:192) mengatakan bahwa acara televisi pada umumnya mempngaruhi sikap, pandangan persepsi dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona bukanlah hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi adalah seakan-akan televisi menghipnotis para penonton sehingga penonton hanyut dalam suasana acara televisi.

(29)

pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya.

Menurut Kuswandi (1996:100) ada tiga dampak yang ditimbulkan acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu:

1. Kemanapun seseorang atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi melahirkan pengetahuan bagi pemirsa, contoh: acara talk show di televisi.

2. Pemirsa dihadapkan pada trend aktual yang ditayangkan oleh televisi, contoh: mode pakaian atau rambut dari artis televisi yang kemudian menjadi trend bagi khalayak yang menonton. 3. Proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

(30)

medianya, yaitu masyarakat mereplikasi informasi media massa dapat disaksikan mulai dari film kekerasan, film horror sampai dengan tayangan kriminalitas.

Kekerasan yang ditayangkan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media televisi, dari kekerasan dengan kata-kata kasar sampai dengan siaran-siaran rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi (Muchtar, 2006 dalam Pudjiastuti, 2006). Bentuk kekerasan dan sadisme media massa dengan modus yang sama di semua media massa baik media cetak maupun media elektronika, yaitu lebih banyak menonjolkan kengerian dan keseraman di mana tujuan pemberitaan itu sendiri (Bungin, 2006:346).

Kejahatan di media massa terdiri dari berbagai macam, seperti kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, meracuni diri sendiri, menyakiti diri. (2) kekerasan pada orang lain, seperti menganiaya orang lain. (3) kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal, komplotan melakukan kejahatan maupun sindikat perampokan (Pudjiastuti, 2006). (4) kekerasan dengan skala yang lebih besar seperti peperangan dan terorisme yang dampaknya memberi rasa ketakutan dan kengerian yang luar biasa kepada pemirsanya (Bungin, 2006:346).

(31)

luar biasa bagi pemirsa dan pembaca untuk membaca atau menonton kembali acara yang sama setiap disiarkan. Emosi juga berupa empati dan simpati terhadap objek pemberitaan sehingga mendorong pemirsa dan pembaca mencurahkan perhatian lebih terhadap acara tersebut (Bungin, 2006:347).

Bagi media massa elektronik, membangun emosi melalui tayangan seperti ini merupakan upaya yang tidak sulit, karena dengan gambar-gambar yang menyeramkan dan sedikit komentar yang cenderung memilukan, emosi masyarakat akan mencapai puncaknya. Seperti ketika Tsunami melanda Aceh, berkali-kali stasiun televisi menyiarkan gambar yang sama, berkali-kali televisi menyiarkan gambar-gambar close up mayat-mayat di selokan, di atas rumah dan sebagainya yang sudah membusuk, sehingga dengan mudah menimbulkan kengerian yang luar biasa kepada pemirsa televisi. Semakin menyeramkan, maka semakin ditonton oleh pemirsa, lalu dengan penuh antusias mereka bercerita kepada orang lain sehingga orang itu ingin terus menerus menyaksikan di televisi pula terus seperti itu (Bungin, 2006:347).

Jika kita menonton acara-acara bertema kekerasan di televisi seperti Buser, Sergap, Patroli, dan sebagainya. Bahkan tekadang program acara News seperti Liputan 6, Reportase, Metro TV News, TV One News pun

(32)

dalam acara-acara itu menggambarkan dunia kita yang sebenarnya. Bahwa di Indonesia kejahatan itu sudah demikian luas dan mewabah. Acara itu menggambarkan dunia kejahatan yang sebenarnya ada di Indonesia.

Siaran berita televisi akan selalu menjadi pusat perhatian pemirsa pada saat berita itu ditayangkan. Jika pemirsa tidak menekan remote control-nya untuk melihat program stasiun televisi lain maka ia harus menyaksikan tayangan berita. Perhatian penonton akan bertujuan hanya kepada siaran berita dimaksud ketika siaran berita itu muncul dilayar televisi, tidak kepada hal-hal lain. Pembaca surat kabar yang tengah dibacanya, atau melewatkan halaman tertentu dan hanya membaca kolom headline saja. Tidak demikian dengan siaran berita televisi. Audience harus menyaksikan dengan fokus perhatian dan tuntas (Morrisan, 2004:18).

Media televisi dalam menarik media massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak geografis dan sosiologis sehingga kejadiaan dimanapun bisa di terima di Surabaya. (Kuswandi, 1996: 420).

(33)

wajib yang harus selalu ada pada program acara mereka. Penayangan program acara tersebut memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan informasi kepada pemirsanya tentang kejahatan ataupun tindakan kriminalitas yang marak di sekitar kita dan agar pemirsa semakin waspada akan berbagai kejahatan yang semakin canggih dalam hal memperdaya korbannya. Yang menjadi permasalahan adalah banyak ditayangkannya adegan-adegan kekerasan, berulang-ulang, yang secara langsung diliput dari tempat kejadian dengan tujuan agar laporan yang diberikan lebih ekslusif beserta rekonstruksi atau adegan reka ulangnya. Hal tersebut secara tidak langsung akan memberikan berbagai dampak kepada pemirsanya, seperti rasa takut, marah, dan emosi yang berlebihan terhadap berita kekerasan tersebut, serta menjadikan pelajar SMA Surabaya lebih waspada terhadap bahaya di sekitar mereka.

Berdasakan uraian diatas peneliti ingin meneliti opini pelajar SMA Surabaya tentang pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi Senin, 19 September lalu. Adapun alasan peneliti mengambil pelajar SMA di Surabaya karena sejak tahun 1987 kota ini sudah melangkah masuk ke dalam proses kota metropolitan (Silas, 1996:390). Surabaya merupakan kota terbesar kedua yang padat akan penduduk setelah kota Jakarta dan pemirsa dikota Surabaya merupakan sasaran (target audience). Khalayak sasaran pada penelitian ini dilakukan pada responden

(34)

contoh yang harus ditiru karena jiwa sesama pelajar ataukah itu bukan sifat seorang pelajar SMA khususnya di kota Surabaya yang seharusnya belajar dengan tekun bukan berkelahi seperti pada tayangan berita yang ada, alasan lain karena sebelumnya di kota Surabaya belum pernah ada sehingga menimbulkan opini yang beragam dari pelajar SMA Surabaya.

Dalam hal ini peneliti ingin meneliti opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi karena kebanyakan orang sering kali memberikan opini diluar masalah yang ada atas dasar pemahaman yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Adapun pro dan kontra dari pelajar SMA Surabaya yang beraneka ragam, ada yang beranggapan seharusnya siswa SMA 6 Jakarta menghargai tugas wartawan sebagai wadah masyarakat, ada juga yang wartawan telalu iseng karena mengambil gambar atau video tawuran antara siswa SMA 6 Jakarta dengan siswa SMA 70 Jakarta. Tetapi tidak semua opini pelajar SMA Surabaya lebih memberatkan pihak wartawan ataupun pihak SMA 6 Jakarta.

(35)

sangat menyesal hal ini terjadi di dunia pendidikan di Indonesia. Menurut saya, memukul orang itu tidak baik, kalau ada yang ingin disampaikan jangan memukul, sampaikanlah dengan baik”, tambahnya saat ditanya mengenai pendapat terhadap aksi kekerasan yang dilakukan siswa SMA 6 Jakarta.

Karena itu peneliti berharap dapat mengetahui opini pelajar SMA Surabaya lebih dalam lagi karena mereka begitu beragam menilai suatu program tayangan berita di televisi, dalam hal ini adalah program pemberitaan konflik pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh SMA 6 Jakarta?”

1.3 Tujuan Penelitian

(36)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pngaruh media massa terhadap khalayak.

2. Kegunaan Praktis

(37)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i 2.1.1 Media Televisi

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding cetak dan radio. Media televisi juga mempunyai banyak kelebihan di samping banyak kelemahannya, kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik kabel dan fiber yang di pancarkan melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau masa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (Kuswandi, 1996:22).

Televisi merupakan bagian dari media massa, dimana media massa mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Peranan media massa dalam kehidupan manusia menurut Liliweri (1991:42) dirumuskan sebagai berikut:

(38)

2. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun jadwal kehidupan sehari-hari.

3. Media massa berfungsi membantu dan berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.

4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5. Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterima.

6. Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagian besar media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.

Televisi secara umum adalah melihat jauh. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa saat kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat rumah (Effendy, 1993:10).

(39)

media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologi begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus pola pikir.

(40)

2.2 Fungsi Media

Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser (1971) dalam Sobur (2006:30) menulis bahwa media, dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak kelompok yang berkuasa (ideological states oparatus).

Antonio Gramsci (1971) dalam Sobur (2006:30) melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi dipresentasikan. Ini berarti, satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun disisi lain media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultrur dan ideologi tandingan.

(41)

pemilik modal, kepentingan keberlangsungan lapangan kerja bagi para karyawan dan sebagainya. Dalam kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri di tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan bias berita di media massa adalah sesuatu yang sulit dihindari (Sobur, 2006:30).

Media seringkali disebut sebagian the fourth estate (kekuasaan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan politik masyarakat.

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai intuisi yang dapat membantu opini publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.

(42)

bersifat sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diawali (Sobur, 2006:31).

Kalau kita mengacu pada berbagai ketentuan atau aturan hukum (termasuk GBHN) tentang media massa, akan nampak jelas bahwa media massa diberi tugas, kewajiban, ataupun fungsi formal untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Senada dengan itu, teori-teori komunikasi juga diperkenalkan kepada kita tentang fungsi kemasyarakatan media massa yang demikian. Dahulu, fungsi tersebut kebanyakan berada di tangan para orangtua dan guru-guru sekolah. Kini, media massa juga semakin banyak melakukan transformasi sosial seperti itu. Media penyiaran, surat kabar, film, novel-novel, dan bentuk komunikasi lain menciptakan kerangka berpikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media massa meneruskan pengetahuan serta nilai-nilai dari generasi terdahulu (Sobur, 2006:31).

2.3 Ber ita Pemukulan

Tidak hanya media cetak yang menyajikan secara vulgar, berita anarkis juga dapat mudah bisa dilihat di televisi.

(43)

masyarakat yang mengecam kejadian tersebut karena sudah banyak memakan korban (http://www.youtube.com/watch?v=i_Q29ZxpviU).

Dalam satu hari, seorang reporter dan juru kamera televisi dapat meliput hingga lima berita kriminal. Tentu saja mereka mendapat upah yang tidak sedikit. Seorang reporter misalnya dapat mengantongi hingga jutaan rupiah penghasilan dari empat atau lima berita kriminal yang ditayangkan.

Seorang penulis melihat banyaknya peristiwa kekerasan yang sering terjadi di media massa itu lebih diakibatkan oleh tumpulnya hukum. Di negeri ini tidak pernah ada sanksi yang benar-benar setimpal dengan kejahatan yang dilakukan sehingga tidak membuat jera pelaku lainnya. Di Inggris atau Amerika Serikat, misalnya, sekalipun orang bertengkar hebat, tidak akan mulai memukul sebab dia tahu pasti sanksinya adalah masuk sel. Di negara itu, mata hukum buta, tak peduli anak presiden atau pejabat tinggi, yang melanggar pasti dihukum.

Galtung juga menguraikan enam dimensi penting dari kekerasan, yaitu sebagai berikut :

(44)

2. Pengaruh positif dan negatif. Sistem orientasi imbalan yang sebenarnya ada pengendalian atau kontrol yang tidak bebas, kurang terbuka dan cenderung manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan.

3. Ada objek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban. Tetapi membatasi tindakan manusia. 4. Ada subjek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau

personal jika ada pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak langsung.

5. Disengaja atau tidak bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan. Dari sudut korban sengaja atau tidak, kkerasan tetap kekerasan.

Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak nyata dapat dilihat meskipun tidak langsung, sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan tetapi tetap bisa dengan mudah meledak (Santoso, 2002:168-169).

2.4 Pemir sa Televisi

(45)

televisi. Dalam arti destruktif, pemirsa televisi adalah suatu proyeksi oleh suatu lembaga atas keanekaragaman tanpa batas dari praktik-praktik menonton yang nyata dari individu-individu dan kelompok-kelompok.

Dalam Lahib (2002:28) pandangan Hartley dikembangkan lagi oleh Ien Ang, lembag-lembaga penyiaran membayangkan pemirsanya melalui analisis rinci terhadap peran pengukuran pemirsa atau audience rating (tingkat ketertontonan acara televisi). Audience Rating adalah presentase orang (pemilik rumah) dalam satu populasi yang menyetel televisi tertentu, jadi audience rating menunjukkan audience televisi dibagi dengan total televisi rumah dalam satu populasi.

Secara demografis, pemirsa televisi dapat dikategorikan atas dasar seks (laki-laki dan perempuan), usia (dewasa, remaja dan anak-anak), pendidikan, agama, suku dan kebangsaan serta status sosial ekonomi (social economic status-SES) yang dilihat dari tingkat belanja rutin perbulan. Program televisi harus memperhatikan faktor demogafis agar lebih tersegmentasi. Menurut Kasali dalam Lahib (2002:30) segmentasi pemirsa adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompok konsumen kedalam kotak-kotak yang lebih homogen.

(46)

setelah banyak orang meninggalkan keluarga untuk merantau, atau ketika terjadi isolasi dan anonimititas pada banyak orang dan setelah banyak orang hijrah (uprootings), maka seperti diungkapkan Samuel L. Baker (2001) dalam Sobur (2006:32), peranan media massa pun menjadi amat esensial dalam proses sosialisasi dan pemindahan warisan sosial. Dengan kata lain, salah satu fungsi media massa yang amat penting adalah memelihara identifikasi anggota-anggota masyarakat dengan nilai-nilai dan simbol-simbol utama masyarakat yang bersangkutan.

Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peran penting untuk perkembangan politik masyarakat. Pers kerap disebut-sebut sebagai salah satu pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi merupakan dasar penting untuk sistem demokratis dan telah dikukuhkan dalam semua dokumen hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah perang Dunia Kedua (Mirza, 2000 dalam Sobur, 2006:32).

(47)

itu juga yang melandasi peneliti untuk menjadikan pelajar SMA Surabaya sebagai responden. Alasan kedua adalah karena berkaitan langsung dengan tayangan berita pemukulan tersebut dimana dengan status pelajar SMA jadi mereka pun paham bagaimana bila ada di posisi pelajar SMA 6 Jakarta.

2.5 Penger tian Opini

Istilah opinion yang kita terjemahkan menjadi ”opini” didefinisikan oleh Cutlip dan Center sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai pesoalan yang mengandung pertentangan (Effendi, 1999:86).

Opini adalah penjelmaan dari pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal, kejadian atau pikiran yang telah diterima sebagai pikiran umum. Opini itu bersifat relative artinya dapat benar dan dapat juga tidak benar akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran, oleh karena itu orang menyebut dengan berbagai istilah antara lain pendapat umum, anggapan umum, anggapan orang ramai (Sunarjo, 1997:31).

(48)

disebut pendapat yaitu suatu pertanyaan mengenai masalah yang controversial, pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukkan dengan tingkah laku.

Opini publik merupakan persatuan pendapat (pendapat-pendapat orang banyak) yang harus didukung dengan sejumlah orang dengan menyatakan persetujuan atau tidak etuju terhadap gagasan atau terhadap situasi kejadian atau peristiwa bersifat rasional. Opini publik itu sebagian besar masih kelihatan dalam bentuk perasaan emosional karena itu merupakan persatuan dalam rangka perasaan atau emosi dan oleh sebab itu maka opini publik itu mudah berubah dari sangat setuju menjadi sangat tidak setuju dan sebagainya (Sunarjo, 1997:35).

Opini merupakan pertanyaan yang diucapkan atau tertulis, maka sikap merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif dan negatif kepada seseorang tertentu, obyek atau situasi tertentu pula (Sunarjo, 1997:86).

Beberapa jenis opini yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

a. Opini Individual

(49)

diketahui bahwa orang-orang yang sependapat dan ada yang tidak sependapat dengan dia setelahia memperbincangkannya dengan orang lain. Maka sesuatu yang terjadi itu kini menjadi objek opini publik. Jadi opini publik itu merupakan perpaduan dari opini-opini individual. Pendapat menjadi opini karena sesuatu yang terjadi dalam masyarakat jadi menimbulkan pertentangan ada pro dan kontra.

b. Opini Pribadi

(50)

c. Opini Kelompok

Opini kelompok adalah pendapat sekelompok mengenai masalah sosial yang menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok yang tadi. Yang didalamnya ada yang pro dan ada yang kontra.

d. Opini Mayoritas

Sesuai dengan makna yang disandang oleh istilah itu. Opini mayoritas adalah pendapat orang-orang terbanyak dari mereka berkaitan dengan suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra, mungkin yang mempunyai penilaian lain. Biasanya muncul opini mayoritas itu dibawa kepada suatu forum terbuka dalam bentuk lembaga, misalnya parlemen, sehingga bisa dihitung berapa jumla yang pro, berapa yang kontra dan berapa pula yang tidak termasuk pro dan kontra atau netral.

e. Opini Minoritas

(51)

apabila masalah sosial yang dibicarakan itu berlangsung dalam forum terbuka yang melembaga sehingga dapat dihitung jumlahnya.

f. Opini Massa

Opini massa merupakan tahap kelanjutan dari opini publik. Opini publik adalah pendapat sejumlah orang yang bersifat controversial atau mengandung pertentangan sebagai hasil pengunjingan terbuka mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum. Dari definisi tersebut jelas terdapatnya persamaan dengan opini massa, yaitu bahwa pada kedua-duanya semua orang mempunyai pendapat yang sama. Perbedaannya ialah, jika pada opini massa pendapat yang sama itu merupakan hasil perkembangan dari opini publik yaitu pendapat yang kontroversial pada opini umum ketika penyangkut kepentingan umum, maka semua orang pro atau semua orang kontra (Effendi, 1999:89-90).

(52)

diharapkan nantinya akan membentuk suatu opini pelajar SMA dari menonton tayangan pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi, apakah tayangan dapat diterima dan di respon dengan baik dengan penyajian yang berbeda atau tidak dapat diterima dengan baik karena tayangan kekerasan bisa membentuk seseorang menjadi pribadi yang buruk dan tempramental.

2.6 Kasus Pemukulan War tawan Oleh Siswa SMA 6 J akar ta

(53)

Pada saat melakukan aksi tersebut, para wartawan menunggu Oktaviardi yang sedang mengidentivikasi si perampas tersebut. Ketika menunggu itulah, terjadi aksi olok-mengolok antara wartawan dan siswa. Kesabaran para wartawan sudah habis, tatkala para siswa mulai menyerang mereka dengan melempari botol aqua maupun balok kayu. Dan inilah awal mula bentrokan terjadi, yang aksi ricuh itu kabarnya meluas sampai terminal blok M. Karena lokasi kejadian yang lebih menguntungkan siswa, dan juga jumlah siswa yang jauh lebih besar, maka korban dari para wartawan cukup banyak. Pertemuan kedua massa tersebut tak berujung baik. Apalagi waktunya bertepatan dengan jam pulang anak sekolah. Emosi mulai tersulut ketika sekelompok wartawan yang tengah duduk merasa melihat pelaku pengeroyokan rekannya melintas di depan mereka.

(54)

Ratusan siswa dan wartawan bentrok saling dorong di tengah jalan. Polisi bahkan sempat mengeluarkan tembakan peringatan tiga kali. Lantaran jumlah polisi tak seberapa, kehadiran mereka jadi tak terasa pengaruhnya.

Keributan semakin panas dan suasana semakin tidak kondusif. Beberapa kali terlihat ada helm, botol, dan batu yang dilempar ke udara, mengincar massa. Lantaran kalah jumlah, kerumunan wartawan yang terjepit berhamburan lari menyelamatkan diri ke arah Markas Besar Polri. Siswa SMA terus mengejar sambil melempar barang yang didapat sekenanya dari pinggir jalan.

(55)

Para korban dari pihak wartawan diantaranya adalah Yudistiro Pranoto (fotografer Seputar Indonesia), Panca Syurkani (fotografer Media Indonesia), Septiawan (fotografer Sinar Harapan), Doni (Trans TV), Banar Fil Ardhi (wartawan Kompas).

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar memastikan tidak ada anak petinggi Polri yang terlibat tawuran di SMA 6 Jakarta, Jl Mahakam, Kebayoran, Jakarta Selatan. Baharudin berjanji akan menindak tegas bila ada anak petinggi Polri atau pejabat yang terlibat dalam tawuran tersebut. "Ada isu-isu berkembang, Gilang itu anak pejabat. Tapi kita pastikan, dia bukan anak pejabat, tapi (orangtuanya) pekerja wiraswasta," kata Baharudin kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa lalu.

Baharudin mengatakan, pihaknya akan tetap proporsional dan profesional dalam proses penyidikan bentrokan antara pelajar SMA 6 dan wartawan itu. Tidak peduli anak siapapun yang terlibat, akan diproses.

(56)

"Gilang Perdana dan temannya dikenakan Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dan pengrusakan," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Budi Irawan di Jakarta, Senin 19/09 lalu. Budi mengatakan Gilang Perdana dan temannya juga dikenakan undang-undang tentang pers, karena diduga menghalangi kegiatan wartawan.

Sungguh ironis memang. Di saat sekolah mereka diliput karena aksi tawuran, bukannya berusaha memulihkan nama baik sekolah, malah berbuat anarkisme. Wartawan adalah seorang kuli tinta, mereka bekerja untuk mencari berita, bukan untuk mencari derita. Sekolah adalah media pendidikan untuk belajar mencapai cita-cita, bukan media penyalur sengsara. Apalagi SMA 6 yang konon terkenal karena seringnya aksi tawuran, apakah mereka bangga dengan aksi-aksi seperti itu? Bangga dan carilah prestasi di bidang yang sesuai, bukan anarki.

2.7 Teor i S-O-R

Pada awalnya teori ini berasal dari psikologi kemudian menjadi teori komunikasi. Karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen opini, positif, netral dan negatif.

(57)

komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif dan konatif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi (McQuail, 1994:234). Akibat atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Artinya stimulus dan dalam bentuk apa pengaruh atau stimulus tersebut tergantung dari isi pesan yang ditampilkan.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1.

Pesan (stimulus) merupakan pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
(58)

memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response) merupakan dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendi, 2003:255).

Jika unsur stimulus berupa pesan, unsur organisme berupa perhatian, pengertian dan penerimaan komunikan dan unsur respon berupa efek maka sangat tepat jika peneliti menggunakan teori S-O-R untuk dipakai sebagai pijakan teori dalam penelitian. Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003 : 255)

Stimulus

Berita pemukulan

wartawan oleh

siswa sma 6

Jakarta

Organisme

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

Response

(Perubahan Opini)

a. Positif

b. Netral

(59)

Menurut gambar ini model di atas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa ”Berita pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta” pada pemberitaan televisi mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan, maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan mengolahnya dan menerimanya, Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:256), organism dalam penelitian ini adalah penilaian pelajar SMA mengenai pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta tersebut dan mempunyai efek besar terhadap berita tersebut.

Sedangkan Respon dalam hal ini merupakan perubahan opini pemirsa yakni berupa opini positif, opini netral, dan opini negatif.

2.8 Ker angka Berpikir

(60)

Opini pelajar SMA nantinya akan dikelompokkan menjadi tiga, yakni opini positif, opini netral, dan opini negatif (, 2002:61). Effendy Responden dalam penelitian ini adalah pelajar SMA di Surabaya yang pernah menonton tayangan berita pemukulan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Gambar 1.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Pelajar SMA Surabaya Terhadap Pemukulan Wartawan Oleh Siswa SMA 6 Jakarta Pada Pemberitaan Televisi

Gambar dan kerangka berpikir diatas memberikan penjelasan bahwa pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi, kemudian komunikan (pelajar SMA di Surabaya) melihat tayangan berita tersebut yang selanjutnya menimbulkan opini posistif, netral dan negatif. Berita pemukulan

wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta di televisi

Pelajar SMA di Surabaya yang pernah menonton

berita pemukulan

Opini

Posit if

Netral

(61)

METODE PENELITIAN

3.1 Defini Operasional

Yang dimaksud definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu dari pelajar SMA terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

Dalam penelitian ini, hubungan anatara variabel tidak dibicarakan oleh peneliti karena dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu opini. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini pelajar sma Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan Televisi.

(62)

kemudian timbul respon dari komunikan dan seteleah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Sedangkan secara operasional opini dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian :

a. Positif : Adalah opini pelajar SMA Surabaya yang mendukung atau memberikan pernyataan yang setuju terhadap ditayangkannya berita pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta di televisi.

b. Netral : Adalah opini pelajar SMA Surabaya yang memberikan pernyataan netral terhadap ditayangkannya berita pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta di televisi.

c. Negatif : Adalah opini pelajar SMA Surabaya yang bersifat tidak mendukung atau memberikan pernyataan tidak setuju terhadap ditayangkannya berita pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta di televisi.

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode survei dalam melakukan pengumpulan data dengan kuisioner sebagai instrumen. Jenis survei dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti.

(63)

untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.

3.2 Ber ita Pemukulan War tawan Oleh Siswa SMA 6 J akar ta di Televisi

Kasus pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada senin 19 Sepetember lalu menjadi pro dan kontra di masyarakat. Karena peristiwa tawuran yang terus berulang dan pengeroyokan wartawan ini, disatu sisi menunjukkan sikap anarkis siswa yang sangat memperihatinkan. Padahal mereka merupakan generasi penerus bangsa yang akan memegang tongkat estafet pembangunan kedepan. Perilaku, sikap, pemikiran, kepatuhan atas norma, psikologi, dan prestasi generasi saat ini akan menentukan bagaimana negara ini akan dibangun dimasa depan. Menuju keberadaban dan memanusiakan manusia atau justru sebaliknya.

(64)

bisa dari keluarga, sekolah, lingkungan bermain, masyarakat dan dalam skala besar, ketidakberesan politik, hukum dan ekonomi dinegara ini ikut berpartisipasi dalam pembentukan sikap anarkis tersebut.

Jadi yang diperlukan dan segera dilakukan saat ini adalah bagaimana mendeteksi dan melakukan upaya preventif terhadap segala kondisi multikondisi negatif tersebut mulai dari keluarga, dunia pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Bagaimana pendidikan agama dan moral sejak dini dilakukan dikeluarga. Dunia pendidikan merekonstruksi kembali arah pendidikan nasional, apakah tujuan membentuk manusia yang tidak hanya menguasai Iptek dan Imtaq sudah mampu diterjemahkan dalam implementasinya.

Masyarakat dengan segala institusi sosialnya mereevaluasi kembali kontrol sosialnya. Kemudian pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan harus mampu menstabilkan kesemerawutan yang terjadi saat ini agar berjalan normal dan sesuai jalurnya, sehingga masyarakat tidak putus asa akan masa depan bangsa ini.

(65)

Secara fakta, mungkin nanti para siswa memang terbukti telah melakukan kekerasan terhadap wartawan. Namun beberapa hal yang perlu diperhatikan dan digali aparat adalah apa latar belakang siswa melakukan, apakah mereka tahu konsekuensinya dan lebih jauh lagi apakah mereka memahami tugas wartawan yang dilindungi Undang-Undang Pers.

Jadi, penegakan hukum kasus ini kiranya tidak mengedepankan normatif saja yang mungkin akan menyeret para siswa tersebut ke jeruji. Kemudian ini akan jadi pelajaran berharga, betapa kebebasan pers dilindungi. Namun sebenarnya lebih dari itu, kemanfaatan, keadilan dan kesejahteraan yang menjadi tujuan hukum, serta pendidikan dan masa depan anak sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan. Penjara bukanlah sekolah yang baik bagi orang dewasa, apalagi bagi anak. Walaupun memang harus dijatuhkan sanksi, kiranya tidak mengesampingkan pendidikan bagi si anak.

3.3 J enis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi.

3.4 Pengukur an Var iabel

(66)

titik tolak penyusunan item-item instrument, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh responden. Pengukuran ini menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban “Ragu-ragu” (undecided) ditiadakan, alasannya, menurut Hadi (1986 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategorikan jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

b. Tersedianya jawaban tengah menimbulkan multi interpretable ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ketengah (central tendercy effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan

jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring responden.

(67)

1. Sangat Setuju (SS) : skor 4

2. Setuju (S) : skor 3

3. Tidak Setuju (TS) : skor 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Pengukuran opini pelajar SMA Surabaya tentang pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi dapat ditunjukkan melalui total skor dari keseluruhan jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner. Asumsi pembagian 4 macam jawaban untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan adalah:

1. Sangat setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat benar.

2. Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang benar. 3. Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang tidak

benar.

4. Sangat Tidak Setuju, jika seluruh materi dinyatakan sebagai hal yang sangat sangat tidak benar.

(68)

positif. Penentuan interval, yaitu negatif, netral, dan positif. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

= Skor J awaban Ter tinggi – Skor J awabanTer endah

J enjang yang diinginkan

Keterangan :

Range : Berdasarkan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Jenjang : 3

Masing-masing jumlah item dalam kuisioner untuk topik pembicaraan adalah 10, sehingga skor tertinggi diperoleh dari skor pertanyaan tertinggi dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 4 x 10 = 40 Skor terendah diperoleh dari skor pertanyaan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 10 = 10

Dengan demikian formulasi R (Range) adalah :

(69)

Sehingga R (Range) berikut tingkatan yang didapatkan :

Opini Negatif : dengan skor antara 10 sampai dengan 20

Opini Netral : dengan skor antara 21 sampai dengan 30

Opini Positif : dengan skor antara 31 sampai dengan 40

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan analisis.

Opini pelajar SMA Surabaya terhadap pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu:

Opini Negatif : Jika pelajar SMA Surabaya memberikan tanggapan tidak setuju dengan ditayangkannya pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi merupakan kategori jawaban terendah.

(70)

Opini Positif : Jika pelajar SMA Surabaya memberikan tanggapan setuju dengan ditayangkannya pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta pada pemberitaan televisi merupakan kategori jawaban tertinggi.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi yang akan diteliti adalah pelajar SMA di kota Surabaya, jumlah populasi pelajar SMA Surabaya berkisar antara 59.844 siswa, diantaranya 19.287 pelajar SMA negeri, dan 40.557 siswa SMA swasta (Sumber : BPS Surabaya, 2010). Peneliti memilih pelajar SMA Surabaya karena hal ini berkaitan erat dengan tayangan berita pemukulan wartawan dimana yang menjadi subjek adalah pelajar SMA.

3.5.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

(71)

khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Responden dipilih karena dipercaya mewakili satu populasi tertentu. Pilihan atas sampel purposive karena peneliti menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk memasukkan unsur atau subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi tempat dia mencari informasi. Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel yang dengannya diperoleh data yang sesuai dengan maksud penelitian.

Dengan mengambil secara hati-hati unsur tertentu dari populasi, peneliti akan memperoleh informasi tentang populasi. Sebagai contoh, jika peneliti ingin menemukan apa yang memotivasi manajer wanita hingga membuat dia sampai pada tingkat manajer atau bahkan manajer puncak, orang yang dapat memberikan informasi atau tangan pertama adalah manajer wanita atau wanita yang menduduki posisi penting dalam organisasi.

Teknik penarikan sampel haruslah sedemikian rupa agar tiap satuan elemeter mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih atau berposisi sebagai responden. Adapun kriteria atau ciri-ciri yang dipakai peneliti yang akan dijadikan sample antara lain :

(72)

2. Pelajar SMA yang pernah menonton berita pemukulan wartawan oleh siswa SMA 6 Jakarta di televisi lebih dari 3 kali dengan durasi tayangan minimal 30 detik.

Alasan pengambilan lokasi kota Surabaya karena kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia. Dimana perkembangan dalam segala aspek/bidang yang sangat pesat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pola berpikir masyarakat, dimana pelajar SMA Surabaya yang terdapat didalamnya sangat majemuk (beraneka ragam baik ras, suku, maupun agama). Sehingga suatu program acara yang ditujukan pada seluruh khalayak pemirsa dapat terwakili oleh karakteristik yang dimiliki pelajar SMA di kota Surabaya.

Lokasi yang dipilih untuk penelitian merupakan daerah perkotaan yang mayoritas pelajarnya memiliki pola pikir yang maju dan metropolis dengan tingkat sosial masyarakat atas sampai menengah, maka untuk mencapai tingkat signifikan yang sama dilakukan dengan presisi ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90% menurut rumus Yamane (Rakhmat, 2007:82).

Sampel dari penelitian ini dapat diketahui dengan rumus Yamane, Yaitu:

(73)

Keterangan : N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian 0,1) maka : n = 59844

59844 (0,1)2 + 1 = 59844

599,44

= 99,833 dibulatkan menjadi 100 responden.

3.5.3 Tek nik Pengumpulan Data

Penulis memperoleh data dengan menggunakan metode pengumpulan data dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Teknik pengumpulan data tersebut, adalah :

1. Data Primer

Yaitu dengan cara menyebarkan secara tertulis kepada responden yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan questioner terbuka, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah diberi pilihan jawaban yang pasti dan memberikan alasan sesuai dnegan kenyataan yang ada.

2. Data Sekunder

(74)

belakang masalah serta mengutip teori-teori yang digunakan memecahkan permasalahan dalam penelitian penting.

3.5.4 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.

<

Gambar

Gambar 1.1 : Model Teori S-O-R (Effendy, 2003 : 255)
Gambar 1.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Pelajar SMA Surabaya
Tabel 3.1 Contoh Tabulasi
Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa adap yang mesti dimiliki oleh setiap orang yang berzikir dan berdoa dalam Majelis Zikrullah Aceh,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di PAUD Terpadu An-Nur Sleman Yogyakarta, dan 2) Penanaman nilai karakter di

Penulis membatasi ruang lingkup yang membahas berdasarkan permasalahan yang ada yaitu peranan harga dalam meningkatkan volume penjualan ayam bakar di Soponyono Perumnas

Pemahaman siswa terhadap pembelajaran ditandai dengan adanya rasa motivasi atau ketersediaan siswa mengikuti pembelajaran yang tinggi seperti siswa mendengarkan dengan

Saya melakukan penugasan yang mungkin ditolak oleh orang lain seperti penugasan tanpa didukung pengetahuan yang memadai tentang bidang usaha klien.. Saya melakukan

Molecular Identification of bacterial Simbiont Macroalgae Sargassum polycystum Producing Enzymes L-Asparaginase were isolated from Barrang Lompo Island South

Hasil analisa diperoleh bahwa 22 plasma nutfah pisang terbagi menjadi 4 klasterpada koefisien 0,40 atau 40%.Kelompok- kelompok dari klaster satu-klaster empat terpisah karena

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan sejak perencanaan perbaikan sampai pelaksanaan dan evaluasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode kontekstual dapat digunakan