ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh :
DIDIK AJI ASMORO A01502154
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONGPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PERNYATAAN...ii
LEMBAR PERSETUJUAN...iii
LEMBAR PENGESAHAN...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR LAMPIRAN...vii
KATA PENGANTAR...viii
ABSTRAK...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1...Lat ar Belakang ... 1
1.2...Ru musan Masalah ... 3
1.3...Tuj uan Studi Kasus ... 3
1.4...Ma nfaat Studi Kasus ... 4
BAB II KONSEP DASAR 2.1...Tin jauan Pustaka ... 5
2.2...Ker angka Konsep Studi Kasus ... 12
BAB III METODE STUDI KASUS 3.1...Ra ncangan Studi Kasus ...18
3.2...Su bjek Studi Kasus ...18
3.3...Fok us Studi Kasus ...19
3.4...De finisi Operasional...19 3.5...Ins
trument Studi Kasus ...19 3.6...Me
tode Pengumpulan Data ...19 3.7...Lok
asi & Waktu Studi Kasus ...20 3.8...An alisis Data dan Penyajian Data ...20 3.9...Eti ka Studi Kasus ...21 BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1...Ha sil Studi Kasus ...24 4.2...Pe mbahasan ...34 4.3...Ket
erbatasan Studi Kasus...44 BAB V PENUTUP
5.1...Kes impulan ...45 5.2...Sar
an ...46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Informed Consent.
2. Lembar Penjelasan Mengikuti Penelitian (PSP). 3. Lembar Asuhan Keperawatan.
4. Lembar Standar Oprasional Prosedur tindakan pemberian Oksigenasi 5. Lembar SAP (satuan acara penyuluhan) dan Leflet.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi Oksigen di Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong”.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.
Terwujudnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Hj. Herniyatun M. Kep Sp. Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kesempatan dan memberikan fasilitas untuk menimbailmu.
2. Ibu Nurlaila S. Kep. Ns. M. Kep. Selaku Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan.
3. Bambang Utoyo M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Ibu Barkah Waladani, M. Kep Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, dan memberikan perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, 11 Juli 2017
Didik Aji Asmoro’.Barkah Waladani², M. Kep.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG
DI RUANG ICU RSU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Abstra k
Latar Belakang : CHF (Congestive Heart Faillure) merupakan masalah kesehatan dalam sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat dan berdampak kematian, dan termasuk banyaknya angka penyakit di indonesia.
Tujuan : Mampu menggambarkan tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien CHF (Congestive Heart Faillure).
Diagnosa : Dalam Asuhan Keperawatan pada pasien CHF yang di tegakan dari hasil pengkajian pada pasien Tn. S adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan preload, pola nafas tidak efektif berhubunga dengan kurangnya dypsnea, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
Rencana tindakan : Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
Congestive Heart Failure antara lain dengan memonitor frekuensi dan irama jantung, mengobservasi perubahan status mental, monitor pemeriksaan diagnostik dan hasil laboratorium seperti EKG, GDA (PaO2, PaCO2, SPO2), elektrolit, memposisikan pasien semi fowler, memberikan terapi O2, monitor vita sign, memberikan lingkungan yang tenang dan membatasi pengunjung, melakukan kolaborasi untuk memberikan obat sesuai anjuran dokter.
Hasil : Setelah dilakukannya Asuhan Keperawatan selama 3x12 jam di dapatkan hasil pernafasan pasien menjadi normal, sudah tidak terdapat edema, dan pasien paham terhadap penyakit CHF (Congestive Heart Faillure).
Kata kunci : CHF, edema, pernafasan.
Diploma of Nursing Study Program
Muhammadiyah Gombong Health Science Academy KTI, July 11th, 2017
Didik Aji Asmoro’1.Barkah Waladani², M. Kep.
NURSING CARE OF CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF ) BY Mr.S WITH DECREASE CARDIAC OUTPUT
AT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL IN THE INTENSIVE CARE UNIT ( ICU )
Abstra ct
Background : Congestive Heart Faillure is a health problem in the cardiovascular system which is the incident rate has risen steadily and the impact of death and including the number of Indonesia’s disease.
Aim of Research : able to describe about giving nursing care at the Congestive Heart Faillure’s client.
Diagnose : In nursing care of Congestive Heart Faillure’s client, that enforced from the assessment on Mr.S are decrease cardiac output related with preload interference, in-efective breath system related with dypsnea, and knowledge deficiency related with less information about the desease.
Planning of action : The plan of nursing care action which used by Congestive Heart Faillure’s client are frequency and heart beat monitor, observations mental status changes, diagnostic test monitor and laboratory result such as EKG, GDA (PaO2, PaCO2, SPO2), electrolyte, semi fowler position, about giving O2 therapy, vital sign monitor, about giving environment serenity and visitor limits and do collaboration with the doctor about client medicines therapy.
Result : After 3x12 hours of nursing care, the result obtained client respiration become normal, there is no oedema, and the client knows about his desease.
Key word : CHF, oedema, respiration.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena yang adekuat (Dewi, 2012).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih tepatnya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa Congestive Heart Failure (CHF)
mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta jiwa di dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah khas utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012).
Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus baru Congestive Heart Failure (CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan hidup penderita Congestive Heart Failure (CHF) lebih buruk dibandingan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita Congestive Heart Failure (CHF)
meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Dalam profil kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart Failure (CHF)
merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi, perokok aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu munculnya Congestive Heart Failure (CHF) (Kompas, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut menjadi dasar angka prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun pengetahuan rawat jalan telah diberikan secara optimal (Ardiansyah, 2012).
Pada penelitian di Amerika resiko berkembangnya penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade terahir. Kejadian
Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50% dalam waktu lima tahun (Arini, 2015).
Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut Riskesdas (2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan gabungan dari kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
(Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr Margono Soekarjo Purwoerto yang di rawat karena Congestive Heart Failure (CHF) di tahun 2010 terdapat 506 orang yang terdiri dari 221 laki-laki dan 469 perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 842 orang yang terdiri dari 373 laik-laki dan 469 perempuan. Pada tahun 2012 terdapat 1111 orang yang terdiri dari 526 laki-laki dan 585 perempuan. Pada tahun 2013 terdapat 1142 orang yang terdiri dari 550 laki-laki 592 perempuan. Pada tahun
2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan 713 perempuan. Dan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari 863 orang yang terdiri dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun ketahun angka kejadian Congestive Heart Failure (CHF) trus mengalami peningatan (Pranoto, 2015)
Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure (CHF) masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti dampak kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure (CHF) maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut karya tulis ilmiah ini yang akan menguraikan proses usaha keperawatan tentang Congestive Heart Failure (CHF). 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Congestive Heart Failure (CHF) meliputi Pengajian, Analisa Data, Penegakan Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi Asuhan Keperawatan, yang dikelola selama 3 hari.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama masa pendidikan Diploma III Keperawatan dengan melaksanakan Asuhan Keperawatan secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1) Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
3) Menggambarkan rencana keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
4) Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
5) Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF).
1.4 Manfaat Stady Kasus
Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien dengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan menyusun penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
b. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
c. Bagi Institusi
Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa
d. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian yang dilakukan dapat di jadikan sebagai masukan untuk profesi perawat dalam mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dalam klien Congestive Heart Failure (CHF).
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, S. D. (2014). Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi pleura dengan Pemberian terapi Oksigen di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hidayat, A. A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Potter, A & Perry, A. G (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Pratik, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC
Ardiansyah. (2012). Medikal Bedah. Jogjakarta : DIVA press.
Arini, (2015). Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung yang Rawat Inap di RSUD. DR. Soetomo. Surabaya.http://repository.wima.ac.id Diakses 14 Oktober 2015 jam 14:00 wita.
Austaryani, N. P. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Baradero, M. et al (2008). Seri Asuhan Keperawatan klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J (2007). Buku Saku Diagnose Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Nike Budhi Subekti, Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC.
Dewi, I. N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Faiure (CHF) Di RSUD dr. Prijonegoro Sragen.
Doenges, E. M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan : 202. Yogyakarta : Med Action.
Nursalam (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Pranoto, A. F. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Banyumas.
Prijo, S. (2010). Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta : Perpustakaan DEPKES
Riset Kesehatan Dasar, (2013), dalam online http://www.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 16 2015.
Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem Kardiovaskular Edisi Malang. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Santoso A (2007). Gagal Jantung Ilmu Penyakit Dalam Edisi 8. Jakarta : EGC
Saryono, (2016). Terapi Oksigen. Modul Pembelajaran Keperawatan Dasar http://www. fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/.../Genap%20II%20 -%20Terapi%20Oksigen.pdf .
Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG MELALUI
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
I. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 86 Tahun Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
BB : 50 kg
No. Rekam Medik : 00334874 Tanggal Pengkajian : 11 juli 2017
Diagnosa Medik : CHF (Congestive Heart Failure) 2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama
Klien mengatakan napasnya sesak. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh sesak napas tanggal 8 juli 2017 masuk ke ICU. Pada tanggal 11 juli 2017 klien masih mengeluh sesak nafas dengan GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), RR : 31, TD : 120/60 mmHg, MAP : 80 mmHg, Nadi : 85 x/m Suhu : 36 ºC, klien terpasang Binasal kanul 4 L/m, dan terpasang Infus RL 20 tpm.
Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat saat di IGD:
Klien datang ke IGD tanggal 6 juli 2017 Pukul 13:00 WIB, Klien merupakan klien rujukan dari RSU PKU Muhammadiyah Gombong dengan keluhan sesak napas, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), RR : 27 x/menit, TD : 120/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36 oC. Klien mengeluh sesak napas kurang dari 1 minggu yang lalu, dan dirawat 3 hari dengan keluhan prostat.
- Riwayat pengobatan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak memepunyai obat dan klien jarang berobat .
- Riwayat penyakit sebelumnya:
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat peryakit hipertensi tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan peryakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6 a. B1 (Breathing) - RR : 27 x/m
- Binasal kanul 4 L/m - Pergerakan dada simetris - Napas spontan
b. B2 (Blood)
- TD : 120/60 mmHg - Map : 80 mmHg - N : 90 x/m - S: 36 ºC - akral dingin
- tidak terdapat sianosis c. B3 (Brain)
- Kesadaran CM, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ) - KU lemah
- Pupil Isokor
- Rangsang cahaya : R : 2(+) L : 2(+) - Gelisah
d. B4 (Bowel)
- Peristaltik usus 11 x/m - Abdomen supel
- Mukosa bibir kering
- Tidak ada pembesaran hepar - Tidak ada nyeri tekan di abdomen e. B5 (Bladder)
- Warna urin kuning dan masih sedikit - Terpasang DC dengan produksi urin 50 cc f. B6 (Bone)
- Kekuatan otot atas 5/5, bawah 5/5 , - Terdapat edema pada tungkai kaki kanan.
4. Pola fungsional 1. pola oksigenasi
Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat bantu pernafasan.
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit makan sehari 3x sehari 900gr dengan nasi dan lauk pauk, serta minum air putih ±8 gelas/hari 2500ml serta minum teh dan kopi.
Saat dikaji : klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan RS. 3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur ± 5-6 jam
Saat dikaji : Klien gelisah dan hanya bisa tidur 3-4 jam. 4. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAK 4-5 x/hari urin berwarna kuning jernih dan BAB 1 x/hari feses berwarna kuning kecoklatan.
Saat dikaji :Klien sudah BAB 1x terpasang dc UB 4 jam 100cc 5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain. Saat dikaji : Klien beraktivitas di bantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri
Saat dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat 7. Pola menjaga suhu tubuh
Sebelum sakit : Klien jika merasa dingin menggunakan selimut atau pakaian tebal serta minum air hangat, jika panas memakai pakaian tipis dan menggunakan kipas angin
Saat dikaji : Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan menggunakan selimut.
8. Pola personal hygiene
Sebelum sakit :Klien mandi 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari secara mandiri
Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari oleh perawat 9. Pola Aman dan nyaman
Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada diantara keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
Saat dikaji : Klien tampak gelisah 10. Pola komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu berkomunikasi dengan baik di lingkungannya
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan gelisah di tempat tidur. 12. Pola kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya bekerja sebagai pedagang sebelum masuk RS.
Saat dikaji : Klien tidak bisa berkerja karena sakit. 13. Pola kebutuhan belajar
Sebelum sakit : Keluarga klien dan mengatakan belum mengetahui peryakit yang diderita klien.
Saat dikaji : Keluarga klien dan klien nampak terlihat bingung mengatakan belum mengetahui peryakit klien dan banyak bertanya.
14. Pola spiritual
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat beribadah sholat 5 waktu dan membaca Al- Quran
Saat dikaji : Klien hanya terbaring ditempat tidur. 5. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Lemah
kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 ( E4 M6 V5 )
TD : 120/60mmHg MAP : 80 mmHg N : 90 x/menit RR : 27 x/menit S : 36 ºC a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : mesoschopal, rambut beruban, tampak sedikit kotor 2) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
3) Mata : simetris, konjungtiva ananemis, sclera aniterik 4) Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
5) Mulut : tidak ada stomatitis, gigi tampak sedikit kotor, gigi tampak mulai ompong
6) Dada
• Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Focal vremitus tidak teraba, expansi dinding dada simetris
Perkusi : Sonor
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis normal terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di interkosta 4-5 Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler (lup dup)
• Abdomen
Inspeksi : Supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas operasi
Auskultasi : Bising usus 11 x/menit
palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limpha perkusi : Timpani
7) Genetalia dan Rektum : Bersih dan tidak tampak kelainan 8) Ekstermitas :
o Atas : Tidak ada edema.
o Bawah : - Tungkai kaki kanan terdapat piting edema, terpasang infuse RL 20 tpm pada kaki kanan
6. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Sat 11 Juli 2017 Lekosit 11,53 H 3.8-10.6
Eritrosit 3.96 L 4.4-5.9 jut
Hematokrit 39.9 L 40-52
MCV 100.6 H 80-100
Trombosit 48 L 150-440
b. Pemeriksaan Lain-lain Hasil pemeriksaan
- Ro. Thorak : Cardiomegaly
7. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 2. 3. 4.
11 juli 2017 Inj. Ceftriaxone Inj. Ciprofloxacin Inj. Metilprednisolone Inj. OMZ
5.
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 11 juli 2017
2 11 juli 2017
DS : Klien mengatakan sesak nafas
- Terpasang binasal kanul 4lpm
Dipneu Pola nafas tidak efektif
3 11 juli 2017
DS : Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dipneu
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
IV. RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan preload
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 12 jam, diharapkan tidak terdapat penurunan curah jantung pada pasien, dengan kriteria hasil :
a. Vital sign batas normal pernafasan yang menandakan gagal jantung
c. Monitor BC
aktifitas, tidak kelelahan
c. Tidak ada edema paru perifer dan tidak ada asites
g. Instruksikan pasien untuk istirahat total
k. Kolaborasi terapi obat diuretik dan antibiotic dengan dokter. diharapkan pola nafas pasien efektif, dengan kriteria hasil :
a. Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) b. Tanda-tanda vital
dalam rentang
a. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi dan pertahankan posisi pasien
b. Identifikasi pasien perlunya
c. Auskultasi suara napas, catat adanya e. Monitor vital sign f. Monitoring
3. Defisit
pengetahuan b.d kurangnya
informasi tentang penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit, diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi, dengan kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarganya mengerti akan penyakitnya b. Pasien dan
keluarganya menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit dan pengobatan
a. Kaji tingkat
pemahaman pasien dan keluarga tentang penyakit b. Beritahu pasien dan
keluarga pasien tentang informasi penyakit :
pengertian, penyebab, proses penyakit, tanda dan gejala dan
pengobatan c. Berikan waktu
kepada pasien untuk mengajukan pertanyaan
d. Tekankan
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
- Posisikan semi fowler - Monitor TTV
- Memberikan obat oral
- Tingkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan 02 tubuh dan untuk menghindari kelelahan - Menyeka pasien
- Klien kooperatif - TD : 130/85 - Klien kooperatif
dan bersedia
- Curcuma 1 tablet Antasida syr 2 sendok
15 : 30
- Memberikan obat injeksi
- Mengkaji pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang penyakit yang di derita pasien
- Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk melakukan edukasi tentang penyakit
Congestive Heart Vailure
(CHF) Inj. Ceftriaxon 1 gr Inj. Ciprofloxacin 200 mg
Inj.
Methilprednisolon e 62,5 mg
Inj. Omeprazole 1
- Pasien dan
keluarga kooperatif dan tampak belum begitu paham
- Posisikan semi fowler - Monitor TTV
12 : 00
- Memberikan obat oral
- Melakukan edukasi terhadap pasien
- Tingkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan 02 tubuh dan untuk menghindari kelelahan - Menyeka pasien
- Memberikan obat injeksi
- Menghitung BC :
- Curcuma 1 tablet Antasida syr 2 sendok
- Pasien kooperatif
- Pasien bersedia di
- Pasien kooperatif
08 : 30 3
3
3
keluarga pasien dan pasien - Menanyakan pada keluarga pasien dan pasien apakah sudah paham atau belum tentang penyakit - Memberikan waktu
kepada pasien dan keluarga pasien untuk bertanya
- Keluarga pasien dan pasien kooperatif
- Keluarga pasien dan pasien kooperatif dan sedikit paham - Keluarga pasien
mau bertanya pada perawat
VI. EVALUASI Tanggal D
X
SOAP TTD
11 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas 0 :
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 120/60 mmHg MAP : 80 mmHg N : 85 x/menit RR : 28 x/menit S : 36,4 ºC A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- pantau penurunan kesadaran
11 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan masih sesak napas 0 : TTV : TD : 120/60 mmHg
N : 85 x/menit RR : 28 x/menit S : 36,4 ºC A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau irama dan suara nafas tambahan 12 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan masih sesak napas
0 :
- KU cukup
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 110/80 mmHg MAP : 90 mmHg N : 80 x/menit RR : 25 x/menit S : 36 ºC A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
- Pantau vital sign
- Pantau toleransi aktifitas dan tingkat kelelahan klien
12 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan masih sesak napas 0 : TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 80 mmHg N : 80 x/menit RR : 25 x/menit S : 36 ºC A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor jalan napas klien (irama nafas, frekuensi pernafasan, suara nafas tambahan) - Monitor otot bantu pernapasan
- Monitor selang 02
13 Juli 2017 1 S : Klien mengatakan sesak napas berkurang 0 :
- Kesadaran CM GCS : 15 E4 V5 M6
- TTV : TD : 110/80 mmHg MAP : 90 mmHg N : 85 x/menit RR : 23 x/menit S : 36,1 ºC A : Masalah teratasi sebagian
P : Pindah ruangan lanjutkan Intervensi - Pantau vital sign
- Pantau kesadaran
13 Juli 2017 2 S : Klien mengatakan sesak napas berkurang 0 : TTV : TD : 110/80 mmHg
MAP : 90 mmHg N : 85 x/menit RR : 23 x/menit S : 36,1 ºC A : Masalah teratasi sebagian
P : Pindah ruangan lanjutkan Intervensi - Pantau vital sign
13 Juli 2017 3 S : Klien dan keluarga klien mengatakan sudah tentang penyakit
0 : - Keluarga klien dan klien dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang di ajukan oleh perawat
- Keluarga klien kooperatif mau bertanya tentang penyakit yang di derita klien
Lampiran 4
SOP (standar oprasonal prosedur) Tindakan Oksigenasi
Persiapan alat :
Tabung oksigen (oksigen dinding) berisi oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier yang berisi aquades hingga batas pengisian
Binasal kanul
Tisue atau cotten budd
Bengkok
Plester dan gunting
A. Fase Orientasi 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Kontrak waktu
5. Menyatakan kesiapan pasien 6. Mengucapkan Basmallah B. Fase Kerja
1. Cuci tangan
2. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
3. Buka tabung humidifier dan isi dengan air mineral atau aquades hingga
batas pengisian
4. Hubungkan nasal kanul atau masker dengan slang oksigen ke botol
pelembab atau tabung humidifier
5. Bersihkan lubang hidung dengan tisue atau cotten budd
6. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan yang di instruksikan oleh
dokter
7. Cek aliran oksigen pada telapak tangan apakah udara keluar dengan
sempurna atau macet
8. Pasangkam nasal kanul atau masker ke klien
9. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal kanul atau masker
dari klien
C. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
CONGESTIF HEART
FAILURE (CHF)
By :
Didik Aji Asmoro
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2017
CONGESTIF HEART FAILURE
(CHF)
atau
Gagag Jantung Kongestif
Adalah : suatu keadaan berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak dapat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Penyebab :
Kelainan otot jantung
Penyumbatan pembuluh darah
jantung
Hipertensi
Peradangan
Penyakit jantung lain
Tanda & Gejala :
{ pada Gagal jantung kiri } :
Sesak nafas saat beraktivitas dan berbaring
Batuk
Mudah lelah
Bengkak pada kaki
Perut membuncit
Kegelisahan atau kecemasan
Pembesaran pada hati
Pembesaran pada kaki bawah, penambahan berat badan
Sering kencing pada malam hari
Kelemahan
Tidak nafsu makan dan mual
Diet :
Makanlah secara teratur
Pilihlah hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/
merah, roti bekatul, havermut
dengan sayuran dan protein
hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan)
serta buah
Makan dalam jumlah cukup
untuk mempertahankan berat
badan
Makanan pantangan seperti
kue-kue yang terlalu manis dan
gurih : Dodol, cake, tarcis
Bagaimana cara penanganan gagal jantung ?
Perubahan gaya hidup
Melakukan diet
Melakukan aktivitas fisik
Pembatasan Konsumsi garam
dan cairan
Menurunkan BB bila berlebih
Berobat
Perawatan di Rumah Sakit
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA
SEMOGA BERMANFAAT
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Gangguan Sistem Cardio Vaskuler
Sub Pokok Bahasan : Congestive Heart Failure ( CHF )
Sasaran : Klien dan Keluarga
Penyuluh : Didik Aji Asmoro
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami mengenai Gagal Jantung Kongestif. 2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan klien dan
keluarga dapat :
a) Menjelaskan kembali pengertian Gagal Jantung dengan kalimatnya
sendiri
b) Menyebutkan kembali faktor penyebab Gagal Jantung c) Menyebutkan kembali tanda dan gejala Gagal Jantung d) Menyebutkan cara penanggulangan Gagal Jantung e) Menyebutkan diet Gagal Jantung
B. Materi :(terlampir)
C. Metode : Ceramah dan tanya jawab
D. Media :Leaflet
E. Strategi Pelaksanaan
1. Pembukaan a. Mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
a. Mengucapkan salam
b. Menerima dengan baik
c. Menyimak dengan
baik
2. Kegiatan inti a. Menjelaskan materi
tentang CHF b. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya c. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan
a. Menyimak dengan
baik
b. Mengajukan beberapa
pertanyaan
c. Menyimak dengan
baik
3. Penutup a. Mengulang kembali
materi yang di
sampaikan dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan b. Mengucapkan
salam
a. Mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan
b. Menjawab salam
F. Evaluasi :Lisan dengan mengajukan beberapa pertanyaan 1. Jelaskan pengertian Gagal Jantung ?
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Congestive Heart Failure atau Gagal jantungadalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Congestive
kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan darah yang pada umumnya
untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dan metode-metode
bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-efeknya terhadap 3 perubahan penentu
utama dari fungsi miokardium yaitu Preload, Afterload dan kontraktilitas
miokardium (Udjianti, 2010 ; Ruhyanudin, 2007 ).
Gagal jantung kongestif disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau
Decomp Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung
sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme
jaringan (Price, 2010).
B. Faktor Penyebab
Adapun beberapa penyebab dari gagal jantung menurut Smeltzer (2010)
yaitu :
1. Kelainan Otot Jantung
2. Penyumbatan di pembuluh darah jantung 3. Hipertensi
4. Peradangan
5. Penyakit jantung lain
C. Tanda dan gejala gagal jantung
Gagal jantung kiri :
1. Sesak nafas saat beraktivitas 2. Sesak nafas saat berbaring 3. Batuk
4. Mudah lelah 5. Bengkak pada kaki 6. Perut membuncit
7. Kegelisahan atau kecemasan
Gagal jantung kanan :
1. Hepatomegali atau pembesaran pada hati 2. Sering kencing di malam hari
3. Kelemahan
4. Tidak nafsu makan dan mual
D. Penanggulangan gagal jantung
Menurut Smeltzer (2011) beberapa cara untuk mencegah terjadinya gagal
jantung, yaitu :
2. Melakukan diet
3. Melakukan aktivitas fisik
4. Pembatasan Konsumsi garam dan cairan 5. Menurunkan BB bila berlebih
6. Berobat
7. Perawatan di Rumah Sakit
E. Diet penyakit Gagal jantung Kongestif
1. Makanlah secara teratur
2. Tinggalkan makanan /minuman yang diiklankan secara berlebihan 3. Pilihlah hidratarang kompleks seperti nasi beras tumbuk/ merah, roti
bekatul, havermut dengan sayuran dan protein hewani/nabati (daging tidak
berlemak/kacang-kacangan) serta buah
4. Makan dalam jumlah cukup untuk mempertahankan berat badan 5. Makanan pantangan bagi penyakit jantung :
a) Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dll b) Semua daging berlemak
c) Goreng-gorengan, santan kental
d) Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobak e) Cabe dan bumbu-bumbu yang merangsang
f) Kopi, minuman soda dan alcohol
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1094
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE
Fachrunnisa1, Sofiana Nurchayati2, Arneliwati3
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
Email: icafachrunnisa29@gmail.com
Abstract
Congestive Heart Failure (CHF) is a cardiovascular disease which shows a variety symptoms (dyspnea, edema, chest pain, anxiety, fatigue) that affect the sleep quality of patient. The purpose of the research is identify the factors that associated with quality of sleep in patients with CHF especially chest pain, anxiety, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND), and fluids overload. The design was descriptive correlational research with cross sectional study. Samples of this research was taken by using purposive sampling technique, which 32 patients with CHF in Flamboyan ward Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru. This research used questionnaire Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) for quality of sleep, Numeric Rating Scale (NRS), and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The univariate analysis showed that majority patient of CHF was 45-60 years old (43,8%), women (53,1%), unemployment (59,4%), once history of hospitalization (31,3%), medium pain (37,5%), no anxiety (40,6%), PND (56,3%), no edema (81,3%) and poor quality of sleep (62,5%). The bivariate analysis was conducted by using chi-square and kolmogorov-smirnov test showed there are a correlation between anxietyρ value(0,001)< α (0,05) and breathing ρ value(0,008)< α (0,05)with quality of sleep in patients CHF and there are no correlation between painρ value(0,925)> α (0,05) and fluid overload ρ value (0,985)< α (0,05)with quality of sleep in patient CHF. Recommended for nurse to give a nursing care to decrease anxiety and PND by create a pleasant environment, suitable position, oxygenation and an ideal bed to improve quality of sleep in patient with CHF.
Keywords : Anxiety, chest pain,congestive heart failure, edema, quality of sleep References : 81 (2000-2015)
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure (CHF)
merupakan suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan, dan kombinasi atau kongestif.Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari kedua gambaran tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).
Udjianti (2011) menyatakan bahwa Insidensi CHF sulit ditentukan karena CHF adalah suatu simtom atau gejala dan bukan suatu diagnosis. Data pada simtom ini biasanya berhubungan dengan penyebab yang mendasari.Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular termasuk CHF masih menduduki peringkat yang tinggi, CHF telah melibatkan 23 juta penduduk di dunia. Sekitar 4,7 orang menderita CHF di Amerika (1,5-2% dari total populasi) dengan tingkat insiden 550.000 kasus per tahun. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta melaporkan sekitar 400-450 kasus infark miokardsetiap tahunnya (Irnizarifka, 2011).
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1095
pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru (Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2014).
CHF menimbulkan berbagai gejala klinisdiantaranya;dipsnea, ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011). Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satudiantaranya adalah tidur seperti adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur.
Menurut Potter & Perry (2005), usia, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian, kecemasan, keletihan dan pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi respon dan persepsi nyeri. Penelitian yang dilakukan Bukit (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan intensitas nyeri pada penderita nyeri punggung bawah yang menggunakan uji
gammadenganρ-value(0,006).
Gangguan tidur adalah simptom yang paling sering dilaporkan pada pasien CHF dan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur pada kelompok ini multidimensional seperti karakteristik demografi (jenis kelamin, umur), perjalanan penyakit CHF, beberapa masalah kesehatan (nyeri, depresi), simptom dari CHF , medikasi, stress dan kecemasan (Nancy & Kathy, 2012).Pasien dengan CHF juga sering merasa cemas, ketakutan dan depresi.Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakit meningkat dan manifestasinya memburuk, terjadi stres (ketegangan) sampai mengalami kecemasan yang berat dan hal ini apabila dibiarkan akan mengganggu status mental seseorang (Hidayat, 2007).
Penelitian yang dilakukan Komalasari (2011) menunnjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil dengan ρ-value (0,016) dengan hasil analisis menunjukkan bahwa 63% menunjukkan tingkat kecemasan normal dan 72% menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Mencapai kualitas tidur yang baik penting bagi kesehatan, sama halnya dengan sembuh dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering kali membutuhkan tidur dan istrahat yang lebih banyak dari pada pasien yang sehat dan biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat (Potter & Perry, 2010).
Seseorang biasanya melewati empat sampai lima siklus tidur lengkap dalam satu malam, masing-masing terdiri dari empat tahap tidur Non Rapid Eye Movement
(NREM) dan periode tidur Rapid Eye Movement (REM). Setiap siklus berlangsung sekitar 90-100 menit. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 sampai tahap 4 NREM, diikuti oleh pembalikan dari tahap 4-3 sampai 2, dan berakhir dengan periode tidur REM sekitar 90 menit dalam siklus tidur. 75% - 80% dari tidur dihabiskan dalam tidur NREM (Potter & Perry, 2010).
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi.Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.Dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter & Perry, 2010).Kualitas tidur yang buruk mengakibatkan proses perbaikan kondisi pasien akan semakin lama sehingga akan memperpanjang masa perawatan di rumah sakit. Lamanya perawatan ini akan menambah beban biaya yang ditanggung pasien menjadi lebih tinggi dan kemungkinan akan menimbulkan respon hospitalisasi bagi pasien.
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1096
kurang nyaman seperti suhu yang terlalu panas atau dingin, kebisingan yang berasal dari pasien lainnya atau dari aktivitas perawat dan 2 dari 6 pasien mengatakan gelisah dan cemas karena memikirkan penyakitnya.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien CHF yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan masukan bagi institusi Rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk menciptakan kepuasaan dan kenyamanan bagi pasien yang dirawat inap khususnya dalam meningkatkan kualitas tidur pasien CHF, dan tambahan informasi bagi pasien CHF untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dan dapat dijadikan sebagaievidence baseduntuk penelitian selanjutnya terkait kualitas tidur dan CHF.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional.Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32pasien CHF dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling.
Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengukur kualitas tidur menggunakan instrument Pittsburgh Sleep Quality
Index(PSQI), untuk mengukur nyeri
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), untuk mengukur kecemasan menggunakan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan melakukan observasi untuk melihat kelebihan cairan pada responden.Analisa bivariat menggunakan uji chi-square dan
kolmogorov-smirnov.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian didapatkan sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden (n=32)
No Karakteristik
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa mayoritas responden berusia 45-60 tahun yaitu 14 responden (43,7%), berjenis kelamin perempuan yaitu 17responden (53,1%). Dari 32 orang responden yang diteliti, mayoritas responden tidak bekerja, yaitu sebanyak 19responden (59,4%). Mayoritas responden mempunyai riwayat rawat inap 1 kali, yaitu sebanyak 10 orang (31,2%).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan kualitas tidur(n=32)
No Kualitas tidur Jumlah Persentase
1 Baik 12 37,5
2 Tidak baik 20 62,5
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1097
Pada tabel 2didapatkan data bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 20 responden (62,5%).
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan tingkat nyeri (n=32)
No Tingkat nyeri Jumlah Persentase
1 Nyeri ringan 8 25,0 2 Nyeri sedang 12 37,5 3 Nyeri berat 10 31,2 4 Nyeri sangat berat 2 6,3
Total 32 100
Pada tabel 3didapatkan data bahwa tingkat nyeri pada responden terbanyak yaitu nyeri sedang, berjumlah 12 responden (37,5%).
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat kecemasan
No Tingkat kecemasan Jumlah Persentase
1 Tidak ada kecemasan 13 28,3 2
Berdasarkan tabel 4didapatkan bahwa tingkat kecemasan responden terbanyak yaitu tidak ada kecemasan, berjumlah 13 responden (40,6%).
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan
Pernapasan (Paroxysmal Nocturnal
Dyspnea)
No Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
Jumlah Persentase
1 Mengalami 18 56,2 2 Tidak mengalami 14 43,8
Total 32 100
Berdasarkan tabel 5 didapatkan data bahwa sebagian besar responden mengalami
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu sebanyak 18 responden (56,3%).
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan kelebihan cairan
No Edema Jumlah Persentase
1
Berdasarkan tabel 5 didapatkan data bahwa sebagian besar responden tidak edema yaitu sebanyak 26 responden (81,3%).
Tabel 7
Hubungan tingkat nyeri dengan kualitas tidur responden
Tabel 7menggambarkan hubungan antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF.Hasil analisis hubungan tingkat nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF diperoleh bahwa responden mengalami nyeri dan memiliki kualitas tidur baik yaitu 5 orang (15,6%), responden yang mengalami nyeri sedang kualitas tidur tidak baik yaitu 7 responden (21,9%). Berdasarkan ujiKolmogorov-smirnov diperolehρvalue=
0,925 >α (0,05), berarti Ho gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 8
Hubungan kecemasan dengan kualitas tidur responden
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1098
tidak mengalami kecemasan memiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 3 responden (9,4%). Berdasarkan ujiKolmogorov-smirnov
diperolehρvalue= 0,001<α (0,05), berarti Ho gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 9
Hubungan pernapasan (Paroxysmal
Nocturnal Dyspnea) dengan kualitas tidur responden
Tabel 9 menggambarkan hubungan antara PND dengan kualitas tidur pasien CHF.Hasil analisis hubungan PND dengan kualitas tidur pasien CHF diperoleh bahwa responden mengalami PND dan memiliki kualitas tidur baik yaitu 3 orang (9,4%), responden yang mengalami PND dan memiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 18 responden (46,9%). Berdasarkan uji Chi-square diperoleh ρ value= 0,008<α (0,05), berarti Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF.
Tabel 10
Hubungan kelebihan cairan dengan kualitas tidur responden
Tabel 10 menggambarkan hubungan antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur pasien CHF.Hasil analisis hubungan kelebihan cairan dengan kualitas tidur pasien CHF diperoleh bahwa responden tidak mengalami edema dan memiliki kualitas tidur baik yaitu 11 orang (34,4%), responden
yang tidak mengalami edema dan memiliki kualitas tidur tidak baik yaitu 26 responden (81,3%). Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov diperoleh ρ value= 0,985>α (0,05), berarti Ho gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kelebihan cairan dengan kualitas tidur pasien CHF.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden berusia 45-60 tahun yaitu sebanyak 14 responden(43,8%).Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati (2009), yang meneliti tentang gambaran faktor resiko pada pasien penyakit gagal jantung kongestif didapatkan hasil bahwa pasien yang rentan terkena penyakit jantung berada pada rentang usia antara 40-59 tahun (50%).
Usia mempengaruhi angka kejadian CHF hal ini dikarenakan pada usia tua fungsi jantung sudah mengalami penurunan dan terjadi perubahan-perubahan pada sistem kardiovaskular seperti penyempitan arteri oleh plak, dinding jantung menebal, dan ruang bilik jantung mengecil (Kusuma, 2007). Beberapa penyebab terjadinya CHF pada usia tua adalah hipertensi yang memacu jantung untuk bekerja lebih giat bahkan melebihi kapasitas kerjanya, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 17 responden (53,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhayati (2009) tentang gambaran faktor resiko pada pasien penyakit gagal jantung kongestif didapatkan hasil yang sama bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (53,3%). MenurutAmerican Heart Association(2015), kejadian penyakit kardiovaskular didominasi pada jenis kelamin perempuan. Pada tahun 2011 terdapat 33.700 kematian pada wanita karena CHF (57,8%).
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1099 Density Lipoprotein) dan peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida, dan kolesterol total yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (Kasdu, 2004).Tidak hanya karena masalah fisiologis seperti menopause saja, dari segi psikologis wanita juga lebih mudah terserang penyakit dibandingkan laki-laki. Hal ini terdapat dalam hasil penelitian Putra (2003) tentang pengaruh pemberian Cognitive Support
terhadap koping pada pasien CHF di RSU dr. Soetomo Surabaya yaitu perempuan (khususnya melankolis) mempunyai koping yang maladaptif sehingga lebih rentan terkena penyakit.
Penelitian ini mendapatkan bahwa mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebanyak 19 responden (59,4%). Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Vani (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar penderita CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makasar sudah tidak bekerja atau pensiunan yaitu sebesar 35%.
Pekerjaan memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan hidup sosial dan psikologis (Embi, 2008). Seseorang yang tidak bekerja cenderung memiliki perekonomian yang tidak stabil sehingga memicu kecemasan dan stress dalam keluarga. Menurut McPhee & Ganong (2010), CHF merupakan sindrom dengan gejala unik yang biasanya diikuti dengan intoleransi aktivitas, retensi cairan dan upaya untuk bernapas normal. Ketidakmampuan jantung memasok darah dalam jumlah memadai ke otot-otot rangka menyebabkan pasien CHF cepat merasa lelah.Aktifitas fisik yang cukup dapat meringankan gejala CHF, tetapi aktifitas yang berlebihan dapat memperburuk kondisi penderita CHF (Vani, 2011).
Penelitian ini menunjukkan beberapa responden berhenti bekerja karena simptom yang dirasakan menganggu responden dalam bekerja secara normal.Hal ini berdampak pada perekonomian keluarga dan dapat menganggu interaksi sosial pasien dengan orang disekitarnya akibat CHF yang dapat membatasi aktifitas fisik yang ingin dilakukan responden.Sebagian besar
responden yang berjenis kelamin perempuan juga merupakan ibu rumah tangga.
Berdasarkan riwayat rawat inap, didapatkan bahwa mayoritas responden mempunyai riwayat rawat inap adalah 1 kali yaitu sebanyak 10 responden (31,3%). Frekuensi masuk rumah sakit yang lebih dari satu kali atau dua kali pada beberapa responden disebabkan oleh serangan berulang dari CHF dan riwayat penyakit lainnya seperti gastritis.
CHF merupakan penyakit yang memerlukan perawatan ulang dirumah sakit. Dari hasil pencatatan dan pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) menyatakan bahwa Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada gagal jantung yaitu sebesar 13,4% (Riskesdas, 2007). Pentingnya perawatan dan pengobatan yang optimal dirumah dapat mengurangi resiko kekambuhan serangan CHF.Kebanyakan pasien yang mengalami kekambuhan CHF terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi pengobatan dengan tepat, melanggar pembatasan diet, tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktivitas berlebihan dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan (Smeltzer & Bare, 2002).
Penelitian ini didapatkan bahwa dari 32 responden, sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang tidak baik yaitu sebanyak 20 responden (62,5 %). Kualitas tidur responden yang tidak baik disebabkan oleh beberapa alasan, seperti sesak napas yang dirasakan saat berbaring, nyeri dada, lingkungan yang tidak nyaman, dan kecemasan.Kualitas tidur yang tidak baik ini ditandai dengan lamanya waktu untuk tertidur, beberapa kali terbangun ditengah malam bahkan ada laporan responden yang menyatakan tidak tidur selama satu malam.
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1100
dan terdapat banyak hal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mempertahankan tidurnya sehingga sering terbangun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti lingkungan, penyakit, gaya hidup, stres, stimulan dan alkohol, nutrisi, merokok, motivasi dan pengobatan dapat menjadi penyebab munculnya masalah tidur (Kozier, 2004). Faktor yang mempengaruhi tidur pada CHF diantaranya nyeri, kecemasan, lingkungan, kelebihan cairan, pengobatan, nokturia, dan Paroxysmal Nocturnal Dyspnea(Reddeker, 2012).
Penelitian yang dilakukan Triyanta (2013), tentang hubungan kualitas tidur dengan denyut jantung dilihat dari gambaran EKG pada pasien infark miokard didapatkan hasil sebagian besar responden mempunyai kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang mendapatkan hasil sebagian besar responden mempunyai kualitas tidur yang tidak baik.
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang tidak baik dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologis. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktifitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakseimbangan tanda-tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Bukit,2011).
Penelitian yang dilakukan terhadap 32 responden didapatkansebanyak 12 responden mengalami nyeri sedang (37,5%). Karakteristik nyeri yang dilaporkan responden pada penelitian ini berbeda-beda seperti rasa ditusuk-tusuk, nyeri hanya muncul ketika merasakan sesak, dan nyeri seperti dihimpit sesuatu yang berat. Penelitian Kumalasari (2013) tentang angka kematian pasien gagal jantung kongestif di HCU dan ICU RSUP dr. Kariadi Semarang didapatkan hasil indikasi masuknya pasien disebabkan oleh nyeri dada sebanyak 8 responden (18,2%).
Perawat perlu memberikan perhatian khusus pada simptom penyakit pasien seperti nyeri yang dapat menganggu tidur pasien.Rasa nyeri dada yang timbul pada CHF adalah akibat iskemia (angina
pektoris).Nyeri penyakit jantung menyebar ke lengan atau pergelangan tangan, rahang dan gigi (McGlynn, 2005).
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah aktivasi saraf simpatis, karena akan menyebabkan takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap selanjutnya dapat memperberat beban jantung. Penanganan nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yaitu dengan pemberian obat-obatan analgesik dan penenang, dan non farmakologis yaitu melalui distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangat atau dingin, latihan nafas dalam, dan manajemen lingkungan (Muttaqin, 2008).Penanganan nyeri non farmakologis yang dilakukan responden pada penelitian ini diantara relaksasi, musik dan mencoba menciptakan suasana yang nyaman untuk beristirahat.
Berdasarkan kecemasan didapatkan bahwa dari 32 responden, sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 13 responden (40,6 %). Riwayat rawat inap pertama kali dengan CHF mempengaruhi kecemasan karena kerusakan organ jantung belum terlalu parah.Serangan yang berulang dari CHF juga memberikan pengalaman serta koping yang baik bagi pasien CHF.Perilaku koping diperlukan dalam menghadapi kecemasan. Menurut Ihdaniyati (2008), responden yang mengalami kecemasan ringan dan sedang melakukan koping yang adaptif dikarenakan mereka dapat mengendalikan perasaan cemas yang muncul.
masing-JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
1101
masing dapat memberikan ketenangan dan membantu pasien mengendalikan kecemasannya (Ihdaniyati, 2008).
Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui system saraf simpatis, perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun (Kozier, 2010). Ihdaniyati (2008) meneliti tentang hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali mendapatkan hasil bahwa sebagian responden memiliki tingkat kecemasan sedang sebanyak 20 responden (66,7 %).
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 responden, sebagian besar responden mengalami Paroxysmal Nocturnal Dyspnea(PND) yaitu sebanyak 18 responden (56,3 %). Kejadian PND dialami responden setelah beberapa jam tertidur. PND dapat terjadi 1-2 kali dalam satu malam sehingga pasien yang baru mulai terlelap dapat terbangun lagi yang mengakibatkan gangguan kualitas tidur NREM.
Penelitian yang dilakukan Ekundayo (2009) tentang value of orthopnea,
paroxysmal nocturnal dyspnea and
medications in prospective studies of incident heart failure menunjukkan bahwa ortopnea lebih banyak dilaporkan daripada PND.PND paling sering disebabkan oleh edema paru akibat gagal jantung kongestif.Serangan sering disertai batuk, perasaan sesak napas, keringat dingin, dan takikardia dengan irama gallop.Upaya-upaya yang dapat dilakukan pasien CHF untuk mengurangi sesak akibat PND salah satunya adalah pengaturan posisi yang baik dan benar.Posisi yang dapat mengurangi PND yaitu dengan meninggikan bagian kepala menggunakan bantal atau posisi tempat tidur 30° atau 45° (Mosby, 2009).
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 32 responden, sebagian besar responden tidak mengalami edema yaitu sebanyak 26 responden (81,3%). Penelitian yang dilakukan Watson (2000), tentang ABC of
heart failure clinical features and
complications mendapatkan bahwa 23%
pasien CHF mengalami edema dan 77% tidak mengalami edema. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa sebagian besar responden tidak mengalami edema.Kelebihan cairan adalah keluhan yang sering dilaporkan pasien saat dirawat dirumah sakit.Penatalaksanaan kelebihan cairan dapat dilakukan dengan diuretik.Manajemen cairan merupakan strategi yang penting dalam pengobatan untuk pasien CHF.Data yang didapat dari catatan rekam medik responden, didapatkan sebagian besar responden telah diberikan terapi diuretik untuk mengurangi kelebihan cairan.
Istilah edemaberarti perluasan atau pengumpulan volume cairan interstisial. Keadaan ini dapat setempat atau umum, tergantung dasar etiologinya.Edema biasanya dikatakan sebagai akumulasi kelebihan cairan dalam kulit. Namun cairan ini dapat pindah ketempat lain, seperti menjadi asites, efusi pleura, efusi perikardial, dan edema paru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat nyeri dengan kualitas tidur pasien CHF ρ value =
0,925 < α (0,05). Tingkat nyeri yang dialami
responden pada saat masuk rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat nyeri pada saat beberapa hari setelah dirawat.Berkurangnya nyeri yang dialami responden dapat dipengaruhi oleh penanganan nyeri baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis.Setelah mendapatkan terapi untuk mengurangi nyeri responden dapat beristirahat lebih nyaman dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kualitas tidur yang baik.