• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi (Andrianti, 2008). Tumbuh kembang yang terjadi pada seorang anak tidak hanya meliputi pertumbuhan fisik seperti bertambahnya berat badan dan ukuran badan, tetapi juga dalam perkembangan fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kematangan fungsi organ tubuh termasuk otak yang berperan penting bagi perkembangan kemempuan berpikir.

Memiliki anak yang sehat dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya merupakan harapan semua orang tua. Pertumbuhan dan kesehatan yang prima sangat dipengaruhi oleh keadaan gizinya artinya peran pemberian makan pada masa anak-anak sangat penting peranannya bagi tumbuh kembang anak. Akan tetapi dalam masa kanak-kanak ini, pemberian makan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan mudah, tidak jarang timbul masalah-masalah seperti sulit makan yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang nantinya.

Anak balita merupakan kelompok yang paling sering menderita kekuranga gizi disebabkan oleh, Pertama, kondisi anak balita adalah dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi. Kedua, anak balita sering kali tidak begitu lagi diperhatikan

(2)

dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain seperti saudara terlebih jika ibu bekerja diluar rumah. Ketiga, anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dalam hal makanan sedangkan ia tidak begitu diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya, akibatnya kebutuhan tidak terpenuhi. Keempat, anak balita mulai bermain dan bergerak lebih luas dan mulai bermain dilantai yang keadaannya belum tentu memenuhi syarat kebersihan, sehingga anak balita sangat besar kemungkinannya terkena kotoran dan dapat menyebabkan terkena penyakit akibat infeksi (Andrianti, 2008).

Gizi buruk akut atau busung lapar menurut sensus Word Health

Organization(WHO) tahun 2007 menunjukkan 49% dari 10,4 juta kematian yang

terjadi pada anak dibawah lima tahun. Kasus kekurangan gizi di Negara berkembang sangat bervariatif, di Asia tercatat sebanyak 50% anak, di Afrika 30 % anak dan di Amerika Latin sebanyak 20% anak. Balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan dibawah rata-rata, berat badan/umur balita< 60% berada di bawah garis merah sehingga tergolong KEP berat

(Petiknews.com/tag/data-statistik-gizi-kurang) diakses pada tanggal 10 Februari 2014.

Data Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).

Hurlock dalam Yulianis (2003) menyatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang paling banyak terhadap perkembangan bayi dan kehidupan sosial kehidupan anak, karena keluarga terutama ibu yang membangun lingkungan bagi anak terutama pada tahun awal kehidupan anak.

(3)

Pemenuhan kebutuhan akan makanan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karyadi dalam Yulianis (2003) menyatakan tujuan memberi makan kepada anak ialah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup demi kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik dan membina kebiasaan yang baik mengenai waktu dan cara makan.

Data kependudukan 2012 menunjukkan banyak ibu yang bekerja diluar rumah sebanyak 43 juta atau 38,4%di Indonesia. Ibu bekerja mempunyai tanggung jawab yang lebih besar yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah. Ibu bekerja mempunyai fungsi ganda sehingga waktu yang dimiliki oleh ibu untuk melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga termasuk kesempatan untuk mengasuh anaknya menjadi kurang. Pasal 77 ayat 1, UU No. 13/2003 menyatakan ibu bekerja 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, sedangkan 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalm 1 minggu. Penelitian Azizah (2012) menyatakan semakin bertambahnya beban kerja ibu menyebabkan alokasi waktu ibu untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti kegiatan rumah tangga, kegiatan mengurus anaknya berkurang. Akibatnya terdapat berbagai masalah dalam keluarga, antara lain menurunnya alokasi waktu untuk anak termasuk menyiapkan makanan bagi anaknya.

Studi pendahuluan pada PT. Maya di Muncar bulan November 2013, terdapat jumlah karyawan sebanyak 697 orang yang terdiri dari laki-laki 311 orang

(4)

dan perempuan 386 orang.Perempuan yang bekerja 56 orang atau 6,89% sudah berkeluarga dan mempunyai anak balita. Ada kebijakan dari perusahaan bahwa untuk cuti hamil dan melahirkan selama 3 bulan dengan rincian 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan.

Hasil wawancara kepada 7 orang ibu yang mempunyai anak balita di dapatkan keterangan bahwa setelah cuti melahirkan selesai maka anak akan diberi susu formula dan makanan tambahan pendamping ASI dengan pengasuhan sepenuhnya dilimpahkan ke neneknya atau keluarga terdekat. Ibu hanya memberi ASI sebelum berangkat bekerja dan setelah pulang bekerja. Waktu kerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Ibu tidak mengetahui dengan adanya sistem pemberian ASI perah. Keterangan dari seorang ibu yang anaknya tidak mau diberikan susu formula dari umur 1 tahun dan anak hanya diberi air putih serta makanan pendamping ASI. Anak yang berumur 3 sampai dengan 5 tahun pengasuhannya dititipkan di PAUD dan setelah pulang dari sekolah mereka bermain di rumah tetangga yang mempunyai teman sebaya. Dari keadaan tersebut dapat dilihat bahwa anak akan bergantung pada tetangga mengenai makanan yang diasupnya. Makanan yang dikonsumsi oleh anak belum tentu sesuai dengan standar gizi yang harus dipenuhi. Keterangan dari seorang ibu bahwa anaknya susah makan dan selalu membeli snak sehingga badannya kurus dan lunglai.

Balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 9,7% di Kecamatan Muncar. Keadaan tersebut bias terjadi karena sebagian besar ibu bekerja di luar rumah sehingga ibu tidak memperhatikan kebutuhan gizi anaknya.

(5)

Karyawati PT Maya di Muncar masuk jam kerja pada pukul 8 pagi dan pulang pada pukul 4 sore. Semua karyawati wajib dijemput dan diantar pulang oleh mobil yang sudah disediakan oleh pabrik. Bagi karyawati yang rumahnya lebih jauh akan dijemput paling pagi dan waktu diantar paling terakhir karena sesuai dengan rute penjemputan. Jadi, bagi karyawati yang rumahnya jauh dari pabrik akan sampai di rumah lebih dari jam kerja yang telah ditentukan. Jadi, situasi seperti itu akan menimbulkan kelelahan pada karyawati apalagi mereka harus mengurus pekerjaan rumah tanpa adanya tenaga yang membantu.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti ini mengambil judul “Hubungan Beban Kerja Ibu Rumah Tangga Berstatus Karyawati Pabrik Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana beban kerja ibu rumah tangga berstatus karyawati di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi?

2. Bagaimana status gizi balita ibu karyawati pabrik di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi?

3. Bagaimana hubungan antara beban kerja ibu rumah tangga berstatus karyawati pabrik dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi?

(6)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja ibu rumah tangga berstatus karyawati pabrik dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan khusus, yaitu untuk:

1. Mengidentifikasi beban kerja ibu rumah tangga berstatus karyawati pabrik di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi.

2. Mengidentifikasi status gizi balita ibu karyawati pabrik di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi.

3. Menganalisis hubungan antara beban kerja ibu rumah tangga berstatus karyawati pabrik dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan yang lebih tentang bagaimana menjaga gizi balita agar tetap baik walaupun ibunya bekerja diluar rumah. Dan juga menambah informasi, dan referensi mengenai hubungan beban kerja karyawati pabrik dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi.

(7)

1.4.2 Bagi karyawati

Penelitian ini sebagai informasi dalam pemenuhan kebutuhan gizi bagi balita demi mendapatkan status kesehatan yang baik untuk anak-anak.

1.4.3 Bagi Pabrik

Untuk memberikan informasi bahwa diperlukannya tempat penitipan balita bagi karyawati yang memiliki anak.

1.4.4 Bagi peneliti lain

Penelitian ini sebagai rekomendasi dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang gizi pada anak.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang peran gender ibu dan status gizi anak sudah ada yang melakukan sebelumnya. Sejauh penelusuran peneliti yang telah dilakukan, belum ada penelitian yang meneliti tentang Hubungan Beban Kerja Ibu Rumah Tangga Berstatus Karyawan Pabrik Dengan Pemenuhan Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Kedungrejo Muncar Banyuwangi. Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah :

Octaviani(2012), hubungan pengetahuan dan perilaku ibu buruh pabrik tentang kadarzi (keluarga kadar gizi) dengan status gizi anak balita (studi di Kelurahan Pagersari, Ungaran). Menggunakan desain cross sectional digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel. Peneliti menggunakan desain cross sectional karena ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku ibu buruh pabrik tentang kadarzi (keluarga kadar gizi) dengan status gizi anak balita (studi di Kelurahan Pagersari, Ungaran). Penelitian dilakukan dengan pendekatan

(8)

cross sectional yakni mengumpulkan data variabel independent dan variabel dependent hanya satu kali dengan satu waktu tanpa ada tindak lanjut. Dari hasil penelitian ini sebanyak 15,4% balita termasuk kategori kurus. Tidak ada hubungan antara pengetahuan kadarzi dengan perilaku kadarzi (r=0,226, p=0,577). Terdapat hubungan antara perilaku kadarzi dengan status gizi anak balita (r=0,444, p=0,005). Kesimpulan ada hubungan antara perilaku kadarzi dengan status gizi anak balita. Namun, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan kadarzi dengan status gizi anak balita.

Fanani, Imsak (2011), Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan desain cross sectional. Popolasi adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 60 responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Media Massa, Pengaruh orang lain, Pengalaman Pribadi, Kebudayaan dan Emosi sedangkan variable terikatnya adalah sikap orang tua. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data dalam penelitian ini menggunakan uji Chie-square. Dari hasil analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita antara lain: faktor media massa (x hitung 10,267 > x tabel 5,992), faktor pengaruh orang lain (x hitung 8,801 > x tabel 5,992, dan faktor pengalaman pribadi (x hitung 9,231 > x tabel 5,992). Sedangkan faktor-faktor yang tidak ada hubungan dengan

(9)

pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita antara lain: faktor kebudayaan (x hitung 2,986 < x tabel 5,992) dan faktor emosi (1,518 < x tabel 5,992).

Hikmawati (2013), Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Asi Eksklusif (Study Kasus Di RT 3 Kelurahan Gading Kasri Kecamatan Klojen. Penelitian ini menggunakan metode case control. Subyek penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi > 6 bulan (n= 40) diambil dengan teknik total sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan sistem kompiterisasi SPSS 16 dengan analisis Chie-Square. Hasil analisa dapat disimpulkan dengan nilai signifikan = 0,004.x2 tabel dengan derajad bebas 1 untuk alpha 0,05 didapatkan nilai 3,841. Diperoleh x2 hitung lebih besar daripada x2 tabel (8,120>3,841). Hasil analisa dengan chie-square dapat disimpulakan h0 ditolak dan h1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian asi eksklusif.

Ronny A, (2006) “Peranan Gender Ibu dan Status Gizi Anak Balita: Kajian Kasus pada Lima Keluarga di Desa Pakis, Grobogan” Desain penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi, yang dikombinasikan dengan kuesioner. Sampel penelitian sebanyak 10 informan, yang merupakan 5 pasang suami-istri yang memiliki anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesungguhnya mekanisme tradisional ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu maupun ayah.

(10)

Perbedaan pada penelitian Octaviani (2012) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel independennya yaitu pada penelitian Octaviani(2012) menggunakan pengetahuan dan perilaku dan variabel dependennya menggunakan status gizi balita sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan beban kerja ibu rumah tangga yang bekerja dengan status gizi balita.

1.6 Batasan Penelitian

Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, peneliti membatasi penelitian yaitu: 1. Responden penelitian adalah karyawati pabrik PT Maya di Kecamatan Muncar

Kabupaten Banyuwangi yang mempunyai anak balita dan bersedia menjadi responden penelitian serta bekerja sesuai jam kerja pabrik.

2. Data penelitian diambil melalui kuesioner, wawancara, dan dokumentasi.

3. Status gizi balita yang akan diteliti terdiri dari gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul skripsi ini, maka beberapa istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapunistilah yang perludijelaskanadalahsebagaiberikut :

1. Beban kerja merupakan proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.

2. Ibu rumah tangga merupakan seorang wanita yang mengatur segala urusan mengenai segala apapun yang ada di dalam rumah, dari mengurus suami, anak, dan semua kebutuhan mereka.

(11)

3. Ibu pekerja merupakan seorang ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah untuk mencari nafkah.

4. Karyawan pabrik

Karyawan merupakan seseorang yang ditugaskan sebagai pekerja dari sebuah perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan dan dia bekerja untuk digaji.

5. Gizi adalah pemenuhan nutrisi pada anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.

Referensi

Dokumen terkait

Mengembangkan budaya 5S (senyum, sapa, salam, sungkem, dan sopan) untuk Membentuk Karakter Cinta Damai. Penerapan budaya 5S dimaksudkan untuk membentuk

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis: (1) karakteristik pengelolaan tanah pada sistem pertanian tanaman pala di Maluku Utara; (2) potensi

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa program studi PPKn Semester IIIdalam proses perkuliahan Belajar dan Pembelajaran

Pasalnya, HAM yang seharusnya diperjuangkan adalah hak yang sesuai dengan kodrat alam dan digariskan tuhan yaitu manusia telah diciptakan berpasang-pasangan dan

Pembelajaran STM jauh lebih efektif karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat, yang meliputi kemampuan kognitif,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

[r]

Pengamatan dan sensus populasi burung rangkong dilakukan pada dua kondisi habitat yaitu kawasan blok hutan Bukit Tangah Pulau (hutan sekunder dan hutan bekas