• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP KAPASITAS KORIDOR AMPANG SEBAGAI JALUR EVAKUASI (Jalan.Alai Timur-Jalan Ampang Raya-Jalan Kampung Kalawi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP KAPASITAS KORIDOR AMPANG SEBAGAI JALUR EVAKUASI (Jalan.Alai Timur-Jalan Ampang Raya-Jalan Kampung Kalawi)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

IDENTIFIKASI PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP KAPASITAS KORIDOR AMPANG SEBAGAI JALUR EVAKUASI

(Jalan.Alai Timur-Jalan Ampang Raya-Jalan Kampung Kalawi)

Yogi Prima Satria1), Tomi Eriawan2), Lasti Yossi Hastini3)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Padang

E-mail : yprimastria@yahoo.com, tomi_slingka@ymail.com, lastiyossi@yahoo.com

Abstrak

Tujuan studi dari penelitian ini adalah menghasilkan identifikasi dampak guna lahan terhadap kapasitas Koridor Ampang sebagai jalur evakuasi. Koridor Ampang secara administrasi berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Kuranji. Dimana di Kecamatan Padang Utara adalah Kelurahan Alai Timur dan di Kecamatan Kuranji adalah kelurahan Ampang dan Kelurahan Alai Timur. Koridor Ampang berdasarkan Rencana Struktur Ruang Kota Padang dikembangkan sebagai Pusat Kota bagian Tengah yaitu Pusat Kota Lama yang difungsikan sebagai pelayanan ekonomi skala lokal, tetapi selain itu Koridor Ampang termasuk ke dalam pertumbuhan simpul baru di Kota Padang dikarenakan pembangunan Koridor Ampang diperuntukan sebagai jalur evakuasi bencana Tsunami. Potensi tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru yaitu perubahan guna lahan secara drastis yang mengakibatkan perubahan lingkungan, sosial, dan budaya. Perubahan guna lahan terhadap kapasitas Koridor Ampang sebagai jalur evakuasi dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi kebijakan terkait Koridor Ampang serta penyimpangan yang terjadi, identifikasi perubahan guna lahan dalam rentang tahun 2008-2014, identifikasi lalu lintas di Koridor ampang, identifikasi zona bencana Kota Padang, dayatampung Koridor Ampang terhadap penduduk, dan melihat perubahan guna lahan terhada bangikitan dan tarikan perjalanan di Koridor Ampang. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa sejak terjadinya perubahan guna lahan di Koridor Ampang pada tahun 2014 terjadi, maka bangkitan berubah secara signifikan dari 38.360 Trip/Hari pada tahun 2008 menjadi 61.690 Trip/hari di tahun 2014 dengan meganggap jumlah penduduk tetap atau tidak berpengaruh maka terjadi kenaikan bangkitan perjalaanan 2 kali lipat akibat perubahan guna lahan. Berdasarkan berbagai hasil analisis menunjukkan bahwa Koridor Ampang masih terdapat kekurangan seperti penyimpang pola ruang, perubahan guna lahan yang tidak sesuai, kinerja jalan yang buruk, daya tampung jalan tidak mecukupi dan bangkitan perjalanan yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akibat dari perubahan gunalahan menjadikan kapasitas Koridor Ampang sebagai jalur evakuasi tidak memadai.

(2)

2 IDENTIFICATION OF LAND USE CHANGES ON

CAPACITY AS THE CORRIDOR Ampang EVACUATION ROUTES (Jalan.Alai East-Raya Jalan Ampang-Jalan Kampung Kalawi) Yogi Prima Satria1), Tomi Eriawan2), Yossi Lasti Hastini3)

Department of Urban and Regional Planning, Technical Faculty of Civil and Planning Bung Hatta University, Padang

E-mail: yprimastria@yahoo.com, tomi_slingka@ymail.com, lastiyossi@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research study is to produce the identification of the impact of land use on the Corridor capacity Ampang as an evacuation route. Ampang corridor administratively located in two sub-districts of North Padang and the District Kuranji. Where in the District of North Padang Alai is the East Village and in the District Kuranji is Ampang village and the Village East Alai. Corridor Ampang based Structure Plan Space Padang city developed as Downtown Central part is center of the Old City which functioned as an economic service locally, but other than that corridor Ampang included in the growth of the new node in Padang because of the construction of the corridor Ampang intended as an evacuation route Tsunami , This potential can lead to new problems, namely a drastic change in land use that result in changes in environmental, social, and cultural. Changes in land use of the Corridor capacity Ampang as an evacuation route can be determined by identifying the related policies Corridor Ampang and aberrations that occur, the identification of changes in land use in the range of 2008-2014, the identification of traffic in Corridor Ampang, the identification of the disaster zone of the city of Padang, capacity Ampang corridor of the population, and to see the changes in land use to the generation and pull Ampang travel in the corridor. So that research results showed that since the change of land use in the corridor Ampang in 2014 occurred, then the resurrection changed significantly from 38 360 Trip / day in 2008 to 61 690 Trip / day in 2014 to consider the number of permanent residents or have no effect then there is an increase trip generation 2-fold due to changes in land use. Based on the various results of the analysis show that there is still a shortage Corridor Ampang like perverts space patterns, changes in land use that is not appropriate, poor road performance, capacity roads are not supplicants and trip generation is high. It concluded that as a result of changes in land use make the Corridor capacity Ampang as inadequate evacuation path.

(3)

3

PENDAHULUAN

Cikal bakal pertumbuhan perdagangan salah satunya didorong dengan faktor kawasan yang mendukung seperti halnya kawasan studi yang berada di koridor Ampang. Potensi yang dimiliki kawasan studi mendorong perubahan guna lahan menjadi kawasan komersial.

Kawasan studi berada di Koridor Ampang dimana berdasarkan batasan administrasi kawasan studi terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Kuranji. Kecamatan Padang Utara adalah Kelurahan Alai Timur dan di Kecamatan Kuranji adalah kelurahan Ampang dan Kelurahan Alai Timur.

Pada tahun 2009 sebelum terjadinya gempa koridor ampang adalah jalan alternatif penghubung antara jalan alai - by pass dengan lebar jalan adalah 6m. Kawasan Koridor Ampang ini pada tahun 2009 berfungsi sebagai kawasan permukiman yaitu dari simpang Alai sampai simpang Kalawi sementara dari simpang Kalawi ke simpang Bypass adalah kawasan perdagangan dan jasa. Volume kendaraan dari simpang Alai – Simpang Kalawi tidak terlalu padat, kepadatan lalu lintas yang terjadi dari simpang Kalawi – Simpang Bypass karena pusat kegiatan lebih banyak di kawasan tersebut.

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang di RTRW Kota Padang Tahun 2010 – 2030 Koridor Ampang termasuk kedalam Pusat Kota bagian tengah yaitu Pusat Kota Lama (Kecamatan Padang Utara.) Dimana dalam rencana jangka panjang Kawasan Pusat Lama ini akan difungsikan untuk pelayanan ekonomi skala kota. Berdasarkan perkembangan Kota Padang setelah terjadi bencana gempa bumi tahun 2009 dalam RTRW tersebut diarahkan pemerataan pengembangan kota serta pengendalian pergerakan kota ke arah utara, timur dan selatan.

Potensi kawasan studi Koridor Ampang adalah termasuk salah satu pertumbuhan simpul baru di Kota Padang dikarekan pembangunan Koridor Ampang diperuntukan sebagai jalur evakuasi bencana Tsunami, secara langsung berdampak pada arus pergerakan barang maupun penumpang di kawasan ini. Pembangunan infrastruktur jalan dengan kualitas baik dan lebar mencapai 12 meter menjadi daya tarik pertumbuhan ekonomi di sepanjang kawasan koridor ini. Selain itu akan memicu timbul permasalahan seperti alih guna lahan secara drastis yang mengakibatkan perubahan lingkungan, sosial, dan budaya. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi perubahan guna

(4)

4 lahan terhadap kapasitas Koridor Ampang

sebagai jalur evakuasi.

METODE PENELITIAN

a) Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder.

a. Survey primer

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan guna melihat kondisi eksisting perubahan lahan di Koridor Ampang. b. Survey sekunder

Pengumpulan data dengan metode survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data dari instansi terkait atau dapat berupa studi literatur dan standar-standar.

b) Metode Analisis

1. Analisis kebijakan adalah melihat arahan rencana tata ruang terhadap kajian studi yaitu dalam hal ini adalah identifikasi dampak perubahan guna lahan di Koridor Ampang terhadap fungsinya sebagai jalur evakuasi.

2. Analisis perubahan guna lahan di Koridor Ampang tahun 2008 – 2014. Analisis perubahan guna lahan di kawasan studi adalah untuk melihat guna lahan apa saja yang ada di kawasan studi, dilakukan dengan cara meninjau

langsung kawasan studi dengan menggunakan Peta Citra Tahun 2014. Hasil tinjauan lapangan ini adalah berupa sebaran-sebaran yang menunjukan guna lahan. Dan melihat kondisi guna lahan tahun 2008 melalui Peta Citra tahun 2008, serta mengelompokan kawasan sesuai guna lahan berdasarkan RTRW Kota Padang Tahun 2008 – 2028. Kemudian mengoverlay hasil dari kedua peta tersebut sehingga tampak perubahan guna lahan atau perkembangan yang terjadi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.

3. Analisis Kondisi Lalu Lintas.

Analisis ini merupakan hasil dari survey lapangan dan pengolahan data seperti titik kemacetan, hambatan samping, volume dan kapasitas rasio. Kemudian hasil dari analisis ini terlihat daerah mana saja yang menimbulkan masalah atau sebagai penghambat jalur evakuasi di Koridor Ampang ini.

4. Mengidentifikasi zonasi kawasan rawan bencana. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mengoverlay peta zonasi rawan bencana dengan peta lokasi kawasan studi sehingga dapat di tetapkan kawasan studi sebagai kawasan aman bencana atau siaga bencana dan

(5)

5 mengidentifikasi penduduk yang akan

melewati jalur Koridor Ampang.

5. Menganalisisi Daya Tampung Jalan Terhadap Penduduk

Analisis Daya tampung jalan terhadap penduduk dilakukan untuk menentukan ketersediaan jalan dengan ruang gerak penduduk yang akan melewati jalur evakuasi Koridor Ampang

6. Menganalisis Perubahan Guna Lahan Terhadap Bangkitan Perjalanan

Analisis perubahan gunalahan terhadap bangkitan perjalanan ini dilakukan dengan cara melihat bangkitan perjalanan terhadap guna lahan kawasan terbangun dengan mengunakan proyeksi penduduk 5 tahun kedepan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebijakan

Penilaian yang dilakukan pada Koridor Ampang berdasarkan kebijakan RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030 telah sesuai dimana dinyatakan sebagai jalur evakusi bencana tsunami sektor IV dengan peruntukan pola ruang yang telah di tetapkan adalah sebagian besar perumahan mencapai 27,64 Ha atau sebesar 77,11 % dan pola ruang perdagangan dan jasa yang memiliki luas 8,12 Ha yang terletak mendekati Jalan By.Pass. dari hasil analisis kebijakan ini

diperoleh temuan berupa penyimpangan pola ruang RTRW Kota Padang dengan Gunalahan eksisting yaitu terdapat penyimpangan pola ruang yang seharusnya adalah zona perumahan tetapi dilapangan telah berubah menjadi perdagangan dan jasa. Penyimpangan untuk perdagangan dan jasa adalah 5,629 Ha sedangkan penyimpangan sarana adalah 0,39 Ha.

Analisis Perubahan guna Lahan di Koridor Ampang Tahun 2008 dan Tahun 2014

Analisis perubahan guna lahan di Koridor Ampang dilihat dari tahun 2008 dan 2014 bertujuan untuk melihat perkembangan guna lahan yang terjadi dalam jangka waktu 6 tahun. Pengambilan tahun 2008 dengan alasan sebelum terjadinya gempa bumi tahun 2009 karena Koridor Ampang dijadikan jalur evakuasi setelah terjadi gempa bumi tersebut. Dan pengambilan tahun 2014 dengan alasan untuk melihat perkembangan eksisting. Analisis perubahan guna lahan Kawasan Koridor Ampang diperoleh dari hasil perbandingan gunalahan tahun 2008 dengan gunalahan tahun 2014. Melalui analisis ini diharapkan dapat diketahui sebaran dan luas perubahan guna lahan di kawasan studi.

(6)

6

Tabel 1

Perubahan Penggunaan Lahan

di Kawasan Koridor Ampang Tahun 2008-2014

No Penggunaan Lahan

Luas (Ha) Luas Perubahan (Ha) Keterangan 2008 2014 1 Sawah 1,7 1,70 0 Tetap 2 Perkebunan 0,29 2,25 1,96 Bertambah 3 Pendidikan 0 0,09 0,09 Bertambah 4 Peribadatan 0 0,39 0,39 Bertambah 5 Perdagangan dan Jasa 0 13,75 13,75 Bertambah 6 Peruntukan Lain 2,71 4,94 2,23 Bertambah 7 Perumahan 31,14 12,72 18,42 Berkurang Jumlah 35,84 35,84 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Berdasarkan perubahan gunalahan dari tahun 2008–2014 terdapat temuan perubahan lahan yang sangat signifikan yaitu perubahan lahan dari perumahan menjadi perdagangan dan jasa, Perkembangan ini menyimpang dari arahan pola ruang yang seharusnya yaitu di Koridor Ampang sebagai zona perumahan.

Analisis Lalu Lintas di Koridor Ampang

Berdasarkan lalu lintas diperoleh hasil bahwa Koridor Ampang dibagi menjadi dua ruas yaitu ruas 1 mencakup Jalan Ampang Raya dan Alai Timur sedangkan pada ruang II mencakup Jalan Kampung Kalawi, berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui pada ruas I kinerja jalannya paling buruk terdapat pada pukul 17.00-18.00 WIB dengan nilai visi rasio 0,94 yang artinya tingkat pelayanannya termasuk kedalam katagori E (sangat buruk), Sedangkan pada rasio ruas II pada waktu yang sama mempunyai nilai v/c 0,6yang artinya tingkat

pelayanannya termask kedalam kategori A (baik).

Identifikasi Zonasi Rawan Bencana di Koridor Ampang.

Identifikasi zonasi rawan bencana dilakukan dengan cara mengoverlay peta zonasi rawan bencana dengan peta lokasi kawasan studi. Peta zonasi rawan bencana diperoleh dari RTRW Kota Padang yaitu rencana pengembangan jalur evakuasi Kota Padang. Berdasarkan zonasi rawan bencana tersebut diketahui bahwa rencana pengembangan jalur evakusi Kota Padang terdiri dari 6 sektor, dan Kawasan Koridor Ampang berada di sektor 4.

Berdasarkan identifikasi rawan bencana yang telah dilakukan diketahui bahwa Koridor Ampang akan di lewati 10 kelurahan dengan jumlah penduduk 76.038 jiwa. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kapasitas daya tampung jalan Koridor Ampang sebagai jalur evakuasi.

Analisis Daya Tampung Jalan Terhadap Penduduk

Analisis Daya tampung jalan terhadap penduduk dilakukan untuk menentukan ketersediaan jalan dengan ruang gerak penduduk yang akan melewati jalur evakuasi Koridor Ampang menurut sektor IV.

(7)

7  Daya tampung jalan eksisting

Diketahui bahwa luas jalan Koridor Ampang adalah 3,93 Ha atau 39.300 m2. Dan jumlah penduduk yang akan melewati jalur evakuasi Koridor Ampang adalah 76.038 jiwa. Diperoleh perbandingan kapasitas jalan terhadap penduduk yang akan melewati jalur Koridor Ampang adalah 2 jiwa/m2, artinya karena setiap 1 m2 ruang jalan akan terdapat 2 jiwa.

 Daya tampung jalan berdasarkan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03 Tahun 2004 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Kawasan Perkotaan standar jalur pejalan kaki di jalan Arteri Sekunder adalah 1,8 meter. Sehingga diperoleh daya tampung jalan berdasarkan standar adalah untuk setiap 2 jiwa membutuhkan 3,6 m2.

Kesimpulan berdasarkan analisis daya tampung jalan di Kawasan Koridor Ampang tidak dapat menampung ketersediaan ruang gerak untuk jumlah penduduk yang berada di sektor IV (empat), karena hasil dari perhitungan kapasitas daya tampung jalan melebihi standar yang telah tetapkan.

Analisis Perubahan Guna lahan Terhadap Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

Analisis perubahan gunalahan terhadap bangkitan perjalanan di Koridor Ampang dilakukan dengan melihat kecenderungan perubahan gunalahan yaitu diketahui perubahan bangkitan perjalanan dari tahun 2008 dengan 2014. Analisis ini dilakukan agar kita dapat melihat bangkitan perjalanan berdasarkan perubahan guna lahan.

Berikut ini adalah perhitungan bangkitan perjalanan dengan menggunakan Metode Regresi , untuk lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut:

Dimana : Y = A + Bx

Keterangan: Y = variabel terikat ( produksi perjalanan) A = konstanta (angka yang akan dicari)

B =koefisien regresi (angka yang harus di cari)

x = variabel bebas (faktor-faktor yang berpengaruh)

A. Bangkitan Perjalanan

Peramalan bangkitan perjalanan melalui metode regresinya melalui SPSS menghasilkan :

Y = 302,944 – 1,304 X1 + 0,008 X2

Dari persamaan dapat di simpulkan bahwa tingkat korelasi Y (bangkitan perjalanan) dan X1 (guna lahan 2008) berkorelasi negatif (-) di karenakan nilai X1 minus (-) sedangkan jumlah penduduk (X2) berkorelasi positif terhadap bangkitan perjalanan (+).

(8)

8

Tabel 2

Perbandingan Bangkitan Perjalanan

berdasarkan Guna Lahan Tahun 2008 dengan Tahun 2014

No Guna Lahan 2008 Bangkitan Perjalanan 2008 (Trip) Bangkitan Perjalanan 2014 (Trip) berdasarkan Jumlah Penduduk 2008 Bangkitan Perjalanan 2014 (Trip) berdasarkan Jumlah Penduduk 2014 1 Perumahan 2.565 1.541 3.295 2 Fasilitas Umum - 107 297 3 Perdagangan dan Jasa - 346 463

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS di Microsoft Excel

B. Tarikan Perjalanan

Menghitung ramalan Tarikan Perjalanan pada kondisi guna lahan 2014 , Caranya sama dengan langkah-langkah untuk mencari bangkitan.Namun untuk tarikan perjalanan masukkan data guna lahan pada tahun 2014 dan jumlah penduduk pada tahun 2008 untuk melihat tarikan pada tahun 2008 dan jumlah penduduk 2014 yang berguna untuk membandingkan tarikan di model trip rate .

Diperoleh persamaan regresi untuk tarikan perjalanan :

Y = 394,325 + 1,754 X1 + X2

Dari persamaan dapat di simpulkan bahwa tingkat korelasi Y (bangkitan perjalanan) dan

X1 (guna lahan 2014) berkorelasi positif (+) di karenakan nilai X1 plus (+) dan jumlah penduduk (X2) berkorelasi positif terhadap bangkitan perjalanan (+).

Tabel 3

Perbandingan Tarikan Perjalanan berdasarkan Guna Lahan Tahun 2008 dengan Tahun 2014

No Guna Lahan 2008 Tarikan Perjalanan 2008 (Trip) Tarikan Perjalanan 2014 dengan jumlah penduduk 2014 (Trip) Tarikan Perjalanan 2014 dengan jumlah penduduk 2008 ( Trip) 1 Perumahan 35.795 25.853 21.187 2 Fasilitas Umum - 15.832 9.875 3 Perdagangan dan Jasa - 43.855 28.634

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS di Microsoft Excel

Jadi sejak perubahan guna lahan di Koridor Ampang pada tahun 2014 terjadi, maka bangkitan berubah secara signifikan dari 38.360 Trip/Hari pada tahun 2008 menjadi 61.690 Trip/hari di tahun 2014 dengan meganggap jumlah penduduk tetap atau tidak berpengaruh maka terjadi kenaikan bangkitan perjalaanan 2 kali lipat akibat perubahan guna lahan.

(9)

9

Sumber: hasil analisis, 2015

KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai hasil analisis menunjukkan bahwa Kapasitas Koridor Ampang masih terdapat kekurangan seperti penyimpang pola ruang, perubahan guna lahan yang tidak sesuai, kinerja jalan yang buruk, daya tampung jalan tidak mecukupi dan bangkitan perjalanan yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akibat dari perubahan gunalahan menjadikan kapasitas Koridor Ampang sebagai jalur evakuasi tidak memadai.

DAFTAR PUSTAKA

- Miro, Fidel. 2004.Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa Perencana dan Praktisi

- Miro, Fidel.2005. Dasar – Dasar Rekaya Transportasi Jilid I

- Mukhtirili.2003. Pola Penggunaan Lahan Perdagangan dan Permukiman Kota Pekanbaru.

- Saputra,Chandra Eka.2004.Kajian Perubahan Penggunaan Lahan di

Pusat Kota Pariaman (Kecamatan Pariaman)

- Marpaung, Panahatan.2005.Analisis Hambatan Samping Sebagai Akibat Penggunaan Lahan Sekitarnya Terhadap Kinerja Jalan Juanda di Kota Bekasi.

- Kelompok Kerja Perencanaan

Evakuasi Kelurahan

Kuta.2010.Rencana Evakuasi Tsunami Untuk Kelurahan Kuta,Bali.

- Perkuliahan Statistik : Chairudin,MSc

Tabel 4

Perkembangan Bangkitan dan Tarikan Akibat Perubahan Guna Lahan Dengan Memakai Jumlah Penduduk yang pada tahun 2014

Tahun Kegiatan Pemanfaatan Lahan luas guna lahan (m2) Satuan trip rate* Tarikan (Trip) Produksi (Trip)

Trip Rate (Trip/m2)

Sub Total Total Masuk Keluar 2008 Perumahan 311.400 smp/100m2 35.795 2.565 0.03 0.08 38.360 38.360 Trip/Hari 2014 Perumahan 127.200 smp/100m2 25.853 3.295 1.82 3.08 29.148 109.595 Trip/Hari Fasilitas Umum 4800 smp/100m2 35.832 297 1.26 0.27 36.129 Perdagangan dan Jasa 137.500 smp/100m 2 43.855 463 2,08 0,03 44.318

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum efektivitas sekolah mencakup tujuh dimensi yaitu: (1) Tujuan dinyatakan dengan jelas, (2) Kepemimpinan pendidikan yang kuat, (3) Ekspektasi

Sesuai dengan hasil penelitian, diketahui bahwa sumber daya manusia termasuk dalam faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai pada kantor Dinas Pendidikan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan model summary diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel bebas ( Personal Selling) terhadap variabel terikat

Salah satu ciri utama daerah mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya dengan

Berdasarkan hasil dari perancangan, maka dilakukan pengujian secara kualitatif kepada pihak Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kab.Nabire dalam hal ini

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,b, dan c, perlu ditetapkan peraturan menteri dan koperasi dan usaha kecil dan menengah tentang program bantuan dana

Pengusaha yang memiliki nilai-nilai pribadi kewirausahaan dan menerapkan strategi proaktif dalam bisnisnya tidak serta merta memiliki kinerja perusahaan yang lebih tinggi