• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20182019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20182019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Antonia Handhita Puspitarini 141414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Antonia Handhita Puspitarini 141414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

tanggal, 15 Januari 2019 SKRIPSI

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN

AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS

Disusun oleh:

Antonia Handhita Puspitarini

141414046

(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka

terlaksanalah segala rencanamu.” ~ Amsal 16 : 3

Puji syukur kepada Tuhan, dengan ini skripsi saya

persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus, kedua orangtuaku Bapak Yohanes

Sujihandana dan Ibu Linda Diah Pitaloka yang selalu

mendukung dan memberikan motivasi, serta

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Januari 2019 Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Antonia Handhita Puspitarini

NIM : 141414046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 18 Januari 2019

Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Antonia Handhita Puspitarini, 2019. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya Remediasi Bagi Siswa Kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019 Pada Materi Koordinat Kartesius. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesalahan-kasalahan yang dilakukan siswa ketika mengerjakan soal koordinat kartesius, (2) mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa, dan (3) mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran remedial yang dilaksanakan dalam membantu mengatasi kesulitan belajar siswa ketika mengerjakan soal koordinat kartesius.

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes awal yang berfungsi juga sebagai tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius, wawancara siswa dan guru untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar, lalu tes remedial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran remedial yang dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa (1) kesalahan yang dialami siswa terletak pada kesalahan dalam memahami materi koordinat kartesius, karena kurangnya pemahaman konsep pada materi koordinat kartesius, (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurangnya penguasaan terhadap materi. Faktor eksternal yaitu suasana belajar di sekolah maupun di rumah yang kurang mendukung, dan (3) Pembelajaran remedial yang dilakukan dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa, ditandai dengan adanya penurunan kesalahan siswa serta adanya peningkatan hasil belajar pada materi koordinat kartesius setelah diadakannya pembelajaran remedial. Hal ini dapat terlihat dari perbandingan hasil tes awal dan hasil tes remedial.

(9)

viii

ABSTRACT

Antonia Handhita Puspitarini. 2019. Diagnosis on Learning Difficulties and Remediation Efforts for Students of Class VIII C BOPKRI 3 Yogyakarta Junior High School Academic Year 2018/2019 in The Topic of Cartesian Coordinate. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research aimed (1) to know students mistakes in doing test about Cartesian coordinate, (2) to know the factors of students difficulties in learning, and (3) to know how remedial learning helps the students to overcome the learning difficulties in doing test about Cartesian coordinate.

This research was conducted by giving a preliminary test that also functions as a diagnostic test to determine student learning difficulties in working on the Cartesian coordinate questions, interviewing students and teachers to find out the factors of students difficulties learning, then remedial tests used to determine the effect of remedial learning carried out in overcoming student learning difficulties.

Based on the results of the study, it was found that (1) the errors experienced by students lay in errors in understanding the Cartesian coordinate material, due to a lack of conceptual understanding of the Cartesian coordinate material, (2) the factors causing student difficulties include internal factors, lack of preparation, lack of motivation learning, lack of mastery of material. External factors, namely the learning atmosphere at school and at home that is not supportive, and (3) Remedial learning conducted by the question and answer method can help overcome the difficulties experienced by students, marked by a decrease in student errors and an increase in learning outcomes in the material Cartesian coordinate after the holding of remedial learning. This can be seen from the comparison of the results of the initial tests and remedial test results.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya

Remediasi Bagi Siswa Kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran

2018/2019 Pada Materi Koordinat Kartesius.” Pembuatan skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Selama penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis

alami. Namun, tentunya banyak pihak yang telah membantu dan membimbing

penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan juga selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini.

4. Ibu Atun Pratiwi, M.PdK selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang

(11)

x

5. Ibu Dra. Adjeng Prihatanti Siwi selaku Guru Bidang Studi Matematika SMP

BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu dalam melaksanakan

penelitian.

6. Siswa – siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2018/2019 yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orang tuaku, Yohanes Sujihandana dan Linda Diah Pitaloka serta

seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan

dorongan kepada penulis.

8. Sahabat – sahabatku Nadia, Elen, Siwi, Ambar, Raras, dan Geima yang sudah

memberikan makna persahabatan serta semangat dan kebersamaannya selama

ini.

9. Seluruh teman – teman Pendidikan Matematika angkatan 2014 yang telah

berjuang bersama selama ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang

telah berperan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Yogyakarta, 18 Januari 2019

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Pembatasan Masalah ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Belajar ... 7

B. Belajar Tuntas ... 8

C. Kesulitan Belajar ... 9

1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 9

2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 10

D. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 11

(13)

xii

F. Pembelajaran Remedial ... 20

G. Kategori Jenis Kesalahan ... 22

H. Kerangka Berpikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 25

C. Objek dan Subjek Penelitian ... 25

D. Metode Pengumpulan Data ... 26

1. Metode Tes ... 26

2. Metode Wawancara ... 26

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

1. Tes Awal ... 27

2. Tes Remedial ... 28

3. Wawancara ... 28

F. Validitas dan Reliabilitas ... 29

G. Teknik Analisis Data ... 32

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Pelaksanaan Penelitian ... 35

B. Hasil Analisis Data ... 37

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 39

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Uji Coba ...72

Lampiran 2. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ...74

Lampiran 3. Rekap Jawaban Siswa Kelas VIII B Dalam Soal Uji Coba ...77

Lampiran 4. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ...78

Lampiran 5. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar ...86

Lampiran 6. Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Menggunakan SPSS ...92

Lampiran 7. Soal Tes Diagnostik ...94

Lampiran 8. Lembar Jawaban Tes Diagnostik ...96

Lampiran 9. Soal Tes Remedial ...115

Lampiran 10.Kunci Jawaban Soal Tes Remedial ...117

Lampiran 11.Lembar Jawaban Tes Remedial ...122

Lampiran 12.Pedoman Wawancara ...136

Lampiran 13.Transkrip Wawancara Guru ...137

Lampiran 14.Transkrip Wawancara Siswa ...138

Lampiran 15.Lembar validasi dosen ...147

Lampiran 16.Lembar validasi guru ...151

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jarak Titik Terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y ... 18

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal ... 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Remedial ... 28

Tabel 3.3 Tabel Tingkat Korelasi... 30

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 32

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 35

Tabel 4.2 Validitas Uji Coba Soal... 36

Tabel 4.3 Nilai Tes Awal Kelas VIII C ... 38

Tabel 4.4 Nilai Tes Remedial Kelas VIII C ... 39

Tabel 4.5 Ketuntasan Tes Awal Kelas VIII C... 40

Tabel 4.6 Daftar Nilai Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar ... 41

Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Belajar Siswa pada Materi Koordinat Kartesius ... 42

Tabel 4.8 Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal... 56

Tabel 4.9 Rekapitulasi Kesalahan Yang Dilakukan Siswa ... 57

Tabel 4.10 Skor dan Nilai Tes Remedial Siswa Kelas VIII C ... 61

Tabel 4.11 Kesulitan Siswa Pada Tes Diagnostik dan Tes Remedial ... 62

Tabel 4.12 Nilai Tes Diagnostik dan Tes Remedial Kelas VIII C ... 64

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Koordinat Kartesius... 17

Gambar 2.2 Koordinat Titik-Titik pada Koordinat Kartesius ... 18

Gambar 2.3 Absis dan Ordinat ... 19

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

mengandung banyak konsep-konsep abstrak dan menggunakan pola pikir

deduktif dalam mempelajarinya artinya suatu teori matematika dapat diterima

kebenarannya apabila telah dibuktikan secara umum, sehingga matematika

dinilai sebagai mata pelajaran yang tidak mudah untuk dipelajari oleh peserta

didik di sekolah. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan

wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan

tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua aspek

kehidupan. Materi matematika yang dipelajari sifatnya berkesinambungan,

dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari di sekolah dasar akan

digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas.

Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan pengetahuan matematis

yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat menguasai setiap pokok materi

pembelajaran matematika dengan baik, supaya jenjang-jenjang selanjutnya

siswa tidak mengalami kesulitan.

Namun dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran

matematika tidak jarang terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam

menguasai materi, meskipun begitu ada juga siswa yang bisa menguasai

(18)

banyak hal, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa sendiri. Faktor

dari dalam diri siswa misalnya, intelegensi, kelemahan fisik, gangguan yang

bersifat emosional, sifat dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan

pelajaran-pelajaran tertentu. Sedangkan faktor dari luar antara lain, proses

belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisipatif, beban

belajar yang terlalu berat, metode mengajar yang kurang memadai, kurangnya

alat dan sumber belajar, serta situasi rumah yang kurang mendorong untuk

melakukan aktivitas belajar. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa, guru

perlu mendiagnosa kesulitan yang dialami oleh siswa.

Beberapa materi pada pelajaran matematika yang dianggap sulit salah

satunya adalah materi mengenai sistem koordinat kartesius. Sistem koordinat

kartesius adalah suatu sistem untuk menentukan posisi titik atau benda dalam

bidang koordinat menggunakan dua bilangan yang dinyatakan sebagai

pasangan terurut (𝑥, 𝑦). Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam

materi ini adalah menjelaskan kedudukan titik dalam bidang koordinat

kartesius yang dihubungkan dengan masalah kontekstual. Dengan

diberikannya materi ini, diharapkan siswa mampu untuk dapat menguasainya,

antara lain memahami konsep dan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan

masalah yang ada pada materi koordinat kartesius.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII yang

mengajar di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang dilakukan dalam rangka untuk

mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika

(19)

siswa mengalami kesulitan, guru mengungkapkan bahwa kesalahan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal tersebut disebabkan karena siswa belum

memahami konsep. Dengan minimnya pemahaman siswa terhadap konsep

matematika menimbulkan kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan dapat

melakukan kesalahan dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

Kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dapat berbeda-beda sesuai dengan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah. Misalnya siswa diminta untuk

menentukan jarak terhadap sumbu-sumbu koordinat, seringkali siswa terbalik

dalam menentukan jarak terhadap sumbu-x dan sumbu-y, kemudian siswa

juga melakukan kesalahan dalam menentukan titik pada x dan

sumbu-y. Permasalahan lain yang ditemukan oleh guru adalah kurangnya keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Ada beberapa siswa yang

belum memahami materi tetapi tidak mau bertanya ke guru maupun ke teman

sehingga siswa mengalami kesulitan.

Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis hendak melakukan

penelitian dan menerapkan pembelajaran remedial kepada siswa-siswa sekolah

menengah pertama yang mengalami kesulitan belajar matematika khususnya

pada materi koordinat kartesius yang kemudian ditindak lanjuti dengan upaya

remedial. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya Remediasi Bagi Siswa Kelas

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa ketika mengerjakan soal

koordinat kartesius?

2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika

materi koordinat kartesius?

3. Apakah pengajaran remedial dapat membantu mengatasi kesulitan

belajar matematika pada materi koordinat kartesius yang dialami

subjek?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa ketika

mengerjakan soal koordinat kartesius.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar

matematika materi koordinat kartesius.

3. Mengetahui apakah pengajaran remedial dapat membantu mengatasi

kesulitan belajar matematika pada materi koordinat kartesius yang

dialami subjek.

D. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan kesulitan

belajar matematika dalam mengerjakan soal mengenai materi koordinat

(21)

kesulitan belajar tersebut. Setelah kesulitan belajar diidentifikasi, peneliti

menyusun upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan

melaksanakan pembelajaran remedial.

E. Batasan Istilah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi istilah-istilah sebagai berikut:

1. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan

dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang

tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya kurang berhasil dalam

mencapai tujuan belajar.

2. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah upaya untuk menemukan kelemahan

yang dialami oleh siswa dalam belajar dan menemukan faktor-faktor

penyebabnya baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa

(Entang, 1984 : 10)

3. Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial adalah upaya pendidik dalam membantu siswa

yang mendapat kesulitan dalam belajar dan mengerjakan soal-soal

yang kemudian diarahkan pada pencapaian hasil yang optimal sesuai

dengan kemampuan masing-masing siswa (Entang, 1984 : 11).

Berdasarkan istilah-istilah yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

(22)

menentukan kesulitan belajar siswa, mencari faktor-faktor penyebabnya, serta

meremediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

tahun ajaran 2018/2019 pada materi koordinat kartesius.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar

terutama pada materi koordinat kartesius.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa dan dapat digunakan juga ketika mengadakan

diagnosis dan remediasi.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika

kelak menjadi guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku manusia

yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif (Syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan

kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar

tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang

dikemukakan oleh Witing, yaitu: (a) tahap acquisition, yaitu tahapan

perolehan informasi; (b) tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi.

Menurut James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi dan Widodo

Supriyono (2013 : 126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Menurut Burton dalam Evelin Siregar dan Hartini Nara (2010 : 4) belajar

adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannnya.

Dari ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

(24)

B. Belajar Tuntas

Belajar tuntas merupakan salah satu inovasi pendidikan yang bertujuan

untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa guna mencapai

ketuntasan dalam belajar (Ischak dan Warji, 1987 : 6). Biasanya tiap jenis

mata pelajaran menetapkan tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan

persepsi terhadap tingkat kesukaran mata pelajaran tersebut. dalam konsep

KTSP kriteria ini disebut sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Prinsip-prinsip belajar tuntas yang harus dilaksanakan guru, antara lain

(Suyono dan Hariyanto, 2011 : 133) :

1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang

normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan.

2. Guru menyusun strategi pembelajaran tuntas dimulai dengan

menetapkan tujuan-tujuan khusus (dalam KTSP adalah

indikator-indikator dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan SK dan

KD) yang hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga harus

menetapkan KKM yang harus dicapai siswa.

3. Guru memperinci bahan ajar menjadi satuan-satuan pembelajaran

yang mendukung tujuan khusus tersebut.

4. Selain bahan ajar untuk kegiatan belajar utama, juga disusun

bahan ajar untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan.

Tujuan ditetapkannya prinsip belajar tuntas adalah agar standar

(25)

dicapai dapat tercapai secara optimal. Dengan prinsip belajar tuntas ini,

maka (1) nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat

ditingkatkan; (2) jarak antara siswa yang cepat belajar dan lambat belajar

semakin pendek.

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor

inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga

disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi (Abu Ahmadi dan Widodo

Supriyono, 2013 : 77).

Tidak hanya anak-anak yang hasil belajarnya jelas di bawah

teman seusia-sekelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi

juga anak-anak yang dianggap mempunyai kemampuan tinggi (misalnya

intelegensinya tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesukaran

belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata-rata kelasnya dan

tidak dapat mencapai taraf kemampuannya sendiri yang telah didugakan

kepadanya (Koestoer Partodisastro dan Hadisuparto, 1984 : 48).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana siswa tidak dapat

belajar sebagaimana mestinya sehingga tidak mencapai hasil belajar

dengan baik, yang disebabkan karena adanya gangguan baik berasal dari

(26)

2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut Entang (1984 : 28), penyebab kesulitan belajar dapat

timbul dari dua hal, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa

itu sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh:

1) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi atau

kecakapan/bakat khusus yang dapat diktahui melalui tes tertentu.

2) Kelemahan fisik, pancaindra, syaraf, kecacatan atau karena sakit.

3) Gangguan yang bersift emosional.

4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan

pelajaran-pelajaran tertentu.

5) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang

dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang

menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor ini

meliputi:

1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang

siswa untuk aktif antisipatif.

2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

3) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi.

4) Beban belajar yang terlalu berat.

5) Metode mengajar yang kurang memadai.

(27)

7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.

8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan

aktivitas belajar.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar

siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi

(upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang

menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa

tersebut (Muhibbin Syah, 2003 : 186). Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar

siswa.

Menurut Entang (1984 : 10), diagnosis kesulitan belajar adalah upaya

untuk menemukan kelemahan yang dialami oleh siswa dalam belajar dengan

cara yang sistematis yang berdasarkan gejala yang nampak yang kemudian

diarahkan dalam menemukan letak kesulitan siswa dan berusaha untuk

menemukan faktor penyebabnya baik yang mungkin terletak pada diri siswa

itu sendiri atau yang berasal dari luar diri siswa yang bersangkutan.

Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan

belajar menurut Entang (1984 : 19-30) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi

(28)

siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan

mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun

yang sifatnya khusus dalam mata pelajaran tertentu, atau dengan teknik

meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik,

menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya,

memeriksa buku catatan pribadi, observasi pada saat proses belajar

mengajar, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial

psikologis yang terdapat pada para siswa.

2. Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan)

Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga

mengalami kesulitan belajar, maka persoalan selanjutnya yang perlu

ditelaah adalah :

a. Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah letak kesulitan

terjadi.

Dengan membandingkan angka nilai prestasi individu yang

bersangkutan dari bidang studi tertentu, sehingga akan ditemukan

pada bidang studi mana individu mengalami kesulitan.

b. Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakan

kesulitan itu terjadi.

Seperti dikatakan oleh Burton, bahwa pada langkah ini pendekatan

yang paling tepat (jika ada) adalah menggunakan tes diagnostik.

(29)

adalah tes prestasi belajar. Dengan demikian dalam keadaan belum

tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan

ini, maka analisa masih tetap dapat dilangsungkan dengan

menggunakan naskah jawaban ujian tengah semester atau akhir

semester.

c. Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu

terjadi.

d. Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi.

Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh dengan beberapa strategi

pendekatan, yaitu pelaksanaan pengumpulan informasi dalam

rangka mengidentifikasi kasus dan permasalahan ini dapat

dilakukan dengan cara evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif,

atau dengan desain pre-post-test dan dilakukan dengan tes

diagnostik.

3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami

berbagai kesulitan.

Pada garis besarnya penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal

yaitu :

a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri

siswa itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh :

1) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelogensi, atau

kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui

(30)

2) Kelemahan fisik, pancaindra, syaraf, kecacatan, karena

sakit dan sebagainya.

3) Gangguan yang bersifat emosional.

4) Sikap dan kebiasaan yang slaah dlaam mempelajari bahan

pelajaran-pelajaran tertentu.

5) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang

dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.

b. Faktor ekstrenal yaitu faktor yang datang dari luar yang

menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal

antara lain meliputi :

1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang

siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa

belajar secara aktif “student active learning”).

2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

3) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi.

4) Beban studi yang terlampau berat.

5) Metode mengajar yang kurang memadai.

6) Sering pindah sekolah.

7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar

mengajar.

8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan

(31)

Untuk mengenal semua faktor di atas dapat dipergunakan

berbagai cara dan alat, baik yang dapat oleh guru maupun yang telah

dikerjakan oleh orang lain yang tersedia di sekolah. Mungkin juga data

di atas dapat diperoleh dengan bantuan orang atau lembaga yang

mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sekolah. Cara dan alat

tersebut antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala sikap baik

yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat oleh guru,

inventory, wawancara dengan siswa yang bersangkutan, mengadakan

observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar kelas, wawancara

dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-temannya

bila dipandang perlu.

4. Perkiraan kemungkinan bantuan

Setelah menelaah mengenai letak kesulitan yang dialami siswa,

jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang

menyebabkannya, maka dapat diperkirakan :

a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi

kesulitannya atau tidak.

b. Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami

siswa tertentu.

c. Waktu dan tempat pertolongan tersebut dapat diberikan.

d. Orang yang memberikan pertolongan.

(32)

f. Yang harus diikut sertakan dalam menolong siswa tersebut.

5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya

Setelah memperkirakan bantuan yang akan diberikan langkah

selanjutnya adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa

alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi

kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya berisi:

a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan

yang dialami siswa tersebut.

b. Menjaga agar kesulitan yang serupa tidak terulang.

Ada baiknya jika rencana ini dapat didiskusikan dan

dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan

yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada

yang bersangkutan seperti penasehat akademis, guru, orangtua,

pembimbing penyuluh dan ahli lain.

6. Tindak lanjut (pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan)

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran

remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat

berupa:

a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial

(33)

b. Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen)

dalam memberikan bantuan kepada siswa yang sedang

melaksanakan kegiatan remedial.

c. Senantiasa mencek kemajuan siswa baik pemahaman mereka

terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek

tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat

diadakan revisi dan improvisasi.

d. Mentransfer atau mengirim (referal case) siswa yang menurut

perkiraan tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan

dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau guru BK di

sekolah. Transfer khusus semacam itu bisa dilakukan kepada orang

atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, dan

sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat

membantu siswa yang dihadapi.

E. Koordinat Kartesius

Koordinat Kartesius digunakan untuk menentukan posisi atau letak

titik pada suatu bidang datar, posisi tersebut ditentukan oleh dua buah garis

yang ditarik secara horizontal dan vertikal, dimana titik pusatnya berada pada

titik O (0,0) atau yang disebut sebagai titik asal.

(34)

Suatu titik A dapat dinyatakan sebagai pasangan terurut 𝐴(𝑥, 𝑦), jika

jarak 𝑥 merupakan jarak titik 𝐴 terhadap sumbu-𝑌 dan jarak 𝑦 merupakan

jarak titik 𝐴 terhadap sumbu-𝑋.

Gambar 2.2 Koordinat Titik-Titik pada Koordinat Kartesius

Dari gambar di atas dapat ditulis posisi titik – titik, sebagai berikut

Tabel 2.1 Jarak Titik Terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y No Koordinat titik Jarak ke sumbu-x Jarak ke sumbu-y

(35)

Absis adalah jarak tegak lurus suatu titik dari sumbu-y. Absis

merupakan unsur pertama dari pasangan terurut dari dua suku (𝑥. 𝑦) untuk

menunjukkan suatu titik pada sistem koordinat kartesius. Absis juga dikenal

sebagai koordinat "𝑥" suatu titik, yang ditunjukkan pada garis horizontal.

Ordinat adalah jarak tegak lurus suatu titik dari sumbu-x. Ordinat

merupakan unsur kedua dari pasangan terurut dua suku (𝑥. 𝑦) untuk

menunjukkan suatu titik pada sistem koordinat kartesius. Ordinat juga dikenal

sebagai koordinat "𝑦" suatu titik, yang ditunjukkan pada garis vertikal.

Gambar 2.3 Absis dan Ordinat

Pada gambar 2.3 menunjukkan letak sumbu-x dan sumbu-y serta

menunjukkan absis dan ordinat pada titik 𝐴(1,1). Pada gambar 2.3 juga dapat

dilihat titik potong kedua garis yang digunakan sebagai titik pusat 𝑂(0,0).

Bilangan positif ditempatkan pada sebelah kanan titik 𝑂 di atas titik 𝑂.

Sedangkan bilangan negatif ditempatkan pada sebelah kiri titik 𝑂 dan di

bawah titik 𝑂. Dua garis yang bersilangan itu disebut sumbu koordinat.

(36)

Karena kedua sumbu tegak lurus maka bidang 𝑥𝑦 terbagi menjadi

empat bagian yang disebut dengan kuadran.

Gambar 2.4 Empat Kuadran Bidang Koordinat

Kuadran I kedua koordinat bernilai positif (𝑥, 𝑦), kuadran II koordinat

x bernilai negatif dan koordinat y bernilai positif (−𝑥, 𝑦), kuadran III kedua

koordinat bernilai negatif (−𝑥, −𝑦), kuadran IV koordinat x bernilai positif

dan koordinat y bernilai negatif (𝑥, −𝑦).

F. Pembelajaran Remedial

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013 : 152-153)

pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat

menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pembelajaran yang

membuat menjadi baik. Menurut Entang (1984 : 11) pembelajaran remedial

adalah upaya pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam

belajar dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain sehingga

siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin

dan dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan.

𝑦

𝑥

Kuadran II Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV

(𝑥,𝑦) (−𝑥,𝑦)

(37)

Dengan demikian remedial diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal

sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses

belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.

Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan

diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi dengan

kegiatan diagnosis. Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan pengajaran

remedial, seorang guru dituntut untuk:

1. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.

Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran yang lebh

definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang dihadapinya,

kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor utama penyebab

kelemahan tersebut apakah masih bisa ditolong guru atau memerlukan

bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus diberikan, kapan, oleh

siapa, dan sebagainya.

2. Alternatif tindakan

Jika telah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang

memerlukan bantuan, barulah direncanakan alternatif tindakan sesuai

dengan karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini

bisa berupa:

a. Mengulangi bahan yang telah diberikan.

b. Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan

belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan

(38)

c. Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-mata

kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena hal lain

seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap negatif

terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan belajar yang

salah atau masalah lain dalam hubungan dengan orang tua, teman

sebaya, dan sebagainya.

3. Evaluasi pengajaran remedial

Pada akhir pengajaran remedial hendaknya dilakukan evaluasi kembali

sampai sejauh mana pengajaran remedial tersebut dapat meningkatkan

prestasi mereka.

G. Kategori Jenis Kesalahan

Hadar dkk (1987) mengklasifikasikan jenis kesalahan sebagai berikut:

1. Kesalahan data

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan

dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang

dikutip, seperti menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal,

mengabaikan data penting yang diberikan, salah menyalin soal.

2. Kesalahan menggunakan teorema, definisi, dan konsep

Jenis kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,

teorema atau definisi yang pokok, seperti tidak teliti atau tidak tepat dalam

penulisan definisi, rumus, atau teorema.

(39)

Jenis kesalahan ini berkaitan dengan kesalahan yang terjadi ketika

langkah yang ditempuh siswa benar namun hasil akhir yang diberikan

bukan penyelesaian dari soal tersebut.

4. Kesalahan menginterpretasikan bahasa

Jenis kesalahan ini dikarenakan siswa tidak memahami soal dan

mengartikan soal tersebut lain, sehingga tidak sesuai dengan soal.

H. Kerangka Berpikir

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena

merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti

halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus

diatasi sedini mungkin. Jika tidak, maka anak akan menghadapi banyak

masalah kaena hampir semua bidang studi memerlukan matematika. Terdapat

siswa yang mampu belajar matematika dengan baik, namun adapula siswa

yang mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami matematika.

Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar matematika dapat dilihat dari

nilai akademis yang diperolehnya jauh dibawah nilai standar atau kriteria yang

ditetapkan oleh sekolah, serta sulitnya siswa menguasai suatu materi

pembelajaran tersebut, sehingga gur perlu memberikan remedial untuk dapat

mengatasi kesulitan belajar tersebut dan diharapkan kesulitan belajar tersebut

(40)

Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang

dialami siswa, guru perlu melakukan kegiatan diagnosis, yaitu menemukan

letak dan penyebab kesulitan belajar kemudian merancang dan menentukan

langkah kegiatan remediasi yang sesuai yaitu upaya untuk mengatasi kesulitan

belajar yang dialami siswa. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah kegiatan diagnosis dan remedial yang dilakukan peneliti

dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika pada

(41)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif

dan kuantitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009 : 4),

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk

mendeskripsikan kesulitan belajar siswa dari kesalahan yang dilakukan oleh

siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius, serta dapat mengetahui

faktor penyebab kesulitan belajar dari hasil wawancara, sedangkan penelitian

kuantitatif digunakan dalam proses analisis data hasil belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pengambilan data ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran

2018/2019 pada bulan Juli-September. Tempat penelitian dilaksanakan di

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

C. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan belajar yang

dialami siswa dalam materi koordinat kartesius serta pembelajaran remedial

(42)

C di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebanyak 23 siswa yang sedang

menempuh pelajaran matematika pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan peneliti

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes yang berupa tes awal yang

juga sekaligus sebagai tes diagnostik, tes remedial, serta metode wawancara.

1. Metode Tes

a. Tes awal, tes ini juga sekaligus sebagai tes diagnostik yang

digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar siswa serta untuk

menentukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal-soal koordinat kartesius.

b. Tes remedial, digunakan untuk mengetahui apakah kesulitan belajar

siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius sudah teratasi

atau sebaliknya.

2. Metode Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

bagaimana cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal koordinat

kartesius. Pada penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada siswa

untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami oleh siswa dan mengapa

siswa bisa mengalami keulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal

koordinat kartesius. Wawancara ini ditujukan kepada siswa yang

(43)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan instrumen

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes Awal

Tes ini juga digunakan sebagai tes diagnostik. Tes ini digunakan

untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa pada materi

koordinat kartesius dengan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan

ketika mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi, serta

mengetahui subjek-subjek yang akan mengikuti proses remedial.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal Kompetensi Dasar Indikator

Pencapaian Kompetensi

(44)

2. Tes Remedial

Tes remedial dilaksanakan setelah pembelajaran remedial dan

ditujukan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Tes remedial ini

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran remedial yang

telah dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Remedial Kompetensi Dasar Indikator

Pencapaian Kompetensi

Materi Indikator Soal Nomor soal datar pada bidang koordinat

4

3. Wawancara

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara semiterstruktur,

yaitu wawancara dimana peneliti memiliki pedoman wawancara yang

telah tersusun namun dapat berkembang dalam pelaksanaannya di

(45)

besar permasalahan yang akan ditanyakan serta disusun dengan melihat

hasil analisis dari tes diagnostik yang sebelumnya telah dikerjakan siswa.

Wawancara ini ditujukan bagi siswa yang mengalami kesulitan dan

dilakukan secara bergantian. Proses wawancara ini dilakukan sebelum

siswa mengikuti pembelajaran remedial, hal itu dilakukan karena peneliti

ingin mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa yang

kemudian dapat dibantu melalui proses remediasi.

Hasil wawancara ini kemudian dibuat transkrip wawancara.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

a. Pengertian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut

mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang

tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki

kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999 : 65).

b. Cara menentukan validitas

Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor

yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor

totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total

dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas

(46)

memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999 :

78). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas instrument

adalah teknik korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut:

𝑟𝑋𝑌 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋). (∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2 }. {𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}

Keterangan:

𝑟𝑋𝑌 : koefisien validitas

∑ 𝑋 : jumlah skor dalam sebaran x (item skor per butir soal)

∑ 𝑌 : jumlah skor dalam sebaran y (item skor total)

∑ 𝑋𝑌 : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

∑ 𝑋2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑ 𝑌2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y

𝑁 : banyaknya subjek/sampel

Tabel 3.3 Tabel Tingkat Korelasi Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < 𝑟𝑋𝑌≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,60 Sedang 0,20 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,40 Rendah

(47)

2. Reliabilitas

a. Pengertian

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu

tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk

menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun

diujikan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes

adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan

konsisten hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf

ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabilitas tes berhubungan dengan

ketetapan hasil tes.

Reliabilitas tes dapat juga ditentukan dengan menggunakan

perhitungan Alpha Cronbach sebagai berikut:

𝑟11 = ((𝑛 − 1)) (1 −𝑛 ∑ 𝜎𝑖 2 𝜎𝑡2 )

Keterangan:

n : banyaknya butir soal

𝜎𝑖2 : jumlah varians skor tiap soal

𝜎𝑡2 : varians skor total

(48)

𝜎𝑖2 =

∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)2 𝑛 𝑛

Adapun tolak ukut untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,90 < 𝑟11≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < 𝑟11≤ 0,90 Tinggi 0,40 < 𝑟11≤ 0,70 Cukup 0,20 < 𝑟11≤ 0,40 Rendah

𝑟11≤ 0,20 Sangat rendah

G. Teknik Analisis Data

1. Tes Awal

Tes ini merupakan tes awal sekaligus tes diagnostik. Penilaian pada

setiap soal bernilai 10. Penilaian akhir dihitung dari:

Nilai akhir : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 × 100

Siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar jika nilai akhirnya

kurang dari nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 70.

Siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar kemudian diberi tes

remedial, yang sebelumnya dilakukan pembelajaran remedial terlebih

dahulu.

(49)

Tes remedial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari

pembelajaran remedial yang telah dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan

belajar yang dialami siswa.

3. Wawancara

Dari hasil wawancara ini dianalisis kesalahan-kesalahan apa saja

yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal koordinat kartesius, apa

penyebabnya dan mengapa siswa melakukan kesalahan dalam

menyelesaikan soal tersebut untuk kemudian dicari kesulitan apa saja yang

dialami siswa sehingga melakukan suatu kesalahan.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Berikut rencana kegiatan selama penelitian berlangsung:

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian di SMP BOPKRI

3 Yogyakarta kepada kepala sekolah.

b. Bertemu dengan guru yang bersangkutan untuk meminta ijin untuk

melakukan penelitian dan melakukan uji coba instrumen di kelas

lain yang diampu guru tersebut.

c. Peneliti dan guru menyesuaikan jadwal pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan dan Pengambilan Data

a. Peneliti melakukan uji coba soal tes awal untuk menguji validitas

dan reliabilitas soal. Uji coba soal dilakukan di kelas VIII B dengan

(50)

b. Melakukan uji validitas dan reliabilitas soal.

c. Peneliti melakukan validasi pakar yaitu validasi soal yang sudah

diperbaiki kepada guru dan dosen sebelum digunakan sebagai tes

awal.

d. Peneliti melakukan tes awal kepada siswa kelas VIII C dengan

jumlah siswa sebanyak 23 siswa untuk menentukan subjek

penelitian.

e. Peneliti melakukan wawancara dengan subjek.

f. Melakukan pengajaran remedial dan tes akhir kepada subjek.

3. Tahap Pengolahan Data

Dari data-data yang diperoleh selama penelitian, peneliti mengolah data

hingga diperoleh kesimpulan.

(51)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

Jadwal penelitian yang dilaksanakan peneliti dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Waktu Keterangan

1. Wawancara Guru

Senin, 6 Agustus 2018 - wawancara dengan guru matematika yang

Selasa, 14 Agustus 2018 - dilaksanakan di kelas VIII B dan waktu

Rabu, 15 Agustus 2018 - dilaksanakan di kelas VIII C dan waktu

Senin, 27 Agustus 2018 - dilaksanakan secara bergantian untuk subjek - bertempat di depan kelas

VIII C 5. Pembelajaran

Remedial

Rabu, 12 September 2018 - dilaksanakan di ruang kelas VIII C

- diikuti oleh subjek penelitian

6. Tes Remedial Rabu, 12 September 2018 - dilaksanakan di ruang kelas VIII C

(52)

Penelitian dimulai dengan uji coba tes awal, uji coba tes ini

dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Agustus 2018 di kelas VIII B. Uji coba tes

ini bertujuan untuk menguji soal agar soal layak untuk digunakan sebagai soal

tes awal. Soal uji coba ini berjumlah 4 soal yang berbentuk uraian. Soal ini

diberikan kepada siswa-siswa kelas VIII B yang berjumlah 23 siswa dengan

waktu pengerjaan 40 menit. Suasana kelas saat mengerjakan uji coba tes ini

cukup tenang, masing-masing siswa mengerjakan soalnya sendiri dan dijaga

oleh peneliti dan teman peneliti. Setelah uji coba tes ini selesai, hasil

pekerjaan siswa dikumpulkan dan dibawa oleh peneliti untuk kemudian

dikoreksi. Setelah hasil pekerjaan siswa dikoreksi, peneliti kemudian

menganalisis soal tersebut untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut valid

atau tidak untuk setiap nomornya dan bagaimana reliabilitas dari soal tersebut.

Berikut tabel perhitungan validitas soal.

Tabel 4.2 Validitas Uji Coba Soal

Dari hasil uji coba soal tersebut diketahui seluruh item soal valid,

sehingga tidak diperlukan perubahan soal. Untuk mencari reliabilitas soal

tersebut menggunakan perhitungan uji Alpha Cronbach dan didapat 0,438

sehingga reliabilitas soal tersebut dapat dikategorikan sedang, berdasarkan

(53)

Setelah melakukan uji coba tes awal, peneliti melaksanakan kegiatan

selanjutnya yaitu pelaksanaan tes awal. Pelaksanaan tes awal ini dilaksanakan

pada hari Rabu, 15 Agustus 2018 di kelas VIII C dengan jumlah siswa 23

siswa. Soal tes awal ini berjumlah 4 soal berbentuk uraian. Tes ini digunakan

sebagai tes awal untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan

belajar yang kemudian akan diberikan layanan bantuan dengan melihat

banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan tes diagnostik. Siswa yang

mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang memperoleh nilai kurang dari

KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 70.

Untuk lebih mengetahui mengenai kesulitan-kesulitan siswa serta

faktor-faktor penyebab kesulitan tersebut terjadi, peneliti kemudian

melakukan wawancara kepada subjek yang dilakukan pada hari Senin, 27

Agustus 2018.

Setelah kegiatan wawancara selesai, peneliti melakukan pembelajaran

remedial yang ditujukan bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar

tersebut. Pembelajaran remedial ini dilakukan pada hari Rabu, 12 September

2018. Pada pembelajaran remedial ini peneliti menjelaskan dan mengulang

bagian-bagian yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah kegiatan pembelajaran

remedial selesai, peneliti memberikan tes remedial kepada siswa.

B. Hasil Analisis Data

(54)

Setelah peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII C,

kemudian peneliti memeriksa jawaban-jawaban siswa. Berikut tabel nilai

tes awal kelas VIII C.

Tabel 4.3 Nilai Tes Awal Kelas VIII C

No Nama

Dari 23 siswa kelas VIII C, 8 siswa belum mencapai batas tuntas.

(55)

kesulitan belajar. Jadi, 34,78% siswa kelas VIII C belum mencapai batas

tuntas dalam belajar dan mengalami kesulitan belajar.

2. Hasil Tes Remedial

Selanjutnya peneliti memberikan tes remedial kepada 8 siswa

yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah

melaksanakan pembelajaran remedial.

Tabel 4.4 Nilai Tes Remedial Kelas VIII C

No Nama

Dari tabel 4.4 dapat dilihat hasil tes remedial dari 8 siswa setelah

melaksanakan pembelajaran remedial.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut.

(56)

Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam tes awal, dari 23 siswa

terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai tertinggi yakni 100, dan terdapat

1 siswa dengan nilai terendah yakni 30. Berikut tabel ketuntasan tes awal

kelas VIII C.

Tabel 4.5 Ketuntasan Tes Awal Kelas VIII C

No Nama

Siswa Total Skor Nilai Keterangan

1 S1 38 95 Tuntas

yang mendapatkan nilai tidak tuntas dan mengalami kesulitan dalam

(57)

memperoleh nilai tuntas sebanyak 15 siswa. Berikut daftar nilai siswa

yang mengalami kesulitan.

Tabel 4.6 Daftar Nilai Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar

No Nama

Siswa Total Skor Nilai Keterangan

1. S3 18 45 Tidak Tuntas

2. S4 18 45 Tidak Tuntas

3. S9 19 47.5 Tidak Tuntas

4. S12 19 47.5 Tidak Tuntas

5. S13 16 40 Tidak Tuntas

6. S14 25 62.5 Tidak Tuntas

7. S20 13 32.5 Tidak Tuntas

8. S21 12 30 Tidak Tuntas

Dari tabel 4.6 peneliti mengelompokkan siswa-siswa yang belum

mencapai batas tuntas ketika mengerjakan soal koordinat kartesius.

2. Identifikasi Masalah

Selanjutnya untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam

mengerjakan soal-soal koordinat kartesius, peneliti menganalisis

pekerjaan siswa berdasarkan tes diagnostik. Peneliti mengelompokkan

jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengerjakan soal tes

diagnostik. Berikut tabel yang memperlihatkan kesalahan-kesalahan

(58)

42

Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Belajar Siswa pada Materi Koordinat Kartesius

No Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

1. Kesalahan Konsep S3

(59)

43 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

Berdasarkan jawaban siswa di atas, ditunjukkan bahwa siswa masih belum memahami cara menentukan jarak titik terhadap sumbu-x dan terhadap sumbu-y. Di soal diketahui koordinat titik B (4,5) kemudian siswa menjawab titik B berjarak 4 satuan dari sumbu-x dan berjarak 5 satuan dari sumbu-y begitu seterusnya.

S12

(60)

44 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

Kesalahan Konsep

S13

(61)

45 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

S21

(62)

46 Kesalahan Konsep S14

(63)

47 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

2. Kesalahan

Menginterpretasikan

Bahasa S3

(64)

48 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

S13

S14

S20

S21

S12

S 2 1 S 1 2

(65)

49 Kesalahan Konsep S4

(66)

50 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

(67)

51 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

S14

(68)

52 Kesalahan Konsep S9

(69)

53 S21

(70)

54 No

Soal

Jenis Kesalahan Nama Siswa

Analisis Kesalahan

Penyelesaian Tidak Diperiksa Kembali

S3

(71)

55 4. Penyelesaian Tidak

Diperiksa Kembali

S3

S9

(72)

Setelah peneliti menganalisis kesulitan-kesulitan siswa tersebut,

kemudian peneliti merekapitulasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

dalam mengerjakan soal tes awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

banyaknya siswa yang mengalami kesalahan pada tiap jenis kesalahan.

Tabel 4.8 Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Nama

S4 Benar Kesalahan Konsep Tidak Dijawab Tidak Dijawab

S9

Kesalahan Konsep Penyelesaian Tidak Diperiksa Kembali

Kesalahan Konsep Tidak Dijawab

S14

Kesalahan Konsep Tidak Dijawab

S20

Kesalahan Konsep Tidak Dijawab

S21

Kesalahan Konsep Tidak Dijawab

Pada tabel 4.8 dapat dilihat jenis-jenis kesalahan yang dilakukan

siswa pada setiap nomor soal. Tabel ini digunakan untuk mengetahui letak

(73)

Tabel 4.9 Rekapitulasi Kesalahan Yang Dilakukan Siswa

Tabel 4.9 menunjukkan banyaknya siswa yang melakukan kesalahan

pada setiap nomor soal. Tabel ini digunkan untuk mengetahui jenis kesalahan

mana yang paling banyak dilakukan oleh siswa.

Dari hasil tes diagnostik terdapat 8 siswa yang belum mencapai batas

KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Berdasarkan hasil tes diagnostik

tersebut juga secara umum kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa saat

mengerjakan soal tes diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Siswa kesulitan dalam menentukan posisi titik terhadap sumbu-x dan

posisi titik terhadap sumbu-y.

2. Siswa kesulitan dalam menggambar titik koordinat.

3. Siswa kesulitan dalam menggambar bangun datar pada bidang

koordinat.

4. Siswa kesulitan dalam menentukan suatu gambar bangun datar

berdasarkan titik koordinat.

5. Siswa kesulitan menentukan titik koordinat berdasarkan gambar.

(74)

7. Siswa masih kurang memahami isi dari soal yang diberikan.

3. Identifikasi Penyebab Masalah

a. Hasil Wawancara Siswa

Setelah melaksanakan tes awal atau tes diagnostik terhadap

siswa yang bertujuan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan didapatkan 8 siswa yang mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal koordinat kartesius, peneliti kemudian

melakukan wawancara dengan para siswa tersebut untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

Dikarenakan waktu yang terbatas, maka jika ada siswa yang jenis

kesalahannya dalam satu nomor yang sama dengan siswa lainnya

maka peneliti hanya mengambil salah satu siswa sebagai

sampelnya. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran. Dari

hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui:

1) Penyebab kesulitan dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu

kebiasaan belajar siswa diluar jam pelajaran yang masih

kurang. Siswa-siswa yang diwawancarai tidak memiliki

kegiatan belajar mengajar, seperti bimbel di luar sekolah.

Mereka cenderung hanya belajar soal-soal matematika di

Gambar

Gambar 2.1 Koordinat Kartesius..........................................................................
Gambar 2.1 Koordinat Kartesius
Gambar 2.2 Koordinat Titik-Titik pada Koordinat Kartesius
Gambar 2.3 Absis dan Ordinat
+7

Referensi

Dokumen terkait