DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Antonia Handhita Puspitarini 141414046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Antonia Handhita Puspitarini 141414046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
tanggal, 15 Januari 2019 SKRIPSI
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS
Disusun oleh:
Antonia Handhita Puspitarini
141414046
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka
terlaksanalah segala rencanamu.” ~ Amsal 16 : 3
Puji syukur kepada Tuhan, dengan ini skripsi saya
persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus, kedua orangtuaku Bapak Yohanes
Sujihandana dan Ibu Linda Diah Pitaloka yang selalu
mendukung dan memberikan motivasi, serta
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Januari 2019 Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Antonia Handhita Puspitarini
NIM : 141414046
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN UPAYA REMEDIASI BAGI SISWA KELAS VIII C SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 18 Januari 2019
Yang menyatakan
vii ABSTRAK
Antonia Handhita Puspitarini, 2019. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya Remediasi Bagi Siswa Kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019 Pada Materi Koordinat Kartesius. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesalahan-kasalahan yang dilakukan siswa ketika mengerjakan soal koordinat kartesius, (2) mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa, dan (3) mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran remedial yang dilaksanakan dalam membantu mengatasi kesulitan belajar siswa ketika mengerjakan soal koordinat kartesius.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan tes awal yang berfungsi juga sebagai tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius, wawancara siswa dan guru untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar, lalu tes remedial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran remedial yang dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa (1) kesalahan yang dialami siswa terletak pada kesalahan dalam memahami materi koordinat kartesius, karena kurangnya pemahaman konsep pada materi koordinat kartesius, (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurangnya penguasaan terhadap materi. Faktor eksternal yaitu suasana belajar di sekolah maupun di rumah yang kurang mendukung, dan (3) Pembelajaran remedial yang dilakukan dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa, ditandai dengan adanya penurunan kesalahan siswa serta adanya peningkatan hasil belajar pada materi koordinat kartesius setelah diadakannya pembelajaran remedial. Hal ini dapat terlihat dari perbandingan hasil tes awal dan hasil tes remedial.
viii
ABSTRACT
Antonia Handhita Puspitarini. 2019. Diagnosis on Learning Difficulties and Remediation Efforts for Students of Class VIII C BOPKRI 3 Yogyakarta Junior High School Academic Year 2018/2019 in The Topic of Cartesian Coordinate. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research aimed (1) to know students mistakes in doing test about Cartesian coordinate, (2) to know the factors of students difficulties in learning, and (3) to know how remedial learning helps the students to overcome the learning difficulties in doing test about Cartesian coordinate.
This research was conducted by giving a preliminary test that also functions as a diagnostic test to determine student learning difficulties in working on the Cartesian coordinate questions, interviewing students and teachers to find out the factors of students difficulties learning, then remedial tests used to determine the effect of remedial learning carried out in overcoming student learning difficulties.
Based on the results of the study, it was found that (1) the errors experienced by students lay in errors in understanding the Cartesian coordinate material, due to a lack of conceptual understanding of the Cartesian coordinate material, (2) the factors causing student difficulties include internal factors, lack of preparation, lack of motivation learning, lack of mastery of material. External factors, namely the learning atmosphere at school and at home that is not supportive, and (3) Remedial learning conducted by the question and answer method can help overcome the difficulties experienced by students, marked by a decrease in student errors and an increase in learning outcomes in the material Cartesian coordinate after the holding of remedial learning. This can be seen from the comparison of the results of the initial tests and remedial test results.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya
Remediasi Bagi Siswa Kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran
2018/2019 Pada Materi Koordinat Kartesius.” Pembuatan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis
alami. Namun, tentunya banyak pihak yang telah membantu dan membimbing
penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan juga selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini.
4. Ibu Atun Pratiwi, M.PdK selaku Kepala SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang
x
5. Ibu Dra. Adjeng Prihatanti Siwi selaku Guru Bidang Studi Matematika SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu dalam melaksanakan
penelitian.
6. Siswa – siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2018/2019 yang
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Kedua orang tuaku, Yohanes Sujihandana dan Linda Diah Pitaloka serta
seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan
dorongan kepada penulis.
8. Sahabat – sahabatku Nadia, Elen, Siwi, Ambar, Raras, dan Geima yang sudah
memberikan makna persahabatan serta semangat dan kebersamaannya selama
ini.
9. Seluruh teman – teman Pendidikan Matematika angkatan 2014 yang telah
berjuang bersama selama ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang
telah berperan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Yogyakarta, 18 Januari 2019
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Pembatasan Masalah ... 4
E. Batasan Istilah ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Belajar ... 7
B. Belajar Tuntas ... 8
C. Kesulitan Belajar ... 9
1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 9
2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 10
D. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 11
xii
F. Pembelajaran Remedial ... 20
G. Kategori Jenis Kesalahan ... 22
H. Kerangka Berpikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 25
C. Objek dan Subjek Penelitian ... 25
D. Metode Pengumpulan Data ... 26
1. Metode Tes ... 26
2. Metode Wawancara ... 26
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 27
1. Tes Awal ... 27
2. Tes Remedial ... 28
3. Wawancara ... 28
F. Validitas dan Reliabilitas ... 29
G. Teknik Analisis Data ... 32
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Pelaksanaan Penelitian ... 35
B. Hasil Analisis Data ... 37
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 39
BAB V PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Soal Uji Coba ...72
Lampiran 2. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ...74
Lampiran 3. Rekap Jawaban Siswa Kelas VIII B Dalam Soal Uji Coba ...77
Lampiran 4. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ...78
Lampiran 5. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar ...86
Lampiran 6. Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Menggunakan SPSS ...92
Lampiran 7. Soal Tes Diagnostik ...94
Lampiran 8. Lembar Jawaban Tes Diagnostik ...96
Lampiran 9. Soal Tes Remedial ...115
Lampiran 10.Kunci Jawaban Soal Tes Remedial ...117
Lampiran 11.Lembar Jawaban Tes Remedial ...122
Lampiran 12.Pedoman Wawancara ...136
Lampiran 13.Transkrip Wawancara Guru ...137
Lampiran 14.Transkrip Wawancara Siswa ...138
Lampiran 15.Lembar validasi dosen ...147
Lampiran 16.Lembar validasi guru ...151
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jarak Titik Terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y ... 18
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal ... 27
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Remedial ... 28
Tabel 3.3 Tabel Tingkat Korelasi... 30
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 32
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 35
Tabel 4.2 Validitas Uji Coba Soal... 36
Tabel 4.3 Nilai Tes Awal Kelas VIII C ... 38
Tabel 4.4 Nilai Tes Remedial Kelas VIII C ... 39
Tabel 4.5 Ketuntasan Tes Awal Kelas VIII C... 40
Tabel 4.6 Daftar Nilai Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar ... 41
Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Belajar Siswa pada Materi Koordinat Kartesius ... 42
Tabel 4.8 Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal... 56
Tabel 4.9 Rekapitulasi Kesalahan Yang Dilakukan Siswa ... 57
Tabel 4.10 Skor dan Nilai Tes Remedial Siswa Kelas VIII C ... 61
Tabel 4.11 Kesulitan Siswa Pada Tes Diagnostik dan Tes Remedial ... 62
Tabel 4.12 Nilai Tes Diagnostik dan Tes Remedial Kelas VIII C ... 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Koordinat Kartesius... 17
Gambar 2.2 Koordinat Titik-Titik pada Koordinat Kartesius ... 18
Gambar 2.3 Absis dan Ordinat ... 19
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengandung banyak konsep-konsep abstrak dan menggunakan pola pikir
deduktif dalam mempelajarinya artinya suatu teori matematika dapat diterima
kebenarannya apabila telah dibuktikan secara umum, sehingga matematika
dinilai sebagai mata pelajaran yang tidak mudah untuk dipelajari oleh peserta
didik di sekolah. Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan
wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan
tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua aspek
kehidupan. Materi matematika yang dipelajari sifatnya berkesinambungan,
dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari di sekolah dasar akan
digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas.
Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan pengetahuan matematis
yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat menguasai setiap pokok materi
pembelajaran matematika dengan baik, supaya jenjang-jenjang selanjutnya
siswa tidak mengalami kesulitan.
Namun dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran
matematika tidak jarang terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam
menguasai materi, meskipun begitu ada juga siswa yang bisa menguasai
banyak hal, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa sendiri. Faktor
dari dalam diri siswa misalnya, intelegensi, kelemahan fisik, gangguan yang
bersifat emosional, sifat dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan
pelajaran-pelajaran tertentu. Sedangkan faktor dari luar antara lain, proses
belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisipatif, beban
belajar yang terlalu berat, metode mengajar yang kurang memadai, kurangnya
alat dan sumber belajar, serta situasi rumah yang kurang mendorong untuk
melakukan aktivitas belajar. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa, guru
perlu mendiagnosa kesulitan yang dialami oleh siswa.
Beberapa materi pada pelajaran matematika yang dianggap sulit salah
satunya adalah materi mengenai sistem koordinat kartesius. Sistem koordinat
kartesius adalah suatu sistem untuk menentukan posisi titik atau benda dalam
bidang koordinat menggunakan dua bilangan yang dinyatakan sebagai
pasangan terurut (𝑥, 𝑦). Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam
materi ini adalah menjelaskan kedudukan titik dalam bidang koordinat
kartesius yang dihubungkan dengan masalah kontekstual. Dengan
diberikannya materi ini, diharapkan siswa mampu untuk dapat menguasainya,
antara lain memahami konsep dan dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah yang ada pada materi koordinat kartesius.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII yang
mengajar di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang dilakukan dalam rangka untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika
siswa mengalami kesulitan, guru mengungkapkan bahwa kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal tersebut disebabkan karena siswa belum
memahami konsep. Dengan minimnya pemahaman siswa terhadap konsep
matematika menimbulkan kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan dapat
melakukan kesalahan dalam menjawab soal-soal yang diberikan.
Kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan dapat berbeda-beda sesuai dengan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah. Misalnya siswa diminta untuk
menentukan jarak terhadap sumbu-sumbu koordinat, seringkali siswa terbalik
dalam menentukan jarak terhadap sumbu-x dan sumbu-y, kemudian siswa
juga melakukan kesalahan dalam menentukan titik pada x dan
sumbu-y. Permasalahan lain yang ditemukan oleh guru adalah kurangnya keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Ada beberapa siswa yang
belum memahami materi tetapi tidak mau bertanya ke guru maupun ke teman
sehingga siswa mengalami kesulitan.
Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis hendak melakukan
penelitian dan menerapkan pembelajaran remedial kepada siswa-siswa sekolah
menengah pertama yang mengalami kesulitan belajar matematika khususnya
pada materi koordinat kartesius yang kemudian ditindak lanjuti dengan upaya
remedial. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Diagnosis Kesulitan Belajar dan Upaya Remediasi Bagi Siswa Kelas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa ketika mengerjakan soal
koordinat kartesius?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika
materi koordinat kartesius?
3. Apakah pengajaran remedial dapat membantu mengatasi kesulitan
belajar matematika pada materi koordinat kartesius yang dialami
subjek?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa ketika
mengerjakan soal koordinat kartesius.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
matematika materi koordinat kartesius.
3. Mengetahui apakah pengajaran remedial dapat membantu mengatasi
kesulitan belajar matematika pada materi koordinat kartesius yang
dialami subjek.
D. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan kesulitan
belajar matematika dalam mengerjakan soal mengenai materi koordinat
kesulitan belajar tersebut. Setelah kesulitan belajar diidentifikasi, peneliti
menyusun upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan
melaksanakan pembelajaran remedial.
E. Batasan Istilah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi istilah-istilah sebagai berikut:
1. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan
dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang
tersebut mengalami kegagalan atau setidaknya kurang berhasil dalam
mencapai tujuan belajar.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar adalah upaya untuk menemukan kelemahan
yang dialami oleh siswa dalam belajar dan menemukan faktor-faktor
penyebabnya baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa
(Entang, 1984 : 10)
3. Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial adalah upaya pendidik dalam membantu siswa
yang mendapat kesulitan dalam belajar dan mengerjakan soal-soal
yang kemudian diarahkan pada pencapaian hasil yang optimal sesuai
dengan kemampuan masing-masing siswa (Entang, 1984 : 11).
Berdasarkan istilah-istilah yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan
menentukan kesulitan belajar siswa, mencari faktor-faktor penyebabnya, serta
meremediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun ajaran 2018/2019 pada materi koordinat kartesius.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar
terutama pada materi koordinat kartesius.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa dan dapat digunakan juga ketika mengadakan
diagnosis dan remediasi.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika
kelak menjadi guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku manusia
yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (Syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan
kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar
tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh Witing, yaitu: (a) tahap acquisition, yaitu tahapan
perolehan informasi; (b) tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi.
Menurut James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono (2013 : 126) belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Burton dalam Evelin Siregar dan Hartini Nara (2010 : 4) belajar
adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannnya.
Dari ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
B. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan salah satu inovasi pendidikan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa guna mencapai
ketuntasan dalam belajar (Ischak dan Warji, 1987 : 6). Biasanya tiap jenis
mata pelajaran menetapkan tingkat ketuntasan yang berbeda sesuai dengan
persepsi terhadap tingkat kesukaran mata pelajaran tersebut. dalam konsep
KTSP kriteria ini disebut sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Prinsip-prinsip belajar tuntas yang harus dilaksanakan guru, antara lain
(Suyono dan Hariyanto, 2011 : 133) :
1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang
normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan.
2. Guru menyusun strategi pembelajaran tuntas dimulai dengan
menetapkan tujuan-tujuan khusus (dalam KTSP adalah
indikator-indikator dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan SK dan
KD) yang hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga harus
menetapkan KKM yang harus dicapai siswa.
3. Guru memperinci bahan ajar menjadi satuan-satuan pembelajaran
yang mendukung tujuan khusus tersebut.
4. Selain bahan ajar untuk kegiatan belajar utama, juga disusun
bahan ajar untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan.
Tujuan ditetapkannya prinsip belajar tuntas adalah agar standar
dicapai dapat tercapai secara optimal. Dengan prinsip belajar tuntas ini,
maka (1) nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat
ditingkatkan; (2) jarak antara siswa yang cepat belajar dan lambat belajar
semakin pendek.
C. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor
inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor non inteligensi (Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, 2013 : 77).
Tidak hanya anak-anak yang hasil belajarnya jelas di bawah
teman seusia-sekelasnya dianggap mempunyai kesukaran belajar, tetapi
juga anak-anak yang dianggap mempunyai kemampuan tinggi (misalnya
intelegensinya tinggi) sering dianggap juga sudah mempunyai kesukaran
belajar kalau mereka hanya mencapai sama dengan rata-rata kelasnya dan
tidak dapat mencapai taraf kemampuannya sendiri yang telah didugakan
kepadanya (Koestoer Partodisastro dan Hadisuparto, 1984 : 48).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya sehingga tidak mencapai hasil belajar
dengan baik, yang disebabkan karena adanya gangguan baik berasal dari
2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Entang (1984 : 28), penyebab kesulitan belajar dapat
timbul dari dua hal, yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa
itu sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh:
1) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi atau
kecakapan/bakat khusus yang dapat diktahui melalui tes tertentu.
2) Kelemahan fisik, pancaindra, syaraf, kecacatan atau karena sakit.
3) Gangguan yang bersift emosional.
4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan
pelajaran-pelajaran tertentu.
5) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang
dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang
menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor ini
meliputi:
1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang
siswa untuk aktif antisipatif.
2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
3) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi.
4) Beban belajar yang terlalu berat.
5) Metode mengajar yang kurang memadai.
7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar.
8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan
aktivitas belajar.
D. Diagnosis Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi
(upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa
tersebut (Muhibbin Syah, 2003 : 186). Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar
siswa.
Menurut Entang (1984 : 10), diagnosis kesulitan belajar adalah upaya
untuk menemukan kelemahan yang dialami oleh siswa dalam belajar dengan
cara yang sistematis yang berdasarkan gejala yang nampak yang kemudian
diarahkan dalam menemukan letak kesulitan siswa dan berusaha untuk
menemukan faktor penyebabnya baik yang mungkin terletak pada diri siswa
itu sendiri atau yang berasal dari luar diri siswa yang bersangkutan.
Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan
belajar menurut Entang (1984 : 19-30) adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi
siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan
mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun
yang sifatnya khusus dalam mata pelajaran tertentu, atau dengan teknik
meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik,
menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya,
memeriksa buku catatan pribadi, observasi pada saat proses belajar
mengajar, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial
psikologis yang terdapat pada para siswa.
2. Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan)
Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, maka persoalan selanjutnya yang perlu
ditelaah adalah :
a. Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah letak kesulitan
terjadi.
Dengan membandingkan angka nilai prestasi individu yang
bersangkutan dari bidang studi tertentu, sehingga akan ditemukan
pada bidang studi mana individu mengalami kesulitan.
b. Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakan
kesulitan itu terjadi.
Seperti dikatakan oleh Burton, bahwa pada langkah ini pendekatan
yang paling tepat (jika ada) adalah menggunakan tes diagnostik.
adalah tes prestasi belajar. Dengan demikian dalam keadaan belum
tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan
ini, maka analisa masih tetap dapat dilangsungkan dengan
menggunakan naskah jawaban ujian tengah semester atau akhir
semester.
c. Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu
terjadi.
d. Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi.
Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh dengan beberapa strategi
pendekatan, yaitu pelaksanaan pengumpulan informasi dalam
rangka mengidentifikasi kasus dan permasalahan ini dapat
dilakukan dengan cara evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif,
atau dengan desain pre-post-test dan dilakukan dengan tes
diagnostik.
3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami
berbagai kesulitan.
Pada garis besarnya penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal
yaitu :
a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri
siswa itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh :
1) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelogensi, atau
kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui
2) Kelemahan fisik, pancaindra, syaraf, kecacatan, karena
sakit dan sebagainya.
3) Gangguan yang bersifat emosional.
4) Sikap dan kebiasaan yang slaah dlaam mempelajari bahan
pelajaran-pelajaran tertentu.
5) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang
dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.
b. Faktor ekstrenal yaitu faktor yang datang dari luar yang
menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal
antara lain meliputi :
1) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang
siswa untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa
belajar secara aktif “student active learning”).
2) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
3) Ketidakseragaman pola dan standar administrasi.
4) Beban studi yang terlampau berat.
5) Metode mengajar yang kurang memadai.
6) Sering pindah sekolah.
7) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
mengajar.
8) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan
Untuk mengenal semua faktor di atas dapat dipergunakan
berbagai cara dan alat, baik yang dapat oleh guru maupun yang telah
dikerjakan oleh orang lain yang tersedia di sekolah. Mungkin juga data
di atas dapat diperoleh dengan bantuan orang atau lembaga yang
mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sekolah. Cara dan alat
tersebut antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala sikap baik
yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat oleh guru,
inventory, wawancara dengan siswa yang bersangkutan, mengadakan
observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar kelas, wawancara
dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-temannya
bila dipandang perlu.
4. Perkiraan kemungkinan bantuan
Setelah menelaah mengenai letak kesulitan yang dialami siswa,
jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang
menyebabkannya, maka dapat diperkirakan :
a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi
kesulitannya atau tidak.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami
siswa tertentu.
c. Waktu dan tempat pertolongan tersebut dapat diberikan.
d. Orang yang memberikan pertolongan.
f. Yang harus diikut sertakan dalam menolong siswa tersebut.
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya
Setelah memperkirakan bantuan yang akan diberikan langkah
selanjutnya adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa
alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi
kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya berisi:
a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan
yang dialami siswa tersebut.
b. Menjaga agar kesulitan yang serupa tidak terulang.
Ada baiknya jika rencana ini dapat didiskusikan dan
dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan
yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada
yang bersangkutan seperti penasehat akademis, guru, orangtua,
pembimbing penyuluh dan ahli lain.
6. Tindak lanjut (pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan)
Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran
remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat
berupa:
a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial
b. Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen)
dalam memberikan bantuan kepada siswa yang sedang
melaksanakan kegiatan remedial.
c. Senantiasa mencek kemajuan siswa baik pemahaman mereka
terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek
tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat
diadakan revisi dan improvisasi.
d. Mentransfer atau mengirim (referal case) siswa yang menurut
perkiraan tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan
dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau guru BK di
sekolah. Transfer khusus semacam itu bisa dilakukan kepada orang
atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, dan
sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat
membantu siswa yang dihadapi.
E. Koordinat Kartesius
Koordinat Kartesius digunakan untuk menentukan posisi atau letak
titik pada suatu bidang datar, posisi tersebut ditentukan oleh dua buah garis
yang ditarik secara horizontal dan vertikal, dimana titik pusatnya berada pada
titik O (0,0) atau yang disebut sebagai titik asal.
Suatu titik A dapat dinyatakan sebagai pasangan terurut 𝐴(𝑥, 𝑦), jika
jarak 𝑥 merupakan jarak titik 𝐴 terhadap sumbu-𝑌 dan jarak 𝑦 merupakan
jarak titik 𝐴 terhadap sumbu-𝑋.
Gambar 2.2 Koordinat Titik-Titik pada Koordinat Kartesius
Dari gambar di atas dapat ditulis posisi titik – titik, sebagai berikut
Tabel 2.1 Jarak Titik Terhadap Sumbu-X dan Sumbu-Y No Koordinat titik Jarak ke sumbu-x Jarak ke sumbu-y
Absis adalah jarak tegak lurus suatu titik dari sumbu-y. Absis
merupakan unsur pertama dari pasangan terurut dari dua suku (𝑥. 𝑦) untuk
menunjukkan suatu titik pada sistem koordinat kartesius. Absis juga dikenal
sebagai koordinat "𝑥" suatu titik, yang ditunjukkan pada garis horizontal.
Ordinat adalah jarak tegak lurus suatu titik dari sumbu-x. Ordinat
merupakan unsur kedua dari pasangan terurut dua suku (𝑥. 𝑦) untuk
menunjukkan suatu titik pada sistem koordinat kartesius. Ordinat juga dikenal
sebagai koordinat "𝑦" suatu titik, yang ditunjukkan pada garis vertikal.
Gambar 2.3 Absis dan Ordinat
Pada gambar 2.3 menunjukkan letak sumbu-x dan sumbu-y serta
menunjukkan absis dan ordinat pada titik 𝐴(1,1). Pada gambar 2.3 juga dapat
dilihat titik potong kedua garis yang digunakan sebagai titik pusat 𝑂(0,0).
Bilangan positif ditempatkan pada sebelah kanan titik 𝑂 di atas titik 𝑂.
Sedangkan bilangan negatif ditempatkan pada sebelah kiri titik 𝑂 dan di
bawah titik 𝑂. Dua garis yang bersilangan itu disebut sumbu koordinat.
Karena kedua sumbu tegak lurus maka bidang 𝑥𝑦 terbagi menjadi
empat bagian yang disebut dengan kuadran.
Gambar 2.4 Empat Kuadran Bidang Koordinat
Kuadran I kedua koordinat bernilai positif (𝑥, 𝑦), kuadran II koordinat
x bernilai negatif dan koordinat y bernilai positif (−𝑥, 𝑦), kuadran III kedua
koordinat bernilai negatif (−𝑥, −𝑦), kuadran IV koordinat x bernilai positif
dan koordinat y bernilai negatif (𝑥, −𝑦).
F. Pembelajaran Remedial
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2013 : 152-153)
pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pembelajaran yang
membuat menjadi baik. Menurut Entang (1984 : 11) pembelajaran remedial
adalah upaya pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam
belajar dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain sehingga
siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin
dan dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan.
𝑦
𝑥
Kuadran II Kuadran I
Kuadran III Kuadran IV
(𝑥,𝑦) (−𝑥,𝑦)
Dengan demikian remedial diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal
sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses
belajar mengajar dan keseluruhan pribadi siswa.
Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan
diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi dengan
kegiatan diagnosis. Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan pengajaran
remedial, seorang guru dituntut untuk:
1. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.
Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran yang lebh
definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang dihadapinya,
kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor utama penyebab
kelemahan tersebut apakah masih bisa ditolong guru atau memerlukan
bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus diberikan, kapan, oleh
siapa, dan sebagainya.
2. Alternatif tindakan
Jika telah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang
memerlukan bantuan, barulah direncanakan alternatif tindakan sesuai
dengan karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini
bisa berupa:
a. Mengulangi bahan yang telah diberikan.
b. Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan
belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan
c. Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-mata
kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena hal lain
seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap negatif
terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan belajar yang
salah atau masalah lain dalam hubungan dengan orang tua, teman
sebaya, dan sebagainya.
3. Evaluasi pengajaran remedial
Pada akhir pengajaran remedial hendaknya dilakukan evaluasi kembali
sampai sejauh mana pengajaran remedial tersebut dapat meningkatkan
prestasi mereka.
G. Kategori Jenis Kesalahan
Hadar dkk (1987) mengklasifikasikan jenis kesalahan sebagai berikut:
1. Kesalahan data
Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan
dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang
dikutip, seperti menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal,
mengabaikan data penting yang diberikan, salah menyalin soal.
2. Kesalahan menggunakan teorema, definisi, dan konsep
Jenis kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,
teorema atau definisi yang pokok, seperti tidak teliti atau tidak tepat dalam
penulisan definisi, rumus, atau teorema.
Jenis kesalahan ini berkaitan dengan kesalahan yang terjadi ketika
langkah yang ditempuh siswa benar namun hasil akhir yang diberikan
bukan penyelesaian dari soal tersebut.
4. Kesalahan menginterpretasikan bahasa
Jenis kesalahan ini dikarenakan siswa tidak memahami soal dan
mengartikan soal tersebut lain, sehingga tidak sesuai dengan soal.
H. Kerangka Berpikir
Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang
paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus
diatasi sedini mungkin. Jika tidak, maka anak akan menghadapi banyak
masalah kaena hampir semua bidang studi memerlukan matematika. Terdapat
siswa yang mampu belajar matematika dengan baik, namun adapula siswa
yang mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami matematika.
Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar matematika dapat dilihat dari
nilai akademis yang diperolehnya jauh dibawah nilai standar atau kriteria yang
ditetapkan oleh sekolah, serta sulitnya siswa menguasai suatu materi
pembelajaran tersebut, sehingga gur perlu memberikan remedial untuk dapat
mengatasi kesulitan belajar tersebut dan diharapkan kesulitan belajar tersebut
Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang
dialami siswa, guru perlu melakukan kegiatan diagnosis, yaitu menemukan
letak dan penyebab kesulitan belajar kemudian merancang dan menentukan
langkah kegiatan remediasi yang sesuai yaitu upaya untuk mengatasi kesulitan
belajar yang dialami siswa. Dengan demikian, hasil yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah kegiatan diagnosis dan remedial yang dilakukan peneliti
dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika pada
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2009 : 4),
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk
mendeskripsikan kesulitan belajar siswa dari kesalahan yang dilakukan oleh
siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius, serta dapat mengetahui
faktor penyebab kesulitan belajar dari hasil wawancara, sedangkan penelitian
kuantitatif digunakan dalam proses analisis data hasil belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengambilan data ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran
2018/2019 pada bulan Juli-September. Tempat penelitian dilaksanakan di
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
C. Objek dan Subjek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam materi koordinat kartesius serta pembelajaran remedial
C di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta sebanyak 23 siswa yang sedang
menempuh pelajaran matematika pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan peneliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes yang berupa tes awal yang
juga sekaligus sebagai tes diagnostik, tes remedial, serta metode wawancara.
1. Metode Tes
a. Tes awal, tes ini juga sekaligus sebagai tes diagnostik yang
digunakan untuk memperoleh nilai hasil belajar siswa serta untuk
menentukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal koordinat kartesius.
b. Tes remedial, digunakan untuk mengetahui apakah kesulitan belajar
siswa dalam mengerjakan soal koordinat kartesius sudah teratasi
atau sebaliknya.
2. Metode Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
bagaimana cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal koordinat
kartesius. Pada penelitian ini wawancara dilakukan peneliti kepada siswa
untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami oleh siswa dan mengapa
siswa bisa mengalami keulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal
koordinat kartesius. Wawancara ini ditujukan kepada siswa yang
E. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan instrumen
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Tes Awal
Tes ini juga digunakan sebagai tes diagnostik. Tes ini digunakan
untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa pada materi
koordinat kartesius dengan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan
ketika mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi, serta
mengetahui subjek-subjek yang akan mengikuti proses remedial.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal Kompetensi Dasar Indikator
Pencapaian Kompetensi
2. Tes Remedial
Tes remedial dilaksanakan setelah pembelajaran remedial dan
ditujukan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Tes remedial ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran remedial yang
telah dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Remedial Kompetensi Dasar Indikator
Pencapaian Kompetensi
Materi Indikator Soal Nomor soal datar pada bidang koordinat
4
3. Wawancara
Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara semiterstruktur,
yaitu wawancara dimana peneliti memiliki pedoman wawancara yang
telah tersusun namun dapat berkembang dalam pelaksanaannya di
besar permasalahan yang akan ditanyakan serta disusun dengan melihat
hasil analisis dari tes diagnostik yang sebelumnya telah dikerjakan siswa.
Wawancara ini ditujukan bagi siswa yang mengalami kesulitan dan
dilakukan secara bergantian. Proses wawancara ini dilakukan sebelum
siswa mengikuti pembelajaran remedial, hal itu dilakukan karena peneliti
ingin mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa yang
kemudian dapat dibantu melalui proses remediasi.
Hasil wawancara ini kemudian dibuat transkrip wawancara.
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
a. Pengertian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang
tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki
kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999 : 65).
b. Cara menentukan validitas
Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor
yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total
dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas
memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999 :
78). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas instrument
adalah teknik korelasi Product Moment Pearson, sebagai berikut:
𝑟𝑋𝑌 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋). (∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2 }. {𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
Keterangan:
𝑟𝑋𝑌 : koefisien validitas
∑ 𝑋 : jumlah skor dalam sebaran x (item skor per butir soal)
∑ 𝑌 : jumlah skor dalam sebaran y (item skor total)
∑ 𝑋𝑌 : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan
∑ 𝑋2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
∑ 𝑌2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
𝑁 : banyaknya subjek/sampel
Tabel 3.3 Tabel Tingkat Korelasi Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < 𝑟𝑋𝑌≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,80 Tinggi
0,40 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,60 Sedang 0,20 < 𝑟𝑋𝑌≤ 0,40 Rendah
2. Reliabilitas
a. Pengertian
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu
tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diujikan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes
adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan
konsisten hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf
ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabilitas tes berhubungan dengan
ketetapan hasil tes.
Reliabilitas tes dapat juga ditentukan dengan menggunakan
perhitungan Alpha Cronbach sebagai berikut:
𝑟11 = ((𝑛 − 1)) (1 −𝑛 ∑ 𝜎𝑖 2 𝜎𝑡2 )
Keterangan:
n : banyaknya butir soal
𝜎𝑖2 : jumlah varians skor tiap soal
𝜎𝑡2 : varians skor total
𝜎𝑖2 =
∑ 𝑥2− (∑ 𝑥)2 𝑛 𝑛
Adapun tolak ukut untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,90 < 𝑟11≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < 𝑟11≤ 0,90 Tinggi 0,40 < 𝑟11≤ 0,70 Cukup 0,20 < 𝑟11≤ 0,40 Rendah
𝑟11≤ 0,20 Sangat rendah
G. Teknik Analisis Data
1. Tes Awal
Tes ini merupakan tes awal sekaligus tes diagnostik. Penilaian pada
setiap soal bernilai 10. Penilaian akhir dihitung dari:
Nilai akhir : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 × 100
Siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar jika nilai akhirnya
kurang dari nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 70.
Siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar kemudian diberi tes
remedial, yang sebelumnya dilakukan pembelajaran remedial terlebih
dahulu.
Tes remedial ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
pembelajaran remedial yang telah dilaksanakan dalam mengatasi kesulitan
belajar yang dialami siswa.
3. Wawancara
Dari hasil wawancara ini dianalisis kesalahan-kesalahan apa saja
yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal koordinat kartesius, apa
penyebabnya dan mengapa siswa melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal tersebut untuk kemudian dicari kesulitan apa saja yang
dialami siswa sehingga melakukan suatu kesalahan.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Berikut rencana kegiatan selama penelitian berlangsung:
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian di SMP BOPKRI
3 Yogyakarta kepada kepala sekolah.
b. Bertemu dengan guru yang bersangkutan untuk meminta ijin untuk
melakukan penelitian dan melakukan uji coba instrumen di kelas
lain yang diampu guru tersebut.
c. Peneliti dan guru menyesuaikan jadwal pengambilan data.
2. Tahap Pelaksanaan dan Pengambilan Data
a. Peneliti melakukan uji coba soal tes awal untuk menguji validitas
dan reliabilitas soal. Uji coba soal dilakukan di kelas VIII B dengan
b. Melakukan uji validitas dan reliabilitas soal.
c. Peneliti melakukan validasi pakar yaitu validasi soal yang sudah
diperbaiki kepada guru dan dosen sebelum digunakan sebagai tes
awal.
d. Peneliti melakukan tes awal kepada siswa kelas VIII C dengan
jumlah siswa sebanyak 23 siswa untuk menentukan subjek
penelitian.
e. Peneliti melakukan wawancara dengan subjek.
f. Melakukan pengajaran remedial dan tes akhir kepada subjek.
3. Tahap Pengolahan Data
Dari data-data yang diperoleh selama penelitian, peneliti mengolah data
hingga diperoleh kesimpulan.
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Jadwal penelitian yang dilaksanakan peneliti dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Waktu Keterangan
1. Wawancara Guru
Senin, 6 Agustus 2018 - wawancara dengan guru matematika yang
Selasa, 14 Agustus 2018 - dilaksanakan di kelas VIII B dan waktu
Rabu, 15 Agustus 2018 - dilaksanakan di kelas VIII C dan waktu
Senin, 27 Agustus 2018 - dilaksanakan secara bergantian untuk subjek - bertempat di depan kelas
VIII C 5. Pembelajaran
Remedial
Rabu, 12 September 2018 - dilaksanakan di ruang kelas VIII C
- diikuti oleh subjek penelitian
6. Tes Remedial Rabu, 12 September 2018 - dilaksanakan di ruang kelas VIII C
Penelitian dimulai dengan uji coba tes awal, uji coba tes ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Agustus 2018 di kelas VIII B. Uji coba tes
ini bertujuan untuk menguji soal agar soal layak untuk digunakan sebagai soal
tes awal. Soal uji coba ini berjumlah 4 soal yang berbentuk uraian. Soal ini
diberikan kepada siswa-siswa kelas VIII B yang berjumlah 23 siswa dengan
waktu pengerjaan 40 menit. Suasana kelas saat mengerjakan uji coba tes ini
cukup tenang, masing-masing siswa mengerjakan soalnya sendiri dan dijaga
oleh peneliti dan teman peneliti. Setelah uji coba tes ini selesai, hasil
pekerjaan siswa dikumpulkan dan dibawa oleh peneliti untuk kemudian
dikoreksi. Setelah hasil pekerjaan siswa dikoreksi, peneliti kemudian
menganalisis soal tersebut untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut valid
atau tidak untuk setiap nomornya dan bagaimana reliabilitas dari soal tersebut.
Berikut tabel perhitungan validitas soal.
Tabel 4.2 Validitas Uji Coba Soal
Dari hasil uji coba soal tersebut diketahui seluruh item soal valid,
sehingga tidak diperlukan perubahan soal. Untuk mencari reliabilitas soal
tersebut menggunakan perhitungan uji Alpha Cronbach dan didapat 0,438
sehingga reliabilitas soal tersebut dapat dikategorikan sedang, berdasarkan
Setelah melakukan uji coba tes awal, peneliti melaksanakan kegiatan
selanjutnya yaitu pelaksanaan tes awal. Pelaksanaan tes awal ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 15 Agustus 2018 di kelas VIII C dengan jumlah siswa 23
siswa. Soal tes awal ini berjumlah 4 soal berbentuk uraian. Tes ini digunakan
sebagai tes awal untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar yang kemudian akan diberikan layanan bantuan dengan melihat
banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan tes diagnostik. Siswa yang
mengalami kesulitan belajar adalah siswa yang memperoleh nilai kurang dari
KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni 70.
Untuk lebih mengetahui mengenai kesulitan-kesulitan siswa serta
faktor-faktor penyebab kesulitan tersebut terjadi, peneliti kemudian
melakukan wawancara kepada subjek yang dilakukan pada hari Senin, 27
Agustus 2018.
Setelah kegiatan wawancara selesai, peneliti melakukan pembelajaran
remedial yang ditujukan bagi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar
tersebut. Pembelajaran remedial ini dilakukan pada hari Rabu, 12 September
2018. Pada pembelajaran remedial ini peneliti menjelaskan dan mengulang
bagian-bagian yang dianggap sulit oleh siswa. Setelah kegiatan pembelajaran
remedial selesai, peneliti memberikan tes remedial kepada siswa.
B. Hasil Analisis Data
Setelah peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII C,
kemudian peneliti memeriksa jawaban-jawaban siswa. Berikut tabel nilai
tes awal kelas VIII C.
Tabel 4.3 Nilai Tes Awal Kelas VIII C
No Nama
Dari 23 siswa kelas VIII C, 8 siswa belum mencapai batas tuntas.
kesulitan belajar. Jadi, 34,78% siswa kelas VIII C belum mencapai batas
tuntas dalam belajar dan mengalami kesulitan belajar.
2. Hasil Tes Remedial
Selanjutnya peneliti memberikan tes remedial kepada 8 siswa
yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah
melaksanakan pembelajaran remedial.
Tabel 4.4 Nilai Tes Remedial Kelas VIII C
No Nama
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hasil tes remedial dari 8 siswa setelah
melaksanakan pembelajaran remedial.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dalam tes awal, dari 23 siswa
terdapat 1 siswa yang memperoleh nilai tertinggi yakni 100, dan terdapat
1 siswa dengan nilai terendah yakni 30. Berikut tabel ketuntasan tes awal
kelas VIII C.
Tabel 4.5 Ketuntasan Tes Awal Kelas VIII C
No Nama
Siswa Total Skor Nilai Keterangan
1 S1 38 95 Tuntas
yang mendapatkan nilai tidak tuntas dan mengalami kesulitan dalam
memperoleh nilai tuntas sebanyak 15 siswa. Berikut daftar nilai siswa
yang mengalami kesulitan.
Tabel 4.6 Daftar Nilai Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
No Nama
Siswa Total Skor Nilai Keterangan
1. S3 18 45 Tidak Tuntas
2. S4 18 45 Tidak Tuntas
3. S9 19 47.5 Tidak Tuntas
4. S12 19 47.5 Tidak Tuntas
5. S13 16 40 Tidak Tuntas
6. S14 25 62.5 Tidak Tuntas
7. S20 13 32.5 Tidak Tuntas
8. S21 12 30 Tidak Tuntas
Dari tabel 4.6 peneliti mengelompokkan siswa-siswa yang belum
mencapai batas tuntas ketika mengerjakan soal koordinat kartesius.
2. Identifikasi Masalah
Selanjutnya untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam
mengerjakan soal-soal koordinat kartesius, peneliti menganalisis
pekerjaan siswa berdasarkan tes diagnostik. Peneliti mengelompokkan
jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa ketika mengerjakan soal tes
diagnostik. Berikut tabel yang memperlihatkan kesalahan-kesalahan
42
Tabel 4.7 Analisis Kesalahan Belajar Siswa pada Materi Koordinat Kartesius
No Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
1. Kesalahan Konsep S3
43 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
Berdasarkan jawaban siswa di atas, ditunjukkan bahwa siswa masih belum memahami cara menentukan jarak titik terhadap sumbu-x dan terhadap sumbu-y. Di soal diketahui koordinat titik B (4,5) kemudian siswa menjawab titik B berjarak 4 satuan dari sumbu-x dan berjarak 5 satuan dari sumbu-y begitu seterusnya.
S12
44 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
Kesalahan Konsep
S13
45 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
S21
46 Kesalahan Konsep S14
47 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
2. Kesalahan
Menginterpretasikan
Bahasa S3
48 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
S13
S14
S20
S21
S12
S 2 1 S 1 2
49 Kesalahan Konsep S4
50 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
51 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
S14
52 Kesalahan Konsep S9
53 S21
54 No
Soal
Jenis Kesalahan Nama Siswa
Analisis Kesalahan
Penyelesaian Tidak Diperiksa Kembali
S3
55 4. Penyelesaian Tidak
Diperiksa Kembali
S3
S9
Setelah peneliti menganalisis kesulitan-kesulitan siswa tersebut,
kemudian peneliti merekapitulasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengerjakan soal tes awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
banyaknya siswa yang mengalami kesalahan pada tiap jenis kesalahan.
Tabel 4.8 Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Nama
S4 Benar Kesalahan Konsep Tidak Dijawab Tidak Dijawab
S9
Kesalahan Konsep Penyelesaian Tidak Diperiksa Kembali
Kesalahan Konsep Tidak Dijawab
S14
Kesalahan Konsep Tidak Dijawab
S20
Kesalahan Konsep Tidak Dijawab
S21
Kesalahan Konsep Tidak Dijawab
Pada tabel 4.8 dapat dilihat jenis-jenis kesalahan yang dilakukan
siswa pada setiap nomor soal. Tabel ini digunakan untuk mengetahui letak
Tabel 4.9 Rekapitulasi Kesalahan Yang Dilakukan Siswa
Tabel 4.9 menunjukkan banyaknya siswa yang melakukan kesalahan
pada setiap nomor soal. Tabel ini digunkan untuk mengetahui jenis kesalahan
mana yang paling banyak dilakukan oleh siswa.
Dari hasil tes diagnostik terdapat 8 siswa yang belum mencapai batas
KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Berdasarkan hasil tes diagnostik
tersebut juga secara umum kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa saat
mengerjakan soal tes diagnostik adalah sebagai berikut:
1. Siswa kesulitan dalam menentukan posisi titik terhadap sumbu-x dan
posisi titik terhadap sumbu-y.
2. Siswa kesulitan dalam menggambar titik koordinat.
3. Siswa kesulitan dalam menggambar bangun datar pada bidang
koordinat.
4. Siswa kesulitan dalam menentukan suatu gambar bangun datar
berdasarkan titik koordinat.
5. Siswa kesulitan menentukan titik koordinat berdasarkan gambar.
7. Siswa masih kurang memahami isi dari soal yang diberikan.
3. Identifikasi Penyebab Masalah
a. Hasil Wawancara Siswa
Setelah melaksanakan tes awal atau tes diagnostik terhadap
siswa yang bertujuan untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar dan didapatkan 8 siswa yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal koordinat kartesius, peneliti kemudian
melakukan wawancara dengan para siswa tersebut untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
Dikarenakan waktu yang terbatas, maka jika ada siswa yang jenis
kesalahannya dalam satu nomor yang sama dengan siswa lainnya
maka peneliti hanya mengambil salah satu siswa sebagai
sampelnya. Transkrip wawancara dapat dilihat pada lampiran. Dari
hasil wawancara dengan siswa dapat diketahui:
1) Penyebab kesulitan dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu
kebiasaan belajar siswa diluar jam pelajaran yang masih
kurang. Siswa-siswa yang diwawancarai tidak memiliki
kegiatan belajar mengajar, seperti bimbel di luar sekolah.
Mereka cenderung hanya belajar soal-soal matematika di