• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan HTI Sengon 5.1.1 Pembibitan

Bibit merupakan komponen input penting dalam pembangunan hutan tanaman yang sejak awal harus diperhitungkan pengadaannya, baik dalam hal jumlah maupun sumbernya. Pengadaan bibit merupakan bagian dari rencana strategik yang harus masuk dalam perencanaan jangka panjang, karena lewat bibit peningkatan produktivitas lahan hutan dapat dicapai.

Kegiatan pembibitan di PT Nityasa Idola secara umum terbagi menjadi dua macam yaitu pembibitan yang dikelola oleh perusahaan dan pembibitan yang dikelola oleh masyarakat. Untuk pembibitan yang dikelola perusahaan, lokasinya terdapat di site Meranti dan site Bengkayang, sedangkan untuk pembibitan yang dikelola masyarakat, lokasinya terdapat di dua loksai di wilayah Kecamatan Meranti Bagian Selatan.

Kegiatan pengadaan bibit yang dilakukan PT. Nityasa Idola dilakukan dengan menggunakan single tube. Media pembibitan yang digunakan adalah akar paku (sagup) yang telah dicincang halus dan dicampur dengan dolomit untuk mengurangi tingkat keasaman media dengan dosis sebanyak 5 kg untuk setiap m3 media sagup. Selain itu, media tersebut juga dicampur dengan pupuk TSP dengan dosis sebanyak 4 kg untuk setiap m3 media sagup.

Setelah dilakukan pemupukan, media dapat dimasukkan ke dalam single tube. Tiga prinsip dasar dalam kegiatan pengisian media ke single tube adalah penuh, padat dan merata. Pengisian media dalam single tube dipadatkan. Single tube yang sudah diisi disiram dengan air hingga jenuh. Bila permukaan media turun, maka perlu dilakukan penambahan media kembali hingga penuh. Single tube yang sudah diisi kemudian dimasukkan ke dalam tray dan disusun dengan rapi.

Setelah media siap, maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan benih untuk ditanam di single tube. Sebelum ditanam, benih harus dipatahkan dormansinya terlebih dahulu yaitu dengan cara direndam dalam air panas selama

(2)

15 menit kemudian dilanjutkan dengan perendaman di air dingin selama 12 jam. Setelah itu benih diseleksi yaitu memisahkan benih yang berkualitas dengan benih yang tidak berkualitas. Setelah benih diseleksi, benih yang berkualitas segera ditanam dalam single tube dengan jumlah masing-masing 1 benih di dalam setiap single tube. Benih yang tumbuh segera dipindahkan di bawah shading net dengan intensitas naungan 50% selama dua minggu. Selanjutnya dipindahkan di bawah shading net dengan intensitas naungan 30% selama dua minggu.

Setelah bibit memenuhi kriteria, bibit dipindahkan ke area terbuka. Selama pembibitan, kegiatan pemeliharaan bibit yang dilakukan antara lain adalah penyiraman yang dilakukan 2-3 kali/hari, penyiangan gulma yang dilakukan dua minggu sekali dan pemupukan yang dilakukan dengan jadwal dan dosis seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Dosis pemupukan bibit

Hari Ke Jenis Pupuk Hari ke Jenis Pupuk

NPK TSP P.Daun NPK TSP P.Daun 5 10 0 0 45 20 0 2 10 15 0 2 50 30 0 2 15 15 0 2 55 30 0 2 20 15 0 2 60 25 20 2 25 15 0 2 65 25 20 2 30 20 0 2 70 20 20 2 35 20 0 2 75 20 20 2 40 20 0 2 80 20 20 2 5.1.2 Penyiapan Lahan

Kegiatan penyiapan lahan di PT Nityasa Idola secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 2 sistem yaitu:

1) Sistem penyiapan lahan manual

Sistem ini diterapkan pada kondisi lahan yang memiliki slope (kelerengan) lebih besar dari 20% sehingga tidak memungkinkan bagi alat berat (bulldozer) untuk dapat beroperasi. Secara umum kegiatan penyiapan lahan terbagi menjadi tiga kegiatan utama yaitu tebas, tebang dan chemical. Kegiatan tebas dilakukan pada belukar perdu yang memiliki diameter kurang dari 10 cm. Dalam kegiatan tebas, perusahaan mempunyai standar yang ditetapkan yaitu tinggi tebasan kurang dari 10 cm serta batang, cabang dan ranting hasil tebasan direncek. Setelah kegiatan tebas selesai, maka kegiatan dilanjutkan dengan

(3)

kegiatan tebang. Kegiatan tebang dilakukan pada pohon yang memiliki diameter lebih besar dari 10 cm. Sama seperti pada kegiatan tebas, pohon yang ditebang juga direncek dan memiliki standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 8. Standar rencekan penyiapan lahan manual

Diameter Tinggi Tunggul Panjang Rencekan

10 – 20 cm 25 cm 3,5 m

21 – 40 cm 40 cm 4,0 m

41 – 60 cm 100 cm Hanya dipotong ujung & pangkal saja >60 cm 130 cm Hanya dipotong ujung & pangkal saja

Setelah semua perdu dan pohon di lahan tersebut ditebas dan ditebang, maka dilakukan pembuatan jalur tanam. Jalur tanam dibuat berselang-seling dengan tumpukan hasil tebas tebang dengan lebar 1,5 m (jarak tanam 3m x 3m). Jalur tanam dibuat dengan arah Barat dan Timur dengan titik tanam tepi berjarak 1/2 jarak tanam dari jalan. Pada jalur tanam dilakukan kegiatan tebas rata tanah.

Fase terakhir dalam kegiatan penyiapan lahan secara manual adalah kegiatan chemical yaitu kegiatan pembersihan alang-alang dan gulma dengan cara penyemprotan menggunakan herbisida. Kegiatan ini dilakukan 14 hari pasca kegiatan pembuatan jalur tanam. Adapun herbisida yang digunakan pada kegiatan ini adalah gramoxone (untuk ilalang) dan round up (untuk gulma daun lebar dan kecil).

2) Sistem penyiapan lahan mekanis

Sistem penyiapan lahan mekanis dilakukan pada lahan yang memilki kelerengan lebih kecil dari 20% sehingga memungkinkan alat berat (bulldozer) untuk beroperasi. Secara umum, kegiatan penyiapan lahan secara mekanis dilakukan dalam beberapa sub kegiatan yaitu rebah injak; tebang dan rencek; pembuatan jalur tanam dan chemical.

Rebah injak dilakukan pada pohon atau vegetasi dengan diameter kurang dari 10 cm. Seperti namanya, pohon atau vegetasi direbahkan dan diinjak menggunakan dozer dengan posisi blade dozer diangkat 10 cm dari permukaan

(4)

tanah agar top soil tidak terkupas. Pohon yang sudah roboh direncek dan kemudian batang dan rantingnya ditinggal di lantai hutan.

Tebang dan rencek diawali dengan menebang pohon dengan diameter lebih dari 10 cm dengan membuat takik terlebih dahulu. Pucuk pohon yang ditebang kemudian direncek sedangkan batang utama ditarik dengan winch dozer dan dibuang di tempat yang tidak efektif. Penebangan dilakukan ke satu arah rebah mengikuti kontur alam. Batang, cabang dan ranting dari pohon harus rata permukaan tanah dan terlepas dari tunggul atau pohon lain.

5.1.3 Penanaman

Kegiatan penanaman secara umum terbagi menjadi empat tahapan yaitu seleksi bibit siap tanam, pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam dan penanaman.

5.1.3.1Seleksi Bibit Siap Tanam

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, hal pertama yang dilakukan adalah kegiatan penyeleksian bibit. Kegiatan ini dimaksudkan agar bibit yang ditanam nanti akan dapat tumbuh dengan baik di lokasi penanaman. Tentunya kegiatan penyeleksian ini dilakukan sesuai dengan standar Bibit Siap Tanam (BST) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Tabel 9 Standar bibit siap tanam

No Bagian Bibit Standar

1 Tinggi Bibit Lebih dari 20 cm

2 Daun Tidak terserang hama dan penyakit tanaman, jumlah daun lebih dari 3 tangkai

3 Batang Lurus, bertajuk 4 Batang berkayu 20% dari tinggi 5 Diameter leher akar Lebih dari 3 mm

6 Perakaran Kompak dan utuh, tidak growong, tidak patah bila diayun 5 kali

5.1.3.2Pengangkutan Bibit

Setelah bibit-bibit di persemaian diseleksi, kegiatan selanjutnya adalah pengangkutan ke lokasi penanaman. Bibit lolos seleksi tersebut diangkut menggunakan alat angkut yang aman dari hal-hal yang menyebabkan kerusakan

(5)

pada bibit saat pengangkutan. Alat angkut yang biasa digunakan dalam kegiatan pengangkutan bibit adalah jonder, mobil operasional kantor atau kalau dalam keadaan yang tidak memungkinkan kendaraan roda empat untuk masuk maka digunakan motor. Bibit disusun rapi dalam rak bibit yang diletakkan di alat transport dan diberi naungan agar bibit tidak kering saat pengangkutan. Bibit dibawa sesuai dengan kapasitas maksimal alat angkut ke tempat penyimpanan bibit sementara yang berada dekat dengan lokasi penanaman. Setibanya di lokasi, bibit disimpan di tempat yang teduh dan aman. Bibit harus diusahakan berada pada lokasi yang dekat dengan sumber air dan maksimum bibit disimpan selama tiga hari di lokasi penyimpanan sementara. Bibit-bibit yang belum ditanam harus dipelihara sesuai dengan standar pemeliharaan di persemaian hingga bibit tersebut ditanam agar tidak mati.

5.1.3.3Pembuatan Lubang Tanam

Setelah bibit diangkut ke lokasi penanaman dan lahan sudah siap untuk ditanam, kegiatan beranjak ke kegiatan penanaman. Salah satu bagian penting dari kegiatan penanaman adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam sangat mempengaruhi kemampuan bertahan bibit saat ditanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 20 cm dan kedalaman 20 cm. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran tersebut dimaksudkan agar ruang gerak pertumbuhan akar tidak terlalu sempit sehingga akar dapat berfungsi maksimal dalam mencari unsur hara sehingga pertumbuhan bibit baik. Pastikan bahwa tanah di sekitar lubang tanam harus dicangkul, dibalik dan digemburkan agar kemampuan aerasi tanah tetap terjaga. Lubang tanam tersebut dibuat dengan jarak tanam 3m x 3m sesuai dengan standar yang telah ditetapkan PT Nityasa Idola.

5.1.3.4Penananaman

Setelah lubang tanam siap, kegiatan selanjutnya adalah penanaman. Bibit siap tanam yang telah diseleksi sebelumnya dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah dibuat. Sebelum dimasukkan, ujung akar dari bibit siap tanam tersebut harus dipotong terlebih dahulu. Bibit siap tanam harus dalam keadaan tegak lurus dan memiliki perakaran yang kompak, utuh, tidak terlipat dan tidak hancur saat

(6)

dimasukkan ke dalam lubang tanam. Lubang tanam ditimbun dengan tanah yang gembur hingga setengah tinggi lubang tanam. Kemudian dilakukan kegiatan pemupukan dasar menggunakan pupuk TSP dengan dosis 160 gr/lubang tanam. Pemupukan dilakukan di atas kanan dan kiri bibit dengan jarak 10 cm dan kedalaman lubang 10 cm (untuk lahan relatif datar) dan di tanah bagian atas titik tanaman (untuk lahan yang miring). Setelah itu dilakukan penimbunan dengan tanah gembur hingga lubang tanam rata dengan permukaan tanah.

.

5.1.4 Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas pohon yang dihasilkan. Pemeliharaan menentukan pertumbuhan riap pohon. Kegiatan pemeliharaan tanaman di HTI PT Nityasa Idola terdiri dari beberapa kegiatan yaitu penyulaman, total weeding, chemical weeding, pemupukan, singling, pruning dan penjarangan. Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu fokus kegiatan PT Nityasa Idola selain penanaman. Kegiatan pemeliharaan saat ini mengalami permasalahan dalam pelaksanaannya karena sumberdaya manusia yang tersedia tidak mencukupi. Akibatnya banyak lahan yang tidak terawat karena keterlambatan pemeliharaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perusahaan mendatangkan pekerja dari pulau Jawa untuk kegiatan pemeliharaan.

Kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di HTI PT Nityasa Idola adalah sebagai berikut:

5.1.4.1Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan mengganti bibit yang mati atau tumbuh tidak normal di lokasi penanaman dengan bibit baru yang sehat. Penyulaman dilakukan setelah kegiatan pengecekan hasil penanaman yang dilakukan dua minggu setelah kegiatan penanaman.

5.1.4.2 Total weeding

Total weeding adalah kegiatan membersihkan gulma, tumbuhan bawah, rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya yang tumbuh di lahan penanaman.

(7)

Kegiatan ini dilakukan bila pertumbuhan gulma merata di seluruh areal dan tinggi gulma lebih rendah dari tinggi tanaman pokok. Gulma di seluruh areal tanaman ditebas dengan tinggi tebasan lebih rendah atau sama dengan 25 cm. Tanaman juga dibebaskan dari gulma yang melilit atau liana. Total weeding dilakukan sebanyak 6 kali yaitu pada umur 1-3 bulan, umur 4-6 bulan, umur 7-9 bulan, umur 10-13 bulan, umur 14-17 bulan dan umur 18-24 bulan.

5.1.4.3Chemical Weeding

Kegiatan ini dilakukan pada areal yang gulmanya berupa alang-alang. Namun apabila sulit untuk dilaksanakan karena gulma terlalu tinggi, maka terlebih dahulu harus dilakukan total weeding. Herbisida yang digunakan terdapat dua jenis yaitu gramoxone dan round up. Gramoxone digunakan untuk lahan yang tanaman pengganggunya didominasi oleh ilalang. Sedangkan round up digunakan untuk lahan yang tanaman pengganggunya didominasi oleh gulma berdaun lebar. Dosis untuk gramoxone adalah 3 liter/ha/250 liter air. Sedangkan untuk round up dosisnya adalah 3 liter/ha/300 liter air. Kegiatan chemical weeding dilakukan pasca kegiatan total weeding dilaksanakan atau dilakukan sebanyak enam kali dalam satu daur tanam.

5.1.4.4Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada tanaman umur 3-4 bulan menggunakan pupuk urea dengan dosis sebanyak 40 gr/pohon. Lubang pemupukan dibuat pada jarak 30 cm dari tanaman dengan kedalaman lubang 7-10 cm. Untuk di lahan yang landai, lubang pemupukan dibuat pada dua sisi tanaman dengan dosis pupuk yang dibagi dua. Sedangkan untuk di lahan yang miring, lubang pemupukan hanya dibuat di sisi atas bagian areal yang miring.

5.1.4.5 Singling

Singling adalah pemotongan salah satu batang pada tanaman yang memiliki batang ganda. Singling dimaksudkan sebagai upaya menghindarkan tumbuhnya lebih dari satu batang kayu dari setiap pohon. Batang yang ditinggalkan adalah batang yang terbaik (diameter besar, lurus dan sehat). Batang

(8)

yang tidak terpilih dipotong dengan menggunakan gergaji. Kegiatan singling dilakukan pada saat tinggi tanaman 1,5-2,5 m (sekitar umur 6-9 bulan

5.1.4.6Pruning

Pemangkasan cabang (pruning) dimaksudkan untuk mencapai tujuan menghasilkan kayu pertukangan yaitu kayu gelondongan yang dihasilkan oleh batang tunggal yang lurus sepanjang mungkin dan relatif silindris. Manfaat pemangkasan cabang dicerminkan oleh makin tingginya nilai ekonomi log. Pruning dilakukan bila diameter batang mencapai 6 cm (diperkirakan sekitar umur 6-9 bulan). Pruning dilakukan pada 40% dari tinggi total tanaman, sehingga tidak ada lagi cabang hingga batas tinggi tersebut. Cabang dipotong dengan menggunakan gergaji pruning yang dilakukan rapat batang dari arah bawah ke arah atas. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya pengelupasan kulit kayu pada batang utama tanaman. Untuk cabang berukuran besar, cara pruning yang dilakukan dengan memotong cabang secara bertahap. Tahap pertama cabang dipotong agak jauh dari batang, selanjutnya pemotongan kedua baru dilakukan rapat batang.

5.1.4.7Penjarangan

Sebagai sebuah tindakan silvikultur, penjarangan ditujukan kepada pemaksimalan nilai tegakan sisa. Di HTI PT Nityasa Idola belum dilakukan kegiatan penjarangan baik yang non komersil maupun komersil karena usia tanaman yang belum mencukupi. Namun secara umum kegiatan penjarangan di PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua yaitu:

a. Penjarangan non komersial

Penjarangan ini dilakukan pada umur tanaman 2 tahun dengan meninggalkan 550 batang/ha atau kira-kira 50% dari total jumlah batang. Kriteria utama penjarangan non komersial ini adalah keseragaman ruang tumbuh. Penjarangan ini tidak menghasilkan kayu apapun. Pada penjarangan ini diperkirakan akan ”dibuang” sekitar 40% volume tegakan dalam bentuk kayu dari ukuran-ukuran diameter yang tidak komersial. Setelah penjarangan

(9)

pre-commercial ini, kegiatan pemupukan dan pemangkasan cabang kemungkinan perlu dilakukan. Aplikasi herbisida juga perlu, mengingat kegiatan penjarangan ini telah membebaskan lantai hutan dari naungan tajuk.

b. Penjarangan komersial

Penjarangan ini dilakukan pada tanaman berumur 4 tahun (tahun kelima sejak tanam). Pada kegiatan penjarangan ini ditinggalkan sekitar 350 batang per hektar. Penjarangan ini akan menghasilkan kayu sekitar 25 m3/ha.

Beberapa tujuan dilaksanakannya kegiatan penjarangan adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi jumlah pohon dalam tegakan agar pohon yang ditinggalkan mempunyai cukup ruang untuk perkembangan tajuk dan akar sehingga perkembangan riap dapat mencapai ukuran yang dapat digunakan dengan cepat.

2. Untuk menciptakan tegakan yang sehat dilakukan dengan membuang pohon-pohon yang mati, terkena penyakit, rusak dan mengurangi kompetisi untuk menghindari stress yang akan merangsang timbulnya penyakit.

3. Untuk menghilangkan pohon-pohon yang jelek pertumbuhannya misalnya bengkok atau menggarpu

4. Untuk mendapatkan “pemasukan antara” dari penjualan kayu hasil penjarangan.

5.2 Pengelolaan Industri Veneer

5.2.1 Proses Produksi Veneer

Tahapan awal dalam kegiatan produksi veneer di PT Nityasa Idola adalah melakukan scaling dan grading pada log yang masuk. Scaling adalah mengukur dimensi log yaitu panjang log dan diameter log. Sedangkan grading adalah memisahkan log berdasarkan ukurannya. Log yang masuk harus memenuhi standar ukuran yang ditetapkan PT Nityasa Idola yaitu memiliki diameter > 15 cm dan panjang 130 ± 2 cm. Log yang telah diukur diameter dan panjangnya serta telah memenuhi standar kemudian dipisahkan menjadi dua kelas yaitu log yang memiliki diameter 15 – 28 cm serta log yang memiliki diameter > 28 cm. Log

(10)

berukuran diameter 15 – 28 cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindless. Sedangkan untuk log yang memiliki diameter > 28 cm akan diolah menjadi veneer menggunakan mesin rotary spindle. Sebelum log diolah menjadi veneer harus dilakukan pengupasan kulit kayu terlebih dahulu. Kegiatan pengupasan log terbagi menjadi dua macam yaitu pengupasan secara manual (untuk log > 28 cm) dan pengupasan mekanis menggunakan mesin round up (untuk log 15-28 cm). Log berukuran 15 – 28 cm harus dikupas secara mekanis menggunakan mesin round up dikarenakan log yang akan diolah menggunakan mesin rotary spindless harus memiliki bentuk yang silindris.

Setelah log dikupas, selanjutnya log diolah menjadi veneer menggunakan mesin rottary spindless (untuk log 15-28 cm) dan rottary spindle (untuk log > 28 cm). Tingkat rendemen rata-rata dari kedua mesin tersebut adalah sebesar 65%. Nilai tersebut berarti mesin akan menghasilkan volume veneer sebesar 65% dari volume log yang diolah. Proses produksi veneer dari log sengon secara umum tersajikan dalam Gambar 5.

Sumber: Hasil pengamatan

Gambar 5 Diagram alir produksi veneer Scaling & Grading Log d > 28 cm Log d < 28 cm Kupas Kulit Manual Kupas Kulit Round Up Rotarry Spindle Rotarry Spindless Veneer Log Masuk Veneer

(11)

5.2.2 Produk Industri

Produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu PT Nityasa Idola adalah veneer. Veneer yang diproduksi PT Nityasa Idola memiliki ukuran lebar 126 cm dan ketebalan 2,2 mm. Secara umum veneer produksi PT Nityasa Idola terbagi menjadi dua kelas kualitas yaitu OOP dan Random. Pembagian kelas kualitas tersebut berdasarkan panjang dari veneer yang dihasilkan. Berikut adalah karakteristik dari OOP dan Random:

Tabel 10 Perbedaan karakteristik OOP dan random

No Karakteristik OOP random

1 Panjang 260 cm p>10 cm & p< 260 cm

2 Lebar 126 cm 126 cm

3 Tebal 2,2 mm 2,2 mm

4 Proporsi Produksi 80% 20

5.3Penerimaan dan Biaya HTI 5.3.1 Penerimaan

Penerimaan HTI PT Nityasa Idola berasal dari penjualan kayu sengon hasil penjarangan komersil dan pemanenan. Hasil penjualan dihitung dengan mengkalikan volume kayu yang dihasilkan dengan tarif harga jual kayu sengon di wilayah sekitar HTI. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan penjarangan komersil dan pemanenan, maka untuk volume hasil panen kayu per hektar diasumsikan sebesar 25 m3 untuk penjarangan komersial dan 125 m3 untuk pemanenan. Asumsi tersebut didasarkan pada target perusahaan yang tercantum dalam buku Rencana Karya Umum PT Nityasa Idola. Untuk harga kayu sengon didasarkan pada harga beli kayu sengon yang ditetapkan Industri Veneer PT Nityasa Idola di Ngabang yaitu Rp 350.000/m3 .

Tabel 11 menyajikan data dugaan volume kayu dan penerimaan yang didapatkan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan setiap tahunnya.

(12)

Tabel 11 Tabel dugaan volume kayu dan penerimaan dari hasil kegiatan penjarangan dan pemanenan

Tahun

Volume Volume Volume Penerimaan Penerimaan Penerimaan Penjarangan (m3) Pemanenan (m3) Total (m3) Penjarangan (Rp) Pemanenan (Rp) Total (Rp) 2008 0 0 0 0 0 0 2009 0 0 0 0 0 0 2010 0 0 0 0 0 0 2011 0 0 0 0 0 0 2012 7.100 0 7.100 2.485.000.000 0 2.485.000.000 2013 36.675 0 36.675 12.836.250.000 0 12.836.250.000 2014 30.000 0 30.000 10.500.000.000 0 10.500.000.000 2015 30.000 35.500 65.500 10.500.000.000 12.425.000.000 22.925.000.000 2016 30.000 183.375 213.375 10.500.000.000 64.181.250.000 74.681.250.000 2017 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2018 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2019 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2020 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2021 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2022 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2023 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2024 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2025 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2026 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2027 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2028 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2029 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2030 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000 2031 30.000 150.000 180.000 10.500.000.000 52.500.000.000 63.000.000.000

Pada tahun – tahun awal kegiatan pengelolaan HTI Sengon, PT Nityasa Idola belum mendapatkan penerimaan. Penerimaan pertama didapatkan pada tahun 2012 yang berasal dari hasil penjarangan komersial tanaman tahun 2008. Besarnya penerimaan adalah sebesar Rp 8.750.000/ha sehingga total penerimaan untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 2.485.000.000 dari hasil penjarangan komersil lahan seluas 284 ha. Sedangkan penerimaan dari kegiatan pemanenan baru didapatkan pada akhir daur pertama yaitu pada tahun 2016 dengan nilai sebesar Rp 43.750.000/ha

Penerimaan terbesar diperoleh pada tahun 2016 yang merupakan hasil penjarangan tanaman tahun 2013 dan pemanenan tanaman tahun 2009. Nilai

(13)

penerimaan penjarangan pada tahun tersebut diperkirakan sebesar Rp 10.500.000.000 sedangkan untuk penerimaan pemanenan diperkirakan sebesar Rp 64.181.250.000. Total penerimaan pada tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp 74.681.250.000.

5.3.2 Biaya

Biaya pengelolaan HTI Sengon PT Nityasa Idola terdiri dari pembangunan sarana dan prasarana, administrasi dan umum, perencanaan, pengadaan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan hutan, kewajiban kepada negara, kewajiban kepada lingkungan dan pemanenan.

Tabel 12 Biaya pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola

No Kegiatan Biaya(Rp/Ha)

1 Pembangunan Sarana dan Prasarana 2.645.157

2 Administrasi Dan Umum 1.224.610

3 Perencanaan 319.407

4 Pengadaan Bibit 722.000

5 Penyiapan Lahan 2.421.950

6 Penanaman 1.186.548

7 Pemeliharaan 3.934.120

8 Perlindungan Dan Pengamanan Hutan 493.050

9 Kewajiban Kepada Negara 10.700

10 Kewajiban Kepada Lingkungan 220.430

11 Pemanenan 22.500.000

Total Biaya 35.677.971

Biaya pembangunan sarana dan prasarana ini meliputi investasi bangunan, peralatan dan jalan, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana serta depresiasi sarana dan prasarana. Masa pakai sarana dan prasarana diasumsikan selama 15 tahun, sehingga saat masa pakainya telah mencapai masa tersebut harus dilakukan kembali kegiatan reinvestasi. Nilai investasi bangunan, peralatan dan jalan adalah sebesar Rp 2.449.219/ha sedangkan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana adalah sebesar Rp 32.657/ha. Kedua nilai tersebut didapatkan dari rataan biaya terendah dan tertinggi dari standar biaya pembangunan HTI

(14)

Departemen Kehutanan, sedangkan untuk nilai depresiasi per tahun didapatkan dari pembagian antara jumlah investasi dengan masa pakainya (15 tahun).

Biaya administrasi dan umum terdiri dari biaya pendidikan dan latihan, penelitian dan pengembangan, biaya umum dan biaya penilaian. Biaya pendidikan dan latihan nilainya sebesar Rp 48.985/ha. Biaya penelitian dan pengembangan nilainya sebesar Rp 97.969/ha. Biaya umum nilainya adalah sebesar Rp 976.688/ha dan biaya penilaian sebesar Rp 97.969/ha.

Komponen biaya perencanaan terdiri dari biaya penyusunan FS dan AMDAL, penyusunan RKU, penyusunan RKT, pelaksanaan Inventarisasi, pelaksanaan tata batas dan penataan areal. Biaya dari setiap sub kegiatan perencanaan berturut-turut adalah Rp 32.657/ha, Rp 24.492/ha, Rp 12.500/ha, Rp 13.000/ha, Rp 40.821/ha dan Rp 195.938/ha.

Komponen biaya dalam pengadaan bibit/persemaian terdiri dari biaya pengadaan logistik (media tanam, benih, pupuk, air dan lain lain), upah pekerja di persemaian, serta pengangkutan bibit. Biaya pengadaan bibit diperoleh dari pembagian antara jumlah biaya yang dikeluarkan di persemaian selama sebulan dengan jumlah bibit yang dihasilkan pada bulan tersebut. Nilainya didapatkan sebesar Rp 500/bibit. Dengan demikian untuk satu hektar lahan dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan tingkat penyulaman sebesar 30% dibutuhkan biaya untuk pengadaan bibit sebesar Rp 722.000.

Lahan di PT Nityasa Idola sebagian besar diklaim milik masyarakat sehingga saat ingin membangun HTI di suatu lahan, perusahaan harus membuat suatu program kerjasama dengan masyarakat. Perjanjian tersebut tertuang dalam sebuah dokumen yang bernama Mata beliung. Salah satu poin dalam perjanjian tersebut adalah perusahaan harus membayar uang kompensasi lahan sebesar Rp 60.000/ha serta memberikan 21 buah bibit karet unggul/ha lahan dengan harga Rp 3.500/bibit kepada masyarakat. Biaya tersebut merupakan komponen dari kegiatan penyiapan lahan.

Kegiatan penyiapan lahan di PT Nityasa Idola terdiri dari dua macam yaitu penyiapan lahan manual dan mekanis. Penyiapan lahan manual dilaksanakan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan maupun masyarakat sekitar. Upah borongan penyiapan lahan terbagi menjadi empat kelas sesuai dengan kondisi

(15)

tegakan/vegetasi pada lahan. Tarif upah borongan penyiapan lahan manual di PT Nityasa Idola disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Klasifikasi upah borongan kegiatan penyiapan lahan manual berdasarkan kelas lahan

No Kelas Lahan Upah Borongan (Rp/Ha)

1 Ex Ladang 800.000

2 Ringan 1.150.000

3 Sedang 1.250.000

4 Berat 1.350.000

Untuk penyiapan lahan mekanis, biaya yang dikeluarkan antara lain untuk menyewa alat berat, bahan bakar alat berat serta upah operator alat berat. Adapun standar biaya penyiapan lahan mekanis PT Nityasa Idola adalah sebesar Rp 2.830.073/ha.

Unsur biaya dalam kegiatan penanaman adalah untuk pembayaran upah penanaman dan pengadaan pupuk. Kegiatan penanaman di PT Nityasa Idola dilakukan dengan sistem borongan oleh pemilik lahan atau masyarakat sekitar dengan upah sebesar Rp 300/lubang tanam, sehingga untuk lahan dengan luas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp 333.300. Selain untuk pembayaran upah borongan, komponen biaya lain adalah untuk pupuk. Untuk setiap lubang tanam dibutuhkan pupuk TSP sebanyak 160 gram. Dengan harga pupuk TSP Rp 4.800/kg, maka biaya untuk pemupukan adalah sebesar Rp 768/lubang tanam atau sebesar Rp 853.248/ha.

Kegiatan pemeliharaan terdiri dari tujuh sub kegiatan yaitu penyulaman, pemupukan, total weeding, chemical, pruning, singling dan penjarangan. Untuk kegiatan penyulaman biayanya adalah sebesar Rp 99.990/ha dengan asumsi tingkat penyulamannya adalah sebesar 30%. Biaya tersebut adalah untuk pembayaran upah borongan penyulaman sebesar Rp 300/lubang tanam. Kegiatan pemupukan dilakukan pada saat usia tanaman 3-4 bulan. Pemupukan dilakukan secara borongan dengan upah sebesar Rp 60/tanaman, sehingga untuk 1 hektar lahan biaya upah pemupukan adalah Rp 66.660. Selain untuk upah borongan, kebutuhan biaya lainnya adalah untuk pengadaan pupuk urea. Untuk setiap

(16)

tanaman diberikan pupuk urea sebanyak 40 gr. Dengan harga pupuk urea Rp 2.500/kg, maka untuk pengadaan pupuk dibutuhkan biaya Rp 166.650/ha.

Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah total weeding dan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan secara berurutan. Setelah kegiatan total weeding harus dilakukan kegiatan chemical. Kedua kegiatan tersebut dilakukan sebanyak enam kali, yaitu empat kali di tahun pertama tanam dan dua kali di tahun kedua tanam. Untuk total weeding, upah borongannya adalah sebesar Rp 105.000/ha sedangkan chemical upah borongannya adalah Rp 75.000/ha. Untuk kegiatan chemical dibutuhkan biaya lain yaitu untuk pengadaan herbisida dan pengadaan air dengan nilai masing masing sebesar Rp 40.000/ha dan Rp 10.000/ha.

Singling dan pruning dilakukan satu kali selama satu daur tanaman. Kedua kegiatan tersebut memiliki upah borongan sebesar Rp 60/tanaman. Sehingga untuk lahan seluas satu ha dibutuhkan biaya sebesar Rp 66.660.

Kegiatan penjarangan terbagi atas dua macam yaitu penjarangan non komersial yang dilakukan pada tanaman berumur dua tahun dan penjarangan komersial pada tanaman umur empat tahun. Untuk penjarangan non komersial, tarif yang ditentukan perusahaan adalah Rp 150.000/ha. Sedangkan untuk penjarangan komersil, upah borongannya adalah Rp 75.000/m3. Untuk penjarangan komersil, perusahaan harus memberikan bagi hasil kepada pemilik lahan sebesar Rp 2.500/m3.

Perlindungan dan pengamanan hutan merupakan salah satu kegiatan penting dalam sebuah HTI. Secara umum kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan dapat dibagi menjadi tiga sub kegiatan yaitu pengendalian hama dan penyakit, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan. Karena PT Nityasa Idola belum melaksanakan kegiatan ini, maka untuk biayanya diperoleh dari standar biaya pembangunan HTI Departemen Kehutanan. Untuk pengendalian hama dan penyakit biayanya adalah sebesar Rp 260.300/ha, pengendalian kebakaran sebesar Rp 110.438/ha dan pengamanan hutan sebesar Rp 122.313.

Selain untuk kegiatan operasional, perusahaan juga harus menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban antara lain kewajiban kepada negara dan kewajiban kepada lingkungan. Kewajiban kepada negara antara lain untuk

(17)

pembayaran iuran IUPHHK sebesar Rp 7.200/ha dan PBB sebesar Rp 3.500/ha. Sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan terbagi menjadi dua yaitu kewajiban lingkungan fisik kimia biologi dan kewajiban lingkungan sosial. Untuk kewajiban lingkungan fisik kimia biologi nilainya adalah sebesar Rp 97.969/ha sedangkan untuk kewajiban kepada lingkungan sosial nilainya adalah sebesar Rp 122.461/ha.

Untuk biaya penebangan terdiri dari tiga macam yaitu untuk upah penebangan dan penyaradan, mata beliung dan pengangkutan. Kegiatan penebangan dan penyaradan dilakukan secara borongan oleh kontraktor. Besarnya pendapatan yang diperoleh seorang kontraktor adalah sebesar Rp 75.000/m3. Dalam perjanjian mata beliung antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan, terdapat salah satu poin yang mengharuskan perusahaan memberikan bagi hasil saat pemanenan yaitu sebesar Rp 5.000/m3. Log yang telah ditebang dan disarad harus diangkut ke industri veneer untuk diolah. Log diangkut menggunakan truk yang telah dimodifikasi bagian bak-nya sehingga memiliki kapasitas angkut sebesar 10 m3/truk. Biaya untuk menyewa dan bahan bakar truk adalah sebesar Rp 1.000.000/truk, sehingga biaya pengangkutan adalah sebesar Rp 100.000/m3.

5.4Penerimaan dan Biaya Industri Veneer

5.4.1 Penerimaan

Penerimaan industri veneer PT Nityasa Idola berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Penerimaan industri veneer berasal dari penjualan veneer hasil produksi. Industri Veneer PT Nityasa Idola memiliki tingkat recovery (rendemen) produk sebesar 65%, yang berarti untuk setiap 1 m3 bahan baku, akan dihasilkan 0,6 m3 veneer. Secara umum veneer hasil produksi PT Nityasa Idola terdiri atas dua macam yaitu OOP dan Random. Proporsi produksi OOP dan Random adalah 80% dan 20%. Nilai jual dari veneer jenis OOP adalah Rp 1.400.000/m3 sedangkan untuk random adalah Rp 850.000/m3. Jadi untuk setiap 1 m3 log sengon dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 838.500.

Berikut adalah dugaan volume dan penerimaan dari produksi veneer PT Nityasa Idola.

(18)

Tabel 14 Dugaan volume dan penerimaan dari hasil produksi veneer PT Nityasa Idola

Tahun

Produksi Produksi Produksi Penerimaan Penerimaan Penerimaan OOP

(m3) Rendem

Total

(m3) OOP (Rp) Rendem (Rp) Total (Rp)

2008 0 0 0 0 0 0 2009 0 0 0 0 0 0 2010 0 0 0 0 0 0 2011 0 0 0 0 0 0 2012 3.692 923 4.615 5.168.800.000 784.550.000 5.953.350.000 2013 19.071 4.768 23.839 26.699.400.000 4.052.587.500 30.751.987.500 2014 15.600 3.900 19.500 21.840.000.000 3.315.000.000 25.155.000.000 2015 15.600 3.900 19.500 21.840.000.000 3.315.000.000 25.155.000.000 2016 34.060 8.515 42.575 47.684.000.000 7.237.750.000 54.921.750.000 2017 110.955 27.739 138.694 155.337.000.000 23.577.937.500 178.914.937.500 2018 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2019 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2020 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2021 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2022 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2023 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2024 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2025 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2026 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2027 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2028 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2029 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2030 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000 2031 93.600 23.400 117.000 131.040.000.000 19.890.000.000 150.930.000.000

Industri veneer baru memulai kegiatan produksi pada tahun 2012 yaitu pada saat HTI PT Nityasa Idola telah menghasilkan log sengon dari hasil penjarangan. Pada tahun tersebut Industri Veneer PT Nityasa Idola menghasilkan penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp 5.168.800.000 dan dari penjualan veneer random sebesar Rp 784.550.000

Penerimaan terbesar Industri Veneer PT Nityasa Idola diperoleh pada tahun 2017 yaitu penerimaan dari penjualan veneer OOP sebesar Rp 155.337.000.000 dan penerimaan dari penjualan veneer random sebesar Rp 23.577.937.500. Sehingga total penerimaan pada tahun tersebut adalah sebesar Rp 178.914.937.500.

(19)

5.4.2 Biaya

Secara umum biaya di Industri veneer PT Nityasa Idola dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Data biaya tetap dan variabel yang digunakan dalam analisis finansial PT Nityasa Idola bersumber dari laporan performance cost industri veneer PT Nityasa Idola bulan Januari 2010 – Juli 2010.

Biaya investasi adalah biaya yang digunakan untuk membangun pabrik dan pengadaan sarana dan prasarana. Berdasarkan Statistik Kehutanan 2009, diketahui biaya rata-rata pembangunan pabrik veneer dengan kapasitas efektif produksi 6.000 m3/tahun adalah sebesar Rp 1.825.000.0001.

Untuk biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja (Gaji, Astek, lembur), biaya depresiasi, biaya perawatan, biaya kebutuhan kantor dan mess dan biaya lain-lain. Nilai biaya tetap ditampilkan pada tabel 15.

Tabel 15 Biaya tetap industri veneer PT Nityasa Idola

No Biaya Tetap Biaya (Rp/m3)

1 Tenaga kerja 6.788

2 Depresiasi (Ʃ investasi/15)

3 Perawatan 22.766

4 Kebutuhan kantor dan mess 1.121

5 Lain-lain 56.550

Selain biaya tetap dan biaya investasi, terdapat satu kelompok biaya lagi yaitu biaya variabel. Biaya ini nilainya berbanding lurus dengan produksi inndustri veneer. Biaya variabel terdiri dari empat macam biaya yaitu biaya log, biaya upah, biaya material selain log dan biaya solar. Adapun nilai dari masing-masing biaya tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 16 Biaya variabel industri veneer PT Nityasa Idola

No Biaya Variable Biaya (Rp/m3)

1 Log 350.000

2 Upah 83.000

3 Material selain log 58.000

4 Pengiriman ke jakarta 275.000

5 Solar 94.000

1

Nilai tersebut didapatkan dari rata-rata biaya investasi dari 3 perusahaan yang bergerak di bidang industri veneer yaitu PT Kutai Timber Indonesia, PT Mustika Buana Sejahtera dan PT Daya Sakti Unggul.

(20)

5.5Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode analisis arus tunai yang didiskonto. Perhitungan kriteria kelayakan investasi didasarkan kepada besarnya penerimaan dan biaya selama kegiatan investasi. Masa investasi yang digunakan adalah selama tiga daur tanaman sengon (24 tahun). Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Dalam kegiatan analisis kelayakan investasi digunakan suku bunga 12% (suku bunga kredit bank). Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk HTI dan industri veneer. Besarnya aliran kas dari usaha HTI dan industri veneer PT Nityasa Idola ditampilkan pada Tabel 17.

(21)

Tabel 17 Aliran kas usaha PT Nityasa Idola selama 3 daur (24 tahun)

Tahun

HTI Industri Veneer Gabungan HTI dan Industri

Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan Biaya Penerimaan Pendapatan

2008 9.409.053.879 0 (9.409.053.879) 0 0 0 9.409.053.879 0 (9.409.053.879) 2009 48.779.413.433 0 (48.779.413.433) 0 0 0 48.779.413.433 0 (48.779.413.433) 2010 40.759.891.186 0 (40.759.891.186) 0 0 0 40.759.891.186 0 (40.759.891.186) 2011 41.010.458.706 0 (41.010.458.706) 1.403.729.167 0 (1.403.729.167) 42.414.187.873 0 (42.414.187.873) 2012 41.716.596.226 2.485.000.000 (39.231.596.226) 11.430.504.662 5.953.350.000 (5.477.154.662) 50.413.600.888 5.953.350.000 (44.460.250.888) 2013 44.204.596.246 12.836.250.000 (31.368.346.246) 28.840.397.156 30.751.987.500 1.911.590.344 58.925.118.402 30.751.987.500 (28.173.130.902) 2014 43.883.221.266 10.500.000.000 (33.383.221.266) 23.679.307.125 25.155.000.000 1.475.692.875 56.012.528.391 25.155.000.000 (30.857.528.391) 2015 44.079.158.786 10.500.000.000 (33.579.158.786) 29.378.249.833 25.155.000.000 (4.223.249.833) 61.907.408.619 25.155.000.000 (36.752.408.619) 2016 41.140.095.986 22.925.000.000 (18.215.095.986) 80.743.850.226 54.921.750.000 (25.822.100.226) 96.666.446.212 54.921.750.000 (41.744.696.212) 2017 41.140.095.986 74.681.250.000 33.541.154.014 167.793.312.695 178.914.937.500 11.121.624.805 126.784.033.681 178.914.937.500 52.130.903.819 2018 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2019 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2020 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2021 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2022 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 113.827.958.528 150.930.000.000 37.102.041.472 2023 41.835.674.182 63.000.000.000 21.164.325.818 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 114.523.536.724 150.930.000.000 36.406.463.276 2024 44.733.100.259 63.000.000.000 18.266.899.741 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 117.420.962.801 150.930.000.000 33.509.037.199 2025 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2026 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 143.391.591.708 150.930.000.000 7.538.408.292 118.170.750.494 150.930.000.000 32.759.249.506 2027 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.835.086.500 150.930.000.000 3.094.913.500 122.614.245.286 150.930.000.000 28.315.754.714 2028 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2029 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 141.987.862.542 150.930.000.000 8.942.137.458 116.767.021.328 150.930.000.000 34.162.978.672 2030 44.079.158.786 63.000.000.000 18.920.841.214 147.686.805.250 150.930.000.000 3.243.194.750 122.465.964.036 150.930.000.000 28.464.035.964 2031 41.140.095.986 63.000.000.000 21.859.904.014 171.223.982.333 150.930.000.000 (20.293.982.333) 143.064.078.319 150.930.000.000 7.865.921.681 39

(22)

Perhitungan terhadap ketiga kriteria kelayakan investasi dilakukan dengan menggunakan faktor diskonto terhadap biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh selama tiga daur. Biaya dan penerimaan didiskonto dengan menggunakan tingkat suku bunga. Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada HTI PT Nityasa Idola dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 18 Nilai kriteria kelayakan investasi HTI PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) (192.769.710.566)

BCR 0,22

IRR (%) -3,15

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola dapat dilihat bahwa kegiatan investasi tidak layak. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif, BCR kurang dari 1 dan IRR lebih kecil daripada suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp 192.769.710.566). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,22. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah -3,15%. Nilai IRR menunjukkan bahwa investasi baru memberikan nilai NPV=0 (layak dilaksanakan) pada tingkat suku bunga sebesar -3,15%.

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pada industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 18:

Tabel 19 Nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) 17.995.905.895

BCR 1,88

IRR (%) 27,43%

Dilihat dari nilai Net Present Value (NPV), investasi Indutri Veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan pada tingkat suku bunga yang berlaku. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai NPV nya yang lebih besar daripada nol. Hal tersebut menggambarkan nilai kini manfaat yang diperoleh industri veneer PT Nityasa Idola lebih besar dari nilai kini biayanya. Nilai NPV yang didapat adalah

(23)

Rp 17.995.905.895. Dari nilai NPV dapat terlihat hubungan antara NPV dengan tingkat suku bunga yaitu semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin rendah nilai NPV.

Dilihat dari nilai benefit cost ratio (BCR), investasi industri veneer PT Nityasa Idola juga layak untuk dilaksanakan. hal tersebut dapat dilihat dari nilai BCR-nya yang lebih besar daripada 1 yaitu sebesar 1,88.

Sama seperti kriteria kelayakan investasi yang lainnya, nilai IRR dari investasi industri veneer PT Nityasa Idola layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari nilai IRR-nya yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi gabungan antara hutan tanaman dan industri veneer PT Nityasa Idola dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 20 Nilai kriteria kelayakan investasi gabungan hutan tanaman sengon dan industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kelayakan Investasi Nilai

NPV (Rp) (173.221.397.004)

BCR 0,56

IRR (%) 0,87

Berdasarkan hasil analisis finansial menggunakan tiga kriteria kelayakan investasi, terlihat bahwa pengusahaan HTI dan Industri Veneer sebagai sebuah kesatuan usaha tidak layak atau tidak menguntungkan bagi pemiliknya. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai BCR yang lebih kecil dari satu dan nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang didapat adalah (Rp 173.221.397.004). Sedangkan untuk BCR diperoleh nilainya adalah 0,56. Untuk IRR didapatkan nilainya adalah 0,87%. Nilai IRR menunjukkan bahwa pengusahaan HTI dan industri veneer PT Nityasa sebagai sebuah kesatuan usaha memberikan nilai manfaat bersih yang sama dengan nilai biaya bersih pada tingkat suku bunga sebesar 0,87%. Jika tingkat suku bunga lebih dari 0,87% maka usaha PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan.

Dari ketiga analisis finansial, dapat terlihat bahwa HTI PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal yang diduga menyebabkan usaha tersebut tidak layak adalah target tanam yang tidak tercapai. Dari target tanam sebesar 5.250 ha, HTI PT Nityasa Idola hanya dapat melakukan penanaman seluas 284 ha

(24)

pada tahun 2008 dan 1.467 ha pada tahun 2010. Hal tersebut tidak sebanding dengan biaya investasi dan biaya tetap yang dikeluarkan.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan kerugian pengusahaan HTI sengon PT Nityasa Idola adalah harga log sengon yang ditetapkan perusahaan rendah yaitu Rp 350.000/m3. Sehingga menyebabkan penerimaan PT Nityasa Idola dari hasil penjualan log menjadi rendah. Namun penetapan harga yang rendah tersebut memiliki dampak positif yaitu PT Nityasa Idola dapat memperoleh log sengon dari hutan rakyat di sekitar perusahaan dengan harga tersebut. Penetapan harga log yang rendah secara finansial berdampak negatif pada HTI, namun harga rendah tersebut secara finansial berdampak positif terhadap industri veneer PT Nityasa Idola.

Sebagai sebuah kesatuan usaha, HTI PT dan industri veneer PT Nityasa Idola memang tidak layak jika dilihat dari nilai ketiga kriteria kelayakannya. Namun hal tersebut wajar karena produk yang dihasilkan industri veneer PT Nityasa Idola masih berupa produk setengah jadi yang selanjutnya akan diolah kembali di Industri milik PT Dharma Satya Nusantara yang masih satu grup usaha dengan PT Nityasa Idola. Diduga pada industri akhir tersebut baru didapatkan keuntungan yang besar.

5.6Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang terjadi bila ada perubahan di masa yang akan datang pada arus manfaat dan biaya. Skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas pengusahaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola adalah:

a. Penurunan biaya total pengusahaan sebesar 10% b. Kenaikan harga log sengon sebesar 10%

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi pengusahaan hutan tanaman sengon pada skenario di atas ditampilkan pada Tabel 21 beriku

(25)

Tabel 21 Analisis sensitivitas hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola

Kriteria

Kondisi

Normal Biaya Total Turun 10% Harga Log Naik 10% Nilai Δ (%) Nilai Δ (%) NPV (Rp) (192.769.710.566) (154.369.425.611) 19,92 (173.646.396.668) 9,92 BCR 0,22 0,29 34,12 0,29 30,66 IRR (%) -3,15 0,24 107,48 -0,01 99,59

Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya total turun 10 % menunjukkan secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak terpenuhinya tiga kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > suku bunga yang berlaku. Nilai NPV mengalami kenaikan sebesar 19,92% menjadi (Rp 154.369.425.611). Nilai BCR mengalami kenaikan sebesar 34,12% menjadi 0,29. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami kenaikan sebesar 107,48% menjadi 0,24%.

Untuk kondisi harga log naik 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola masih tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami peningkatan sebesar 9,92% menjadi (Rp 173.646.396.668). Nilai BCR mengalami peningkatan sebesar 30,66% menjadi 0,29, dan nilai IRR mengalami peningkatan sebesar 99,59% menjadi -0,01%.

Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa penurunan biaya total sebesar 10% dan kenaikan harga log sebesar 10% tidak berpengaruh besar pada kelayakan finansial hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase kenaikannya, kondisi penurunan biaya total sebesar 10% memberikan dampak positif lebih baik dibandingkan dengan kondisi kenaikan harga log sebesar 10%. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa dengan presentase perubahan yang sama, kebijakan penekanan biaya lebih baik dilakukan dibandingkan menaikkan harga log.

Untuk industri veneer PT Nityasa Idola, skenario yang digunakan untuk melihat tingkat sensitivitas adalah:

a. Kenaikan harga log sebesar 10% b. Penurunan harga veneer sebesar 10%

(26)

Perbandingan nilai kriteria kelayakan investasi industri veneer pada skenario di atas ditampilkan pada tabel berikut

Tabel 22 Analisis sensitivitas industri veneer PT Nityasa Idola

Kriteria Kondisi

Normal Biaya Log Naik 10% Harga Veneer Turun10% Nilai Δ (%) Nilai Δ (%) NPV (Rp) 17.995.905.895 (828.059.799) -104,60 (27.583.900.279) -253,28

BCR 1,88 0,96 -48,74 0,02 -69,59

IRR (%) 28,23 19,10 -59,52

Analisis sensitivitas dengan kondisi biaya log naik 10% menunjukkan secara finansial industri veneer PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 104,60% menjadi (Rp 828.059.799). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 48,74% menjadi 0,96. Sedangkan untuk nilai IRR mengalami penurunan sebesar 59,52% menjadi 19,10%.

Untuk kondisi harga veneer turun 10%, secara finansial pengelolaan hutan tanaman sengon PT Nityasa Idola tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV mengalami penurunan sebesar 253,28% menjadi (Rp 27.583.900.279). Nilai BCR mengalami penurunan sebesar 69,59% menjadi 0,02.

Dari kedua kondisi pada analisis sensitivitas dapat terlihat bahwa industri veneer PT Nityasa Idola masih layak untuk dilaksanakan walaupun nilai NPV, BCR dan IRR mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi normal. Dilihat dari presentase penurunan yang terjadi pada kriteria kelayakan finansial, kondisi penurunan harga veneer sebesar 10% memberikan dampak negatif terhadap aspek finansial lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan biaya log.

Gambar

Tabel 7 Dosis pemupukan bibit
Tabel 8. Standar rencekan penyiapan lahan manual
Gambar 5 Diagram alir produksi veneer
Tabel 10 Perbedaan karakteristik OOP dan random
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu

Pada ODHA dengan dislipidemia yang berat, pemberian obat penurun kadar lipid single atau kombinasi mungkin tidak cukup untuk mencapai kriteria sesuai NCEP. Sementara

Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah di lakukan di Laboratorium didapatkan 5 (lima) spesies lalat penggorok daun, yakni Liriomyza brassicae pada tanaman

Jum yang memang merupakan masyarakat tradisional yang masih kental dengan hal-hal berbau mistik, percaya bahwa syarat untuk membuat sebuah warung menjadi laris adalah

Bentuk layanan utama lembaga adalah psikologi terapan, semula berupa asesmen untuk berbagai tujuan (rekrutmen, seleksi, penempatan ulang, promosi, dan sebagainya)

The authors propose an analysis of the developments in migrants’ smuggling (and indirectly also in transit migrations) on the Eastern Balkan (Bulgaria–Romania) and Eastern Borders

Anggota KONI yang tidak melaksanakan salah satu atau lebih dari kewajiban sebagai anggota sebagaimana diatur pada Pasal 10 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga