NOMOR 102 TAHUN 2013 TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SINJAI,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 huruf k Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
3.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 716, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
5.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
7.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233);
8.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
9.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
12.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;
13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
14.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Sinjai (Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2009 Nomor 2);
15.Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sinjai (Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2010 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 3 );
16.Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai Tahun 2010 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai Nomor 5);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SINJAI dan
BUPATI SINJAI MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sinjai.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sinjai.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sinjai.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah, serta Kecamatan.
6. Produksi Usaha Daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah untuk menghasilkan suatu produk, misalnya bibit/ benih tanaman dan sejenisnya, benih ikan/ calon induk ikan, bibit unggas dan sejenisnya, sapi/ kerbau/ kambing dan sejenisnya.
7. Retribusi penjualan produksi usaha daerah, yang selanjutnya disebut
badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa penjualan produksi usaha daerah.
8. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
9. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
10.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
11.Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah
surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
12.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undang yang berlaku.
13.Pejabat adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas tertentu di bidang
retribusi daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
14.Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
15.Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI Pasal 2
Dengan nama Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah dipungut retribusi dengan nama Retribusi atas penjualan hasil produksi usaha daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil
usaha produksi Pemerintah Daerah.
(2) Hasil produksi usaha Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas :
a. penjualan hasil produksi usaha perkebunan dan perhutanan;
b.penjualan hasil produksi usaha pertanian tanaman pangan dan
holtikultura;
c. penjualan hasil produksi usaha peternakan;
d.penjualan hasil produksi usaha perikanan; dan
e. penjualan hasil produksi industri rumah tangga.
(3)Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Pihak Swasta.
Pasal 4
(1)Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi
atau badan yang menikmati hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
(2)Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi
atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi, diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah termasuk golongan retribusi jasa usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6
(1) Tingkat penggunaan jasa terhitung berdasarkan:
a. jenis hasil usaha produksi Pemerintah Daerah;
(2) Jenis hasil usaha dan jumlah/ volume produksi usaha Pemerintah Daerah merupakan bagian yang tak terpisahakan pada lampiran I Peraturan Daerah ini.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif Penjualan Produksi Usaha Daerah, ditetapkan
berdasarkan harga pasar yang berlaku di daerah.
(2) Harga pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara
berkala oleh Bupati berdasarkan usul SKPD teknis pengelola. BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini.
(2) Perubahan besaran tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 11
(1) Masa Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah jangka waktu
tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk melunasi utang retribusinya.
(2) Saat Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah terutang adalah pada
saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX
PENINJAUAN KEMBALI RETRIBUSI Pasal 12
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB X
PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 13
(1) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut dengan
menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa karcis, kupon, atau kartu langganan, atau sejenisnya.
(3) Dalam hal wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah tidak
membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua per seratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang, yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD
Pasal 14
(1) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang tidak atau kurang
dibayar ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.
(3) Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran, wajib
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah harus melunasi retribusi yang terutang.
(5) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh
Bupati melalui pejabat yang ditunjuk. Pasal 15
(1) Pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang terutang
harus dilakukan tunai/ sekaligus.
(2) Hasil pemungutan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor secar bruto ke Kas Daerah.
(3) Pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah terhutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, tempat
pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI PEMANFAATAN
Pasal 16
(1) Pemanfaatan dari penerimaan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang bersangkutan.
(2) Ketentuan alokasi pemanfaatan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB XII KEBERATAN
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dapat mengajukan
keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai
alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi
Penjualan Produksi Usaha Daerah dan pelaksanaan penagihan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Pasal 18
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan keputusan keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan
kepastian hukum bagi wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Keputusan Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas keberatan dapat berupa
menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 19
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan
pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan
pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB. BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 20
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi wajib Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui
dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah mempunyai
utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dilakukan setelah lewat waktu 2(dua) bulan, Bupati atau pejabat yang ditunjukmemberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua per seratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 21
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan pengurangan,
keringanan dan pembebasan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diberikan dengan
memperhatikan kemampuan wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
(3) Tata cara permohonan dan pemberian pengurangan, keringanan dan
pembebasan Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.
Pasal 22
(1) Piutang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang tidak mungkin
ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Penjualan
Produksi Usaha Daerah yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan tata cara penghapusan piutang Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XV
KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 23
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi Penjualan Produksi Usaha
terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedalurawsa penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
jika:
a.diterbitkan surat teguran; atau
b.ada pengakuan utang retribusi dari wajib Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, adalah wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah secara tidak
langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan pemohonan keberatan oleh wajib retribusi.
BAB XVI PEMERIKSAAN
Pasal 24
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk berwenang untuk melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan dibidang retribusi daerah.
(2) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi yang terutang;
b.memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi Penjualan Produksi
BAB XVII
INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 25
(1) SKPD yang melaksanakan pemungutan Retribusi Penjualan Produksi
Usaha Daerah dapat diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada SKPD teknis.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan. BAB XVIII
PENYIDIKAN Pasal 26
(1) Penyidikan atas pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksakan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidik, Penyidik Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b.meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
d.memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;
h.memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi
i. memanggil orang untuk didengar kterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k.melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA Pasal 27
(1) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang tidak
melaksanakan kewajibannya sehingga meragikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.
(2) Pengenaan pidana sebagaimana di maksud pada ayat (1) tidak mengurangi
kewajiban wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah untuk membayar retribusinya.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(4) Denda sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan penerimaan
daerah.
BAB XX
PELAKSANAAN, PEMBERDAYAAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN Pasal 28
(1) Pelaksanaan pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian Peraturan
daerah ini dilaksanakan oleh SKPD teknis yang membidangi tugas masing-masing.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) SKPD teknis sebagaimana disebutkan pada ayat (1) dan (2) diatas ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sinjai.
Ditetapkan di Sinjai
pada tanggal 18 Oktober 2013 BUPATI SINJAI,
ttd
H. SABIRIN YAHYA Diundangkan di Sinjai
pada tanggal 26 Nopember 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINJAI,
TAIYEB A. MAPPASERE
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2013
TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PRODUKSI USAHA DAERAH A. PERIKANAN
NO JENIS PRODUKSI BERAT/UKURAN/JENIS (gram/cm) (Rp/Ekor/Kg) TARIF A. Induk/Calon Induk Ikan
1. Induk Ikan Mas 1.000-3.500 gram 60.000,-/Kg
2. Calon Induk Ikan Mas 500-1.000 gram 35.000,-/Kg
3. Induk Ikan Lele 1.000-2.000 gram 50.000,-/Kg
4. Calon Induk Ikan Lele 500-1.000 gram 20.000,-/Kg
5. Induk Ikan Nila 200-300 gram 30.000,-/Kg
6. Calon Induk Ikan Nila 100-200 gram 25.000,-/Kg
7. Ikan Konsumsi/Induk Tidak Produktif (Afkir)
20.000,-/Kg B. Benih Ikan
1. Benih Ikan Mas 1-3 cm 100,-/ekor
3-5 cm 150,-/ekor
5-8 cm 300,-/ekor
2. Benih Ikan Nila 1-3 cm 100,-/ekor
3-5 cm 150,-/ekor
5-8 cm 300,-/ekor
3. Benih Ikan Lele 1-3 cm 100,-/ekor
3-5 cm 150,-/ekor
5-8 cm 300,-/ekor
4. Benih Ikan Bandeng (nener) 100,-/ekor
5. BenihUdang (Benur) PL 25 25,-/ekor
C. Rumput Laut
1. Rumput Laut Gracillaria Kering 2.000,-/kg
2. Rumput Laut E. Cottonii Kering 8.000,-/kg
Basah 2.500,-/kg
3. Rumput Laut E. Spinosum Kering 2.500,-/kg
Basah 1.500,-/kg
A. PETERNAKAN
No Produksi Umur/Jenis Kelamin Tarif
(Rp/Ekor/Butir)
1. Sapi Perah Umur 6 bulan
a. Betina - Produksi < 4.000 ltr 4.000.000,-/ekor - Produksi 4.000-5.000 ltr 5.000.000,-/ekor - Produksi <5.000-6.000 ltr 6.000.000,-/ekor - Produksi > 6.000 ltr 7.000.000,-/ekor b. Jantan 3.000.000,-/ekor Umur 12 bulan a. Betina - Produksi < 4.000 ltr 5.000.000,-/ekor - Produksi 4.000-5.000 ltr 6.000.000,-/ekor - Produksi <5.000-6.000 ltr 7.000.000,-/ekor - Produksi > 6.000 ltr 8.000.000,-/ekor b. Jantan 5.000.000,-/ekor Umur 15 bulan a. Betina - Produksi < 4.000 ltr 8.000.000,-/ekor - Produksi 4.000-5.000 ltr 8.500.000,-/ekor - Produksi <5.000-6.000 ltr 9.000.000,-/ekor - Produksi > 6.000 ltr 9.500.000,-/ekor b. Jantan 6.000.000,-/ekor Umur 18 bulan c. Betina - Produksi < 4.000 ltr 9.000.000,-/ekor - Produksi 4.000-5.000 ltr 9.500.000,-/ekor - Produksi <5.000-6.000 ltr 11.000.000,-/ekor - Produksi > 6.000 ltr 12.000.000,-/ekor d. Jantan 7.500.000,-/ekor Umur 24 bulan
(Bunting I, 3-6 bulan)
- Produksi < 4.000 ltr 12.500.000,-/ekor
- Produksi 4.000-5.000 ltr 13.500.000,-/ekor
- Produksi <5.000-6.000 ltr 14.000.000,-/ekor
- Produksi > 6.000 ltr 15.000.000,-/ekor
Induk Laktasi (Beranak I)
- Produksi < 4.000 ltr 14.500.000,-/ekor
- Produksi 4.000-5.000 ltr 15.500.000,-/ekor
- Produksi <5.000-6.000 ltr 16.000.000,-/ekor
- Produksi > 6.000 ltr 17.000.000,-/ekor
2. Kambing
Burawa -Umur 6 Bulan Jantan 1.500.000,-/ekor
- Betina 1.000.000,-/ekor
Umur 12 Bulan
- Jantan 2.500.000,-/ekor
- Betina 2.000.000,-/ekor
Burawa Afkir Umur 24 Bulan
- Jantan 1.100.000,-/ekor
- Betina 800.000,-/ekor
Burawa PE Afkir Umur 18 Bulan
- Jantan 900.000,-/ekor
- Betina 800.000,-/ekor
3. Ayam Buras Bibit Umur 1-2 hari
- Jantan 3.750,-/ekor
- Betina 3.750,-/ekor
Bibit Umur 1 Bulan
- Jantan 15.000,-/ekor - Betina 15.000,-/ekor Umur 2 Bulan - Jantan 20.000,-/ekor - Betina 20.000,-/ekor Umur 3 Bulan - Jantan 30.000,-/ekor - Betina 25.000,-/ekor
Umur 4 Bulan - Jantan 35.000,-/ekor - Betina 30.000,-/ekor Umur >4 Bulan - Jantan 40.000,-/ekor - Betina 35.000,-/ekor
Ayam Afkir (umur 15 Bulan)
- Jantan 60.000,-/ekor
- Betina 45.000,-/ekor
4. Telur Telur Tetas 2.000,-/butir
Telur Konsumsi 800,-/butir
BUPATI SINJAI,
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2013
TENTANG
RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH
I. UMUM
Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan melakukan penjualan hasil produksi usaha daerah. Produksi usaha daerah yang dihasilkan oleh Pemerintah Daerah meliputi:
a.penjualan hasil produksi usaha perkebunan dan kehutanan;
b.penjualan hasil produksi usaha pertanian tanaman pangan dan
holtikultura;
c. penjualan hasil produksi usaha peternakan;
d.penjualan hasil produksi usaha perikanan; dan
e. penjualan hasil produksi industri rumah tangga.
Penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah tersebut, berdasarkan ketentuan Pasal 127 huruf k Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, merupakan jenis retribusi jasa usaha yang dapat dipungut retribusi oleh Pemerintah Daerah.
Atas dasar pertimbangan dimaksud perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Sinjai tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas.
Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)
Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah status keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas.