• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Higher Order Thinking Virtual Laboratory: Model Praktikum Fisika Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Model Higher Order Thinking Virtual Laboratory: Model Praktikum Fisika Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sutarno, Agus Setiawan, Andi Suhandi, Ida Kaniawati dan Dedy Hamdani Halaman 189

MODEL HIGHER ORDER THINKING VIRTUAL LABORATORY:

MODEL PRAKTIKUM FISIKA BERBASIS KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN MASALAH

SECARA KREATIF

Sutarno

1,2

, Agus Setiawan

1

, Andi Suhandi

1

, Ida Kaniawati

1

dan Dedy Hamdani

2 1

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung 40154 2

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu

Jalan W.R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 38123 Email: m.sutarno@unib.ac.id

ABSTRAK

Model praktikum virtual berbasis keterampilan berpikir tingkat tinggi telah berhasil dikembangkan sebagai model aktivitas laboratorium berorientasi keterampilan berpikir kritis (KBK) dan keterampilan pemecahan masalah secara kreatif (KPMK) mahasiswa, disebut model higher order thinking virtual laboratory (HOT-V Lab). Implementasi model HOT-V Lab pada praktikum fisika telah terbukti menghasilkan efektivitas yang tinggi dalam meningkatkan KBK dan KPMK mahasiswa. Artikel ini mendeskripsikan karakteristik model HOT-V Lab berdasarkan sintaks, konteks masalah, aktivitas dan pertanyaan-pertanyaan penuntun yang tercermin dari lembar kerja praktikum yang digunakan. Selain itu, identifikasi karakteristik model HOT-V Lab juga didasarkan pada hasil penilaian ahli dan persepsi mahsiswa terhadap implementasi model HOT-V Lab dalam meningkatkan KBK dan KPMK. Aspek penilaian ahli yang digunakan untuk mengeksplorasi karakteristik model HOT-V Lab meliputi sintaks model, konteks masalah, konsep fisika, kemampuan meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan virtual lab yang digunakan. Sedangkan tanggapan mahasiswa yang dijadikan daya dukung untuk mengidentifikasi karakteristik model HOT-V Lab meliputi aspek kemampuan memotivasi belajar fisika, kemampuan meningkatkan KBK dan KPMK. Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh bahwa model HOT-V Lab memiliki tahapan-tahapan khusus yang merepresentasikan langkah-langkah pemecahan masalah untuk melatih KBK dan KPMK mahasiswa. Disimpulkan bahwa kegiatan praktikum fisika menggunakan model HOT-V Lab memenuhi karakteristik pembelajaran ber-orientasi pada pembekalan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Kata Kunci: Karakteristik Model HOT-V Lab, Keterampilan Berpikir Kritis, Model HOT-V Lab, Pemecahan masalah secara kreatif.

ABSTRACT

The virtual experiment model based on higher-order thinking skills has been successfully developed as a model of laboratory activities to provide students’ critical thinking skills (CTS) and creative problem solving skills (CPSS), called the higher order thinking virtual lab model (HOT-V Lab). The implementation of the HOT-V Lab model in physics experiments have resulted in high effectiveness in improving CTS and CPSS. This paper describes the characteristics of the HOT-V Lab model based on the syntax, context of the problem, activity, and guiding questions used. In addition, the identification of the characteristics of the HOT-V Lab model is also based on the results of expert review and student perceptions of the implementation of the HOT-V Lab model in improving the CTS and CPSS. Based on the results of the identification, it was found that the HOT-V Lab model has specific stages that represent problem-solving steps to train CTS and CPSS. It was concluded that the physical experiment activities using the HOT-V Lab model fulfill the characteristics of learning based on higher order thinking skills (HOTS).

Keywords: Higher order Thinking Virtual Lab, The Characteristics of the HOT-V Lab Model, Critical Thinking Skills, Creative Problem Solving Skills.

I.

PENDAHULUAN

Konsep pedidikan abad 21 diantaranya di-tekankan pada pembekalan keterampilan berpikir

tingkat tinggi (higher order thinking skills, HOTS) peserta didik (Chang, 2015; Binkley, et al., 2012). Demikian pula pada pembelajaran sains, terdapat penekanan pembekalan keterampilan berpikir

(2)

ting-Sutarno, Agus Setiawan, Andi Suhandi, Ida Kaniawati dan Dedy Hamdani Halaman 190 kat tinggi baik melalui pembelajaran di kelas

mau-pun melalui aktivitas praktikum di laboratorium (Sutarno, Setiawan, Suhandi, Kaniawati, & Putri. 2017; Heller, Keith & Anderson, 1991). Keteram-pilan tersebut sangat dibutuhkan mengingat peserta didik saat ini berada pada era modern yang diken-dalikan oleh pesatnya arus informasi. Penguasaan HOTS sangat penting agar mereka mampu beradap-tasi pada berbagai situasi. Selain itu, kebutuhan dunia kerja saat ini lebih memprioritaskan sumber daya manusia yang kritis, kreatif, dan problem sol-ver dalam menghadapi berbagai situasi (Feldman, 2002).

Pembekalan HOTS melalui aktivitas kum sangat potensial dilakukan. Aktivitas prakti-kum dapat mendorong pelibatan siswa pada penga-laman melakukan observasi, menghasilkan perta-nyaan-pertanyaan, membuat prediksi, merencakan prosedur praktikum, menggunakan peralatan untuk mengumpulkan data, menganalisis dan menginter-pretasi data, dan memberikan penjelasan lebih lanjut (National Research Council, 1996). Ragam aktivitas yang dilakukan siswa pada kegiatan praktikum berpotensi dapat mengembangkan kete-rampilan berpikir siswa dari tingkat rendah menuju berpikir tingkat tinggi.

Salah satu faktor penentu bagi keberhasilan aktivitas laboratorium dalam melatih dan membe-kalkan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah model praktikum yang digunakan. Model prakti-kum merepresentasikan tahapan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Dengan demikian, setiap model praktikum memiliki tujuan belajar khusus yang hendak dibekalkan kepada siswa melalui aktivitas praktikum menggunakan model tersebut. Sebagai contoh, model verification lab ditujukan untuk membangun dan meningkatkan pemahaman konsep siswa (Hofstein & Lunetta, 2003), model inquiry lab untuk melatih keterampilan proses sains dan ke-mampuan menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti-bukti (Wenning, 2005), dan model problem solving lab untuk melatih keterampilan siswa dalam menerapkan langkah-langkah strategi pemecahan masalah (Heller & Heller, 2010). Model praktikum yang secara khusus didesain untuk membekalkan aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi secara lebih luas belum banyak dilakukan.

Sutarno, Setiawan, Suhandi, & Kaniawati (2018) dalam serangkaian penelitiannya telah ber-hasil mengembangkan model praktikum berbasis keterampilan berpikir tingkat yang disebut model

higher order thinking virtual laboratory (model HOT-V Lab). Model HOT-V Lab merupakan mo-del praktikum virtual yang diorientasikan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis dan peme-cahan masalah secara kreatif melalui praktikum yang melibatkan materi-materi fisika dengan ting-kat abstraksi tinggi. Virtual lab pada model HOT-V

Lab digunakan sebagai media untuk memvisualisasi gejala atau fenomena mikroskopis yang tidak me-mungkinkan diobservasi menggunakan peralatan riil di laboratorium. Selain itu, virtual lab berfungsi sebagai pengganti peralatan riil untuk mengumpul-kan data-data praktikum.

Pengujian efektivitas model HOT-V Lab da-lam meningkatkan KBK dan KPMK telah dilaku-kan melalui praktikum efek fotolistrik dan pem-bentukan laser dalam kurun waktu tahun 2017 sampai dengan 2018. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh bukti kuat bahwa model HOT-V Lab mampu menghasilkan efektivitas yang tinggi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis (KBK) dan pemecahan masalah secara kreatif (KPMK) mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang memperoleh peningkatan skor KBK dan KPMK dengan kategori tinggi mencapai lebih dari 75%. Selain itu, diper-oleh bahwa penerapan model HOT-V Lab pada kegiatan praktikum fisika menghasilkan ukuran dampak (effect size) yang tinggi terhadap pening-katan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah mahasiswa.

Paper ini bertujuan mendeskripsikan karak-teristik model HOT-V Lab yang secara empiris telah terbukti mampu meningkatkan KBK dan KPMK mahasiswa. Identifikasi karakteristik model HOT-V Lab penting dilakukan agar model tersebut dapat diterapkan untuk topik-topik praktikum lain-nya. Pengetahuan dan informasi terkait karakteris-tik model HOT-V Lab akan membantu para pendi-dik dan peneliti dalam mengimplementasikan model tersebut untuk kepentingan pembelajaran atau penelitian lebih lanjut.

II.

METODE PENELITIAN

Karakteristik model HOT-V Lab diidentifi-kasi secara deskriptif melalui analisis isi model yang terdiri dari sintaks model, konteks masalah, aktivitas praktikum, dan pertanyaan-pertanyaan pe-nuntun yang digunakan pada setiap tahapan prak-tikum. Fitur-fitur yang diperoleh pada setiap bagian model disintesis untuk menghasilkan gambaran utuh karakteristik model HOT-V Lab. Identifikasi karakteristik model HOT-V Lab juga dilakukan berdasarkan data hasil penilaian ahli (expert re-view) yang diberikan oleh tiga orang pakar pembe-lajaran fisika dan tiga orang pakar media pembela-jaran berbasis ICT terhadap lembar kerja praktikum berbasis HOT-V Lab. Proses analisis karakteristik model juga didukung oleh data tanggapan 63 maha-siswa calon guru fisika (12 laki-laki dan 51 perem-puan dengan rentang usia 19-22 tahun) yang terlibat dalam implementasi model HOT-V Lab pada prak-tikum efek fotolistrik dan pembentukan laser se-lama kurun waktu tahun 2017 sampai dengan 2018.

(3)

Sutarno, Agus Setiawan, Andi Suhandi, Ida Kaniawati dan Dedy Hamdani Halaman 191

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagian besar materi fisika terdiri atas kon-sep-konsep mikroskopis dengan tingkat abstraksi tinggi, terutama pada materi fisika tingkat lanjut seperti fisika modern. Praktikum untuk mengeks-plorasi konsep-konsep mikroskopis dan abstrak umumnya masih jarang dilakukan mengingat keter-batasan ketersediaan peralatan praktikum tingkat lanjut di sekolah maupun di perguruan tinggi (Putri, Sutarno & Risdianto, 2014; Putri, Risdianto & Sutarno, 2017). Teknologi virtual lab memberikan peluang baru untuk mengatasi permasalahan terse-but melalui kegiatan praktikum virtual. Eksplorasi kemampuan virtual lab dalam meningkatkan pema-haman konsep fisika telah banyak dilakukan (Park, Lee & Han, 2015; Srisaswadi & Kroothkeaw, 2014; Pyatt & Sims, 2012), namun demikian pengem-bangan dan pemanfaatan virtual lab untuk melatih-kan keterampilan berpikir tingkat tinggi masih sangat jarang dilakukan. Kenyataan ini mendorong dikembangkannya model HOT-V Lab. Model HOT-V Lab diorientasikan untuk membekalkan KBK dan KPMK mahasiswa melalui kegiatan praktikum fisika tingkat lanjut.

Terdapat 10 indikator KBK yang ditargetkan dapat bekalkan melalui implementasi model HOT-V Lab yaitu keterampilan mengevaluasi validitas data, menginterpretasi hasil eksperimen, menginter-pretasi hubungan antar variabel, menarik kesimpu-lan berdasarkan informasi yang disajikan pada tabel atau grafik, mengidentifikasi elemen-elemen kunci suatu argumen, menarik pernyataan (statement) yang tepat berdasarkan suatu set data, memprediksi kemungkinan suatu kejadian, menentukan nilai yang diharapkan dengan situasi yang diketahui, menguji prosedur untuk memecahkan masalah, dan keterampilan mengenali karakteristik masalah dan merencanakan pemecahan yang sesuai. Indikator KBK tersebut diadopsi dari kerangka kerja Halpern (2014). Sedangkan indikator KPMK yang ditarget-kan dapat dibekalditarget-kan melalui HOT-V Lab yaitu keterampilan menghasilkan dan memilih beberapa pernyataan yang dapat merepresentasikan masalah, menghasilkan dan memilih berbagai data/informasi yang sesuai, menghasilkan dan memilih pertanya-an-pertanyaan yang dapat mengarahkan pada solusi pemecahan masalah, menghasilkan dan memilih ide-ide untuk memecahkan masalah, serta mengha-silkan dan memilih rencana tindakan yang akan diterapkan untuk memecahkan masalah. Indikator KPMK tersebut diadopsi dari kerangka kerja The

Creative Education Foundation (2015). Setiap

indikator KPMK memuat aspek keterampilan ber-pikir divergen dan berber-pikir konvergen.

Aktivitas praktikum model HOT-V Lab di-kelompokkan ke dalam dua fase lab, yaitu fase pra-lab dan fase aktivitas pra-lab. Fase pra-pra-lab berisi

kegia-tan-kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa sebe-lum melakukan praktikum. Sedangkan fase aktivi-tas lab berisi kegiatan-kegiatan selama mahasiswa melakukan praktikum di laboratorium. Fase pra-lab terdiri atas tahap persiapan, konteks masalah, per-nyataan masalah, rumusan masalah, pertanyaan pra-prediksi, prediksi kelompok, dan penentuan dan pemilihan gagasan. Sedangkan fase aktivitas lab terdiri atas tahap eksplorasi, eksplanasi, dan kesim-pulan. Seluruh aktivitas praktikum pada model HOT-V Lab dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 mahasiswa per kelompok. Tahapan praktikum model HOT-V Lab dan aktivitas yang terlibat ditunjukkan pada Tabel 1.

Tahapan-tahapan praktikum model HOT-V Lab sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 meng-gambarkan langkah-langkah strategi pemecahan masalah secara sistematis. Setiap tahapan model HOT-V Lab berisi petunjuk singkat aktivitas dan pertanyaan-pertanyaan penuntun yang dapat meng-arahkan pada aktivitas yang harus dilakukan maha-siswa. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan penuntun yang digunakan dirancang untuk melatihkan indi-kator-indikator KBK dan KPMK yang telah dite-tapkan. Dengan demikian, pertanyaan penuntun pada model HOT-V Lab berperan sebagai pemandu aktivitas praktikum dan stimulus bagi pengem-bangan KBK dan KPMK mahasiswa.

Konteks masalah yang memuat permasala-han praktikum pada model HOT-V Lab (Sutarno, Setiawan, Suhandi, & Kaniawati, 2018) dideskrip-sikan dalam bentuk narasi masalah dengan karak-teristik: (1) permasalahan dikaitkan dengan kehidu-pan sehari-hari (real world problems), (2) maha-siswa diposisikan sebagai tokoh utama yang meng-hadapi permasalahan, (3) permasalahan memuat se-jumlah batasan sehingga dalam pemecahannya ma-hasiswa dihadapkan pada beberapa kendala/keter-batasan, (4) memuat beberapa gagasan alternatif yang ditawarkan untuk memecahkan masalah, (6) materi fisika yang terlibat dalam permasalahan ber-isi gejala/fenomena-fenomena mikroskopis yang hanya dapat diobservasi melalui virtual lab yang digunakan, dan (7) menekankan pada kerja kolabo-rasi dalam proses pemecahan masalah.

Secara keseluruhan, kegiatan praktikum menggunakan model HOT-V Lab telah memenuhi karakteristik pembelajaran berorientasi pada pe-ngembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagaimana diungkapkan oleh Lewis dan Smith (1993), yaitu: (1) memuat contoh model proses ber-pikir dalam memecahkan masalah, (3) memuat akti-vitas organisasi dan metakognisi (misalnya aktiakti-vitas membuat rancangan tabel data untuk mengorgani-sasi data hasil praktikum, mengatur sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah secara kola-boratif, dan aktivitas mengevaluasi solusi yang diperoleh untuk melihat kembali apakah prediksi

(4)

Sutarno, Agus Setiawan, Andi Suhandi, Ida Kaniawati dan Dedy Hamdani Halaman 189

Tabel 1. Tahapan dan Aktivitas PraktikumModel HOT-V Lab

Fase Lab Tahap Praktikum Aktivitas Mahasiswa

Pra-Lab

Persiapan Menemukan dan membaca materi terkait topik praktikum untuk memperkuat pengetahuan dan pemahaman

Konteks Masalah Membaca deskripsi masalah untuk memahami permasalahan yang akan dipecahkan

Pernyataan Masalah Membuat pernyataan masalah sesuai permasalahan yang terdapat pada konteks masalah

Rumusan Masalah Membuat rumusan masalah berdasarkan informasi fokus praktikum Pertanyaan Pra-Prediksi Menjawab pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kemampuan

merumuskan prediksi kelompok

Prediksi Kelompok Merumuskan prediksi kelompok (jawaban sementara dari rumusan masalah)

Penentuan dan Pemilihan Gagasan

Menghasilkan dan memilih gagasan yang dapat mengarahkan pada solusi pemecahan masalah

Aktivitas Lab

Eksplorasi

1. Fungsi Alat Mengeksplorasi cara penggunaan dan fungsi alat, serta rentang nilai yang dapat diukur 2. Prosedur a. Pertanyaan Prosedur b. Langkah-langkah praktikum c. Tabel data

Menjawab pertanyaan prosedur

Merumuskan langkah-langkah praktikum berdasarkan jawaban pertanyaan prosedur

Merancang tabel data yang sesuai

3. Pengumpulan Data Melakukan pengumpulan data (pengukuran dan pengamatan) 4. Analisis Data Melakukan analisis data yang dapat mengarahkan pada solusi

Eksplanasi Memberikan penjelasan terkait hasil analisis data dan proses praktikum Kesimpulan Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan eksplanasi

kelompok yang telah dibuat sebelumnya sesuai dengan data-data praktikum yang diperoleh), (4) menghadirkan permasalahan-permasalahan yang tidak biasa, serta memuat pendekatan untuk meme-cahkan masalah, (5) melibatkan mahasiswa dalam aktivitas kolaborasi, dan (6) didukung oleh tekno-logi ICT (information and communication techno-logy) untuk membangun keterampilan membuat analogi, berpikir logis, penalaran ilmiah, inferensi, dan pemecahan masalah.

Hasil penilaian ahli terhadap model HOT-V Lab menunjukkan bahwa: (1) Tahapan praktikum model HOT-V Lab sesuai dengan tahapan pemeca-han masalah secara sistematis, (2) konteks masalah yang disajikan sesuai dengan persoalan dunia nyata yang berhubungan dengan konsep-konsep fisika, (3) konsep fisika yang dikaji terkait erat dengan permasalahan yang akan dipecahkan melalui kegiatan praktikum, (4) aktivitas praktikum model HOT-V Lab berpotensi dapat membekalkan kete-rampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah se-cara kreatif, (5) pertanyaan penuntun yang terdapat pada setiap tahap model HOT-V Lab dapat menga-rahkan mahasiswa pada aktivitas yang diharapkan, (6) pertanyaan penuntun yang digunakan dapat mengarahkan pada aktivitas praktikum yang dapat menstimulus keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah secara kreatif, dan (7) virtual lab yang digunakan relevan dengan konteks masa-lah, topik praktikum, dan materi yang dikaji.

Hampir seluruh mahasiswa (99,8%) yang terlibat dalam implementasi model HOT-V Lab pada praktikum efek fotolistrik dan pembentukan laser memberikan persetujuan terhadap model HOT-V Lab untuk meningkatkan keterampilan ber-pikir kritis dan pemecahan masalah secara kreatif. Mahasiswa menyatakan bahwa model HOT-V Lab dapat meningkatkan motivasi belajar fisika, ningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan me-ningkatkan keterampilan pemecahan masalah se-cara kreatif.

IV.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembaha-san dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1) Sintaks model HOT-V Lab terdiri dari tahap persiapan, konteks masalah, pernyataan ma-salah, rumusan mama-salah, pertanyaan pra-prediksi, prediksi kelompok, penentuan dan pemilihan, gaga-san, eksplorasi (fungsi alat, prosedur, pengumpulan data, dan analisis data), eksplanasi, dan kesimpulan. 2) Model HOT-V Lab memiliki karakteristik: sintaks model merepresentasikan langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis; memuat per-tanyaan penuntun dan aktivitas praktikum yang dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah secara kreatif; permasalahan praktikum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep fisika, dalam

(5)

Sutarno, Agus Setiawan, Andi Suhandi, Ida Kaniawati dan Dedy Hamdani Halaman 190 narasi masalah mahasiswa didudukkan sebagai

pelaku yang mengalami permasalahan, permasala-han memuat sejumlah batasan sehingga dalam pe-nyelesaiannya mahasiswa dihadapkan pada ber-bagai kendala/keterbatasan, memuat beberapa gaga-san alternatif yang ditawarkan untuk memecahkan masalah, materi fisika yang terlibat dalam permasa-lahan berisi konsep-konsep abstrak dan micros-kopis yang hanya dapat divisualisasi menggunakan

virtual lab. 3) Kegiatan praktikum model HOT-V Lab memenuhi karakteristik pembelajaran berorien-tasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan identifikasi aktivitas praktikum pada aspek keterampilan pemecahan masalah se-cara kreatif, ditemukan bahwa jumlah aktivitas yang mengarahkan pada keterampilan berpikir kon-vergen lebih dominan dibandingkan dengan kete-rampilan berpikir divergen. Implementasi model HOT-V Lab pada topik praktikum selanjutnya dapat dilakukan dengan menyeimbangkan jumlah aktivitas berpikir divergen dan konvergen.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini didanai oleh Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Republik Indo-nesia melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN). Penulis mengucapkan terimakasih atas seluruh fasilitas yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Binkley, M. (2012). Defining Twenty-First Century Skills. New York: Spinger.

Chang, Y., Li, B. D., Chen, H. C.& Chiu, F. C. (2015). Investigating the synergy of critical thinking and creative thinking in the course of integrated activity in Taiwan. Educational Psychology, 35(3), 341-360.

Feldman, D.A. (2002). Critical Thinking. United States: Von Hoffmann Graphics, Inc.

Halpern, D. F. (2014). Thought and Knowledge: An Introduction to Critical Thinking (5thed.). New York, NY: Psychology Press.

Heller, P. & Heller, K. (2010). Problem Solving Labs in Cooperative Group Problem Solving in Physics. Departement of Physics University of Minnesota.

Heller, P., Keith, R. & Anderson, S. (1991). Teaching Problem Solving Through Cooperative Grouping. Part 1: Group Versus Individual Problem Solving. American Journal of Physics, 60 (7), 627-636. Hofstein, A. & Lunetta, V. N. (2003). The Labority in

Science Education: Foundations for the Twenty First Century. Science Education, 88, 28-54. Lewis, A.& Smith, D. (1993). Defining Higher Order

Thinking. Theory into Practice, 32(3), 131-137. National Research Council. (1996). The National Science

Education Standards. Washington DC: National Academic Press.

Putri, D.H., Risdianto, E. & Sutarno. (2017). Identifikasi Keterlaksanaan Praktikum Fisika SMA dan Pembekalan Keterampilan Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship IV (hlm. 114-123). Universitas PGRI Semarang: UPGRIS Press.

Putri, D.H., Sutarno, M., & Risdianto, E. (2014). Profil Peralatan dan Keterlaksanaan Praktikum Fisika SMA di Wilayah Miskin Propinsi Bengkulu. Jurnal Exacta, 12(1), 1-6.

Park, J., Lee, K. & Han, J. (2015). Interactive Visualization of Magnetic Field for Virtual Science Experiments. J Vis: The Visualizations Society of Japan.

Pyatt, K. & Sims, R. (2012). Virtual and Physical Experimentation in Inquiry-Based Science Labs: Attitudes, Performance and Access. J Sci Educ Technol,21, 133-147.

Srisawasdi, N. & Kroothkeaw, S. (2014). Supporting Students’ Conceptual Development of Light Refraction by Simulation-Based Open Inquiry with Dual-Situated Learning Model. J. Comput.Educ, 1(1), 49-79.

Sutarno, Setiawan, A., Suhandi, A., Kaniawati, I & Putri, H.P. (2017). Keterampilan Pemecahan Masalah Mahasiswa dalam Pembelajaran Bandul Fisis Menggunakan Model Problem Solving Virtual

Laboratory. Jurnal Pendidikan Fisika dan

Teknologi, 3 (2). Universitas Mataram.

Sutarno, S., Setiawan, A., Suhandi, S & Kaniawati, I. (2018). The Development of Higher Order Thinking Virtual Laboratory on Photoelectric Effect. Makalah Disampaikan pada International Conference on Mathematics and Science Education 2018. Universitas Pendidikan Indonesia.

The Creative Education Foundation. (2015).Creative Problem Solving Tools & Techniques Resource Guide.

Wenning, C.J. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. J. Phys. Tchr. Educ. Online 2(3), 3-12.

Gambar

Tabel 1. Tahapan dan Aktivitas PraktikumModel HOT-V Lab

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan jenis hidrokoloid yang berbeda dengan konsentrasi yang sama berpengaruh terhadap nilai pH, total padatan terlarut, dan kadar air pada kombinasi

Dari implementasi system ini dapat disimpulkan bahwa penerapan system online (realtime) untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dapat diterapkan dengan baik, hal ini dapat

ABSTRACT Bowo Santoso

pada formula masker wajah ekstrak kulit buah manggis (Garcinia. mangostana L.) dalam bentuk gel peel off

Cilj mikrologistike vezan je za opskrbu; bilo na temelju privatnih narudžbi, sporazuma i ugovora, tvrtke i potrošača vezanih za traženu robu, a ponajviše je učinkovita za

Dana Pensiun Pemberi Kerja , adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk  menyelenggarakan

Uji Parsial Produk (X1) Berdasarkan hasil uji t antara kualitas produk dengan keputusan pembelian maka diperoleh nilai signifikansi = 0,007 < 0,05, hal ini

Pada musim timur hingga musim peralihan timur-barat, nilai rata-rata SPL cenderung lebih tinggi dan sebaliknya pada musim barat hingga musim peralihan barat-timur rata-rata