• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGA (Mangifera spp.) DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI PENGOMPLEKS LOGAM Pb(II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH MANGGA (Mangifera spp.) DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI PENGOMPLEKS LOGAM Pb(II)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

59

KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI ETIL ASETAT

KULIT BUAH MANGGA (

Mangifera

spp.) DAN AKTIVITASNYA

SEBAGAI PENGOMPLEKS LOGAM Pb(II)

Nita Tiurlina Br. Manullang1*, Ari Widiyantoro1, Gusrizal1 1

Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

*e-mail: mllngnita@gmail.com

ABSTRAK

Keberadaan logam timbal memiliki dampak negatif terhadap lingkungan mahkluk hidup khususnya kesehatan manusia. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui aktivitas pengompleks isolat F.III dari fraksi etil asetat kulit buah mangga dengan logam Pb(II). Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu maserasi, partisi, kromatografi, karakterisasi, dan uji pengompleks. Uji fitokimia terhadap isolat F.III (19,5 mg) positif fenolik sedangkan sifat fisik

isolat berbentuk kristal amorf berwarna kuning dengan titik leleh 135-139oC. Spektra Uv-Vis

(H2O) menunjukkan adanya serapan maksimum pada 297 nm. Spektra IR (KBr) Vmaks cm-1

menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 3435 (OH), 2923-2855 (CH alifatik),

1631 (C=O karbonil), 1500 (aromatik),1113 (C-O-C). Spektrum 1H-NMR (CD3OD, 400 MHz)

menunjukkan kemunculan sinyal pada geseran (δ ppm): 5,16 (1H,d, J=7,6 Hz), 5,34 (1H,d,J=12Hz), 5,72 (1H,d, J=11,6 Hz), 5,76 (1H,d, J=11,6 Hz), 6,3 (1H, d, J=2,8 Hz), 6,5 (2H, d, J=6,4Hz), 6,6(2H,d, J=6,4), 7,11 (2H, d, J=8,4), 7,2 (1H, dd, J=4,8). Berdasarkan analisis uji fitokimia dan spektroskopi serta dibandingkan dengan literatur maka diprediksi bahwa isolat F.III adalah senyawa morelloflavon (biflavonoid). Uji pengompleks menggunakan isolat F.III 100

ppm dengan logam Pb(II) 50 ppm yang berasal dari Pb(NO3)2 menunjukkan adanya ikatan

antara ligan dan atom pusat berupa penurunan absorbansi dan tidak mengalami pergeseran panjang gelombang.

Kata kunci : Mangifera spp., morelloflavon, pengompleks

PENDAHULUAN

Logam Pb (II) merupakan unsur logam yang bersifat asam intermediate (Mawardi, 2008; Putra & Fitri, 2016). Keberadaan logam timbal memiliki dampak negatif terhadap lingkungan mahkluk hidup khususnya kesehatan manusia seperti terjadi penurunan kadar hemoglobin (Kustiningsih et al., 2017), menyebabkan keterbelakangan mental bagi anak-anak (Tiwari et al. 2013). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) ambang batas kandungan logam Pb dalam darah sebanyak 20 mikrogram per 100 milliter darah atau 0,20 ppm (Mardani et al. 2005). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan senyawa flavonoid yang tergolong dalam turunan polifenol dari fraksi etil asetat kulit buah mangga dengan menggunakan uji fenolik (polifenol) sehingga diperoleh isolat yang dikaraktersisasi berdasarkan spektroskopi. Logam Pb(II) yang digunakan berasal dari larutan Pb(NO3)2.

Senyawa flavonoid dapat berpotensi sebagai antidotum untuk keracunan logam berat dikarenakan pembentukkan senyawa kompleks antara gugus aktif –OH dan C=O dengan logam Pb(II). Senyawa flavonoid berperan sebagai ligan dan logam Pb(II) berperan sebagai atom pusat. Aktivitas pengompleks tersebut dilihat berdasarkan indikator bergesernya panjang gelombang dan perubahan absorbansi yang ditunjukkan dari hasil spektrofotometer Uv-vis. METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batang pengaduk, bulb, cawan petri, chamber, corong kaca, corong pisah, gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, spatula,

(2)

60

neraca analitik, wadah maserasi, rotary vacuum evaporator, alat kromatografi kolom vakum cair (KVC) dan kromatgrafi kolom gravitasi (KKG), spektrometer IR dan spektrometer 1H-NMR. Bahan-bahan yang digunakan yaitu kulit mangga, akuades (H2O), besi (III) klorida 1%,

diklorometana, etil asetat, metanol, n-heksana, reagen, plat Kromatografi lapis tipis (KLT), silika gel 60 F254 (230-400 mesh) dan (70-230 mesh) serta Timbal (II) Nitrat (Pb(NO3)2).

Prosedur Kerja

Preparasi dan uji kadar air

Sampel kulit buah mangga diperoleh dari daerah Parit Baru, Kabupaten Kubu Raya. Determinasi kulit buah mangga dilakukan di Laboratorium Biologi, Universitas Tanjungpura. Sampel dilakukan pengeringan hingga benar-benar kering kemudian dihaluskan hingga berbentuk serbuk.

Rendemen ekstrak kental metanol dari kulit mangga yang diperoleh dari proses pengeringan sebesar 19,2375 %. Pengolahan data kadar air dilakukan dengan IBM SPSS Statistic 23. Kadar air (%) kulit buah mangga berdasarkan SNI 3144:2015 sebesar 75,4883±0,02639. Kandungan air bahan pada sampel sangat mempengaruhi kualitas senyawa yang dihasilkan, karena kadar air yang tinggi dapat menyebabkan aktivitas enzim juga semakin tinggi. Enzim tersebut akan mengubah kandungan kimia yang telah terbentuk menjadi bentuk lain (Ketaren, 1986; Winangsih et al. 2013)

Ekstraksi dan fraksinasi

Serbuk kulit mangga sebanyak 1,245 kg diekstraksi dengan pelarut metanol menggunakan metode maserasi selama 24 x 3. Hasil maserasi berupa maserat disimpan dalam botol kaca, kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh massa sebesar 239,5070 g.

Ekstrak yang digunakan yaitu 75% dari massa total ekstrak kental metanol sehingga yang digunakan yaitu 179,6303 g difraksinasi dengan metode partisi cair-cair. Pelarut bergradien yang digunakan yaitu n-heksana, diklorometana dan etil asetat. Hasil frakasinasi etil asetat kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh massa sebesar 3,5573 g.

Uji fenolik

Pemisahan dengan metode KLT dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa fenolik. Uji Fenolik dengan reagen FeCl3 1% akan menghasilkan warna biru kehitaman (Widyaningsih et

al. 2016).

Pemisahan dan pemurnian

Fraksi etil asetat (2,5573 g) diimpregnasi dengan silika gel 60 F254 (230-400 mesh) secara

kualitatif. Kolom yang digunakan berdiameter 4,2 cm dengan panjang 16,5 cm dilengkapi dengan pompa vakum. Fase diam yaitu silika gel F254 230-400 mesh sebanyak 50 g, fase gerak

yaitu eluen. Vakum cair dilakukan dengan metode kering. Persiapan kolom dengan pelarut bergradien menggunakan fase gerak diklorometana, diklorometana : etil asetat (2:8), etil asetat, dan metanol sehingga diperoleh 5 fraksi gabungan (FI-FV). Fraksi FIII dipilih untuk dilakukan pemurnian lanjutan dengan KKG.

Fraksi FIII (0,2613 g) di impregnasi dengan silika gel 60 F254 (70-230) mesh secara kualitatif.

Kolom yang digunakan berdiameter 0,9 cm dengan panjang 29 cm. Fase diam yaitu silika gel 60 F254 berukuran 70-230 mesh ditempatkan secara vertikal dalam kolom kaca dan fase gerak

yaitu eluen yang ditempatkan pada bagian atas kolom dan bergerak kebawah melewati kolom. Kolom gravitasi dilakukan dengan metode basah dengan bagian dasar di isi dengan kapas secukupnya, silika gel di jenuhkan terlebih dahulu dengan etil asetat 100 mL, kemudian elusi dilakukan dalam kolom hingga terbentuk panjang silika gel dalam kolom 2/3 dari panjang kolom. Hasil KKG dianalisis dengan KLT untuk melihat pola noda. sehingga diperoleh 6 fraksi gabungan (FI-FVI). Isolat F.III adalah isolat gabungan yang berbentuk kristal amorf berwarna kuning dengan pola pemisahan sederhana yang masih belum murni.

Uji kemurnian isolat FIII dilakukan dengan KLT satu dimensi menggunakan eluen etil asetat 100%, diklorometana 100%, diklorometana : etil asetat (1:1), dan n-heksana 100%

.

Isolat FIII

(3)

61

ditotol pada plat kromatografi berukuran 5 x 5 cm, dielusi dengan menggunakan eluen diklorometana : etil asetat (2:8). Setelah mencapai batas, plat dikeluarkan dari chamber kemudian dibiarkan hingga kering dan diamati di lampu uv. Elusi dilakukan dengan posisi plat diputar 90oC berlawanan arah jarum jam dengan eluen diklorometana : etil asetat (8:2), ketika mencapai batas plat dibiarkan kering dan diamati pada lampu uv 254 dan 366 nm, kemudian di uji fenolik. Isolat FIII yang diperoleh dilakukan analisis spektroskopi.

Pengompleks isolat F.III dengan logam Pb(II)

Aktivitas pengompleks dilakukan dengan menggunakan Isolat F.III yang berasal dari larutan baku dengan konsentrasi 100 ppm. Logam Pb(II) berasal dari larurtan Pb(NO3)2 dalam bentuk

Ion Pb2+ yang dilarutkan dalam akuades dengan konsentrasi 50 ppm. Hasil uji pengompleks dari isolat FIII 100 ppm dengan ion Pb2+ 50 ppm direaksikan dalam tabung reaksi dan dikocok selama 1 menit pada temperatur ruang yang telah dimodifikasi (Al-Rufaie & Fahad, 2015). Analisis Data

Analisis titik leleh menggunakan micro-melting point apparatus Fisher John. Analisis spektroskopi menggunakan spektrofotometer Uv-Vis Shimadzu Uv-1280 (akurasi ±0,005-1.000 Abs), spektrofotometer IR, dan spektrofotometer 1H-NMR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Mangga

Hasil uji fenolik menunjukkan intensitas warna yang terlihat sangat jelas pada golongan fenolik Schieber et al. (2000) melaporkan bahwa kulit mangga mengandung senyawa polifenol. Abbasi et al. (2016) didalam jurnalnya menyebutkan bahwa kulit mangga mengandung banyak flavonoid.

(a) (b) (c)

Gambar 1. KLT menggunakan eluen diklorometana:etil asetat (2:8) dengan uv 254nm dan 366nm hasil uji fenolik fraksi etil asetat (a); setelah KVC (b); setelah KKG (c)

Tabel 1. Uji fenolik fraksi etil asetat

Senyawa Etil asetat Setelah KVC Setelah KKG

Fenolik + + +

Keterangan : + : teridentifikasi

(a) (b)

Gambar 2. Uji fenolik KLT 1 dimensi isolat F.III dari kiri-kanan (etil asetat 100%; diklorometana 100%; diklorometana : etil asetat 1:1 ; n-heksana 100% (a); diklorometana : etil asetat (2:8) dan diklorometana : etil asetat diputar 90oC (8:2) (b)

(4)

62 Karakterisasi Isolat F.III

Isolat FIII yang telah di isolasi berbentuk kristal amorf bewarna kuning dengan massa 19,7 mg dengan titik leleh 135-139oC. Isolat F.III di analisis menggunakan spektroskopi uv-vis, IR dan 1H-NMR.

Gambar 3. Spektra Uv-Vis Isolat FIII

Nilai λ maks untuk gambar diatas adalah 297 nm dan absorpsi energi yang terbaca oleh alat sebagai absorban yaitu 0,918. Pita absorpsi jenis biflavonoid berada pada pita II 270-295 nm dan pita I 300-320 nm. Supratman (2010) menyebutkan bahwa daerah rentang 200-400 nm merupakan daerah ultraviolet yang memiliki transisi elektronik n→π* dan π→π*.

Gambar 4. Spektrum IR isolat F.III menggunakan Pellet KBr Tabel 2. Serapan gugus fungsi isolatF.III

k (cm-1) Pita Intensitas Gugus Prediksi

3435 Melebar Kuat O-H ulur

2923-2855 Tajam Medium C-H alifatik ulur

1631 Tajam Kuat C=O karbonil

1500 Tajam Medium Aromatik

1113 Tajam Kuat C-O-C

Supratman (2010) menyebutkan bahwa letak frekuensi regangan dari ikatan kimia pada daerah inframerah yaitu 3800-2700 cm-1 OH, CH. Ikatan hidrogen dapat mempengaruhi bentuk dan frekuensi pita serapan gugus fungsi tertentu. Hal ini terlihat pada gambar spektrum IR menunjukkan bahwa OH yang terbentuk memberikan serapan dengan frekuensi yang lebih rendah dan lebar akibat adanya ikatan hidrogen. Daerah serapan 1900-1500 cm-1 ialah gugus fungsi C=C, C=O dan daerah serapan 1300-800 cm-1 CO. Penelitian lain menyebutkan bahwa

(5)

63

serapan pada daerah 3431 cm-1 dan 1600-1650 cm-1 yaitu OH dan aromatik (Kanwa et al. 2009). Berdasarkan hasil data spektrum isolat F.III yang memiliki kemiripan spektrum pada daerah gugus fungsi yang menunjukkan struktur senyawa organik dengan diprediksi bahwa hasil tersebut menunjukkan adanya karakter senyawa golongan flavonoid.

Spektrum 1H-NMR isolat F.III (CD3OD, 400 MHz) menunjukkan adanya (δ ppm): 5,16 (1H,d,

J=7,6 Hz), 5,34 (1H,d,J=12Hz), 5,72 (1H,d, J=11,6 Hz), 5,76 (1H,d, J=11,6 Hz), 6,3 (1H, d, J=2,8 Hz), 6,5 (2H, d, J=6,4Hz), 6,6(2H,d, J=6,4) 7,11 (2H, d, J=8,4), 7,2 (1H, dd, J=4,8). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa 1H-NMR isolat F.III diprediksi merupakan senyawa golongan fenolik, khususnya flavonoid. Spektrum memiliki kemiripan dengan spektrum morelloflavon yang telah dilaporkan oleh Aravind et al. (2017). Morelloflavon merupakan golongan flavonoid yang berasal dari bentuk biflavonoid.

Pengompleks Isolat F.III dengan Iogam Pb(II)

Indikator utama terjadinya pengompleks yaitu adanya pergeseran panjang gelombang. Pada penelitian ini uji pengompleks tidak mengalami pergeseran panjang gelombang dan hanya mengalami penurunan absorbansi. Hal tersebut terjadi karena senyawa yang terdapat pada isolat FIII yang telah diprediksi yaitu morelloflavon adanya dua bentuk flavonoid yang saling berikatan menyebabkan lemahnya ikatan yang terjadi pada gugus aktif OH dan C=O. Gugus aktif pada morelloflavon yang lemah yaitu gugus karboksil dan hidroksida yang bersifat basa keras dan karbonil yang bersifat basa lunak.

Gambar 5. Spektrum pengompleks isolat F.III dengan logam Pb(II)

Terbentuknya kompleks tersebut dapat dilkaji melalui pendekatan teori HSAB yang dikemukakan oleh Pearson dalam Shofiyani & Gusrizal (2006) bahwa interaksi terbentukknya ikatan cenderung terjadi pada asam keras-basa keras atau asam lunak-basa lunak, tetapi logam Pb(II) bersifat asam intermediate (Mawardi, 2008; Putra & Fitri, 2016). Oleh karena itu dilkaji kembali pendekatan berdasarkan harga elektronegativitas. Elekronegativitas logam Pb(II) 2,33 (skala Pauling) termasuk nilai yang tinggi akan menghasilkan kompleks yang lebih stabil, karena kecenderungan interaksi terjadi pada logam untuk menarik pasangan elektron yang didonasikan oleh ligan akan lebih kuat dan akan menghasilkan kompleks yang lebih stabil (Irawati et al. 2016). Logam Pb(II) bersifat asam intermediate yang dapat membentuk ikatan yang lebih kuat dengan gugus fungsi yang bersifat basa intermediete juga sehingga menyebabkan tidak terjadi pergeseran panjang gelombang dan hanya disertai penurunan absorbansi. Oleh karena itu, aktivitas pengompleks yang terjadi antara ligan Isolat FIII dengan logam Pb(II) membentuk ikatan yang tidak kuat sehingga tidak terjadi pergeseran panjang gelombang.

SIMPULAN

Uji fenolik dan spektroskopi isolat F.III menunjukkan positif fenolik. Hasil tersebut didukung oleh spektroskopi UV-Vis (H2O), IR (KBr) dan 1H-NMR (CD3OD, 400 MHz) bahwa

(6)

64

isolat F.III adanya karakter senyawa flavonoid yang diprediksi memiliki kemiripan dengan morelloflavon (biflavonoid). Aktivitas pengompleks yang terjadi antara ligan Isolat FIII dengan logam Pb(II) membentuk ikatan yang tidak kuat karena hanya terjadi penurunan absorbansi yang tidak disertai pergeseran panjang gelombang.

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, A.M., Liu, F., Guo, X., Fu, X., Li, T., Liu, R.H., 2016, Phytochemical composition, celuller antioxidant capacity and antiproliferative activity in mango (Mangifera indica L) pulp and peel, International Journal of Food Science and Technology. 52(3):817-826. Al-Rufaie, E.M., Fahad, F.D., 2015, Spectrophotometric Studies for The Interaction of Pb2+ ion

with some chelators, Physical Chemistry An Indian Journal, 10(6)

Aravind, A.P., Pandey, R., Brijeshkumar., Rameshkumar, K.B., 2017, Phytochemical Investigation of the Western Ghats Endemic Species Garcinia travancorica Bedd., JNTBGRI, (4): 87-100

Badan Standar Nasional., 2015, SNI 3144:2015, Tempe Kedelai, Jakarta: Badan Standar Nasional

Kanwal, Q., Hussain, I., Siddiqui, H.L., Javaid, A., 2009, Flavonoids from mango leaves with antibacterial activity, Journal of the Serbian Chemical Society, 73(12):1389-1399.

Ketaren, S.,1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Cetakan Pertama. Jakarta, UI Press

Kustiningsih, Y., Thomas, A.F., Nurlailah., 2017, Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Darah Penjual Klepon, Medical Laboratory Technology Journal, 3(2): 47-52

Mardani, T. R., Setiyono, P., Listiyawati, S., 2005, Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan Kadar Hb Darah Akibat Emisi Kendaraan Bermotor pada Petugas DLLAJ di Kota Surakarta, BioSMART, 7(1),60-65

Mawardi, E., Munaf, S., Kosela., Widayanti, W., 2014. Separation of Ion Chromium (III) and Chromium (IV) in solution using Green Algae biomass Spirogyra

Putra, A & Fitri, W.E., 2016, Karakterisasi Pertukaran Ion Tombal (II) dengan Kalsium Pada Proses Biosorpsi Alga HIjau Cladophora Fracta, Jurnal Ipteks Terapan, 8(1), 103-111 Scieber, A., Ulrich, W., Carle, R., 2000, Characterization of Polyphenols in Mango

PureeConcentrate by HPLC with Diode Array and Mass Spectrometric Detection, Innovative Food Science & Emerging Technologies, (1),161-166

Shofiani, A., Gusrizal. 2006, Determination of pH Effect and Capacity of Healthy Metals Adsorption by Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) Biomass, Indo.J.Chem,6(1),56-60 Subhan, M.A., Alam, K., Rahaman, M. A., Rahaman., Awal, M.R., 2014, Synthesis and Characterization of Metal Complexes Contaning Curcumin (C21H20O6) and Study of Their

Anti-microbial Activitis and DNA Binding Properties, J. Sci, Res, 6(1), 97-109 Supratman, U, 2010, Elusidasi Struktur Senyawa Organik, Widya Padjajaran, Bandung

Tiwari, S., Tripathi, L.P., Tiwari, H.L., 2013, Effects of Lead on Environment, International Journal of Emerging Research in Management & Technology, 2

Widyaningsih, W., Pramono, S., Widyarin,S., Sugiyanto, 2016, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Ulva lactua L dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis, Media Farmasi, 13(2):199-21

Gambar

Gambar 1.  KLT  menggunakan  eluen  diklorometana:etil  asetat  (2:8)  dengan  uv  254nm  dan  366nm hasil uji fenolik fraksi etil asetat (a); setelah KVC (b); setelah KKG (c)
Gambar 4. Spektrum IR isolat F.III menggunakan Pellet KBr  Tabel 2. Serapan gugus fungsi isolatF.III
Gambar 5. Spektrum pengompleks isolat F.III dengan logam Pb(II)

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa polifenol terutama flavonoid yang ada dalam fraksi etil asetat dan fraksi air dari ekstrak etanol teh hijau, serta

Aktivitas antijamur ekstrak etil asetat daun mangga bacang ( Mangifera foetida L.) diduga berasal dari senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid,

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid fraksi etil asetat ekstrak metanol-air helai anak daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), secara

Metode penelitian yang digunakan adalah ekstraksi dan fiaksinasi dimana dari fraksi etil asetat ekstrak metanol yang diperoleh mengandung senyawa flavonoid Pemurnian dilakukan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada fraksi etil asetat kayu batang tumbuhan ceria (Baccaurea hookeri), dapat disimpulkan bahwa diperoleh senyawa murni berbentuk

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, peneliti mencoba untuk melakukan proses isolasi senyawa fenolik dari fraksi semi polar ekstrak etil asetat kulit batang

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak etil asetat kulit batang tumbuhan Bauhinia hullettii Prain dan

Fraksi air dan fraksi etil asetat daun benalu (Dendrophthoe falcata (L.f) Ettingsh) mengandung senyawa flavonoid yang mampu melarutkan kalsium batu ginjal dan