• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERHENTI MENGKONSUMSI PRODUK MIE SEDAAP - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH FAKTOR KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERHENTI MENGKONSUMSI PRODUK MIE SEDAAP - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

! " # $ "

" % # $& $ % $ ' ()

* + *$& $ % $ " & &%

, $ " *& &$&

& !

-.

/ 0 112(0(

3

(2)

4

Nama Penyusun : Thuraifah Adritaristiyah Nomor Induk Mahasiswa : C2A007121

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Manajemen

Judul Skripsi :

Dosen Pembimbing : Farida Indriani, SE., MM.

Semarang, 15 September 2011

Dosen Pembimbing,

(Farida Indriani, SE., MM.)

(3)

.

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Thuraifah Adritaristiyah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi Produk Mie Sedaap adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah6olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah6olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, September 2011

Yang membuat pernyataan

(Thuraifah Adritaristiyah)

(4)

! "##$%"#&# '

() '

'

!

'

(5)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya penurunan Mie Sedaap selama 3 (tiga) tahun berturut6turut yang mengidentifikasikan terjadinya fenomena berhenti mengkonsumsi konsumen atas Mie Sedaap ke mie instan merek lain. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terjadi penurunan

Mie Sedaap selama 3 tahun berturut6turut dari tahun 200862010.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, citra merek, dan harga terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen Mie Sedaap yang telah berpindah ke mie instan merek lain dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 96 responden dengan menggunakan metode pengambilan teknik purposive sampling. Metode analisis yang digunakan untuk menguji data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yaitu analisis regresi linier berganda.

Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Hasil uji secara parsial menemukan bahwa variabel kualitas produk, citra merek dan harga tidak ada pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi. Sedangkan bila dilihat dari hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa variabel kualitas produk, citra merek dan harga berpengaruh positif secara signifikan terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi.

(6)

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH FAKTOR

KUALITAS PRODUK, CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP

KEPUTUSAN BERHENTI MENGKONSUMSI PRODUK MIE SEDAAP”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis menyadari tanpa adanya dukungan, petunjuk, bimbingan serta bantuan berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan, maka tidaklah berlebihan dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih sebesar6besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si., Ak., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

2. Ibu Farida Indriani, S.E., M.M. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, masukan, dan semangat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini, dari awal sampai dengan akhir. 3. Bapak Dr. Suharnomo, S.E., M.Si Selaku wali dosen yang telah

membimbing penulis dari awal semester hingga akhir semester.

4. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro atas semua ilmu yang diberikan, segenap karyawan Fakultas Ekonomi yang banyak memberikan bantuan dan arahan selama penulis kuliah.

5. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para responden yang telah membantu dalam pengisian kuesioner.

(7)

dorongan, kasih saying, perhatian dan doa, semoga ini menjadi salah satu hal yang dapat membanggakan bapak, ibu dan adik6adikku.

7. Sahabat6sahabat tersayang Lusi Muliawati, Ahmad Kemal .F, Angelia Hapsari, Wulan Suryandani, Pravedha Ascarintya, Mayang Dewi .N, Niken Asli Suketi, Cynthia Dewi, Firda Amalia, Nimas Rizky, Andhini, Aldy yang selalu membantu dan memberikan dukungan penuh kepada penulis. Terimakasih juga untuk support6support dari kalian.

8. Teman6teman Manajemen Squad angkatan 2007 yang selalu menjadi teman yang berkesan bagi penulis, terima kasih atas dorongan yang telah kalian berikan bagi penulis.

9. Teman6teman Tim KKN Desa Batursari, Ida, Selvy, Dimas, Rifky, Ata, Jufry, Renny, dan Nina yang telah menjadi bagian dari hidup penulis, dan terima kasih atas support yang kalian berikan buat penulis.

10. Teman6teman Kost Ngesrep timur III, Mba Eli “Cece”, Mba Eli, dan Mba Yani terimakasih buat bantuan nya selama ini yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.

11. Tak lupa penulis ucapkan buat Nena dan Ucil yang telah berpanas6panasan menemani penulis kemana saja.

Semarang, 10 September 2011 Penulis

(8)

Halaman

Halaman Pengesahan ... ii

Pernyataan Orisinalitas Skripsi ... iii

Abstrak ... iv

Motto dan Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xv

... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

4 ... 9

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 9

(9)

2.1.3 Citra Merek ... 13

2.1.4 Harga ... 19

2.2 Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Penelitian ... 23

2.4 Hipotesis ... 24

2.4.1 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 25

2.4.2 Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 26

2.4.3 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 27

... 29

3.1 Jenis dan Sumber Data... 29

3.1.1 Data Primer ... 29

3.1.2 Data sekunder ... 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

3.2.1 Variabel Penelitian ... 30

3.2.2 Definisi Operasional ... 31

3.3 Populasi dan Penentuan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data... 36

3.4.1 Kuesioner (Angket) ... 36

3.4.2 Wawancara ... 37

3.5 Metode Analisis Data ... 38

3.5.1 Analisis Kualitatif ... 38

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.5.3 Uji Regresi Berganda ... 41

(10)

3 ... 46

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 46

4.4.1 Sejarah Perusahaan ... 46

4.2 Analisis Data ... 47

4.2.1 Deskripsi Responden ... 47

4.2.2 Analisis Data Deskriptif ... 49

4.2.3 Analisis Kuantitatif... 56

4.2.4 Uji Asumsi Klasik ... 61

4.2.5 Uji Hipotesis... 66

4.3 Pembahasan Hipotesis Penelitian ... 69

4.3.1 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 70

4.3.2 Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 70

4.3.3 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 71

3 ... 73

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 75

5.2.1 Implikasi Teoritis ... 75

5.2.2 Implikasi Kebijakan... 77

(11)

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Mie Isntan di 3 Toko Di Wilayah Semarang ... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan ... 49

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas Produk ... 50

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Citra Merek... 52

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Harga ... 54

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas Produk ... 57

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek... 58

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Harga ... 59

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas ... 60

Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas ... 61

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolinearitas... 61

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi ... 64

Tabel 4.15 Tabel Anova ... 68

(12)

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 24

Gambar 3.1 Indikator Variabel Kualitas Produk... 31

Gambar 3.2 Indikator Variabel Citra Merek ... 32

Gambar 3.3 Indikator Variabel Harga... 33

Gambar 3.4 Indikator Variabel Keputusan Berhenti Mengkonsumsi ... 33

Gambar 4.1 Grafik Scatter Plot ... 62

(13)

LAMPIRAN A Kuesioner

LAMPIRAN B Tabel tabulasi

(14)

(/(/ " $ !

Sektor industri merupakan salah satu sektor penunjang berhasilnya

pembangunan ekonomi, dengan demikian tidaklah mengherankan apabila semakin

banyak perusahaan berdiri akan tetapi tidak semua akan berhasil dengan baik

seperti yang diinginkan tanpa ditunjang oleh pengelolaan manajemen yang

profesional. Ketatnya persaingan membuat perusahaan6perusahan tersebut

berusaha keras untuk mempertahankan konsumen dan memperoleh konsumen

yang baru untuk membeli produknya.

Perusahaan6perusahaan tersebut memberdayakan segala fungsi ataupun

bidang yang ada, termasuk bidang pemasaran. Seiring dengan semakin ketatnya

persaingan menimbulkan fenomena baru yang terjadi pada konsumen, yaitu

adanya perilaku keputusan berhenti mengkonsumsi yang dilakukan oleh

konsumen. Saat ini persaingan antar merek sangat ketat dan hal ini terjadi pada

hampir seluruh jenis produk, baik itu produk6produk kesehatan, kecantikan,

makanan, minuman dan lain sebagainya.

Membangun merek tidaklah mudah, perlu ditekuni dan dijaga terus

menerus dan seringkali juga membutuhkan banyak dana untuk menjaganya,

misalnya dengan selalu berinovasi dengan menciptakan produk baru, menjaga

kualitas produk, menjaga biaya produknya, sehingga dapat bersaing, serta

memudahkan konsumen untuk memperolehnya.

(15)

Dalam hal ini ekuitas merek sangat penting bagi pemasar dan tingkat

loyalitas merek dari pelanggan menjadi pendukung utamanya. Dalam kenyataan,

merek banyak dianggap sebagai identitas saja untuk membedakannya dengan

pesaing. Oleh karena itu perusahaan perlu mempertajam paradigmanya, tidak

hanya berusaha mencapai kepuasaan pelanggan tetapi lebih pada pencapaian

loyalitas pelanggan (Bhote, 1995).

Loyalitas berkembang mengikuti tiga tahapan, yaitu kognitif, afektif, dan

konatif. Ketiga aspek tersebut harus selaras, walaupun dalam disonasi

menunjukkan tidak semua kasus mengalami hal yang sama (Dharmmesta, 1999).

Menurut Dick dan Basu (1994), loyalitas memerlukan konsistensi dari ketiga

struktur psikologis tersebut. Konsumen hanya mengaktifkan tahap kognitifnya

adalah konsumen yang paling rentan terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi

karena adanya rangsangan pemasaran.

Perusahaan saling bersaing berlomba untuk menarik perhatian dari

konsumen dengan menggunakan berbagai strategi untuk mempertahankan

konsumen yang telah berhasil dijaringnya dan berusaha untuk menjaring

konsumen yang baru. Di era munculnya puluhan merek ini dalam satu kategori

barang, memberikan kemungkinan bagi konsumen untuk melakukan keputusan

berhenti mengkonsumsi.

Keputusan berhenti mengkonsumsi pada pelanggan merupakan suatu

fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor6faktor keperilakuan,

persaingan dan waktu (Srinivasan, 1996). Menurut Van Trijp, Hoyer dan Inman

(16)

oleh pencarian variasi. Sedangkan menurut Assael (1995) keputusan berhenti

mengkonsumsi terjadi pada produk6produk dengan karakteristik keterlibatan

pembelian yang rendah. Tipe perilaku konsumen dalam keputusan berhenti

mengkonsumsi adalah pengambilan keputusan terbatas dan .

Fenomena yang terjadi dipasaran karena reaksi dari rangsangan pemasaran

(ekstern) yaitu dengan munculnya berbagai merek dan semakin ketatnya

persaingan antar merek untuk mendapatkan pelanggan sehingga perusahaan

melakukan bermacam6macam strategi misalnya dengan mengubah rasa, kemasan,

promosi, serta harga. Rancangan pemasaran dari perusahaan juga berpengaruh

besar untuk terjadinya keputusan berhenti mengkonsumsi antara lain melalui

harga dan juga iklan.

Di tengah maraknya bisnis mie instan dan persaingan antar mie instan

yang begitu tajam serta peluang pasar yang masih luas, banyak perusahaan

berusaha menciptakan produk mie instan dengan berbagai kelebihan produk yang

ditawarkan. Salah satu perusahaan yang mencoba ikut bersaing dalam bisnis mie

instan adalah Wings Food, dengan menghasilkan produk mie instan berlabel “Mie

Sedaap”. Wings Food lalu meluncurkan produk Mie Sedaap pada akhir tahun

2003. Saat ini sekitar 75% pasar mie didominasi produk6produk dari Indofood,

namun pasar miedi Indonesia secara keseluruhan masih terbuka lebar. Konsumsi

mie instan masyarakat Indonesia hingga saat ini baru sekitar 50 bungkus perorang

setiap tahunnya (Cakram, 2004). Wings Food merupakan salah satu pabrik yang

(17)

rupanya berani menembus pasar mie dengan mengeluarkan produk berlabel Mie

Sedaap.

Mie Sedaap juga menawarkan beberapa jenis rasa dan produk yang serupa

dengan Indomie antara lain : Mie Sedaap Mie Goreng, Mie Sedaap Mie Sambal

Goreng, Mie Sedaap Mie Kuah Rasa Soto, Mie Sedaap Mie Kuah Rasa Ayam

Bawang, Mie Sedaap Mie Kuah Rasa Kari Ayam, Mie Sedaap Mie Kuah Rasa

Kari Ayam, Mie Sedaap Mie Kuah Rasa Kaldu Ayam.

Perusahaan6perusahaan Mie Instant saat ini banyak yang menawarkan

produknya ke pasar, sehingga menimbulkan tingkat persaingan yang semakin

ketat di antara perusahaan6perusahaan tersebut, misalnya Indomie, Supermie,

Sarimi dan Gaga. Seiring dengan banyaknya merek mie instan yang beredar di

pasaran, maka mempengaruhi perilaku konsumen untuk berpindah merek mie

instan, sebab pilihan konsumen untuk menggunakan mie instan yang sesuai

dengan kebutuhan juga banyak. Perubahan perilaku konsumen dapat dilhat pada

perkembangan market share mie instan. Kondisi ini terjadi karena market share

adalah prosentase penjualan produk merek tertentu dibandingkan dengan

keseluruhan jumlah penjualan semua merek produk tersebut. Market share

penjualan mie Sedaap pada tahun 2009 dan 2010 mengalami penurunan. Pada

tahun 2008 market share produk mie sedap sebesar 36,7 %, artinya jumlah

penjualan mie Sedaap dibandingkan dengan mie instan lainnya adalah sebesar

36,7 %, pada tahun 2009 market share mengalami penurunan, menjadi 24,2 %,

(18)

share mengindikasikan jumlah penjualan produk mie Sedaap mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan penjualan mie instan lainnya.

Penurunan penjualan juga terjadi di sekitar wilayah kota Semarang.

Berikut ini adalah hasil penjualan mie instan di tiga toko wilayah kota Semarang.

(/(

Indomie 245 254 238 737 262 266 248 776

Mie Sedaap 144 124 119 387 126 118 98 342

Sarimie 82 65 62 209 83 64 58 205

Supermie 76 53 56 185 72 59 57 188

Gaga 44 43 38 125 42 46 42 130

Sumber : Data primer, toko Terang, Sembako dan Ayu Wilayah Semarang, tahun 2011

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat dikatahui bahwa dengan jumlah

penjualan mie sedaap mengalami penurunan, yaitu sebesar 11,63 %, yaitu sebesar

387 dus pada tahun 2009 turun menjadi 342 dus pada tahun 2010. Penurunan

penjualan ini mengindikasikan keputusan berhenti mengkonsumsi dan tidak lagi

melakukan pembelian. Kondisi ini karena konsumen akan mencari produk merek

lain yang memiliki kualitas produk dan citra merek yang lebih baik dengan harga

yang lebih kompetitif. Konsumen lebih menyukai produk6produk yang

menawarkan ciri paling bermutu, berkinerja dan inovatif. Apabila kualitas produk

semakin baik, dan sesuai dengan harapannya, maka konsumen akan tetap

melakukan pembelian dan tidak berhenti mengkonsumsi. Demikian halnya

(19)

membangun image produk yang baik, produk yang ditawarkan sesuai dengan

kenyataan, dan mendapatkan kepercayaan merek. Apabila citra merek yang

dibangun merek tersebut bagus dibenak konsumen, maka konsumen merasa puas,

dan tidak akan berhenti mengkonsumsi.

Selain kualitas produk dan citra merek, harga juga merupakan faktor yang

menyababkan keputusan berhenti mengkonsumsi. Harga merupakan pengorbanan

dari konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Konsumen menginginkan

pengorbanan yang diberikan tersebut sesuai dengan produk yang diharapkan,

untuk itu konsumen menginginkan harga yang terjangkau, wajar jika

dibandingkan dengan merek lain. Apabila harga yang ditetapkan perusahaan

adalah sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan tetap

menggunakan produk dan tidak berhenti memutuskan pembelian.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut

dengan judul 8 $ ! "&$ " $&+ "$ $ +

$ " $! + * * " $! " & % $&+ + *9/

(/0/ % !

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan:

1. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan berhenti

mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap?

2. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan berhenti

(20)

3. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan berhenti

mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap?

(/5/ +

(/5/( "

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap keputusan

berhenti mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap.

2. Menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan berhenti

mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap.

3. Menganalisis pengaruh harga terhadap keputusan berhenti

mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap.

(/5/0 "

Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Memahamai perilaku konsumen dalam melakukan keputusan

berhenti mengkonsumsi sehingga perusahaan dapat mengambil

langkah6langkah strategi guna memaksimalkan penjualan

perusahaan.

2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi pihak yang

berkepentingan terhadap perilaku konsumen.

(21)

(/: " % " $ *

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi pengantar menjelaskan

mengapa penelitian ini menarik untuk diteliti, apa yang diteliti, dan untuk apa

penelitian dilakukan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berisi tentang teori6

teori sumber terbentuknya hipotesis juga acuan untuk melakukan penelitian. Bab

ini akan mengemukakan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka

pemikiran, dan hipotesis.

Bab III adalah metode penelitian yang menjelaskan metode serta variabel

yang digunakan dalam penelitian. Dalam bab ini akan dikemukakan tentang

variabel penelitian, definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data serta analisis.

Bab IV menulis tentang hasil dan pembahasan. Bab ini menjelaskan

mengenai deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan mengenai

sumber konflik.

Bab V merupakan bab penutup yang merupakan bab terakhir dan penutup

dari penulisan skripsi ini. Dalam bab ini diungkapkan tentang kesimpulan yang

diperoleh dari hasil penulisan skripsi ini dan akan disampaikan pula saran bagi

(22)

0/( + &$

0/(/( * " $! " % & %

Perilaku keputusan berhenti mengkonsumsi pada pelanggan merupakan

fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor6faktor keperilakuan,

persaingan dan waktu (Srinivasan, 1996). Menurut Van Trijp, Hoyer dan Inman

(1996) keputusan berhenti mengkonsumsi yang dilakukan konsumen disebabkan

oleh pencarian variasi baik kualitas, harga dan citra merek itu sendiri. Sedangkan

menurut Assael (1995) keputusan berhenti mengkonsumsi terjadi pada produk6

produk dengan karakteristik keterlibatan pembelian yang rendah.

Menurut Sambandan (1995) dalam Darpito (2005), konsumen akan beralih

merek karena adanya perilaku yang keterlibatannya tinggi ( ).

Beberapa literature lain juga menyebutkan bahwa perilaku mencari variasi

) juga akan menimbulkan perilaku berpindah merek (

) konsumen. Penyebab lain dari dapat berasal dari sangat

beragamnya penawaran produk lain, atau karena adanya masalah dengan produk

yang sudah dibeli.

Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan pada masa pasca

konsumsi mempunyai kemungkinan akan merubah perilaku keputusan belinya

(23)

meningkatkan kepuasannya. Disamping itu karakteristik kategori produk juga

mempengaruhi perilaku konsumen dalam mencari variasi.

Karakteristik kategori produk menurut Van Trijp, Hoyer dan Inman (1996)

meliputi keterlibatan, perbedaan persepsi diantara merek, fitur hedonis dan

kekuatan preferensi. Namun perilaku mencari variasi yang dilakukan untuk suatu

kategori produk tertentu dan tidak untuk kategori produk yang lainnya. Dalam hal

ini kemungkinan bahwa penyebab perpindahan produk konsumen bisa disebabkan

oleh harga (Guadagni dan Little, 1983, Gupta, 1988, Mazursky, LaBarbera dan

Aiello, 1987) atau karena mencari keberagaman (Kahn, Kalkawi dan Morrison,

1986), yang dikutip oleh Keaveney(1995) menjadi dua penyebab utama

yang belum diketahui secara pasti.

Keputusan berhenti mengkonsumsi dapat dibagi menjadi - . atau kesetiaan yang terbagi (ABABAB) artinya seseorang mengalami perpindahan

karena kesetiaannya terbagi dengan yang lain. / atau

perpindahan sewaktu6waktu (AABAAACAADA) merupakan keputusan berhenti

mengkonsumsi yang dilakukan karena mengalami kejenuhan tetapi akhirnya akan

lebih banyak untuk merek semula atau perpindahan hanya untuk selingan.

0 . atau kesetian beralih (AAAABBBB) merupakan keputusan berhenti mengkonsumsi yang dilakukan karena seseorang mempunyai kesetiaan

yang tidak stabil dan . atau ketidaksetiaan (ABCDBACD) artinya perpindahan yang disebabkan karena adanya sikap ketidaksetiaan terhadap satu

(24)

0/(/0 " $&+

Kualitas produk di definisikan sebagai wujud total dan karakteristik

produk atau pelayanan yang memiliki kemampuan untuk memuaskan atau

memenuhi kebutuhan. Menurut Bearden, et, al (1995 : 36) menyatakan bahwa

konsep produk adalah bahwa konsumen akan menyukai produk6produk yang

menawarkan cirri paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Produk adalah segala

sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar yang dapat ditawarkan ke suatu

pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2002 : 449). Produk6

produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang,

tempat, properti, organisasi dan gagasan.

Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau

pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau tersirat (Kotler,1997). Dalam hubungannya dengan

kepuasaan konsumen, kualitas yang berorientasi pada pelanggan adalah jika

kualitas suatu produk atau jasa dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Menurut Jacobson dan Aaker (1987) sekarang ini kualitas dipandang

sebagai cara yang efektif untuk strategi kompetitif berbasis diferensiasi.

Sedangkan menurut Belohlav (1993) kualitas yang lebih baik juga akan

mengurangi nilai pelanggan unit dengan cara mengurangi biaya kualitasnya.

Kotler (1994) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dibeli, digunakan atau dikonsumsi.

Istilah produk mencakup benda fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan

(25)

1. (merek) produk menunjukkan suatu jaminan kompetitif

perusahaan dengan produk yang berkualitas.

2. , (kemasan) menunjukkan corak produk yang menarik dan mampu melindungi produk dengan baik.

3. 1 (keistimewaan) produk dalam rasa enak, dan textur yang lembut sangat disukai.

4. , ' menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk kepuasan dan harapan konsumen.

Van Trjip, Hoyer dan Inman (1996) mengkategorikan beberapa

karakteristik dari sebuah produk yang terdiri atas:

1. Keterlibatan

Ini berkaitan dengan pilihan produk dan perilaku memilih yang dilakukan

konsumen. Pembelian produk dengan keterlibatan rendah menyebabkan

mudah terjadinya perilaku mencari variasi dibandingkan dengan

pembelian produk dengan keterlibatan tinggi.

2. Perbedaan persepsi diantara merek

Ini menggambarkan bahwa ketika seorang konsumen membuat pilihan

produk secara implicit ia akan mengukur seberapa bagus atribut yang

ditawarkan dari berbagai variasi merek sehingga dapat memuaskan

kebutuhannya.

3. Fitur hedonis

Menurut Kahn dan Lehmann (1991) seperti dikutip oleh Van Trijp, Hoyer

(26)

4. Kekuatan preferensi

Konsumen lebih cenderung memiliki berbagai preferensi merek maka

perilaku mencari variasi akan semakin tinggi sehingga mempengaruhi

keputusan berhenti mengkonsumsi.

5. Frekuensi pembelian

Frekuensi pembelian ini diukur dengan jumlah keputusan pembelian yang

dilakukan dari suatu kategori produk selama periode tiga bulan terakhir.

6. Runtutan pilihan merek

Menunjukkan tipe pembelian dalam pilihan merek yang ada berdasar

variasi keputusan berhenti mengkonsumsi yang dilakukan.

Selain itu didalam menentukan suatu kualitas produk, perlu adanya

kepuasan konsumen. Dimana kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai

tanggapan konsumen atas penilaian suatu produk atau pelayanan, yang mana

dapat memberikan tingkat hubungan konsumsi yang menyenangkan (Zeithaml

dan Bitner, 2000 : 75). Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen sangat

tergantung dengan perasaan atau kesan pelanggan terhadap suatu produk.

0/(/5 "$ $

Konsumen memiliki tanggapan yang berbeda6beda terhadap suatu citra

perusahaan atau merek. Kepuasan konsumen terhadap perusahaan atau merek

tersebut ditimbulkan oleh citra ( ). Menurut Kotler dan Keller (2006), citra

( ) didefinisikan sebagai persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

(27)

Sedangkan menurut Mardalis (2002), citra ( ) dapat berarti sebagai

suatu tanggapan atau gambaran yang diperoleh dari sebuah perusahaan melalui

iklan, media, promosi dan pemasaran. Menumbuhkan citra merek merupakan

suatu tujuan utama bagi perusahaan karena hal itu merupakan gambaran total dari

pemikiran konsumen terhadap produk dan merek yang dibelinya.

Kepercayaan konsumen ini dapat bervariasi sesuai dengan ciri yang

sebenarnya sampai konsumen suatu saat tiba pada sikap preferensi kea rah

alternatif merek melalui prosedur eavaluasi tertentu. Salah satu prosedur yang

mempengaruhi evaluasi itu adalah kepercayaan merek atau yang lebih dikenal

dengan citra merek. Hal tersebut bisa terwujud karena citra tersebut dipersepsikan

secara homogen di setiap kepala manusia atau sebaliknya yang mana setiap orang

mempunyai persepsi yang berbeda6beda, sehingga apabila dari persepsi

homogeny tersebut menghasilkan sebuah citra positif akan sangat menguntungkan

perusahaan.

Selain itu citra suatu merek erat kaitannya dengan asosiasi merek, kesan

merek yang muncul dalam ingatan konsumen yang meningkat seiring dengan

semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam menkonsumsi merek tersebut.

0/(/5/( $

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi

diantaranya, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari

penjual atau sekelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para

(28)

(2003), Aaker (1997) mendefinisikan merek sebagai suatu nama atau simbol yang

bersifat membedakan dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang penjual atau sekelompok penjual tertentu, dengan demikian

membedakannya dari barang6barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor.

Keberadaan merek akan memudahkan konsumen dalam mencari produk

yang dikehendaki di pasar. Namun demikian yang sering terjadi adalah

diferensiasi produk antara satu merek dengan merek yang lain tidak terlalu

signifikan sehingga muncul perilaku keputusan berhenti mengkonsumsi yang

disebabkan oleh beberapa variabel misalnya promosi, kualitas produk yang

dipersepsikan, citra produk, kemasan, label dan harga.

Merek mempunyai beberapa peran terutama dalam area pemasaran.

Beberapa diantaranya adalah member tanda pada konsumen mengenai sumber

produk tersebut dan melindungi konsumen maupun produsen dari para competitor

yang berusaha memberikan produk6produk yang identik (Aaker, 1997).

Sedangkan Kotler (2004) secara lebih spesifik menjelaskan peran merek

terutama dalam aktivitas pemasaran, yaitu:

a. Merek mampu membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk yang

mungkin memberikan benefit pada mereka.

b. Merek memberikan informasi kepada konsumen tentang kualitas produk.

c. Konsumen yang selalu membeli produk dengan merek yang sama akan

mendapat fitur, benefit dan kualitas yang sama setiap kali mereka membeli

(29)

d. Merek bisa memberikan proteksi pada keunikan suatu fitur yang mungkin

akan ditiru oleh perusahaan lain.

e. Merek akan membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar.

0/(/5/0 &# " $

Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan bahwa loyalitas merek

merupakan suatu pilihan yang konsisten atau pembelian merek yang sama yang

dilakukan oleh konsumen atas suatu produk tertentu. Loyalitas merek merupakan

satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek (Aaker, 1997).

Sedangkan Ferrel (2002) memahami loyalitas merek sebagai suatu merek yang

mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek tersebut ketika

mereka membutuhkan kategori produk tersebut.

Ketiga definisi tersebut mencerminkan bagaimana seorang pelanggan

mungkin tidak akan beralih ke merek lain jika merek tersebut membuat suatu

perubahan, baik dalam harga atau dalam unsur6unsur produk. Pada tingkat paling

dasar pembeli tidak loyal sama sekali dengan merek sehingga dalam keputusan

pembelian, merek memainkan peran yang sangat kecil.

Dari semua hal mengenai merek yang dilakukan oleh perusahaan ada satu

aktivitas yang sering lupa dilakukan oleh para pemasar yaitu menjaga dan

mempertahankan merek. Dalam banyak hal, pemasar melupakan merawat merek

ketika merek mereka sudah mulai mapan di pasar. Yang harus dilakukan oleh

oleh pemasar adalah mengkomunikasikan posisi merek secara kontinyu kepada

(30)

Selain itu, untuk membangun dan mempertahankan loyalitas konsumen

akan suatu merek perlu juga dilakukan interaksi antara produsen dan konsumen

baik lewat telepon, internet maupun sarana yang lainnya.

Menurut Lin, Wu dan Wang (2000) loyalitas merek adalah kesetiaan

terhadap merek tertentu dimana mewakili karakteristik yang diinginkan konsumen

yang hanya akan membeli produk dari merek tersebut dari pada melakukan

keputusan berhenti mengkonsumsi ( ). Berikut struktur pasar dari

pembelian ulang dankeputusan berhenti mengkonsumsi menurut Lin, Wu dan

Wang (2000):

a. Potensial

Terdiri dar seluruh pelanggan yang loyal terhadap suatu produk namun

ada potensi untuk dipengaruhi oleh berbagai macam faktor untuk

berpindah merek.

b. 2

Kelompok pembeli yang membuat pilihan produk yang sama pada

waktu yang lalu, waktu sekarang dan untuk masa yang akan datang.

Terdiri dari sebagian pembeli yang akan berpindah merek setidaknya

satu kali ketika merek membuat pilihan untuk pembelian sekarang atau

(31)

0/(/5/5 " $

Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang

berkaitan dengan suatu merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker,

1997). Yang menjadi dasar dalam ekuitas merek adalah:

a. Loyalitas merek

b. Kesadaran nama

c. Kesan kualitas

d. Asosiasi merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas

e. Aset6aset merek lain (paten dan cap)

Walaupun ekuitas merek sulit untuk diukur namun ekuitas merek tersebut

mempresentasikan nilai suatu merek pada organisasi. Ekuitas merek yang tinggi

akan memberikan keunggulan bersaing bagi suatu merek atau produk. Beberapa

diantaranya adalah (Kotler, 2004):

a. Perusahaan akan mempunyai posisi mewah yang lebih tinggi dengan

distributor maupun dengan pengecer karena konsumen

mengharapkannya untuk menjual merek tersebut.

b. Merek memberikan informasi kepada konsumen tentang kualitas

produk.

c. Konsumen yang selalu membeli produk dengan merek yang sama akan

mendapat fitur, benefit dan kualitas yang sama setiap kali mereka

(32)

d. Merek bisa memberikan proteksi pada keunikan suatu fitur yang

mungkin akan ditiru oleh perusahaan lain.

e. Merek akan membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar.

0/(/: $

Dari sudut pandang konsumen, harga adalah sesuatu yang diberikan atau

dikorbankan untuk memperoleh suatu produk. Definisi ini sesuai dengan

argument Athola (1984) yang menentang pencakupan harga moneter sebagai

atribut tingkat rendah dalam model atribut, karena harga adalah komponen yang

diberikan bukan komponen yang didapatkan. Pendapat ini juga didukung oleh

peneliti lain (Chapman, 1986; Mazumar, 1986; Monroe dan Khrisman, 1985).

Zeithaml (1988) memberikan argumen bahwa harga itu terdiri dari dan

komponen harga obyektif, harga non moneter yang dirasakan dan pengorbanan.

Sedangkan Jacoby dan Olson membedakan antara harga obyektif (harga aktual

suatu produk) dengan harga yang dirasakan (harga yang disandikan oleh

konsumen). Harga moneter obyektif umumnya bukanlah harga yang disandikan

oleh konsumen, karena ada konsumen yang tahu pasti tentang harga suatu produk,

tetapi konsumen lain hanya menyandikan dan mengingat harga tersebut dengan

istilah murah atau mahal. Sedangkan konsumen lain justru tidak menyandikan

harga tersebut sama sekali.

Model harga penuh dalam ilmu ekonomi seperti dikatakan Becker (1965),

menunjukkan bahwa harga moneter bukanlah satu6satunya pengorbanan yang

harus dilakukan konsumen untuk memperoleh suatu produk. Persepsi

(33)

psikis. Hasil penelitian lain dalam bidang ilmu ekonomi, ekonomi rumah tangga,

dan pemasaran semuanya mendukung adanya biaya6biaya atau pengorbanan lain

yang memiliki arti penting bagi konsumen yang meliputi; waktu, usaha, pencarian

dan psikis (Down 1961; Gronau 1973; Leuthold 1981; Zeithaml dan Berry 1987).

Sedangkan apabila dipandang dari sudut pandang konsumen, harga

merupakan suatu nilai yang harus dibayarkan untuk memperoleh suatu produk,

sehingga nilai diartikan sama dengan harga (Schecter dan Bishop, 1984). Gale

(1994) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah perbandingan antara kualitas

total dan biaya total dimana kualitas total diartikan sebagai semua faktor selain

harga.

Pada tingkat ingin membeli harga menjadi salah satu faktor yang

diperhatikan oleh pembeli. Sebagian konsumen menganggap harga yang tinggi

menunjukkan kualitas suatu produk, sebagian lagi beranggapan bahwa kualitas

ditentukan oleh desain produknya. Persepsi konsumen atas kualitas seperti itu

menunjukkan bahwa penetapan harga merupakan elemen kritis bagi pemasaran,

karena persepsi konsumen atas harga adalah komponen penting dalam evaluasi

dan respon konsumen terhadap harga.

0/0 " $+ !

0/(

(/ ; 4 + Chaula Anwar (2007) / “ Pengaruh

(34)

! * " Adanya ketidakpuasan konsumen,karakteristik kategori produk yang dilakukan oleh konsumen didasarkan pada kebutuhan mencari variasi. Hal ini dikarenakan adanya keterlibatan perbedaan persepsi yang dilakukan oleh konsumen ketika melakukan pembelian yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan konsumen melakukan keputusan berhenti mengkonsumsi karena meningkatnya perilaku kebutuhan mencari variasi.

# * " Pada masyarakat Kabupaten Sleman yang

menggunakan produk susu, teh, dan kopi sebagai obyek penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara signifikan bahwa ketidakpuasan konsumen merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi konsumen untuk berpindah merek, demikian juga pada karakteristik kategori produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan berpindah merek pada susu, teh dan kopi.

+ * "

Terjadi ketidakpuasan pembelian karena pengharapan konsumen akan keistimewaan produk.

0/ ; 4 + Dwi Ermayanti (2006) / “ Pengaruh Periklanan,

Perubahan Harga dan Ketidakpuasan Konsumen terhadap Keputusan berhenti mengkonsumsi pada Konsumen shampoo Sunsilk di Surabaya”.

! " Ketidakpuasan konsumen atas kesesuaian antara

spesifikasi produk dan iklan yang ditayangkan.

# * " Orang yang melakukan pembelian baik di toko,

mini market maupun supermarket.

Ketidakpuasan konsumen memiliki pegaruh yang dominan terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi.

+ * "

Terjadi ketidakpuasan atas spesifikasi produk terhadap manfaat yang diterima oleh konsumen.

5/ ; 4 + Tina Sulistiyani (2006) / “ Analisis Perilaku

(35)

Daerah Istimewa Yogyakarta”.

! * " Keberagaman merek air mineral, terutama

adanya keterlibatan beberapa produk rendah (murah).

# * " Seluruh konsumen produk air mineral di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Perilaku produk air mineral di

Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh harga,

. +

* "

Harga yang rendah meningkatkan daya beli konsumen terhadap suatu produk.

:/ ; 4 + H. Asyhari (2005) / “ Analisis

Studi Kasus pada Koperasi “Sultan Agung” Semarang.

# * " Seluruh Mahasiswa UNISULA Semarang.

Semakin baik kualitas pelayanan semakin tinggi kepuasan konsumen dan menghindarkan dari perilaku keputusan berhenti mengkonsumsi. +

* "

dipengaruhi oleh kualitas produk / jasa.

</ ; 4 + Rini Kusumawati (2007) / “ Analisis pengaruh

3 , Kualitas yang dipersepsikan, Harapan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan perilaku Beralih Merek”.

! * " Keberadaan jasa perbankan yang memegang

peranan penting dalam perekonomian baik berskala lokal maupun nasional.

# * " Nasabah dari beberapa Bank yang berstatus

(36)

Kepuasan nasabah dapat menimbulkan komitmen loyalitas pada jasa perbankan yang dimaksud.

+ * "

Keberhasilan pencitraan merek jasa perbankan sesuai dengan harapan nasabah.

0/5 $ % $

Dari pemikiran terdahulu oleh Tina Sulistiyani (2006) tentang Analisis

Perilaku Produk Air Minum Mineral di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Rini Kusumawati (2007) dalam jurnalnya tentang Analisis Pengaruh

3 , Kualitas yang Dipersepsikan, Harapan Nasabah pada Kepuasan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku Beralih Merek dimana variabel berpengaruh

positif terhadap keputusan berhenti mengkonsumsi yang dilakukan oleh

konsumen. Maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai

(37)

% $ 0/(

$ % $ * " $! " % & %

H1

H2

Sumber : Van Trijp, Hoyer dan Inman (1996) dikembangkan untuk

penelitian ini (2011).

0/: *&"

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktor6faktor empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban yang empiris (Sugiyono, 2000).

Kualitas Produk (X1)

Citra Merek (X2)

Keputusan berhenti mengkonsumsi

Harga (X3)

(38)

0/:/( $ ! " $&+ " $! + * * " $! "

% & %

Ketidakpuasan konsumen adalah suatu keadaan dimana pengharapan

konsumen tidak sama atau lebih tinggi daripada kinerja yang diterimanya dari

pemasar. Kualitas produk adalah penentu kepuasan atau ketidakpuasan konsumen

yang multidimensi tersebut. Dimensi kualitas produk juga sering digunakan

konsumen dalam mengevaluasi kepuasan atau ketidakpuasan yang perlu

diperhatikan oleh produsen terdiri dari fitur, yang dalam hal ini dimediasi dengan

harga, keandalan, fitur tambahan, kesesuaian dengan spesifikasi, pelayanan dan

desain. Konsumen seringkali mencari variasi dan termotivasi untuk berpindah

merek apabila konsumen tersebut tidak puas dengan produk sebelumnya.

Kotler (1997) mengemukakan bahwa konsumen akan menyukai produk6

produk yang menawarkan ciri paling bermutu, berkinerja dan inovatif, lebih lanjut

lagi dikatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan cirri atau sifat dari suatu produk

atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau tersirat.

Dengan mengetahui atribut produk menurut tingkat kepentingannya,

perusahaan dapat melakukan inovasi produk dengan menonjolkan atribut6atribut

utama yang dikehendaki oleh konsumen. Sehingga konsumen akan loyal terhadap

produk tersebut karena karakteristik produk telah dikenal dengan baik dan mampu

memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen. Berdasarkan hasil penelitian

(39)

negatif terhadap perilaku berpindah merek, apabila kualitas produk semakin baik,

maka konsumen akan cenderung tidak berhenti mengkonsumsi.

Berdasarkan telaah diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H1=

0/:/0 $ ! "$ $ " $! + * * " $! " % & %

Mardalis (2002), mengemukakan citra ( ) dapat berarti sebagai suatu

tanggapan atau gambaran yang diperoleh dari sebuah perusahaan melalui iklan,

media, promosi dan pemasaran. Hal ini memudahkan konsumen dalam mencari

produk yang dikehendaki.

Namun demikian yang sering terjadi adalah diferensiasi produk antara satu

merek dengan merek yang lain tidak terlalu signifikan sehingga muncul perilaku

keputusan berhenti mengkonsumsi yang disebabkan oleh beberapa variabel

misalnya dari segi promosi, citra produknya, kemasan dan label. Hal ini

disebabkan karena citra merek yang dilakukan oleh masing6masing perusahaan

memiliki inovasi yang berbeda, untuk mendapatkan perhatian dari konsumen yang

menghendaki untuk berpindah ke merek lain.

Gaeff (1996) menyatakan bahwa perkembangan pasar yang demikian

pesat mendorong konsumen untuk lebih memperhatikan citra merek dibandingkan

(40)

mengkonsumsi tersebut. Hal ini juga mempengaruhi citra merek terhadap minat

beli para konsumen.

Menumbuhkan citra merek merupakan tujuan utama bagi perusahaan

karena hal itu merupakan gambaran total dari pemikiran konsumen terhadap

produk dan merek yang dibelinya. Citra terhadap merek berhubungan dengan

sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.

Apabila bagi perusahaan barang atau jasa yang relatif sama, citra sangatlah

penting penggunaannya dalam komunikasi pemasaran dan juga dalam hal

mempengaruhi persepsi konsumen terhadap barang atau jasa yang ditawarkan

dengan kata lain, citra mempunyai arti yang sangat penting (Sugandhi, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Rini Kusumawati (2007), pencitraan merek yang

dipersepsikan memberikan pengaruh negatif terhadap keputusan ebrheenti

mengkonsumsi, apabila semakin tinggi citra merek yang diterima, seperti produk

yang ditawarkan sesuai dengan harapan, dan merek terpercaya, maka konsumen

akan cenderung tidak berhenti mengkonsumsi.

Berdasarkan telaah diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H2 =

0/:/5 $ ! $ " $! + * * " $! " % & %

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa. Setiap

(41)

satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan

bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi)

menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping itu harga merupakan

unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat

(Tjiptono, 1997).

Price dkk. (dalam Dwi Ermayanti) menyatakan bahwa perbedaan harga

antar merek dapat mempengaruhi perilaku berpindah merek. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa adanya perubahan harga pada salah satu atau beberapa merek

pada kelas produk yang sama dapat mempengaruhi perilaku berpindah merek

pada konsumen, karena dengan adanya perubahan harga maka terjadi perbedaan

harga antar merek.

Perusahaan juga seringkali tidak segan untuk menaikkan harga jual dari

produknya untuk menutupi berbagai biaya produksinya (Kotler, 2005). Hal ini

menyebabkan konsumen mencari alternatif produk sejenis yang harganya lebih

murah namun dengan kualitas relatif sama. Berdasarkan hasil penelitian Dwi

Ermayanti (2006) adalah semakin tinggi harga yang dipersepsikan konsumen,

maka semakin rendah keputusan berhenti mengkonsumsi.

Berdasarkan telaah diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

(42)

5/( 4 + % $ "

5/(/( " $ % $

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya

atau obyek yang akan diteliti. Untuk memperoleh data primer, metode

pengumpulan data yang dipergunakan adalah menggunakan koesioner dan

wawancara dengan responden. Sedangkan menurut Marzuki (1995) data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk

pertama kalinya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (

' ). Menurut Hair (1998), asumsi6asumsi yang harus

dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis

dengan pemodelan SEM adalah ukuran sampel, normalitas dan .

5/(/0 " + $

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari buku6buku dan

referensi lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan dan keberhasilan dalam

melakukan penelitian ini. Data sekunder yang ada dalam penelitian ini adalah data

mengenai mie instant Mie Sedaap tahun 200862010 dari majalah

SWA 15/XXVI/15 6 28 Juli 2010.

(43)

5/0 3 $ " + = * $ & 3 $

5/0/( 3 $ "

Sugiono (2004) menyimpulkan variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini adalah :

5/0/(/( 3 $ + * +

Variabel independen adalah variabel yang nilai6nilanya tidak bergantung

pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X. variabel ini digunakan

untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang lain.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah :

X1= Kualitas Produk

X2= Citra Merek

X3= Harga

5/0/(/0 3 $ * +

Variabel dependen adalah variabel yang nilai6nilainya bergantung pada

variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. variabel itu merupakan variabel

yang diramalkan atau diterangkan nilainya. Dalam penelitian ini yang menjadi

(44)

5/0/0 = * $ &

Definisi operasional adalah penentuan sehingga menjadi variabel

yang dapat diukur (Indriantoro dan Supomo, 2000). Definisi operasional

menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan , sehingga memungkinkan bagi peneliti yang

lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran yang lebih baik.

Adapun definisi operasional variabel penelitian ini kemudian diuraikan

menjadi indikator empiris (IE) yang meliputi:

1. Kualitas Produk, indikator empirisnya adalah:

a. Ciri khas rasa.

b. Kemasan.

c. Varian rasa.

Berikut ini adalah gambar yang menerangkan indikator tentang kualitas

produk yaitu:

% $ 5/(

+ "&$ 3 $ " $&+

X1 = Ciri khas rasa.

X2 = Kemasan.

Sumber: Tantry Rosmelinda (2010) Kualitas produk X1

(45)

2. Citra Merek, indikator empirisnya adalah:

a. Image buruk mengandung MSG.

b. Produk yang disampaikan tidak sesuai kenyataan .

c. Kepercayaan merek.

Berikut ini adalah gambar yang menerangkan indikator tentang citra

merek yaitu:

% $ 5/0

+ "&$ 3 $ "$ $

X4 = Image buruk mengandung MSG.

X5 = Produk yang disampaikan tidak sesuai kenyataan.

X6 = Kepercayaan merek.

Sumber : Emma Cinantya Putri (2009)

3. Harga, indikator empirisnya adalah:

a. Harga dibandingkan merek produk lain yang sejenis .

b. Kestabilan harga.

c. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.

d. Kesesuaian harga dengan manfaat.

Berikut ini adalah gambar yang menerangkan indikator tentang harga

yaitu:

Citra Merek X4

X5

(46)

% $ 5/5

+ "&$ 3 $ $

X7 = Harga dibandingkan merek produk lain yang sejenis.

X8 = Kestabilan harga.

X9 = Kesesuaian harga dengan kualitas produk.

X10 = Kesesuaian harga dengan manfaat.

Sumber: Mirza Adrianto (2008), Tantry Rosmelinda (2010).

4. Keputusan berhenti mengkonsumsi, indikator empirisnya adalah:

a. Informasi tentang mie instan merek lain lebih menarik.

Berikut ini adalah gambar yang menerangkan indikator tentang citra

merek yaitu:

% $ 5/:

+ "&$ 3 $ * " $! " % & %

X11 = Keputusan berhenti mengkonsumsi.

Sumber : Emma Cinantya (2009), Tantry Rosmelinda (2010). X7

X8

X9

X10

Harga

(47)

5/5 &* + " %*

5/5/( &*

Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki

kualitas6kualitas serta ciri6ciri yang ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan cirri

tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau obyek

pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik (Cooper,

Emony, 1999:214). Untuk penelitian ini populasi yang digunakan adalah

konsumen yang pernah mengkonsumsi mie instant Mie Sedaap dan telah beralih

ke merek lain serta berdomisili di kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan

karena jumlah populasi yang sangat banyak, tersebar dan sulit diketahui secara

pasti.

5/5/0 %*

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probabilitas. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah

berdasarkan lama pemakaian, dimana peneliti memiliki kriteria atau

tujuan tertentu terhadap sampel yang akan diteliti (Indriantoro, 1999, p.131).

Adapun alasan penggunaan metode tersebut dikarenakan peneliti ingin

mendapatkan informasi yang tepat dengan cara yang praktis (populasi yang

banyak dan ketiadaan alamat).

Responden yang dipilih adalah orang yang pernah mengkonsumsi mie

instant Mie Sedaap dan telah berpindah ke merek yang lain, serta berdomisili di

(48)

untuk memperoleh responden yang telah melakukan keputusan berhenti

mengkonsumsi dari Mie Sedaap ke merek lain.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus:

> 2

? = Tingkat distribusi normal pada taraf signifikan 5% = 1,96

= ! 5 , yaitu tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan

Bila sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal yang

dapat diambil sebesar :

> 2

Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel yang digunakan

(49)

5/: "&+ %* "

5/:/( & $ ' ")

Data dikumpulkan menggunakan metode survei melalui daftar pertanyaan

(kuisioner) kepada konsumen yang mengkonsumsi mie instan Mie Sedaap.

Metode survei bertujuan untuk meliput banyak orang sehingga hasil survei dapat

dipandang mewakili populasi atau merupakan generalisasi (Istijanto, 2005).

Bentuk survei yang dijalankan adalah survei secara individu, dimana survei

dijalankan oleh peneliti dengan menemui responden secara bertatap muka.

Adapun desain yang meminta responden menunjukkan tingkat persetujuan

atau ketidaksetujuannya terhadap serangkaian pernyataan tentang suatu objek.

Jawaban responden diberikan skor atau nilai sesuai dengan Skala Agree6Disagree

Scale 1610, yaitu dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju

(Ferdinand, 2006), yaitu 1610 dimulai tidak setuju sampai dengan sangat setuju..

Contoh untuk kategori pernyataan dengan jawaban sangat tidak setuju/

sangat setuju:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Tidak Setuju...Sangat Setuju

Sehingga dari pertanyaan jawaban “sangat tidak setuju diberi nilai 1,

hingga pada pertanyaan jawaban “sangat setuju” diberi nilai maksimal 10 serta

dengan asumsi jawaban 1 mengarah pada pertanyaan tidak setuju dan semakin

(50)

5/:/0 6 A B $

Ibnu Subiyanto (2003) menyatakan selain metode kuesioner, juga

digunakan metode wawancara yang dapat dilakukan dengan tatapmuka secara

langsung . Kebaikan dari cara ini adalh jaminan bahwa

peneliti memperoleh informasi selengkap mungkin dan setepat apa yang

diinginkan. Dapun kelemahan wawancara yaitu membutuhkan tenaga yang sangat

banyak, sehingga biayanya sangat besar. Kelemahan berikutnya adalah

pewawancara mungkin dianggap orang asing, sehingga responden belum tentu

dapat diajak kerjasama. Terhadap pertanyan yang bersifat sensitif, mungkin

mereka enggan untuk mengungkapkannya atau bahkan mereka menutup diri.

Agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik, diperlukan

persyaratan tertentu yang antara lain:

1. Ketersediaan informasi yang dibutuhkan dari responden.

2. Pemahaman para responden terhadap peran dirinya.

3. Motivasi para responden untuk menerima peran tersebut.

Ketiga faktor diatas sangat menentukan kesuksesan dalam menggali

informasi dan data dari responden. Pewawancara seringkali menghadapi masalah

yang tidak mudah dalam melakukan proses . Persoalan yang

sering muncul adalah 5 2 5 dan kendala biaya

penelitian yang tinggi. Agar berbagai kendala ini dapat dihindarkan, maka

(51)

5/< "&+ "

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

5/</( " " " =

Analisis Kuantitatif adalah analisis yang mempergunakan alat analisis

bersifat kuantitatif. Alat analisis yang bersifat kuantitatif adalah alat analisis yang

menggunakan model6model, seperti model matematika (misalnya fungsi

multivariate), model statistic dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan dalam

bentuk angka6angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu

uraian. Pengolahan data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap:

1. Proses

Tahap awal analisis data adalah melakukan edit terhadap data yang telah

dikumpulkan dari hasil di lapangan. Pada prinsipnya proses editing

data bertujuan agar data yang nanti akan dianalisis telah akurat dan lengkap.

2. Proses

Proses pengubahan data kualitatif menjadi angka dengan mengklasifikasikan

jawaban yang ada menurut kategori6kategori yang penting (pemberian kode).

3. Proses

Proses penentuan skor atas jawaban responden yang dilakukan dengan

membuat klasifikasi dan kategori yang cocok tergantung pada anggapan atau

(52)

4. Tabulasi

Menyajikan data yang diperoleh dalam tabel, sehingga diharapkan pembaca

dapat melihat hasil penelitian dengan jelas. Setelah proses tabulasi selesai

kemudian data dalam tabel tersebut akan diolah dengan bantuan

statistik yaitu SPSS 17.

5/</(/( 3 + "

Menurut Ghiselli (1981) dalam Hartono (2004/2005, p.120), validitas

menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi6operasi mengukur

apa yang harusnya diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan

analisis faktor dan jenis validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor

dan jenis validitas yang akan diuji adalah (menunjukkan

seberapa baik hasil6hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai

dengan teori6teoriyang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk)

(Hartono,2004/2005, p. 128).

5/</(/0 "

Menurut Sekaran (2003, p. 203), reliabilitas suatu pengukur menunjukkan

stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan

berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur.

5/</0 %

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda

(53)

5/</0/( &$% "

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau

tidak (Ghozali, 2005:110). Jika terdapat normalitas, maka residual akan

terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis

* .

Kaidah pengambilan keputusan :

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika datar menyebar jauh dari garis diagonal dan / tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

5/</0/0 " & $ "

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2005:91). Hubungan

linier antar variabel independen inilah yang disebut dengan multikolinieritas.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebasnya.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas di dalam model regresi

yaitu dengan melihat nilai dan lawannya,

(VIF). Nilai yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena

VIF = 1 / ). Nilai yang biasa dipakai adalah nilai <1 atau sama

(54)

5/</0/5 " $& + " "

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier

terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain

(Ghozali, 2005:105). Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik antara SRESID dan ZPRED, di mana sumbu

Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi6Y

sesungguhnya) yang telah di6 6 (Ghozali,2001).

Deteksi adanya heteroskedasitisitas dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik. Dasar pengambilan keputusan:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik6titik yang ada membentuk suatu

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi heteroskedasitisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik6titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedasitisitas.

5/</5 $ $ +

Analisis regresi berganda digunakan untuk mencari seberapa kuat

pengaruh variabel bebas pada variabel tergantung, analisis ini dilakukan dengan

tujuan agar data mentah dapat bermakna dalam menjawab semua permasalahan.

Untuk memenuhi syarat teknik kuantitatif yaitu analisis terhadap data yang lebih

diberi skor sesuai dengan skala pengukuran yang telah diterapkan untuk

(55)

Besarnya pengaruh variabel6variabel bebas terhadap variabel terikat

nantinya akan dapat dilihat melalui persamaan regresi linear berganda berikut:

Y =

+

X

1

+

X

2

+

X

3

+

Dimana :

Y = Keputusan berhenti mengkonsumsi

X1 = Periklanan

X2 = Perubahan Harga

X3 = Ketidakpuasan Konsumen

= Konstanta / Intercept

, , = Koefisien Regresi

= standar

5/</: *&"

5/</:/( = $ ' ")

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi variabel

dependen.

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis

nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter ( ) sama dengan nol,

(56)

Bentuk pengujiannya adalah:

a. H0: = 0, artinya secara parsial (individual) tidak terdapat pengaruh

yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Ha: > 0, artinya secara parsial (individual) terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik t. Statistik t

dihitung dari formula sebagai berikut

t = =

Dimana, S = deviasi standar, yang dihitung dari akar varians.

• Apabila thitung > ttabel = Ha diterima, yang menyatakan bahwa suatu

variabel independen secara individual berpengaruh positif terhadap

variabel dependen.

• Apabila thitung < ttabel = Ha ditolak, yang menyatakan bahwa suatu

variabel independen secara individual tidak memiliki pengaruh positif

terhadap variabel dependen.

• Bila probabilitas > 0,05, maka Haditolak

• Bila probabilitas < 0,05, maka Haditerima

5/</:/0 = % " ' ) ; &

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama6sama terhadap

(57)

Nilai statistik F dihitung dari formula sebagai berikut:

R = Koefisien determinasi korelasi berganda

N = Jumlah sampel

m = Jumlah variabel

•Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha yang menyatakan bahwa semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

•Jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa

semua variabel independen secara serentak tidak mempengaruhi variabel

dependen dengan signifikan.

Atau

•Bila probabilitas > 0,05, maka Haditolak

•Bila probabilitas < 0,05, maka Haditerima

5/</:/5 & = " $% ' 0)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel6variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat.

Koefisien determinan (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1),

(58)

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel terikat dan apabila R2 = 0 menunjukkan variabel bebas secara

Referensi

Dokumen terkait

Penemuan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu milik Novemy Triyandari Nugroho (2015) dan milik Putri Ramadhani Jani dan Devilla Sari (2018) yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai persepsi mahasiswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang harus dimilikinya pada progam studi

Latar Belakang : Penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam

Deformasi tersebut menghasilkan struktur sesar dan kekar yang terekam dengan baik pada satuan batuan paleogen-neogen dan menarik untuk dipelajari arah tegasan

a) Bagi peneliti, penelitian ini untuk memperdalam ilmu, pengalaman dan pengetahuan khususnya mengenai bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan

Lanjut usia potensial adalah seorang lansia yang masih mampu mandiri dan tidak tergantung pada orang lain (dalam konteks pekerjaan dan aktivitasnya).

Jadi, pada observasi siswa siklus I, dari 7 indikator yang diamati siswa telah melaksanakannya namun belum sesuai yang diharapkan. Dengan demikian dapat

Berdasar uraian di atas maka penelitian ini dilakukan sehingga dapat diketahui secara mendalam tentang pengaruh Relationship Marketing yang terdiri dari komitmen,