BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan komputer dan teknologi informasi dan komunikasi saat ini terjadi begitu pesat. Bahkan semenjak ditemukannya internet pola kehidupan manusia abad ini telah mengalami transformasi. Tidak dapat dipungkiri, pola tradisional dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara sosial, politik, ekonomi dan budaya tengah mengalami transformasi seiring perkembangan komputer dan teknologi informasi. Menurut laporan Internet World Stats. Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia meningkat luar biasa cepat selama satu dekade, sejak tahun 1999 hingga tahun 2009, yaitu lebih dari 5.000 persen. Bahkan diprediksikan, tahun 2015, pengguna internet di Indonesia akan meningkat menjadi hampir 75 juta atau sebesar 148 persen dibandingkan tahun 2009 dan 14.403 persen jika dibandingkan dengan pengguna internet pada tahun 1999.
Gamba
bar. 1.1 Prediksi Perkembangan Pengguna Internet Indon (Sumber: www.internetworldstats.com)
gan pemanfaatan teknologi ini, lebih difoku idikan, media pengajaran, evaluasi hasil ikasi-aplikasi pendidikan dan penunjangnya ter
i dan instrumentasi dalam psikologi maupun ditemukannya internet, berbagai inovasi pendi ngkan, seperti e-learning pembelajara bersifat global di seluruh dunia, termasuk Indon rbagai pelosok, hal ini di karenakan masalah in bangan sumber daya manusia dalam hal teknolo terbesar terkait dengan implikasi teknologi dilakukan pada tahun 1990an, hasil-hasil pen
dan cyberlearning (Yusop, et.al: 2006). Hal yang harus disadari oleh konselor saat ini adalah bahwa semenjak kemunculan internet, komunikasi telah mengalami mengalami revolusi yang hebat dan telah mengembangkan prinsip-prinsip dasar dari hubungan manusia menjadi semakin luas, semakin intensif dan penuh tantangan. Banyak kesempatan sekarang muncul bagi mereka yang secara sosial merasa malu, terisolasi, atau terhambat secara fisik sehingga kini mereka mampu berhubungan dengan individu lain atau pun mendapat dukungan. Mereka kini dapat menggunakan situs untuk mencari informasi, mencari teman. Hal ini digunakan untuk kepentingan positif maupun negatif, dan yang semakin banyak adalah untuk mencari masukan atau pelayanan kesehatan seperti konseling dan psikoterapi (Fenichel: 2003: Kraus et.al: 2004).
sebuah sekolah di Jepang mengenai penggunaan e-mail atau surat elektronik sebagai salah satu media interaktif pada layanan konseling melalui internet yang mampu menjadi media yang lebih memudahkan penulisan pengungkapan perasaaan individu yang sebenarnya, dimana siswa-siswa tersebut memiliki kendala komunikasi dan rasa takut untuk melakukan konsultasi secara langsung tatap muka di sekolah.
Pollock (2008) menyatakan bahwa masa depan adalah sekarang, ini terlihat dari bermunculannya situs konseling melalui internet yang dikelola perorangan dengan sasaran masyarakat umum, melalui chat atau pun email dan lain sebagainya. Situs konseling online mulai muncul di pertengahan tahun 1990 di Amerika, yang saat itu diperkirakan berjumlah 12 situs yang di kelola oleh konselor perorangan (Ainsworth: 2002). Bahkan pencarian domain di mesin google dengan nama “counseling online” berhasil mengidentifikasi 814.000 hasil pencarian (Tyler & Guth dalam Bloom and Walz: 2004) .
dengan latar belakang psikologi, psikiater, maupun dokter, yang memberikan terapi melalui internet.
Bagi konselor sendiri adanya program layanan konseling melalui internet akan membuka peluang bagi mereka untuk mengembangkan keahlian konselingnya dengan cara yang baru, baik dari sisi keilmuan konseling itu sendiri maupun keahlian dalam hal memanfaatkan teknologi. Kegiatan ini juga memenuhi salah satu dari 12 kompetensi information and communication technology (ICT) konselor yang telah dirumuskan oleh Association for Counselor Education and Supervision (ACES): Yusop et.al (2006). Kedua belas kompetensi teknis ICT teknis yang harus dimiliki oleh seorang konselor, tersebut adalah:
1. Mampu menggunakan piranti lunak untuk mengembangkan halaman web, presentasi kelompok, surat dan laporan-laporan
2. Mampu menggunakan perlengkapan audiovisual, seperti rekaman video, rekaman suara, perlengkapan proyektor dan perlengkapan konferensi video
3. Mampu menggunakan statistika berbasis komputer
4. Mampu menggunakan aplikasi berbasis komputer untuk: tes-tes, melakukan diganosa, program keputusan karier bagi konseli.
5. Mampu menggunakan email
bantuan keuangan dan atau beasiswa, prosedur penyembuhan hingga informasi mengenai hal-hal pribadi dan sosial.
7. Mengikuti berbagai kegiatan pengembangan konseling secara online. 8. Mampu menggunakan perlengkapan penyimpanan data melalui
CD-ROOM
9. Mengetahui dan memahami aspek hukum dan etika terkait dengan layanan konseling melalui internet.
10. Mengetahui dan memahami kelebihan maupun kekurangan dari layanan konseling melalui internet.
11. Mampu menggunakan internet untuk mencari berbagai kesempatan dalam rangka meneruskan pendidikan untuk konseling.
12. Mampu mengevaluasi kualitas informasi di internet.
Keahlian dan kompetensi konselor dalam hal ICT akan sejalan dengan prediksi Cannabis (2001) tentang pemanfaatan komputer dan teknologi informasi pada profesi konselor, maupun American Conseling Association (ACA) dan National Board of Certified Counselors (NBCC) yang mengatakan bahwa
pilihan yang lebih banyak bagi konseli yang kesemuanya ini dapat dilihat sebagai kekuatan (Tyler & Guth dalam Bloom and Walz: 2004).
Peluang berkembangnya konseling melalui internet cukup besar di Indonesia. Apalagi cukup banyak pengakses internet dari kategori usia pelajar yang secara reguler browsing internet dan mengunjungi berbagai situs. Beberapa situs yang cukup popular saat ini misalnya seperti situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, friendster, high5 dan lain sebagainya baik melaui PC, laptop,
notebook dan juga telepon seluler. Salah satu alasan itulah yang menjadikan
pengembangan konseling melalui internet bagi dunia pendidikan, perguruan tinggi pada khususnya, memiliki potensi menjadi hal yang mudah diterima bagi para pelajar atau mahasiswa.
Bagi perguruan tinggi, khususnya yang memiliki lembaga konsultasi kesehatan dan psikologis maupun unit pelayanan konseling, kehadiran situs layanan konseling menjadi salah satu wujud “student support services” yang memberikan informasi dan bantuan berupa layanan konseling (Hamilton et.al: 2005). Fungsi lain dari media ini, juga dapat dijadikan sebagai sarana pendaftaran secara online untuk mendapatkan layanan konseling secara langsung di lembaga yang memberikan layanan konseling secara online melalui internet bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk berkonsultasi secara langsung melalui tatap muka.
menunjangnya. Diperlukan juga tenaga-tenaga konselor yang terbiasa dengan pola interaksi dan komunikasi melalui internet. Hal tersebut merupakan penunjang penting dalam pelaksanaan penelitian ini dimana penulis akan mengembangkan sebuah media situs untuk memberikan layanan konseling melalui internet bagi mahasiswa perguruan tinggi. Situs tersebut tentunya harus mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh lembaga berwenang konseling, dalam hal ini adalah ACA. Mengingat Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) belum mengeluarkan kebijakan mengenai standarisasi layanan konseling melalui internet secara khusus bagi layanan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Perguruan tinggi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang bertempat di Jl. Rawamangun Muka No. 1 Jakarta Timur. UNJ memiliki Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) dan juga unit layanan bagi mahasiswa yang berkonsentrasi pada layanan ke-BK-an dengan nama Unit Layanan Bimbingan dan Konseling (ULBK). Meskipun terpisah secara struktural, akan tetapi baik jurusan BK UNJ ataupun ULBK dijalankan oleh individu-individu yang sama, yaitu dosen-dosen BK UNJ.
Hubungan dosen dan mahasiswa pada umumnya merupakan hubungan yang bersifat akademis. Keunikan yang secara khusus terjadi di jurusan BK UNJ adalah hubungan dosen dan mahasiswa tidak semata-mata hanya terkait urusan akademis perkuliahan, akan tetapi lebih dari itu, dosen juga berperan sebagai pembimbing dan konselor bagi mahasiswanya.
yang telah menjadi bagian dari digital native. Hubungan dalam bingkai akademis dan ke-BK-an yang sebelumnya terbangun secara tatap-muka, juga telah terbawa hingga ke dunia maya. Facebook, instant messanger (IM), email menjadi media yang cukup bisa diandalkan bagi mahasiswa untuk melakukan konsultasi psikologis dengan dosen yang juga konselor-nya. Sayangnya, hal tersebut tidak dilakukan dalam suatu media dan sistem yang dibangun secara sengaja. Sehingga kegiatan tersebut, seolah-olah hanya kegiatan “curhat” rutin sehari-hari mahasiswa secara virtual, tanpa bingkai aspek etika yang mencerminkan profesionalitas konselor maupun aspek akademis yang membangun budaya ilmiah akademis yang baik.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Dalam konteks penelitian dan pengembangan media layanan konseling melalui internet ini, seyogyanya pengembangan media layanan bimbingan dan koseling dapat berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Berdasarkan sumber masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan media layanan konseling berbasis internet di Universitas Negeri Jakarta” Untuk memperjelas penelitian ini, secara lebih rinci masalah dalam penelitian ini diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimana gambaran infrastruktur teknologi informasi di UNJ?
2. Bagaimana gambaran penggunaan internet oleh dosen jurusan BK UNJ? 3. Bagaimana gambaran penggunaan internet mahasiswa UNJ?
4. Bagaimanakah hasil pengembangan situs layanan konseling melalui internet di UNJ?
5. Bagaimana penilaian pakar mengenai pemenuhan etika layanan konseling melalui internet dan pemenuhan kriteria situs yang baik terhadap media situs layanan konseling melalui internet di UNJ yang dikembangkan oleh peneliti? 6. Bagaimana hasil uji coba media untuk melihat kelayakan penggunaan media
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan dalam latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah membuat media konseling melalui internet. Media tersebut adalah situs layanan konseling berbasis internet di perguruan tinggi, secara terperinci penelitian mempunyai tujuan mendapatkan data empirik mengenai: .
1. Data mengenai infrastruktur teknologi informasi di UNJ.
2. Data mengenai penggunaan internet oleh dosen jurusan bimbingan dan konseling sebagai sumber daya manusia untuk memberikan layanan konseling melalui internet di UNJ.
3. Data penggunaan internet oleh mahasiswa UNJ sebagai target penerima layanan konseling melalui internet.
4. Produk media layanan konseling berupa situs konseling melalui internet di UNJ.
5. Hasil penilaian pakar mengenai pengejawantahan etika layanan konseling melalui internet dan aspek teknis kriteria situs yang baik.
6. Data hasil uji coba media situs layanan konseling di Universitas Negeri Jakarta oleh mahasiswa dan dosen.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian pengembangan layanan konseling melalui internet di perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
spesifik memberikan konsep mengenai pengembangan media situs layanan konseling melalui internet di perguruan tinggi yang memenuhi dengan standar etika layanan konseling melalui internet .
2. Secara praktis, melalui penelitian ini akan mengembangkan suatu media layanan konseling berbasis internet di perguruan tinggi yang aplikatif, user internface (mudah digunakan) dan mudah di akses oleh konselor di perguruan
tinggi sebagai pemberi layanan dan mahasiswa yang memiliki akses internet sebagai penerima layanan konseling di Perguruan tinggi.
E. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan diarahkan sebagai “a process used to develop and validate educational product (Borg and Gall: 2003). Produk dimaksud adalah media layanan bimbingan dan konseling melalui internet di perguruan tinggi.
dihasilkan dan penggunaan media yang akan dihasilkan yang mencakup unsur sumber daya, seperti konselor, sarana dan prasarana, biaya dan pengelolaan (Sukmadinata: 2006). Pada penelitian ini, penulis membatasi langkah-langkah penelitianya sampai lima langkah, yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan dan pengembangan media situs konseling melalui internet (3) penilaian pakar terhadap media situs konseling (4) Perbaikan media dan (5) ujicoba media situs konseling secara terbatas.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan pilihan jawaban bervariasi dan skala untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Analisis data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dengan teknis analisis deskriptif.
F. Lokasi dan Sample Penelitian