• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Sanksi (Hukuman) Terhadap Siswa Terlambat Masuk Sekolah Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Disiplin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian Sanksi (Hukuman) Terhadap Siswa Terlambat Masuk Sekolah Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Disiplin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

236 Pemberian Sanksi (Hukuman) Terhadap Siswa Terlambat Masuk Sekolah Sebagai

Upaya Pembentukan Karakter Disiplin Ely Rahmawati dan Ulfa Idatul Hasanah

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember

e-mail: rahmawatiely42@gmail.com Abstract.

In school activities, not a few students are late for school, it has even become a habit for students to be late. Students are late for school due to several factors, namely being late on purpose, unable to get up early, going to school with a tight time, waiting for friends, the distance between home and school that is far away, and so on. The impact of various reasons for students being late is the existence of deviant behavior that violates the rules / regulations that exist in school, both written and unwritten. Besides, it will also harm students, because they will miss their lessons in the first lesson. Besides that, this habit is not very good, if it continues like this it will make students have an undisciplined attitude which will be carried over to their big time. The research method uses literature studies by collecting data from previous studies using descriptive-analysis methods. The purpose of writing this journal is to discuss the importance of giving sanctions / penalties to students who are late entering school. This act is not an act of hazing or wanting to torture. However, this will have a deterrent effect on students from repeating their mistakes, besides that it will make students accustomed to going to school at the right time. This punishment is a form of learning in shaping the character of discipline in students.

Keywords. Giving Sanctions Punishment, Late for School, Student Discipline. Abstrak

Dalam kegiatan sekolah tidak sedikit siswa yang terlambat untuk masuk sekolah, bahkan sudah menjadi kebiasaan siswa untuk terlambat. Siswa terlambat masuk sekolah disebabkan beberapa faktor yaitu terlambat dengan sengaja, tidak dapat bangun pagi, berangkat sekolah dengan waktu yang mepet, saling menunggu teman, jarak antara rumah dengan sekolah yang jauh, dan lain-lain. Dampak dari berbagai sebab siswa terlambat adalah adanya tingkah laku menyimpang yang menyalahi aturan/tata tertib yang ada disekolah baik tertulis maupun tidak tertulis disamping itu juga akan merugikan siswa, karena akan tertinggal pelajarannya pada jam pelajaran pertama. Selain itu kebiasaan ini sangatlah tidak baik, jika terus menerus seperti ini akan membuat siswa memiliki sikap yang tidak disiplin yang akan terbawa hingga besar nanti. Metode penelitian menggunakan studi literatur dengan mengumpulkan data dari penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif-analisis. Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk membahas mengenai betapa pentingnya pemberian sanksi/hukuman terhadap siswa yang terlambat masuk sekolah. Tindakan ini bukanlah tindakan perpeloncohan atau ingin menyiksa. Namun hal ini akan memberi dampak jera terhadap siswa agar tidak mengulangi kesalahannya, selain itu akan membuat siswa terbiasa untuk masuk sekolah di waktu yang tepat. Pemberian hukuman ini adalah suatu bentuk pembelajaran dalam mambentuk karakter disiplin dalam diri siswa.

(2)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

237 PENDAHULUAN

Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah, di sekolah yang disiplin akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya pada sekolah yang tidak disiplin atau melanggar tata tertib maka proses belajar mengajar akan terasa tidak nyaman dan tidak teratur. Seorang siswa perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya untuk selalu terbiasa patuh. Disiplin dapat tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan ataupun penanaman kebiasaan yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak didalam lingkungan keluarga dan terus dapat berkembang sehingga menjadi disiplin yang semakin kuat.

Perilaku siswa yang melanggar tata tertib seperti terlambat masuk sekolah seharusnya mendapatkan hukuman atau sanksi yang mendidik dan sesuai dengan karakternya, jangan sampai sanksi yang diberikan membunuh karakter siswa. Oleh karena itu guru harus pandai dalam memberikan hukuman atau sanksi yang sesuai. Di lingkungan sekolah sanksi ini diberikan kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, sedangkan pengadil adalah orang yang memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan pelanggaran. Pengadil bisa seorang wali kelas, guru BK, kepala sekolah, guru kesiswaan dan lain-lain yang berada dalam lingkungan sekolah yang mempunyai wewenang untuk mengadili.

Disiplin yang dihubungkan dengan hukuman adalah disiplin yang hubungannya dengan orang lain. Hukuman atau sanksi disini adalah konsekuensi terhadap tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran kesisiplinan. Disiplin seperti ini penting mengingat bahwa manusia terkadang perlu dipaksa. Siapapun yang menerima hukuman atau sanksi tentu merasakan kepahitan. Jika hukuman diterima oleh orang yang menerima tanpa adanya rasa sedih dan penyesalan akan perbuatannya melanggar peraturan dan tata tertib, lalu tidak diikuti oleh adanya sikap taubat dan jera untuk tidak mengulangi perbuatannya itu, maka hukuman tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Maka dari itu dalam pelaksanaan disiplin harus didasarkan dalam diri siswa karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang sekitar hanya akan sia-sia. Untuk itu sekolah perlu mencari berbagai strategi untuk meningkatkan kedisiplinan dalam mewujudkan kedsiplinan siswa dalam sekolah, dengan menerapkan aturan tata tertib dengan pemberian sanksi pada siswa seperti siswa yang terlambat harus membaca surah Al-Qur’an sebelum masuk kelas, siswa harus menyapu halaman atau membersihkan kamar mandi/toilet sebelum masuk kelas, siswa harus menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya dibawah tiang bendera. Atau juga pemberian sanksi dengan memberikan point terhadap siswa yang terlambat tanpa keterangan, point pelanggaran akan terus diakumulasi sampai point itu melampau batas, misal batas point yang didapat sudah 50 point dalam satu semester, maka nanti akan diberikan surat keterangan untuk kehadiran orang tua disekolah. Semua sanksi yang diberikan pihak sekolah kepada pelanggar bertujuan agar siswa jera dan tidak melakukan pelanggaran lagi dan berperilaku disiplin.

METODE

Metode penelitian menggunakan studi kepustakaan (library research) dengan menghimpun data dari tulisan-tulisan (literasi) yang mempunyai kaitan dengan topik yang dibahas yaitu Pemberian Sanksi (Hukuman) Terhadap Siswa yang Terlambat sebagai Upaya Pembentukan Karakter Kedisiplinan Siswa. Data-data tersebut peneliti ambil dari dokumentasi yang bentuk buku, jurnal penelitian dan artikel yang mendukung. Metode pembahasan menggunakan metode deskriptif-analisis, yaitu menjelaskan serta mengelaborasi ide-ide utama yang berkenaan dengan topik yang dibahas.

(3)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

238 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian Sanksi

Pengertian hukuman menurut M. Ngalim Purwanto dalam Arie Bastian Hadinata (2013) adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (guru orang tua dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran kejahatan atau pelanggaran. Sedangkan hukuman menurut al-Ghozali adalah suatu perbuatan dimana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran. Berdasarkan defenisi diatas, maka yang dimaksud dengan hukuman adalah perbuatan yang ditimbulkan oleh pendidik dengan menjatuhkan sanksi yang bertujuan untuk memperbaiki kelakuan dan budi pekerti anak didiknya agar menjadi muslim yang bertaqwa. Bila kata hukuman dipadukan dengan kata berjenjang, maka akan menghasilkan makna yang lebih khusus, yaitu sanksi berjenjang. Kata sanksi berjenjang di bagi menjadi dua yaitu sanksi dan berjenjang. Sanksi adalah hukuman, tindakan paksaan atas pelanggaran. Sedangkan Berjenjang adalah berasal dari kata jenjang atau janjang yang artinya tangga atau tingkat. Jadi berjenjang adalah bertingkat tingkat. Dengan demikian sanksi berjenjang dapat diartikan hukuman, ganjaran yang bertingkat.

Hukuman merupakan alat lunak pendidikan. Hukuman dalam Islam disebut Iqab. Abdurrahman an-Nahlawi menyebutnya dengan tarhib yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman karena melakukan sesuatu yang telah dilarang (Arie Bastian Hadinata:

2013). Dengan demikian hukuman diberikan kepada peserta didik karena adanya pelanggaran. Untuk itu ada dua alasan yang melatarbelakangi diterapkannya hukuman di dalam pendidikan adalah 1). Karena adanya pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat, 2). Hukuman diadakan agar tidak terjadi pelanggaran. Dalam pendidikan hendaknya hukuman bersifat normatif, maksudnya adalah hukuman itu ditujukan untuk menperbaiki moral-moral etika seperti berdusta, menipu, mencuri dan sebagainya. Jadi hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan hukuman ini pendidik berusaha mengambil hati anak, menginsyafkan anak atas perbuatannya yang salah dan memperkuat kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindarkan dari perbuatan tercela.

Adanya pemberian sanksi tidak tercetus dengan sendirinya oleh pelaku pendidikan. Sebagaimana Allah memberikan azab juga memberikan ampunan dan tentu diberikan petunjuk sebelumnya pada manusia. Dalam dunia pendidikan, pemberian sanksi disesuaikan dengan berat atau ringannya pelanggaran. Sanksi adalah bentuk kasih sayang pendidik terhadap peserta didik (Moch. Sya’roni Hasan dan Hanifa Rusydiana , 2018). Harapannya, setelah memberikan sanksi peserta didik tidak melakukan perbuatannya lagi. Sehingga tercipta keteraturan dan kedisiplinan. Hal ini berlandaskan firman Allah Q.S Asy Syuro ayat 40:

Allah juga menjelaskan dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8, ayat tersebut menjelaskan bahwa kesalahan sekecil apapun pasti ada balasannya. Begitu pula kebaikan, sekecil apapun Allah Maha Mengetahui dan juga ada balasannya.

Dalam perspektif falsafah pendidikan Islam, hukuman pada dasarnya adalah instrumen untuk: Pertama, memelihara fitrah peserta didik agar tetap suci, bersih dan bersyahadah kepada Allah SWT. Kedua, membina kepribadian peserta didik agar tetap istiqamah dalam berbuat kebajikan dan berakhlak mulia dalam setiap prilaku atau tindakan. Ketiga, memperbaiki diri peserta didik dari berbagai sifat dan amal tidak terpuji yang telah dilakukannya, baik dipandang dari perspektif agama maupun nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. Dalam konteks itu, menurut Al-Rasyidin seorang pendidik harus memperhatikan beberapa kaedah dalam memberikan hukuman, yaitu:

(4)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

239 a. Jangan sekali-kali menghukum sebelum pendidik berusaha sungguh-sungguh melatih, mendidik, dan membimbing anak didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang baik. Allah SWT sendiri tidak pernah menghukum hamba-Nya sebelum Ia memberikan pendidikan bagi mereka, baik dengan mendidik secara langsung melalui rasul-Nya, dan dengan menurunkan al- Quran.

b. Hukuman tidak boleh dijalankan sebelum pendidik menginformasikan atau menjelaskan konsekuensi logis dari suatu perbuatan. Dalam al-Quran, Allah SWT. selalu menjelaskan jika manusia memilih jalan kesesatan, maka mereka akan sengsara, akan ditimpa kehinaan, atau akan dimasukkan ke dalam neraka. Sebaliknya jika manusia menempuh jalan yang lurus, maka mereka akan beroleh petunjuk, kebahagiaan atau dimasukkan ke dalam surga.

c. Anak tidak boleh dihukum sebelum pendidik memberi peringatan pada mereka.Pemberian peringatan ini didasarkan pada contoh yang terdapat dalam Alquran

Dari berbagai teori dan pendapat para ahli pendidikan yang telah penulis paparkan diatas, jelaslah bahwa pemberian hukuman dimaksudkan agar subjek didik menjadi baik dan berhasil dalam pendidikannya. Untuk itu pemberian hukuman harus dilandasi pada beberapa syarat, yaitu:

a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta kasih sayang. b. Pemberian hukuman harus didasarkan pada alasan “keharusan”. c. Pemberian hukuman harus menimbulkan kesan pada hati anak.

d. Pemberian hukuman harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan pada anak.

e. Pada akhirnya, pemberian hukuman harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan.

Secara psikologis, hukuman pada kondisi tertentu siswa akan merasa ada hal yang perlu ditakuti dan dipertimbangkan sebelum lebih jauh untuk melakukan kesalahan. Dengan adanya legalitas pemberian hukuman bukan berarti kita bias menghukum semau kita tanpa ada aturan dan mekanisme kendali yang efektif, melainkan harus melalui prosedur standard sebagai berikut.

a. Jenis hukuman yang dipakai perlu disepakati di awal bersama anak.

b. Jenis hukuman yang diberikan harus jelas sehingga anak dapat memahami dengan baik konsekuensi kesalahan yang ia lakukan.

c. Hukuman harus dapata terukur sejauh mana efektifitas dan keberhasilannya dalam mengubah prilaku anak didik.

d. Hukuman harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan, tidak dengan cara yang menakutkan, apalagi memunculkan ketraumaan yang berkepanjangan.

e. Hukuman harus dilakukan secara konsisten maksudnya menentukan terlebih dahulu tindakan hukuman yang tepat.

Penerapan sanksi kepada anak didik mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan. Adapun tujuan penerapan hukuman adalah:

a. Hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan, atau untuk meniadakan kejahatan. b. Hukuman diadakan untuk melindungi anak didik dari perbuatan yang tidak wajar.

c. Hukuman diadakan untuk menakuti anak didik agar meninggalkan perbuatannya yang melanggar aturan.

d. Hukuman diberikan untuk mendorong agar anak didik selalu bertindak sesuai dengan keinsyafannya atau bertindak baik.

Dari beberapa tujuan pemberian hukuman dalam pendidikan dapat kita pahami bahwa hukuman yang diberikan seorang guru kepada anak didik mengandung arti yang sangat

(5)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

240 positif untuk kebaikan hidupnya, sehingga anak didik selamat dari kejahatan dan kesalahan. Jadilah ia sebagai manusia yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nursito (dalam Nur Chasanah, 2017) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar dirumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

Perilaku terlambat adalah datang tidak pada waktunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada individu dalam proses pendidikan dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Individu yang terlambat mengalami perilaku yang menghindar atau tidak masuk kelas pada saat terlambat berlari, takut, tenang dan lin-lain. Pengaruh dari dalam individu misalnya sering bermalas-malasan, kurangnya motivasi terhadap materi yang diberikan dan kebiasaan melamun. Sedangkan pengaruh dari luar individu misalnya suasana dilingkungan keluarga dan suasana disekolah. Perilaku terlambat perilaku yang tidak sesuai dengan waktunya atau lewat dari waktu yang telah ditentukan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “disiplin” adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan atau tata tertib. Sementara itu, menurut Hadari Nawawi dalam (Putri Maysaroh, Universitas Islam Riau: 74), disiplin diartikan bukan hanya sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan peraturan atau kehendak kelompok orang-orang tertentu yang disebut pimpinan. Djamarah mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Menurut Tulus Tu’u dalam (Putri Maysaroh et al., Universitas Islam Riau: 74), disiplin adalah sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Tarmizi Taher dalam (Putri Maysaroh et al., Universitas Islam Riau: 74) mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu sikap manusia yang bersedia mentaati dan mematuhi peraturan dan tata tertib, sekaligus dapat mengendalikan diri dan mengawasi tingkah laku sendiri, serta sadar akan tanggung jawab dan kewajiban. Dari beberapa pengertian tentang disiplin tersebut diatas dapat diambil kesimpilan bahwa disiplin adalah upaya pengendalian diri dalam mengembangkan kepatuhan terhadap tata tertib dan peraturan berdasarkan kesadaran hati setiap individu.

Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan dalam diri anak, sehingga akhirnya rasa disiplin itu akan tumbuh dari hati sanubari anak itu sendiri. Dengan demikian pada akhirnya disiplin itu menjadi disiplin diri sendiri (self-discipline). Adapun langkah-langkah untuk menanamkan disiplin pada anak, antara lain 1). Pembiasaan, 2). Contoh atau teladan, 4).

(6)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

241 Penyadaran, dan 5). Pengawasan. Menurut Berry Brazelton, strategi mengedisiplinkan harus mencakup beberapa hal. Pertama, kelakuan buruk anak harus dihentikan. Kedua, mungkin anak perlu mengendalikan emosi dan menenangkan diri sebelum siap melangklah maju. Ketiga, anak perlu memikirkan perbuatan dan memahami konsekuensinya, termasuk juga akibatnya pada orang lain. Keempat tentang pemecahan masalah, dan selagi anak berusaha memperbaiki, kadang kala ada negosiasi atau kompromi. Akhirnya minta maaf dan dimaafkan.

Adapun strategi umum penerapan disiplin menurut Reisman dan Payne, seperti yang dikutip E. Mulyasa dalam buku Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 1) Konsep diri, strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri peserta didik merupakan faktor penting dari setiap perilaku, 2) Keterampilan berkomunikasi, guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik, 3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami, guru disarankan menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, danmemanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah, 4) Klarifikasi nilai, strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri, 5) Analisis transaksional, guru disarankan bersikap dewasa, apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah, 6) Terapi realitas, guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah, dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, 7). Disiplin yang terintegrasi, guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan, dan tata tertib sekolah, 8) Modifikasi perilaku, guru harus menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku peserta didik, 9) Tantangan bagi disiplin, guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik. Dari pendapat Reisman dan Payne dapat disimpulkan bahwa strategi penerapan disiplin itu dimulai dari diri seorang guru. Guru menjadi contoh utama dalam penerapan disiplin siswa, sebagaimana terlebih dahulu seorang guru harus berprilaku disiplin di depan para siswa.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Konsisten. Bersikap konsisten dalam mematuhi peraturan dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri peserta didik. 2) Bersifat jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk melakukannya. 3) Memperhatikan harga diri. Jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, sebaiknya guru jangan menegurnya di depan orang banyak. Lebih baik jika guru memberikan nasihat secara personal sehingga cara ini akan membuatnya merasa dihargai. 4) Sebuah alasan yang bisa dipahami. Jika guru hendak memberikan peraturan kepada peserta didik, sebaiknya ia juga memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut. 5) Menghadiahkan pujian. Sebuah pujian yang dikatan secara jujur dan terbuka oleh seorang guru akan menyebabkan peserta didik merasa dihargai sehingga ia tidak merasa tertekan dengan adanya peraturan tersebut. 6) Memberikan hukuman. Hukuman hendaknya tidak sampai menyakiti fisik dan psikologi peserta didik. Guru harus memberi hukuman yang bersifat mendidik, seperti memerintahkan peserta didik untuk membersihkan kelas, hafalan al-Qur’an dan lain sebagainya. 7) Bersikap luwes. Hindari bersikap kaku terhadap peserta didik dalam menegakkan peraturan agar ia tidak merasa tertekan. Sebaiknya, peraturan dan hukuman harus disesuaikan dengan situasi peserta didik. 8) Melibatkan peserta didik. Dengan melibatkan peserta didik, setidaknya guru mengerti sesuatu yang diinginkan oleh peserta didik terhadap lingkungan sekolahnya. 9) Bersikap tegas. Ketagasan dalam hal ini ialah keseriusan guru dalam menerapkan peraturan kedisiplinan itu. Sehingga dengan sendirinya, guru juga harus berusaha mentaatinya. 10)

(7)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

242 Jangan emosional. Jangan menghukum peserta didik saat dalam keadaan marah. Hal itu dapat membuat guru tidak objektif dalam memperlakukan peserta didik. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nue Isna Aunillah, bahwa ada sepuluh cara pembentukan karakter disiplin kepada peserta didik.

Dari kesepuluh cara tersebut, ada beberapa hal yang lebih di utamakan yaitu menghadiahkan pujian, memberi hukuman dan melibatkan peserta didik. Dalam hal pujian sangat diperlukan untuk memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam melaksanakan tata tertib sekolah dengan baik. Begitu juga pemberian hukuman, memberi hukuman kepada siswa yang melanggar juga sangat diperlukan agar terdapat sedikit efek jera pada diri siswa. Melibatkan siswa dalam kedisiplinan juga diperlukan, karena seorang guru dituntut agar dapat mengerti sesuatu yang diinginkan oleh peserta didik terhadap lingkungan sekolahnya. Pemberian Sanksi (Hukuman) terhadap Kedisiplinan Siswa

Dampak dari pemberian hukuman di sekolah yang dilakukan oleh guru kepada siswa adalah untuk membentuk karakter siswa, agar memiliki sikap dan perilaku yang baik di sekolah, adapun hal-hal yang berpengaruh dengan kedisiplinan siswa disekolah sebagai akibat dari pemberian hukuman adalah sebagai berikut. Pertama, Ketaatan dalam mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Kedisiplinan adalah dapat mewujudkan keberhasilan siswa dalam meraih prestasi, dimana kedisiplinan ini membentuk sikap dan perilaku yang taat dan patuh terhadap norma-norma yang ada, baik dilingkungan keluarga, disekolah, maupun dimasyarakat. Piaget dalam studinya tentang bagaimana belajar berpikir atau bagaimana mempengaruhi perkembangan berpikir, dalam dunua pendidikan berpikir diharapkan dapat mengoptimalisas yaikan perkembangan anak didik, khususnya perkembangan intelegensi anak, dalam hal ini guru perlu menguasai pendidikan berpikir ini untuk diterapkan dalam setiap tahap dalam proses pengajaran. Menurut Piaget, dalam Minal Ardi (2012: 67) berpendapat mengenai perkembangan proses belajar anak-anak adalah sebagai berikut: 1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghatayi dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar; dan 2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak. Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ketahap yang lain tidak selalu sama pada setiap anak. Sejalan dengan pandangan tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang berbeda dengan anak yang lainnya, dimana perkembangan mental mereka mempunyai khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya, sedangkan kedisiplinan yang dilakukan oleh sekolah terlalu keras atau lemah, jika tingkat kedisiplinan di sekolah terlalu keras maka akan berdapak yang postif bagi siswa untuk mentaati aturan tata tertib yang berlaku, dan sebailknya pula apabila tingkat kedisiplinan sekolah terlalu lemah, maka dapat berdampak yang negatif yaitu siswa merasa terlalu bebas karena kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah terutama guru.

Dua, Ketertiban siswa dalam belajar di sekolah. Ketertiban dalam belajar merupakan kedisiplinan yang disadari oleh siswa untuk menerima pelajaran dengan baik, karena ketertiban adalah salah satu bagian dari norma hukum yang berlaku, dimana tata tertib yang dibuat oleh sekolah adalah berbentuk peraturan-peraturan yang ada di sekolah, selain peraturan yang berasal dari lembaga resmi yang lainnya yang berwajib, seperti lembaga peradilan dan pemerintah merupakan keterikatan oleh suatu aturan hukum yang mengikat. Menurut Bambang Suteng S, dkk dalam Minal Ardi et al., (2012: 67) mengatakan bahwa: “Ketertiban adalah keadaan dalam kehidupan bersama di mana hak dan kewajiban

(8)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

243 dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.” Selanjutnya menurut Depdiknas dalam Minal Ardi et al., (2012: 67) mengatakan bahwa: Berdasarkan dari kedua pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ketertiban adalah suatu keadaan yang mencerminkan adanya keteraturan serta keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam mentaati aturan-aturan yang ada sehingga tercipta keharmonisan dalam pergaulan antar warga sekolah termasuk didalamnya adalah guru dan siswa, untuk menyadari hak dan kewajibannya masing-masing, karena setiap individu memiliki hak-hak tertentu, antara lain hak untuk hidup, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk memiliki tempat tinggal, dan hak untuk memiliki harta benda. Dalam hidup bermasyarakat, hak-hak pribadi tidak lagi bebas seluas-luasnya, tetapi perlu menyesuaikan diri dengan norma sosial atau norma hukum yang berlaku. Peraturan sekolah merupakan aspek yang harus ada dalam upaya pengembangan suasan sekolah yang kondusif, peraturan-peraturan yang ada di sekolah antara lain peraturan tata tertib sekolah yang memuat hak, kewajiban, sanksi, penghargaan, baik untuk siswa, kepala sekolah, guru dan warga sekolah lainnya. Tata tertib ini harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh semua warga sekolah tanpa kecuali. Jadi yang dimaksud dengan tertib adalah sikap dan perilaku yang jujur, taat asas, konsisten dan mempunyai sistematika tertentu yang merupakan sermin seseorang yang berdisiplin. Ini diwujudkan dalam perilaku yang jelas, tenang, dan semuanya dapat diikuti kecenderungannya, kemudian perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri.

Ketiga. Ketaatan siswa dalam mematuhi aturan yang belaku di sekolah.Menurut Saronji Dahlan dan Asy’ari dalam Minal Ardi (2012: 67) mengatakan bahwa: “Taat dan patuh adalah suatu sikap menerima serta melaksanakan suatu yang dibebankan kepada seseorang dengan rasa ikhlas dan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari siapa pun. Taat dan patuh terhadap peraturan yang berlaku berarti sikap menerima serta ikhlas melaksanakan peraturan yang berlaku dengan keteguhan hati tanpa paksaan dari siapa pun.” Berdasarkan dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ketaatan adalah suatu sikap menyadari peraturan- peraturan yang berlaku dilingkungan sekolah, untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga keharmonisan antarwarga sekolah akan tercermin, yaitu mentaati tata tertib yang berlaku tanpa paksaan dari siapaun, baik guru maupun siswa.

Keempat, Ketekunan siswa dalam menghadapi masalah kesulitan dalam belajar. Katekunan dalam belajar adalah salah satu kiat belajar di sekolah yang dilakukan oleh siswa untuk mentaati tata tertib yang berlaku dilingkungan sekolah, sebagai pelajar tentu akan menjadi terikat oleh peraturan sekolah, karena belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan, oleh karena itu ketekunan dalam menghadapi persoalan akan mengantar keberhasilan dalam belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam Minal Ardi (2012: 68) mengatakan bahwa: “Penyebab kegagalan dalam belajar adalah belajar tidak teratur, tidak disiplin, kurang bersemangat, tidak tahu bagaimana cara berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar, istirahat yang tidak cukup, dan kurang tidur.” Berdasarkan dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa ketekunan dalam belajar adalah salah satu bentuk cara belajar yang teratur dan disiplin, karena ketekunan dalam belajar adalah merupakan usaha untuk mencapai keberhasilan, jangan sampai terjadi kegagalan sebagaimana yang diuraikan diatas.

Kelima. Keuletan siswa dalam meraih prestasi belajar. Keuletan adalah merupakan ketahanan atau ketangguhan seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam meraih prestasinya, hal ini biasanya didorong oleh motivasi yang ada, baik motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun motivasi yang berasal dari luar dirinya. Menurut Mc. Donald, dalam Sardiman A.M dalam Minal Ardi (2012: 68) mengatakan bahwa: “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tangapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian tersebut

(9)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

244 dapat dijelaskan bawa ada tiga hal penting dalam motivasi yang perlu dijelaskan antara lain adalah: a). Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan pada diri seseorang, karena dalam perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia, yaitu penampakan kegiatan fisik, b). Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah manusia, c). Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari uraian diatas dijelaskan bahwa motivasi dalam diri manusia memiliki tiga hal penting, oleh karena itu motivasi merupakan suatu dorongan untuk mewujudkan tujuan, dimana tujuan adalah menyangkut tentang kebutuhan, sedangkan kebutuhan merupakan sesuatu hal yang harus terpenuhi baik untuk masa sekarang maupun untuk yang akan datang, oleh karena itu setiap orang untuk berusaha sehingga muncul keuletannya dalam menghadapi berbagai persoalan dalam dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Data Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Sya’roni Hasan dan Hanifa Rusydiana yang melakukan penelitian di MTs Semesta Kedungmaling Sooko dengan judul “Penerapan Sanksi Edukatif dalam Peningkatan Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto”. Penelitian ini membahas tentang Penerapan Sanksi Edukatif dalam Peningkatan Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Semesta Kedung maling Sooko Mojokerto. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang berjenis studi kasus. Dalam pengumpulan data digunakan metode obs ervasi peran serta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik analisis datanya menggunakan model analisis interaktif yang mencakup beberapa komponen yang saling berkaitan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan keabsahan data digunakan perpanjangan penelitian, ketekunan pengamatan dan triangulasi. Hasil penelitian tentang sanksi edukatif adalah 1). Sosialisasi, pada tahap ini pihak madrasah mengundang orang tua peserta didik untuk menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) tentang penerapan tata tertib dan sanksi yang diberikan. 2). Uji coba, pelaksanaan sanksi edukatif juga perlu diuji coba yaitu selama 1 bulan dengan durasi waktu dari pukul 12.00 sampai 13.00 WIB. 3). Pelaksanaan, pertama, Eksekutor 1, pada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Pendidik didalam kelas berhak menegur, memperingatkan dan mencat at bahkan berhak memberi sanksi peserta didik yang bermasalah sebelum ditindak lanjuti oleh eksekutor II. Kedua, eksekutor II (pendidik yang bertugas piket kedisiplinan) menganalisa dan mengintrogasi kesalahan peserta didik. Setelah diketahui kesalahannya, sembari diberi hukuman, peserta didik juga diberi self therapy dan motivasi agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Dengan adanya sanksi edukatif yang diaplikasikan di MTs Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto, kedisiplinannya semakin meningkat. Terbukti dengan semakin sedikitnya pelanggar peraturan setiap harinya dan kesadaran peserta didik juga semakin meningkat. Kesadaran untuk melaksanakan kewajiban sebagai peserta didik dan melaksanakan peraturan semakin membaik. Serta kerja sama antara pihak madrasah dan orang tua peserta didik juga semakin baik (Moch. Sya’roni Hasan dan Hanifa Rusydiana,

SIMPULAN (PENUTUP)

Terkait dengan siswa yang terlambat masuk sekolah, sangat jelas bahwa perlu diadakannya suatu pemberian sanksi (hukuman) yang tegas dari pihak sekolah. Pemberian sanksi ini sangat penting karena berhubungan dengan pembentukan karakter disiplin pada siswa. Hal ini terbukti

(10)

Indonesian Journal of

Teacher Education Vol. 2 No. 1. 2021: 236-245

245 dengan contoh hasil penelitian dari Moch. Sya’roni Hasan dan Hanifa Rusydiana yang melakukan penelitian di MTs Semesta Kedungmaling Sooko dengan judul “Penerapan Sanksi Edukatif dalam Peningkatan Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto”. Penelitian ini membahas tentang Penerapan Sanksi Edukatif dalam Peningkatan Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto. Dimana hasil penelitiannya yakni dengan adanya sanksi edukatif yang diaplikasikan di MTs Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto, kedisiplinannya semakin meningkat. Terbukti dengan semakin sedikitnya pelanggar peraturan setiap harinya dan kesadaran peserta didik juga semakin meningkat. Kesadaran untuk melaksanakan kewajiban sebagai peserta didik dan melaksanakan peraturan semakin membaik. Serta kerja sama antara pihak madrasah dan orang tua peserta didik juga semakin baik.

DAFTARPUSTAKA

Ardi, Minal. (2012). Pengaruh Pemberian Hukuman Terhadap Disiplin Siswa dalam Belajar.

Jurnal EKSOS., from https://journal.publication-

center.com/index.php/ijte/article/view/134/96

Chasanah, Nur. (2017). Upaya Mengatasi Keterlambatan Siswa Masuk Kelas Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan Teknik Manajemen Waktu. 4(2), from

http://journal.upgris.ac.id/index.php/EMPATI/article/view/1534

Hadinata, Arie Bastian. (2013). Penerapan Sanksi Berjenjang Untuk Meningkatkan Disiplin Dan Tanggung Jawab Belajar Siswa di Mts Al-Mushlihin Kota Binjai. 8(1), from

http://repository.uinsu.ac.id/1509/

Hasan, Moch. Sya’roni & Hanifa Rusydiana. (2018). Penerapan Sanksi Edukatif dalam Peningkatan Kedisiplinan Peserta Didik di Mts Semesta Kedungmaling Sooko Mojokerto. CENDEKIA : Jurnal Studi Keislaman, 4(2) , from https://www.researchgate.net/publication/338667546_PENERAPAN_SANKSI_ED

UKATIF_SALAM_PENINGKATAN_KEDISIPLINAN_PESERTA_DIDIK_DI_M TS_SEMESTA_KEDUNGMALING_SOOKO_MOJOKERTO

Maysaroh, Putri. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di C9 School. Jurnal Bahasa dan Pendidikan Bahasa Arab, from

https://www.researchgate.net/publication/338085847_Upaya_Guru_dalam_Meningkatk an Kedisiplinan_Peserta_Didik_di_C9_School

Sholeh, Ahmad, Diana Endah & Singgih Adhi. (2019). Bentuk Ketegasan dalam Proses Pembelajaran “Dampak Sanksi Terhadap Kesisiplinan Siswa di SDN Kaliwiru Semarang”. JANACITTA: Journal of Primary and Children’s Education, 2(2), from

Referensi

Dokumen terkait