• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesa Hasil Penelitian BPK Palembang Terkait RPI Pusprohut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sintesa Hasil Penelitian BPK Palembang Terkait RPI Pusprohut"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Sintesa Hasil Penelitian BPK Palembang

Terkait

RPI Pusprohut

Workshop Sintesa RPI Pusprohut

Bagor, 13 November 2014

(2)

I. Mandat RPI

Permenhut P. 26 Tanggal 20 April 2011

(Organisasi dan Tata Kerja BPK Palembang)

Revisi RPI Tahun 2011

Revisi Renstra BPK Palembang Tahun 2011

Melaksanakan 10 RPI :

• 4 RPI Pusprohut  23 aspek

• 3 RPI Puskonser dan

(3)

II. RPI Pusprohut di BPK Palembang

No RPI Jumlah Judul / Tahun

Jenis Output Outcome

Jenis Jumlah 1 RPI 7 Pengelolaan HT Penghasil Kayu (19 Judul) Th 2010 15 Th 2011 14 Th 2012 14 Th 2013 11 Th 2014 9 • Tehnik • Data dan Informasi • Aplikasi • LHP • Jurnal • Info • Prosiding • Buku • Poster • Leaflet 9 1 66 2 6 4 2 RPI 8 Agroforestry (3 Judul) Th 2012 3 Th 2013 3 Th 2014 3 • Tehnik • Data dan Informasi • LHP • Jurnal • Prosiding 2 3 3 RPI 10 Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (3 judul) Th 2011 1 Th 2012 2 Th 2013 3 Th 2014 3 • Plot 6,7 ha • LHP • Info 1 4 RPI II Pengelolaan HHBK FEMO (4 judul) Th 2010 1 Th 2011 1 Th 2012 2 Th 2013 2 Th 2014 1 • Tehnik • Data dan Informasi • LHP • Jurnal • Prosiding • Buku • Poster • Leaflet • Modul 1 2 1 2 1 1

(4)

III. Hasil Penelitian RPI 7 Pengelolaan HT Penghasil Kayu

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

1. Teknik silvikultur jenis penghasil kayu Jenis Tembesu 2010-2014

Perolehan peningkatan produktifitas melalui aplikasi teknik silvikultur :

1. Persyaratan tumbuh dan sebaran

2. Tehnik pembibitan vegetatif dan generatf 3. Kenaikan riap 23,36% melalui tehnik

pemangkasan cabang

4. Kenaikan riap 26,08% melalui tehnik penjarangan

5. Rerata peningkatan riap pertumbuhan diameter hasil 2 perlakuan sebesar 31,14% 2. Teknik silvikultur jenis penghasil kayu Jenis Sungkai

2010-2013 1. Peta sebaran pohon induk di 3 Provinsi 2. Persyaratan tumbuh 3. Tehnik pembibitan generatif dan vegetatif 4. Riap volume pada umur 4 tahun : 19,93

m3/ha/th dan umur 18 tahun : 10,92 m3/ha/th.

5. Tehnik penanaman 6. Tehnik pemangkasan

7. Plot Uji silvikultur 2,6 ha, plot uji klon 2 ha 100 klon, plot kebun perbanyakan 0,5 ha

3 tahun

5 tahun

Cover Crop

Uji klon umur 1 th

(5)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

3. Teknik silvikultur jenis penghasil kayu Jenis Kayu Bawang

2010-2014 1. Teknik Perbenihan 2. Teknik perbanyakan secara generatif dan vegetatif

3. Aplikasi FMA Glomus sp. belum efektif dalam menungkatkan pertumbuhan bibit kayu bawang. 4. Teknik mempertahankan vigor anakan saat

pengangkutan

5. Pemanfaatan media limbah sawit meningkatkan riap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit masing-masing sebesar 101,9 % dan 35,6%

6. Pemanfaatan cuka kayu meningkatkan petumbuhan tinggi dan diameter bibit masing-masing sebesar 40,9 % dan 28,6 % .

7. Jarak tanam terbaik untuk monokultur adalah 3 x 4 m (Riap pertumbuhan diameter 4,18 cm/thn dan riap tinggi 4,66 m/thn)

8. Tehnik cover crop meningkatkan riap pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman masing-masing sebesar 4,6 % dan 25,9 %

9. Pemakaian pupuk dasar meningkatkan pertumbuhan diameter dan tinggi masing-masing sebesar 70,1 % dan 68,3 %.

10. Pemangkasan cabang secepatnya mempebaiku bentuk batang (silindris) dengan peningkatan diameter sebesar 13,4 % dibanding kontrol (1

tahun setelah pemangkasan). Sudah pangkas Belum pangkas Umur 2 tahun

(6)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

4.

Teknik

silvikultur jenis

penghasil kayu

Jenis

Bambang

Lanang

2010-2014

1. Cara penyiapan lahan ini mampu meningkatkan pertumbuhan

tinggi 29,5% dan diameter 97,2%

2. Pupuk kandang 3 kg + arang 1-4 kg/lubang tanam yang diberikan

sebulan sebelum tanam dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi

14% dan diameter 23,4% dari kontrol pada umur 12 bulan

3. Pupuk kandang 1 kg/lubang tanam diberikan sebulan sebelum

tanam + SP36 100 g/tanaman pada saat penanaman, mampu

meningkatkan tinggi 40,2%, diameter batang 62,9% dan diameer

tajuk 42,9%

(7)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

5. Teknik pengendalian hama dan penyakit hutan tanaman penghasil kayu jenis Tembesu

2010-2011 Hama 1. Rayap Nasutitermes matangensis

2. Penggerek pucuk dari famili Gelechidae 3. Penggerek batang dari ordo Trichoptera 4. Ulat daun dari ordo Gelechidae

5. Kutu daun Aonidiella sp.

Penyakit

1. Penyakit bercak daun Diplodia mutila 2. Penyakit bercak Curvularia sp.

3. Penyakit bercak Pestalotiopsis sp. 4. Penyakit karat Phyllosticta capitalensis 5. Penyakit embun jelaga (Meliola sp.)

Tingkat kerusakan karena hama dan penyakit di atas, serta pengendaliannya sudah

diketahui

Rayap N. matangensis;

kerusakan akibat serangan penggerek batang

imago serangga

(8)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

6. Teknik pengendalian hama dan penyakit hutan tanaman penghasil kayu jenis Kayu Bawang

2010-2012 Hama 1. Kumbang penggerek batang (Xystrocera

globosa)

2. Ulat kantong (Pteroma plagiophelps) 3. Belalang (Valanga nigricornis)

4. Rayap (Cryptotermes sp) 5. Semut (Polyrhachys dives)

Penyakit

1. Busuk akar (Rigidiporus sp.)

Tingkat kerusakan akibat serangan dan

tehnik pengendalian sudah diketahui

7. Teknik pengendalian hama dan penyakit hutan tanaman penghasil kayu jenis Bambang Lanang

2010-2014 Hama :1. Ulat daun Graphium agamemnon 2. Kepik dari famili Pentatomidae 3. Kumbang Aulexis sp.

4. Ulat Sorolopha cumarotis 5. Ulat pengorok daun

Penyakit

1. Penyakit bercak daun Colletotrichum sp. 2. Penyakit bercak daun Cercospora sp. 3. Penyakit bercak daun Curvularia sp. 4. Penyakit karat Cephaleuros sp.

5. Penyakit pembuluh hitam Fusarium sp. Tingkat serangan dan tehnik pengendalian

sudah diketahui

Kepik

Serangan kutu pada batang

(9)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

8. Teknik pengendalian gulma hutan tanaman penghasil kayu jenis bambang lanang

2012 Teridentifikasi 20 jenis gulma Pengendalian :

1. Pengendalian secara mekanis dengan tebas total.

2. Pengendalian secara mekanis dengan tebas jalur

3. Pengendalian dengan mulsa organik

4. Pengendalian secara kimia menggunakan herbisida

berbahan aktif Isopropilamina

glifosat + metil metsulfuron

9. Model pertumbuhan dan hasil (Growth & yield) pada hutan tanaman penghasil kayu Jenis Tembesu

2010-2011 a. Model volume pohon • Dengan satu peubah bebas V=0.000275 D 2.187

• Dua peubah bebas V = 0.0000912 D 2.129 H 0.451

b. Model pertumbuhan diameter • Dbh = 10.392 LnA – 6.6561

Grafik Pertumbuhan Diameter Kondisi gulma Pemulsaan organik 0 5 10 15 20 25 30 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Diam ete r (c m ) Umur (tahun) GRAFIK PERKEMBANGAN DIAMETER TEMBESU

(10)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

10. Model

pertumbuhan dan hasil (Growth & yield) pada hutan tanaman penghasil kayu Jenis Kayu Bawang 2010-2014

1. Penelitian menghasilkan berbagai perangkat pengelolaan hutan tanaman kayu bawang dalam bentuk model atau persamaan dan tabel hasil, yaitu : model penduga volume,

model kualitas tempat tumbuh, model pertumbuhan

(tinggi, diameter, volume per pohon, volume per hektar),

model perkembangan jumlah pohon, dan riap (MAI dan CAI).

2. Salah satu contoh :

model perkembangan jumlah pohon dinyatakan dengan

persamaan S = 1 – 0,284 exp (-2,155/A), sedangkan riap MAI dan CAI dinyatakan dengan persamaan MAI = (Exp (5,672 – 6,905/A))/A dan CAI = dV/dA = Exp (5,672 – 6,905/A)*

6,905/A2.

Plot Tegakan kayu bawang di desa Pelalo Kabupaten Rejang Lebong umur 7 tahun (kiri) dan desa Babatan, Bengkulu Selatan

(11)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

11 Model pertumbuhan dan hasil (G&Y) pada hutan tanaman penghasil kayu Jenis Bambang

2010-2014 a. Pertumbuhan diameter (persamaan dan grafik) b. Pertumbuhan tinggi (persamaan dan grafik) c. Pertumbuhan volume

d. Daur optimal (grafik) e. Bonita (grafik) 12. Kajian dampak penanaman jenis penghasil kayu terhadap tata dan kualitas dan kesuburan tanah jenis kayu bawang

2013-2014 1. Lahan ky. bawang dengan kelerengan 26% - Erosi permukaan = 0,210 ton/ha/tahun - Kandungan unsur hara (ton/ha) = C: 1.299,50;

N: 118,65; P: 8.136,00; K: 107,35; Na: 124,30; Ca: 666,70; Mg: 129,95

- Potensi kehilangan unsur hara melalui erosi (kg/ha/tahun) = C: 545,79; N: 49,83; P: 0,34; K: 0,45; Na : 0,52; Ca : 2,80; Mg : 0,55

1. Lahan ky. bwang dengan kelerengan 14% - Erosi permukaan = 0,135 ton/ha/tahun

- Kandungan unsur hara (ton/ha) = C: 1.107,80; N: 104,40; P: 4.437,00; K: 110,20; Na: 127,60; Ca: 551,00; Mg: 150,80

- Potensi kehilangan unsur hara melalui erosi (kg/ha/tahun) = C: 299,11; N: 28,19; P: 0,12; K: 0,30; Na: 0,34; Ca : 1,49; Mg : 0,41

Grafik Bonita Bambang L

Pengukuran erosi

(12)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

13. Kajian dampak penanaman jenis Tembesu terhadap biodiversitas flora dan fauna. 2010-2011

Perlakuan silvikultur terkendali pad HT Tembesu tidak berdampak terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan bawah 14. Kajian dampak ht tanaman penghasil kayu jenis B. Lanang terhadap biodiversitas flora, fauna dan potensi invasif 2012 1.Kenanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi oleh perlakuan silvikultur

2.kondisi iklim mikro tidak terlalu berbeda antar pola penanaman (baik campuran maupun

monokultur),

3.Keberadaan mokrofauna tanah dipengaruhi oleh kondisi

kesuburan tanah dan jenis tanah pada tiap tegakan,

Grafik Keanekaragaman tan. bawah

Grafik Iklim Mikro di bawah tegakan HT B. Lanang

(13)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

15. Kajian dampak ht tanaman

penghasil kayu terhadap

biodiversitas flora, fauna dan potensi invasif pada jenis ht tanaman jenis kayu bawang

2011, 2013, 2014

- Perlakuan silvikultur terkendali tidak berdampak terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan bawah

- Perbedaan iklim mikro pada tegakan kayu bawang dipengaruhi oleh pola tanam, serta perlakuan silvikultur didalamnya. - Keberadaan makrofauna tanah sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan bawah permukaan tanah

- Keragaman satwa pada tegakan yang diamati sangat dipengaruhi oleh lokasi tegakan, intensitas aktifitas manusia dan keanekaragaman tumbuhan 16. Analisis ekonomi dan finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu jenis bambang lanang 2012,

2014 1. Petani, pelaku industri, pemerintah para pihak yang berperan dominan 2. Perlu peningkatan sinergitas antar para

pihak

3. Permintaan pasar tinggi

4. Peluang usaha monokulktur baik u/ pemilik lahan

5. Pada Tingkat SB 11-13% : NPV > 1; IRR > SB; BCR > 1 (nilai lahan tidak

diperhitungkan / sdh ada lahan)

6. Pada Tingkat SB 11-13% : NPV < 1; IRR < SB; BCR < 1 (mulai dengan membeli lahan)

Identifikasi fauna tanah

Parapihak yang berperan dlm pengemb. B. Lanang

(14)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

17. Analisis ekonomi dan finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu jenis Kayu bawang

2012-2013 - Pada SB 11% dan 13 % didapatkan hasil bahwa pola-pola yang dikembangkan masyarakat layak secara finansial.

- Setidaknya ada 4 saluran pemasaran kayu bawang yang ada dengan tingat efisiensi pemasaran sebesar 28,20%.

- Untuk memenuhi kebutuhan hidup layak, luas lahan minimal 0,47-1,01 Ha dengan pola penanaman campuran kayu bawang dengan tanaman tahunan. - Ketiga model penanaman campuran kayu bawang

dengan tanaman tahunan sawit, karet dan kopi layak secara finansial.

Hasil Analisis Luas Minimal untuk pola campuran K. Bawang

(15)

III. Hasil Penelitian RPI 7 ….

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

18

.

Aspek sosial

ekonomi jenis

sungkai

2011

1.Pemanfaatan kayu sungkai masih sangat terbatas.

2.Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran

3 (tiga) sebesar 31,02% :

petani...>pedagang pengumpul/penggesek....>depot

19

.

Aspek status

pembudidayaan

tembesu

2010

Hambatan Upaya komoditisasi tembesu :

1. jenis pohon lambat tumbuh,

2. kuatnya komoditisasi karet atau sawit dalam sistem

usahatani petani potensial.

3. perilaku konsumen industri mebel ukiran

Tegakan Sungkai Salah satu penggunaan kayu sungkai

1. Sebelum Revisi RPI 2012

2. Setelah 2012 judul sosial ekonomi dan kebijakan masuk ke RPI 8 Agroforestry

(16)

IV. Hasil Penelitian RPI 8 Agroforestry

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

20. RPI 8

Aspek

agroforestry bambang lanang

2011 1.Strategi budidaya yang diterapkan masyarakat dalam penanaman bambang lanang yaitu: (1) sebagai tanaman pagar komoditas pokok seperti kopi, kakao, dan karet, jika kepemilikan lahan sempit; (2) Pola agroforestry, jika lahan yang dimiliki cukup luas, (3) monokultur, jika memiliki beberapa unit lahan atau tidak berprofesi sebagai

petani.

2.Hasil penelitian proses adaptif menunjukkan bahwa jumlah tanaman bambang lanang yang ideal untuk setiap kebun seluas 1 s.d 2 ha adalah 20 s.d 25 pohon untuk komoditas utama kopi dan 40 pohon untuk kebun karet.

21 Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu Bambang Lanang

2013-2014 1.Pengelolaan jenis kayu bambang lanang secara turun temurun

2.Bambang lanang biasanya ditanam campur dengan tanaman kopi, karet dan sawit.

3.Umur responden, pendapatan, luas lahan dan jarak kebun dari rumah. Stabilitas pendapatan dan variasi sumber pendapatan juga menjadi pertimbangan penting dalam budidaya bambang lanang. Kebijakan langsung mengenai bambang lanang tidak ditemui di 2 kabupaten yang diamati

4.Beberapa hal dapat menjadi pelajaran dalam upaya pengembangan bambang lanang dan tanaman kehutanan di masyarakat, yaitu: (1) pentingnya akses informasi; (2) pentingnya peran penyuluhan yang fokus dan berkelanjutan, dan; (3) peran evaluasi setelah aktifitas program berakhir.

(17)

IV. Hasil Penelitian RPI 8 …..

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

22. Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman kayu bawang

2012-2014 1. Ada 4 macam pola tanam kayu bawang yang dikembangkan berdasarkan kondisi ekonomi responden, yaitu (1) monokultur, (2) campuran dengan perkebunan (karet), (3) campuran acak dengan berbagai macam jenis tanaman dan (4) kayu bawang sebagai tanaman pagar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang pengembangan kayu adalah (1) jumlah bidang lahan ( signifikasi pada α sebesar 5%) dan (2) pekerjaan utama masyarakat (signifikan pada α=10%)

3. Diperlukan kebijakan khusus pemerintah daerah terkait usaha

pengembangan kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan 23. Pola Agroforestry Ht Rakyat penghasil Kayu Pertukangan

2011-2014 1. Pengembangan pola agroforestry karet, bambang dan cabe memiliki pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bambang 27-32%, diameter 36 – 46% tergantung pola.

2. Pengembangan pola agroforestry karet, bambang dan cabe memiliki pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi karet 23-25 %, diameter 30 – 41%, tergantung pola

3. Cabe 3.360 kg / ha

Pola Tan. Campuran Karet

dan Tan. Kehutanan

Tan. Kehutanan Tan. Karet

(18)

V. Hasil Penelitian RPI 10 Bioteknologi dan Pemuliaan TH

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

24. Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan local jenis bambang lanang 2011-2014 1. Luas 1 ha

2. Rerata pertumbuh an tinggi dan diameter s/d umur 2 th 2,89 ± 0,77 m dan

2,88 ± 1,56 cm.

3. Terdapat variasi genetik pertumbuhan tinggi dan diameter antar famili. 0,86 % dan 1,815 %

4. Taksiran nilai heritabilitas individu (h2i) sebesar 0,086 dan 0,074 serta heritabilitas famili (h2f)sebesar 0,092 dan 0,091 masing-masing untuk tinggi dan diameter

5. Perolehan genetik harapan sebesar 2,587% dan 1,610% untuk pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman bambang

25. Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan local jenis tembesu 2012-2014

1. Pada tahun 2013 Telah dibangun plot “uji keturunan” tembesu seluas 3 Ha di KHDTK Kemampo. Rancangan plot Uji

menggunakan IBD, single treeplot, 56 family, 30 replikasi dan jarak tanam 4x4m. Hasil evaluasi umur 1 tahun, tanaman mempunyai nilai heritabilitas individu (h2i)0,4 dan heritabilitas family (h2f).0,6

2. Pada tahun 2014 direncanakan di tanam plot “uji keturunan”

tembesu Tahap II seluas 3 Ha di KHDTK Kemampo. Family yang di gunakan berbeda dengan family uji keturunan tahap I (tahun 2013). Rancangan yang di gunakan IBD, single treeplot, 50 family, 30 replikasi dan jarak tanam 4x4 m.

(19)

V. Hasil Penelitian RPI 10 Bioteknologi dan Pemuliaan TH

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

26. Pembangunan demplot sumber benih jenis unggulan local jenis kayu bawang

2013-2014 1. Benih susah didapat , pengecekan ke 64 titik di sebaran alaminya (tidak berbuah) 2. Ujicoba cangkok, keberhasilan perkaran 90%.

3. Cangkok pada 42 pohon induk kayu bawang di Propinsi Bengkulu, tingkat perakaran cangkok sebesar 65%. Tingkat keberhasilan cangkok hidup di persemaian sebesar 40. Total materi klon yang terkumpul selama tahun 2013-2014 sebesar 45 klon. Uji coba pembiakan vegetatif pohon tua mempunyai tingkat keberhasilan yang rendah.

SB Bambang Umur 3 TH

Materi SB Bawang (cangkok)

Penanaman dan pelabelan SB

Tembesu

(20)

VI. Hasil Penelitian RPI 11 Pengelolaan HHBK FEMO

No Judul Tahun Sintesa Hasil Penelitian

27 Paket Teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman hutan penghasil FEMO Teknik budidaya jenis rotan penghasil jernang

2010-2013 1. Peta sebaran tumbuhan rotan penghasil jernang di Provinsi Jambi. 2. Informasi tentang populasi rotan jernang 3. Kondisi habitat dan persyaratan tumbuh jernang

4. Jenis-jenis rotan penghasil jernang 5. Tehnik pembibitan jernang

6. Plot uji coba penanaman seluas 1 ha 7. Tehnik penanaman jernang

8. Persentase tumbuh tahun 1 94,7 – 97,3% 9. Persentasi tumbuh tahun 2 77.3 -81.3 %

10. Hama utama dalam plot budidaya adalah Babi hutan dengan intensitas kerusakan 29,5%

Buah Jernang

Kecambah Jernang

Jernang umur 2 th

Di KHDTK Kemampo

Pemasangan selubung

untuk antisipasi Babi

(21)

VI. Hasil Penelitian RPI 11 ……

No

Judul

Tahun

Sintesa Hasil Penelitian

28. Aplikasi

Pestisida Nabati skala Lapangan

2012-2014 1. Uji coba lapangan untuk tiga jenis : Rimau, Puar, Mindi 2. Tehnik Ekstraksi 3. Tehnik aplikasi

4. Uji efektivitas terhadap hama jenis : Margaronia hilalaris sp, D.

hypothous, Cosmoleptrus sumatranus Colletotrichum sp, kepik dan

ulat kantong.

Hama Kepik dan Jenis Kerusakan

Yang Ditimbulkan

Serangga D. Hypothous (a = ulat muda, b = ulat dewasa, c = pupa,

(22)

Gambar

Grafik Pertumbuhan Diameter  Kondisi gulma Pemulsaan organik 0510152025300246 8 10 12 14 16 18 20Diameter (cm) Umur (tahun) GRAFIK PERKEMBANGAN DIAMETER TEMBESU
Grafik Bonita Bambang L
Grafik Keanekaragaman tan. bawah

Referensi

Dokumen terkait

Kecuali jika jual beli ini dilakukan oleh orang awam yang tidak memiliki keahlian dalam menaksir jumlah emas pada debu metal maka hal tersebut dapat menyebabkan gharar yang besar

Paada analisa ini untuk menghilangkan kadar limbah yang terkandung didalam limbah cair dari Puskesmas Pemenang menggunakan Metode Biofilter Aerob-anaerob, sebelum

 Dari laporan keuangan tahunan 2016 penjualan alat kesehatan dan lainnya menyumbang sebesar RP 464,4 miliar atau tumbuh dibanding periode yang sama tahun

Pendapatan layanan Data Tetap (MIDI) mengalami penurunan sebesar 9,0% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebagai akibat penurunan trafik dan tekanan penurunan

Prinsip mekanisme kerja probiotik pada akuakultur adalah kompetisi dengan bakteri patogen misalnya Pseudomonas terhadap beberapa Vibrio yang patogen pada udang, pengaktifan

Proses finising ini ketika ada bagian lambung terluar mengalami kerusakan yang diakibatkan pada saat melepaskan hasil kapal fiber dari cetak atau mall, yang harus

INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK SOUNDING UNTUK MENGETAHUI LAPISAN BATUBARA DI DAERAH MUARAKAMAN, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN

Penelitian ini menerapkan konsep sequence stratigraphy dengan metode korelasi, yang akan memberikan hasil berupa (1) Penentuan marker sikuen yang lebih akurat, (2)